Você está na página 1de 9

HUBUNGAN JABATAN, MASA KERJA DAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN MOTIVASI PERAWAT UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE


JENJANG SARJANA KEPERAWATAN
Ratmanita1, Veny Elita2, Wasisto Utomo3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: Ratmanitaa@gmail.com

Abstract

The is study aims to determine the relationship between position, period of employment and family support with the motivation
to continue their study to undergraduate level. This study uses the description of correlation with cross-sectional. The number
of sample is 62 respondents drawn using random sampling techniques. Instrument used was a questionnaire with 20
statements. The analysis method uses the chi-square statistical test with a significance level of p <α (0.05). The statistical test
result obtains p value for positions is 0.349, p value of years 0.090, and family support p value = 0.709 > α = 0.05, it can be
concluded that there is no significant relationship between position, period of employment, and family support with the
motivation to continue their education to undergraduate level. It is Expected the nurses should seek to increase knowledge and
skills through formal and non-formal education, in order to achieve improve their qualities to provide nursing services.

Keywords : Family support, Position, period of employment, motivation, nursing education, nurse

PENDAHULUAN kesehatan pada masyarakat. Persatuan Perawat


Sektor kesehatan merupakan salah satu Nasional Indonesia (PPNI) menargetkan pada
sektor yang bergantung pada tersedianya Sumber tahun 2015 para perawat harus berpendidikan S1
Daya Manusia (SDM). Menghadapi era (Strata 1) (Mardani, 2011).
globalisasi, dimana diberlakukannya pasar bebas Sampai dengan Tahun 2005, rasio jumlah
dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan perawat Indonesia per 100.000 penduduk masih
dan teknologi (IPTEK) dibidang kesehatan, serta jauh di bawah negara tetangga seperti Filipina,
meningkatnya persaingan antara rumah sakit, Malaysia, atau Thailand. Di Indonesia, terdapat
dibutuhkan SDM yang berkualitas dan profesional 59,6 perawat per 100.000, bandingkan dengan 135
dibidangnya, dengan demikian tantangan utama perawat di Malaysia, 442 perawat di Filipina, atau
dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan 162 perawat di Thailand (Bappenas, 2005). Badan
sebaik-baiknya adalah pengembangan SDM perencanaan pembangunan nasional (BAPPENAS)
(Mardani, 2011). telah membuat proyeksi kebutuhan tenaga perawat
Tenaga kesehatan yang telah berada di di Indonesia pada tahun 2010 untuk mencapai
dalam sektor pelayanan kesehatan perlu rasio 100 : 100.000 penduduk sebanyak 276.049
dikembangkan dan diarahkan agar dapat bekerja orang perawat.
lebih produktif (Sumantri, 2008). Perawat sebagai Saat ini di Indonesia terdapat 400 institusi
ujung tombak pelayanan kesehatan dituntut untuk pendidikan tinggi keperawatan baik yang
memiliki kematangan dalam berfikir, bertindak menyelenggarakan program vokasional (Diploma
dan bersikap sebagai perawat profesional, III) maupun profesional (S1) dengan rata-rata
sehingga mampu menjawab berbagai tantangan jumlah lulusan 50 per tahun maka pada tahun yang
tersebut. sama institusi pendidikan hanya mampu
Langkah awal yang perlu ditempuh oleh menghasilkan 20.000 perawat per tahun. Jika
perawat profesional adalah mengembangkan asumsi itu juga digunakan dalam konteks 2005,
pendidikan tinggi keperawatan dan memberikan maka membutuhkan waktu 10 tahun lebih untuk
kesempatan kepada para perawat melanjutkan dapat mencapai jumlah tersebut.
pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan Rasio perawat di Indonesia tahun 2012
pada akhir tahun 2015 mayoritas pendidikan adalah sebanyak 89,9 per 100.000 penduduk dapat
perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi dilihat dari target indikator Indonesia Sehat rasio
kriteria minimal sebagai perawat profesinal (Ners) sebanyak 117,5 perawat per 100.000 penduduk.
(Nursalam, & Ferry, 2008). Menurut Tetuko (2011) Secara nasional belum memenuhi target, namun
pada tahun 2015 tenaga perawat harus sebagian provinsi telah memenuhi target indikator
menyandang gelar S1 maka sudah layak sesuai Indonesia Sehat (Badan PPSDMK Kemkes, RI,
dengan perkembangan kebutuhan pelayanan 2013).

1
Dari hasil wawancara dengan Widodo pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
(2013), data dari PPNI Provinsi Riau menunjukan berhubungan dengan lama bekerja, jabatan, dan
jumlah tenaga keperawatan yang terdaftar menjadi dukungan keluarga. Banyak lulusan D3
anggota PPNI sebanyak 8195 anggota perawat keperawatan yang merasa takut untuk melanjutkan
dengan kualifikasi S1 keperawatan berjumlah 795 pendidikan di FIK atau PSIK karena merasa untuk
orang (9,70 %), D3 keperawatan 6921 orang lulus seleksi saja sangat sulit. Terlebih lagi
(84,5%) dan SPK 479 orang (5,84 %). Data dari perkuliahan yang harus dijalani sangat padat, berat
PPNI Pekanbaru menunjukan jumlah tenaga dan cukup melelahkan. Isu inilah yang
keperawatan yang terdaftar menjadi anggota PPNI memungkinan membuat mereka merasa kalah
sebanyak 5895 anggota perawat dengan kualifikasi sebelum bertanding. Dimasa era globalisasi
S1 keperawatan berjumlah 488 orang (8,27%), D3 perawat di tuntut untuk meningkatkan ke jenjang
keperawatan 5059 orang (85,8%) dan SPK 348 pendidikan yang lebih tinggi. Tahun 2015 perawat
orang (5,90%). yang berpendidikan DIII diwajibkan untuk
Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina melanjutkan pendidikan S1 keperawatan (Mardani,
Pekanbaru merupakan Rumah Sakit Islam dengan 2011).
akreditasi tipe B. Berdasarkan wawancara lansung Setiap individu memiliki kondisi internal,
dengan kepala bagian keperawatan Efirisnawati dimana kondisi internal tersebut turut berperan
(2013), jumlah tenaga kesehatan khususnya dalam aktifitas dirinya sehari- hari. Salah satu dari
perawat tahun 2013 sebanyak 183 orang yang kondisi internal tersebut adalah “motivasi”.
terdiri dari tingkat pendidikan yang bervariasi Motivasi adalah dorongan dasar yang
yaitu : 8 orang (4,37%) S1 Ners, 162 orang menggerakkan seseorang bertingkah laku.
(88,52%) DIII, 14 orang (7,10%) SPK. Dari hasil Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan menggerakkan untuk melakukan sesuatu dengan
perawat di RSI Ibnu Sina Pekanbaru masih banyak dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu,
didominasi lulusan DIII yang perlu ditingkatkan perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi
lagi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi
sehingga pada akhirnya dapat memenuhi tuntutan yang mendasarinya (Uno, 2012).
masyarakat akan pelayanan perawatan yang lebih Dari uraian diatas maka peneliti tertarik
profesional. Rumah Sakit Ibnu Sina untuk mengetahui hubungan jabatan, masa kerja,
mengupayakan tahun 2014 bekerja sama dengan dukungan keluarga dengan motivasi perawat untuk
yayasan membuka jurusan S1 keperawatan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
akan diutamakan perawat yang bekerja di Rumah sarjana keperawatan.
Sakit Ibnu Sina.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan TUJUAN PENELITIAN
peneliti dengan 10 responden perawat yang Mengetahui hubungan jabatan, masa kerja,
bekerja di Ruang Mina Rumah Sakit Islam Ibnu dan dukungan keluarga dengan motivasi perawat
Sina Pekanbaru didapat hasil bahwa 8 perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1
mengatakan memilih belum ada keinginan keperawatan.
melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan.
Keputusan ini dikarenakan belum merasa perlu MANFAAT PENELITIAN
dan tidak ada pengaruh peningkatan jenjang Dapat dijadikan Sebagai tambahan
jabatan, sehingga perawat tidak merasa perlu kepustakaan dan bahan perbandingan bagi
melanjutkan pendidikan. Sedangkan 2 perawat penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian
mengatakan termotivasi untuk melanjutkan kuliah untuk mengetahui hubungan jabatan, masa kerja,
namun belum mendapatkan kesempatan untuk dukungan kerja dengan motivasi perawat untuk
mengikuti jenjang pendidikan S1 Keperawatan. melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana
Kurangnya motivasi perawat untuk keperawatan dengan menggunakan metode
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih penelitian yang berbeda.
tinggi dapat dilihat dari terbatasnya jumlah tenaga
profesional seperti uraian di atas. Maksud dari METODE PENELITIAN
motivasi disini adalah semua proses yang menjadi Penelitian ini menggunakan metode
penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan deskripsi korelasi dengan pendekatan cross
dalam diri manusia yang menyebabkan sesorang sectional. Jumlah sampel sebanyak 62 orang
berbuat sesuatu. Motivasi untuk melanjutkan responden dengan menggunakan teknik random

2
sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Berdasarkan tabel 8 tersebut diketahui
kuesioner dengan 20 pernyataan. Kuesioner bahwa dari 62 orang responden yang diteliti,
tersebut terdiri dari 3 bagian. Pada bagian pertama mayoritas responden adalah perawat pelaksana/
terdiri dari data demografi (nama, umur, jenis fungsional yaitu sebanyak 44 orang responden
kelamin, jabatan, lama kerja). Bagian kedua berupa (71%) sedangkan struktural sebanyak 18 orang
pernyataan terkait motivasi yang berisi 15 responden (29%).
pernyataan dengan menggunakan skala likert. Pada
bagian ketiga berisi 5 item penyataan Tabel. 9
menggunakan skala guttman untuk menilai Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa
dukungan keluarga untuk melanjutkan pendidikan kerja (n=62)
ke jenjang sarjana. Bagian ketiga menggunakan Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
skala guttman. Adapun analisa yang digunakan dari 62 orang responden yang diteliti, sebagian
adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji No Masa kerja Frekuensi Persentase (%)
Chi Square. 1 < 5 tahun 22 35,5
2 5-10 tahun 13 21,0
HASIL PENELITIAN 3 > 10 tahun 27 43,5
Analisa Univariat Total 62 100
Analisa univariat dalam penelitian ini besar responden memiliki masa kerja >10 tahun
memaparkan mengenai frekuensi dan persentase yaitu sebanyak 27 orang responden (65,9%).
data demografi serta variabel yang diteliti dari 62
orang responden berdasarkan kuesioner yang telah Tabel. 10
dibagikan. Adapun hasil analisa univariat dapat Distribusi frekuensi responden berdasarkan
dilihat pada uraian berikut: Tabel. 6 dukungan keluarga (n=62)
No Dukungan Frekuensi Persentase (%)
Keluarga
No Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%) 1 Positif 44 71
1 21-30 28 45,1 2 Negatif 18 29
2 31-40 34 54,9 Total 62 100
Total 62 100 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
Distribusi frekuensi responden berdasarkan mayoritas responden mempunyai dukungan
kelompok umur di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina keluarga yang positif yaitu sebanyak 44 orang
Pekanbaru) (n=62) responden (71%) sedangkan responden yang
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mempunyai dukungan keluarga yang negatif
dari 62 orang responden yang diteliti, sebagian sebanyak 18 orang responden (29%).
besar berada pada usia produktif yaitu dewasa
pertengahan (31-40 tahun) berjumlah 34 orang Tabel. 11
(45,1%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan
motivasi (n=62)
Tabel. 7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis No Motivasi Frekuensi Persentase (%)
kelamin (n=62) 1 Tinggi 35 56,5
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) 2 Rendah 27 43,5
1 Perempuan 51 82,3 Total 62 100
2 Laki-laki 11 17,7 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
Total 62 100 mayoritas responden yang memiliki motivasi tinggi
Berdasarkan tabel 7 tersebut diketahui yaitu sebanyak 35 orang (56,5%) sedangkan
bahwa dari 62 orang responden yang diteliti, jenis responden motivasi rendah sebanyak 27 orang
kelamin responden mayoritas adalah perempuan responden (43,5%).
yaitu sebanyak 51 orang (82,3%). Tabel. 8
Analisa Bivariat
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Analisis bivariat dilakukan untuk melihat
kelompok menurut jabatan (n=62) hubungan antara variabel bebas yaitu hubungan
No Jabatan Frekuensi Persentase (%) jabatan, masa kerja, dan dukungan keluarga dengan
1 Struktural 18 29 variabel terikat yaitu motivasi melanjutkan
2 Fungsional 44 71
pendidikan ke jenjang sarjana, terdapat hubungan
Total 62 100
antara variabel apabila P value< 0,05. Pada

3
penelitian ini dilakukan uji statistik dengan uji Tabel. 14
Chi-Square. Tabelnya adalah sebagai berikut: Hubungan dukungan keluarga dengan motivasi
Tabel. 12 perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
Hubungan jabatan dengan motivasi perawat untuk sarjana keperawatan
melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana
keperawatan. Motivasi
Total
Motivasi DK P Value
Total P Tinggi Rendah
Jabatan Tinggi Rendah N % N % N %
Value
N % N % N % Pos 26 74.3 18 66,7 44 72,0
Struktural 8 44,4 27 61,4 35 56,4 Neg 9 25,7 9 33,3 27 29,0 0.709
Fungsional 10 55,6 17 38,6 27 43,6 0.349 Jlh 35 56,5 27 43,5 62 100
Jumlah 18 29,0 44 71,0 62 100 Tabel diatas menunjukkan bahwa hubungan antara
Tabel 12 menunjukkan responden dengan dukungan keluarga dengan motivasi melanjutkan
jabatan struktural yang memiliki motivasi tinggi pendidikan ke jenjang sarjana diperoleh hasil
adalah sebanyak 8 orang responden (44,4%) dan bahwa dukungan keluarga positif sebanyak 26
yang memiliki motivasi rendah sebanyak 27 orang responden (74,3%) dan sisanya sebanyak 18
(61,4%), sedangkan responden dengan jabatan orang responden (66,7%) yang memiliki motivasi
fungsional yang memiliki motivasi tinggi rendah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
sebanyak 10 orang (55,6) dan yang memilki sarjana keperawatan. Sedangkan dilihat dari
motivasi rendah sebanyak 17 orang (38,6%). Hasil dukungan keluarga negatif sebanyak 9 orang
uji statistik diperoleh P Value = 0,349 > α = 0,05 (25,7%) dan sisanya 9 orang (33,3%) memiliki
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada motivasi rendah untuk melanjutkan pendidikan ke
hubungan yang signifikan antara hubungan jabatan jenjang sarjana keperawatan. Hasil uji statistik
dengan motivasi perawat untuk melanjutkan diperoleh P Value = 0,709 > α = 0,05 maka dapat
pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan. disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan
Tabel. 13 motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke
Hubungan masa kerja dengan motivasi perawat jenjang sarjana keperawatan.
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana
keperawatan. PEMBAHASAN
Motivasi
P Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Total
Masa Value disajikan pada bab IV, maka pada bab ini akan
kerja disajikan pembahasan dari analisa data univariat
Tinggi Rendah
N % N % N % dan bivariat. Berdasarkan penelitian yang
< 5 thn 15 42,9 7 25,9 22 35,5 dilakukan terhadap 62 orang responden diperoleh
5-10 thn 9 25,7 4 14,8 13 21,0 0.090 bahwa umur responden sebagian besar berada pada
> 10 thn 11 31,4 16 59,3 27 43,5 usia produktif yaitu dewasa pertengahan (31-40
Jumlah 35 56,5 27 43,5 62 100
tahun) sebanyak 34 orang responden (54,9%).
Tabel diatas menunjukkan bahwa Sesuai dengan teori bahwa faktor usia sangat
hubungan antara masa kerja dengan motivasi mempengaruhi motivasi seseorang yang sudah
perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berusia lanjut dalam pengalaman belajar mungkin
sarjana diperoleh hasil sebagian besar responden lebih sulit dari orang yang masih muda. Dapat
memiliki motivasi tinggi untuk melanjutkan diperkirakan bahwa daya ingat akan menurun
pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan yaitu sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya
sebanyak 15 orang (42,9%) dengan masa kerja < 5 pada beberapa kemampuan yang lain seperti
tahun, sedangkan yang memiliki motivasi rendah kosakata dan pengetahuan umum
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana (Sastrohadiwiryo, 2004).
keperawatan sebanyak 16 orang responden
Hasil penelitian terkait jenis kelamin
(59,3%) masa kerja > 10 tahun Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa dari 62 orang responden yang
diperoleh P Value = 0,090 > α = 0,05, maka dapat
diteliti, jenis kelamin responden mayoritas adalah
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
perempuan yaitu sebanyak 51 orang (82,3%) dan
signifikan antara masa kerja dengan motivasi
responden laki-laki sebanyak 11 orang (17,7%).
perawat melanjutkan pendidikan ke jenjang
Hal ini terbukti bahwa memang banyak terdapat
sarjana keperawatan.
perbedaan yang signifikat antara laki-laki dan

4
perempuan baik secara fisik dan psikis. termasuk didalamnya adalah anggota keluarga,
Kelebihan perempuan Khan (2000, dalam orang tua, masyarakat dan teman (Marliyah,
Asmadi, 2008) perempuan secara tabiatnya lebih 2004). Seseorang yang sudah berkeluarga tentu
peka dari pada pria. Maka dari itu perawat yang saja akan berfikir dua kali apabila harus
bekerja di rumah sakit didominasi oleh meninggalkan keluarganya walaupun untuk
perempuan. keperluan pengembangan dirinya. Sebaliknya
Menurut Joe (2012) jabatan merupakan orang yang masih belum berkeluarga
sekumpulan pekerjaan yang berisi tugas-tugas kemungkinan sangat berminat dan mempunyai
yang sama atau berhubungan satu dengan yang motivasi tanpa memikirkan hal lain yang
lain, dan yang pelaksanaannya meminta berhubungan dengan keluarganya .Demi
kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan kelancaran dalam melanjutkan pendidikan perlu
kemampuan yang juga sama meskipun tersebar adanya relasi yang baik antar anggota kelurga
diberbagai tempat. Dapat dilihat dari hasil yang lain. Hubungan pengertian dan kasih
penelitian terhadap 62 orang responden yang sayang dari anggota keluarga yang lain dapat
diteliti, mayoritas jabatan fungsional yaitu mendukung dalam proses pendidikan (Purwanto,
sebanyak 44 orang responden (71%) dan 2010).
struktural 18 orang responden (29%). Hal ini Analisa tentang hubungan jabatan dengan
mengambarkan bahwa di Rumah Sakit Islam motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan
Ibnu Sina untuk jabatan fungsional/ perawat ke jenjang sarjana keperawata. Dari uji statistik
pelaksana lebih dominan, karena perawat melalui Chi Square didapatkan P value = 0,349 >
pelaksana sebagai ujung tombak dalam α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
memberikan asuhan keperawatan pada klien. ada hubungan yang signifikan antara jabatan
Maka dari itu seorang perawat profesional harus dengan motivasi perawat untuk melanjutkan
mengikuti pendidikan formal pendidikan kejenjang sarjana keperawatan.
atau pendidikan berkelanjutan (program Berdasarkan analisa peneliti bahwa tingginya
sertifikasi), dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan
pelayanan kesehatan. tidak akan berpengaruh besar dengan
Masa kerja biasanya dikaitkan dengan meningkatnya jabatan. Hal ini disebabkan
waktu mulai bekerja, dimana pengalaman kerja tunjangan gaji yang didapat menurut jabatan
juga ikut menentukan kinerja seseorang. strukturan dengan fungsional tidak jauh berbeda.
Semakin lama masa kerja maka kecakapan akan Sesuai dengan kebutuhan aktualisasi diri
lebih baik karena sudah menyesuaikan diri menurut Maslow dalam Notoatmodjo (2010)
dengan pekerjaanya. Seseorang akan mencapai merupakan kebutuhan untuk mengembangkan
kepuasan tertentu bila sudah mampu potensi diri secara maksimal. Misalnya seorang
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin perawat, berusaha bagaimana
lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih supaya ia menjadi “perawat teladan”
terpuaskan dengan pekerjaan mereka, hal ini diwilayahnya, kemudian meningkat menjadi
juga dapat mempengaruhi motivasi seseorang “perawat teladan” di seluruh Indonesia.
untuk lebih mengembangkan pengetahuan dan Analisa tentang Hubungan masa kerja
keterampilan seorang perawat (Hasibuan, 2009) dengan motivasi perawat untuk melanjutkan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 62 pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan. Dari
orang responden menunjukkan bahwa sebagian uji statistik melalui Chi Square diperoleh P
besar dari masa kerja >10 tahun sebanyak 27 Value
responden ((43,5%). Hal ini menegaskan bahwa = 0,090 > α = 0,05 maka dapat disimpulkan
masa kerja yang cukup lama perlu penyegaran bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
kembali melalui pelatihan atau pendidikan antara masa kerja dengan motivasi perawat
berkelanjutan sesuai kebijakan rumah sakit. melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana
Berdasarkan hasil penelitian yang keperawatan. Hal ini tidak sejalan dengan
dilakukan terhadap 62 orang responden penelitian yang dilakukan oleh Astusi (2001)
menunjukkan bahwa mayoritas memberikan yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
dukungan yang positif untuk melanjutkan bermakna antara masa kerja dengan motivasi
pendidikan ke jenjang sarjana sebanyak 44 orang perawat dalam mengikuti pendidikan (p =
(71%). Dukungan dapat diartikan sebagai 0,017). Menurut Notoatmodjo (2010) kebutuhan
sokongan atau bantuan yang diterima seseorang penghargaan bukan monopoli bagi pejabat atau
dari orang lain. Dukungan biasanya diterima dari pimpinan perusahaan atau organisasi saja. Dalam
lingkungan sosial yaitu orang-orang yang dekat, mewujudkan kebutuhan penghargaan ini bukan
semata-mata pemberian dari pihak lain, tetapi
harus dibuktikan dari
5
kemampuan atau prestasi yang dicapai. Untuk PENUTUP
sistem pemberian penghargaan (reward) di Kesimpulan
organisasi-organisasi kerja perlu dikembangkan, Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
tetapi bukan didasarkan pada “lama kerja” atau Islam Ibnu Sina Pekanbaru mengenai hubungan
model arisan, tetapi harus didasarkan pada sistem jabatan, masa kerja, dan dukungan keluarga
kompetensi prestasi kerja. Hasil penelitian ini dengan motivasi perawat untuk melanjutkan
dengan tidak ada hubungan antara masa kerja pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan. Dapat
dengan motivasi perawat untuk melanjutkan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan, karena signifikan antara jabatan, masa kerja,dan
rumah sakit atau perusahaan menilai orang pantas dukungan keluarga dengan motivasi perawat untuk
atau tidaknya menduduki jabatan tertentu bukan melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana
dinilai dari masa kerja karyawan tapi dari prestasi keperawatan.
kerja. Dapat disimpulkan bahwa masa kerja tidak
memberikan motivasi kepada perawat untuk Saran
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih Berdasarkan hasil penelitian yang
tinggi. dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yaitu:
Kemudian analisa hubungan dukungan 1.Disarankan untuk para perawat hendaknya
keluarga dengan motivasi perawat untuk berupaya meningkatkan pengetahuan dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana keterampilan, melalui jalur pendidikan formal
keperawatan. Pada penelitian ini tidak ada maupun pendidikan non formal, guna
hubungan yang signifikan antara dukungan mencapai keunggulan dalam berbagai aspek
keluarga dengan motivasi perawat untuk dalam memecahkan berbagai masalah
melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana kesehatan khususnya di bidang keperawatan
keperawatan. Dari uji statistik melalui Chi Square dan agar dapat memberikan pelayanan yang
diperoleh P Value = 0,709 > α = 0,05. Menurut benar-benar profesional dan bermutu tinggi.
hasil data yang peneliti dapatkan dari responden 2.Disarankan untuk bagian manajemen Rumah
sebagian besar dukungan keluarga sebanyak 26 Sakit Islam Ibnu Sina agar lebih meningkatkan
orang responden (74,3%) yang mempunyai rencana strategi peningkatan SDM melalui
motivasi tinggi untuk mengembangkan diri pendidikan dan pelatihan serta arahan yang
melalui jenjang pendidikan sarjana keperawatan. berupa motivasi yang dapat meningkatkan
Kebijakan umum mengenai perawat pada minat dari perawat untuk bisa mengembangkan
umumnya menyarankan agar pihak keluarga karirnya. Dalam rangka mengembangkan SDM
memberikan kesempatan kepada perawat untuk keperawatan diperlukan dukungan dan
melanjutkan pendidikan dan pengembangan kerjasama melalui program terencana antara
pribadi sambil bekerja. Meskipun tanpa kebijakan, institusi yang terkait, seperti institusi
kenyataannya setiap perawat memerlukan pendidikan, rumah sakit, dinas kesehatan dan
pendidikan dan pelatihan untuk malaksanakan pemerintah daerah.
tugas dan pekerjaannya (Sastrihadiwiryo, 2004).
Dari wawancara sebagian besar responden UCAPAN TERIMAKASIH
memiliki motivasi yang tergolong tinggi, namun Proses penyusunan laporan penelitian ini
keterbatasan dukungan dana dari keluarga untuk peneliti banyak mendapat bantuan dan bimbingan
mengembangkan kualitas dari perawat dari berbagai pihak baik dalam bentuk bantuan
mengakibatkan tidak mendapat kesempatan untuk moril maupun materil. Oleh karena itu, pada
mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan
Kenyataan inilah yang mengakibatkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1
pertumbuhan percepatan tenaga keperawatan H. Erwin, S.Kp., M. Kep: Ketua Program Studi
dengan kulifikasi setingkat sarjana tergolong Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
lambat. Biar bagaimanapun tingginya motivasi 2
Veny Elita, S.Kp., MN (MH): Dosen
perawat, apabila tidak diimbangi dengan dukungan Pembimbing I dalam Bidang Keilmuan
yang memadai maka proses percepatan Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu
profesionalisme keperawatan yang dicita-citakan Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
akan berjalan lambat.

6
3
Wasisto Utomo, M. Kep., Sp. KMB: Dosen Nursalam. & Ferry, E. (2008). Pendidikan dalam
Pembimbing II dalam Bidang Keilmuan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Notoatmodjo. (2009). Metode penelitian
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia kesehatan. Jakarta: Rineka Medika
4
Ns. Bayhakki, PhD: Dosen Penguji dalam _____________(2010) Ilmu Perilaku Kesehatan.
Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Jakarta: Rineka Cipta
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Marliyah, L. (2004). Journal provitae. Jakarta:
Riau, Indonesia Fakultas psikologi universitas tarumanagara
5 bekerjasama dengan yayasan obor Indonesia.
Yulia Irvani Dewi, M. Kep., Sp. Mat: Dosen
Penguji dalam Bidang Keilmuan Keperawatan Mulyati. (2010). Masa depan profesi keperawatan.
Maternitas Program Studi Ilu Keperawatan diperoleh tanggal 25 November 2013 dari
Universitas Riau, Indonesia. http://Profesi keperawatan.co.id// masa-
depan-profesi-keperawatan.pdf
DAFTAR PUSTAKA Mardani. (2011). Faktor- faktor yang berhubungan
Asmadi. (2008). Konsep dasar dengan motivasi perawat untuk
keperawatan. Jakarta: EGC melanjutkan pendidikan pada jenjang
Astuti. (2001) Faktor-faktor yang berhubungan pendidikan yang lebih tinggi keperawatan
dengan motivasi perawat RSJ untuk di RSJ Madani Palu. Jurnal keperawatan.
mengikuti pendidikan; suatu studi kasus di Diperoleh tanggal 02 Juni 2013. dari
tiga RSJP di Jawa Barat. Jurnal penelitian http://jurnal untad.ac.id/pdf.
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/det Purwanto, MN. (2010). Psikologi pendidikan.
ail.jsp?id=70782&lokasi=lokal Jakarta : Rosda
Bappenas. (2005). Rasio perawat di Indonesia PPNI. (2013). Pendidikan keperawatan. Diperoleh
tahun 2005. Diakses tanggal 04 November tanggal 17 Desember 2013 dari
2013 dari http:// www. Bappenas. go. id. http://www. Inna-PPNI.or.id/
Badan PPSDMK, Kemkes RI. (25 Februari 2012). Index.php/Keperawatan di-
Data dan informasi kesehatan propinsi Indonesia/Pendidikan keperatawan
DKI jakarta. Diperoleh tanggal 04 Riyanto. (2010). Pengolahan dan analisa data
November 2013 dari http://www. ppni. dki. kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Com Rumapea, N. (2011). Hubungan karakteristik
Efirisnawati. (Mei 2013). Pola ketenagaan mikro perawat dengan tingkat kepatuhan perawat
keperawatan. Wawancara personal melakukan cuci tangan di Rumah Sakit
Joe. (2012). Definisi pekerjaan, profesi, jabatan Culombia Asia Medan. Jurnal keperawatan.
dan karir. Di akses tanggal 15 desember Diperoleh tanggal 15 Desember 2013 dari
2013. dari http://ilmukritis.wordpress.com/ http://jurnal unair.ac.id/pdf.
2012/02/08/definisi-pekerjaan-jabatan- Sastrohadiwiryo. (2004). Manajemen tenaga kerja.
profesi-dan karir/ Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan, SP. (2009). Manajemen sumber daya Sardiman, AM. (2011). Interaksi dan motivasi
manusia. Jakarta: Bumi Aksara belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Hidayat, AA. (2007). Riset keperawatan dan Persada
tekhnik penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika Setiadi. (2007). Konsep & penulisan riset
keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
__________ . (2008). Pengantar konsep dasar Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta
__________. (2008). Pengantar pendidikan Suarli. & Yayan, B. (2009). Manjemen
keperawatan. Jakarta: Sagung Seto keperawatan dengan pendekatan praktis.
Kusnanto. (2004). Pengantar profesi dan praktik Jakarta: Erlangga
keperawatan profesional. Buku kedokteran. Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian.
Jakarta: EGC Bandung: Alfabeta
Nursalam. (2008). Manajemen keperawatan. edisi Sumantri. (2008). Tantangan pengembangan
2. Jakarta: Salemba Medika tenaga kesehatan masa depan. Majalah
________. (2008). Pedoman skripsi, tesis, dan Bina Diknakes. Edisi 42 Januari. hlm: 18
instrumen penelitian keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

7
Tetuko, B (2011). Tenaga perawat harus
menyandang sarjana tahun 2015. Diakses
tanggal 15 Desember 2013. Dari
http://www.Merdeka.com/pernik/thn 2015-
perawat-harus-S1-ruvmves.html.
Uno, HB. (2012). Teori motivasi dan
pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk profesi
perawat. Jakarta: EGC
Widodo. (07 Juni 2013). Data jumlah perawat
Propinsi RIAU. Wawancara personal.
______ . (07 Juni 2013). Data jumlah perawat
Kota Pekanbaru. Wawancara personal.

Você também pode gostar