Você está na página 1de 6

PENJELASAN MENGENAI HAM

Diposkan oleh INSPIRASI HUKUM Sabtu, 06 Desember 2008

HAM adalah hak-hak yang seharusnya diakui secara universal sebagai hak-hak yang melekat
pada manusia karena hakekat dan kodratnya sebagai manusia. Adapun pembatasan terhadap
HAM tersebut dapat dibagi menjadi :
1. universal : tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras, kepercayaan, usia, latar belakang, jenis
kelamin, warna kulit.
2. Melekat (inherent) : hak tersebut bukan hasil pemberian kekuasaan/ orang lain.
Adapun ruang lingkup dari HAM adalah :

a. Larangan Diskriminasi
Prinsip non diskriminasi adalah suatu konsep sentral dalam kaidah hak asasi manusia. Prinsip
tersebut dapat diketemukan dalam instrumen umum hak asasi manusia. Komite Hak Asasi
Manusia telah menyatakan bahwa dengan mengacu pada persamaan jenis kelamin Kovenan
International mengenai hak sipil dan politik tidak hanya memerlukan perlindungan tetapi juga
memerlukan tindakan penguat yang dimaksudkan untuk menjamin perolehan positif hak-hak
yang sama.

b. Hak atas Penghidupan, Kemerdekaan, dan Keselamatan seseorang.


Hak atas penghidupan dalam instrumen tidak dijamin sebagai hak mutlak. Misalnya, menurut
Konvensi Eropa, pencabutan nyawa tidak bertentangan dengan hak atas penghidupan, apabila
pencabutan ini diakibatkan oleh tindakan tertentu yang sudah ditetapkan. Dalam beberapa
instrumen, laran gan hukuman mati dimuat dalam sebuah Protokol tersendiri. Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan Konvensi Amerika keduanya membatasi
hukuman mati pada "kejahatan yang paling berat," keduanya mengatur bahwa hukuman mati
harus hanya boleh dikenakan dengan suatu "keputusan final suatu pengadilan yang berwenang"
sesuai dengan undang-undang yang tidak retroaktif. Kedua perjanjian internasional ini
memberikan hak untuk mencari "pengampunan atau keringanan hukuman" dan melarang
pengenaan hukuman mati pada orang di bawah usia delapan belas tahun pada saat melakukan
kejahatan, dan melarang eksekusinya pada wanita hamil. Konvensi Eropa mensyaratkan
hukuman mati dikenakan oleh suatu pengadilan, sesudah memperoleh keyakinan mengenai suatu
kejahatan yang karena keputusannya ditetapkan oleh undang-undang.

c. Larangan .penganiayaan
Semua instrumen umum melarang penganiayaan atau perlakuan secara kejam deng an tak
mengingat kemanusiaan ataupun cara perlakuan atau hukuman yang menghinakan. Konvensi
melawan penganiayaan atau perlakuan secara kejam dengan tak mengingat kemanusiaan ataupun
cara perlakuan atau hukuman yang menghinakan ini disetujui pada tahun 1984 oleh Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konvensi tersebut menetapkan bahwa Negara berkewajiban
mengekstradisi pelaku penganiayaan dan menuntutnya. Prinsip ini melibatkan yurisdiksi
universal yang berarti bahwa setiap negara mempunyai yurisdiksi dan memiliki hak untuk
mengekstradiksi atau menuntut pelaku penganiayaan tanpa dibatasi oleh kewarganegaraan
pelaku penganiayaan atau tempat pelanggaran yang dituduhkan.
d. Hak Persamaan di Muka Hukum.
Ketentuan ini pada dasarnya merupakan suatu klausul nondiskriminasi. Ada tiga aspek yang
dicakup oleh ketentuan ini. Aspek pertama adalah persamaan di muka hukum. Aspek kedua yaitu
perlindungan hukum yang sama, dan aspek ketiga adalah perlindungan dari diskriminasi.

e. Hak Kebebasan Bergerak dan Berdiam


Dalam perjanjian-perjanjian internasional hak-hak asasi manusia umum, hak kebebasan
bergerak dan berdiam mencakup kebebasan memilih tempat tinggal dalam suatu Negara,
kebebasan meninggalkan dan memasuki negerinya sendiri, hak untuk tidak dikeluarkan dari
suatu negeri tanpa diberi kesempatan untuk menyanggah keputusan tersebut, dan bebas dari
pengasingan.

f. Hak atas Kebebasan Pikiran, Hati Nurani, dan Agama


Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan politik menyatakan bahwa perwujudan agama
dan kepercayaan seseorang boleh dijadikan sasaran pembatasan seperti itu hanya karena
ditentukan oleh undang-undang dan diperlukan untuk melindungi keselamatan umum, ketertiban
umum, kesehatan masyarakat, atau moral umum, atau hak-hak dasar dan kebebasan orang lain.

Hubungan antara HAM dengan konsep Negara hukum


Negara hukum (the rule of law) lahir pada zaman Paus VII and Henriech IV th 1122, dimana
kekuasaan raja/ gereja sebelumnya bersifat mutlak, perintahnya mengingkat kepada orang lain
namun tidak pernah mengikat raja tersebut dimana kekuasaan semacam ini dikenal sebagai (the
rule of man — titah). Jadi dengan lahirnya konsep the rule of law maka segala hukum yang lahir
dari konsep kesepakatan ditempatkan pada posisi paling tinggi, yang pada akhirnya mendorong
lahirnya “magna charta” yang isinya membatasi kekuasaan raja dan menghormati hak-hak warga
kota (citizen). Jadi dalam suatu negara yang menerapkan konsep the rule of law, maka jaminan
akan dihormatinya HAM lebih mudah diwujudkan.

B. SEJARAH HAM INTERNASIONAL


Di Inggris 1215 ; Magna Charta ; membatasi kekuasaan raja2 (raja John). Setelah PD I :
Perjanjian negara-negara Eropa untuk melindungi kelompok minoritas dan harus dituangkan ke
dalam uu Negara tersebut.
Abad 19 :
• Penghapusan perdagangan budak dan perlindungan hak buruh samapi lahirnya konvensi LBB
untuk menghapus Perbudakan dan Perdagangan Budak).
• Pendirian ILO
• Pendirian ICRC Lahirnya Konvensi Genewa 1864 tentang perlindungan korban perang dan
batas-batas cara dan pemakaian mesin perang.
• Lahirnya Konvensi Den Hag tentang pelarangan penggunaan gas beracun, senjata kimia
• Lahirnya Declaration of the Rights of Man and of citizens, AS 1776 diikuti Belanda 1798,
Swedia 1709, Norwegia 1814, belgia 1831, Spanyol 1812 dsb.
Setelah Perang Dunia II
• Lahir Konvensi Genewa 1949 tentang Hukum Humaniter
• 1977 lahir Konvensi Genewa tentang gabungan antara konvensi genewa tentang perlindungan
korban perang dan konvensi tentang tata cara perang.

Abad 20
• Nazi 1930-1940 Holocoust: pembantain kaum minoritas
• 1948 Universal Decalaration of Human Rights
• 1966 The International Covenant on Civil and Political Rights
• 1966 The International Covenant on Economical and Social and Cultural Rights.
C. SEJARAH PERKEMBANGAN HAM NASIONAl
Tekad bangsa Indonesia untuk mewujudkan penghormatan dan penegakan HAM sangat kuat
ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: "kemerdekaan", yang telah berabad-abad
dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena hak
asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil
mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencanturnkan prinsip-prinsip HAM dalam
Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita
yang harus dilaksanakan dan dicapai.

Namun dalam perjalanan sejarah bangsa, pedoman dan cita-cita yang telah dicanturnkan dalam
konstitusi tersebut tidak dilaksanakan bahkan dilanggar oleh pemerintah yang seharusnya
melaksanakan dan mencapainya. Kita semua sudah mengetahui bahwa Pemerintah Orde Lama
dan Orde Baru tidak hanya tidak melaksanakan penghormatan dan penegakan HAM namun juga
banyak melakukan pelanggaran HAM. Hal ini disebabkan oleh alasan politis dan teknis. Alasan
politis adalah situasi politik di tingkat nasional dan tingkat intemasional (perang dingin). Di
jaman Orde Lama, focus kebijakan Pemerintah RI adalah "Revolusi". Kebijakan ini membawa
kita ke konflik internal (domestik) dan intemasional, serta berakibat melupakan hak asasi rakyat.
Sedangkan di jaman Orde Baru kebijakan pemerintah terfokus pada pembangunan ekonomi.
Memang pembangunan ekonomi juga termasuk upaya pemenuhan HAM (hak ekonomi dan
sosial). Namun kebijakan terlalu terfokus pada pembangunan ekonomi dan mengabaikan hak
sipil dan politik, telah menyebabkan kegagalan pembangunan ekonomi itu sendiri. Adapun
alasan teknis adalah karena prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam konstitusi belum
dijabarkan dalam hukum positif aplikatif (Undang-undang Organik).

Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk
menciptakan hukum positif yang aplikatif. Dilihat dari segi hukum, tekad bangsa Indonesia
tercermin dari berbagai ketentuan yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
(UUD 45) dan Pancasila, dalam Undang-undang Dasar yang telah di amandemen, Undang-
undang Nomor 39/1999 tentang HAM, Undang-undang Nomor 26/2000 tentang Pengadilan
HAM, dan ratifikasi yang telah dilakukan terhadap sejumlah instrumen HAM intemasional
D. HAM DALAM UUD 1945
Dalam Pembukaan UUD 45 dengan tegas dinyatakan bahwa "pejajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Dalam Pancasila
yang juga tercantum dalam Pembukaan UUD 45 terdapat sila "Kemanusiaan yang adil dan
beradab". Da1am P4, meskipun sekarang tidak dipakai lagi, namun ada penjelasan Sila kedua
yang masih relevan untuk disimak, yaitu bahwa "dengan Sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab, manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban asasinya,
tanpa membedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social,
warna kulit, dan sebagainya. Karena itu dikembangkanlah sikap saling mencintai sesama
manusia, sikap tenggang rasa dan 'tepa salira " serta sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain".
Dibandingkan dengan UUDS 1950, ketentuan HAM di dalam UUD 1945 relatif sedikit, hanya
7 (tujuh) pasal saja masing-masing pasal 27, 28, 29, 30, 31, 31 dan 34, sedangkan di dalam
UUDS 1950 didapati cukup lengkap pasal-pasal HAM, yaitu sejumlah 35 pasal, yakni dari pasal
2 sampai dengan pasal 42. Jumlah pasal di dalam UUDS 1950 hampir sama dengan yang
tercantum di dalam Universal Declaration of Human Rights.
Meskipun di dalam UUD 1945 tidak banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM, namun
kekuarangan-kekurangan tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya sejumlah Undang-undang
antara lain UU No. 14 Tahun 1970 dan UU No. 8 Tahun 1981 yang banyak mencantumkan
ketentuan tentang HAM. UU No. 14 Tahun 1970 memuat 8 pasal tentang HAM, sedangkan UU
No. 8 Tahun 1981 memuat 40 pasal. Lagipula di dalam Pembukaan UUD 45 didapati suatu
pernyataan yang mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan HAM yang
berbunyi, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan".

Dalam amandemen kedua UUD 1945, pasal 28 telah dirobah menjadi bab tersendiri yang
memuat 10 pasal mengenai hak asasi manusia. Sebagian besar isi perubahan tersebut mengatur
mengani hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Adapun Hak Asasi
Manusia yang ditetapkan dalam Bab X A Undang-undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :

Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal 28 A) 


Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah
(Pasal 28 B ayat 1) 
 Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2)
Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar (Pasal 28 C ayat 1) 
 Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni, dan budaya (Pasal 28 C ayat 1)
Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif (Pasal 28 C ayat
2) 
 Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan
yang sama di depan hukum (Pasal 28 D ayat 1)
Hak utnuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja (Pasal 28 D ayat 3) 
Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (Pasal 28 D ayat 3) 
Hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28 D ayat 4) 
Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya (Pasal 28 E ayat 1) 
Hak memilih pekerjaan (Pasal 28 E ayat 1) 
Hak memilih kewarganegaraan (Pasal 28 E ayat 1) 
Hak memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak untuk
kembali (Pasal 28 E ayat 1) 
Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati
nuraninya (Pasal 28 E ayat 2) 
Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28 E ayat 3) 
Hak untuk berkomunikasi dan memeperoleh informasi (Pasal 28 F) 
Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda (Pasal 28 G
ayat 1) 
 Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi manusia (Pasal 28 G ayat 1)
Hak untuk bebeas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia (Pasal 28 G ayat 2) 
 Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat (Pasal 28 H ayat 1)
Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 H ayat 1) 
Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai persamaan dan keadilan
(Pasal 28 H ayat 2) 
Hak atas jaminan sosial (Pasal 28 H ayat 3) 
Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun (Pasal 28
H ayat 4) 
Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (retroaktif) (Pasal 28 I ayat 1) 
 Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan diskriminatif tersebut (Pasal 28 I ayat 2)
Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional (Pasal 28 I ayat 3) 
 Perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah (pasal 28 I ayat 4)
 Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan (pasal 28I ayat 5)
Setiap orang wajib menghormati hak orang lain (pasal 28 J ayat 1)
 Setiap orang dalam menjalankan hak dan kebebasanya wajib tunduk kepada pembatasan yang
telah ditetapkan oleh Undang-Undang (pasal 28 J ayat 2)

Definisi hak-hak sipil dan politik


Hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat dan melekat pada setiap
manusia yang dijamin dan dihormati keberadaannya oleh negara agar menusia bebas menikmati
hak-hak dan kebebasannya dalam bidang sipil dan politik.
Adapun yang berkewajiban untuk melindungi hak-hak sipil dan politik warga negara sesuai
dengan Pasal 8 Undang-undang No. 39 tahun 1999 ditegaskan bahwa perlindungan, Pemajuan,
Penegakan dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia terutama menjadi tanggung jawab pemerintah.
Karakteristik hak-hak sipil dan politik:
1. Dicapai dengan segera;
2. Negara bersifat pasif;
3. Dapat diajukan ke pengadilan;
4. Tidak bergantung pada sumber daya;
5. Non-ideologis.
Di dalam perlindungan hak-hak sipil dan politik, peran negara harus dibatasi karena hak-hak sipil
dan politik tergolong ke dalam negative right, yaitu hak-hak-hak dan kebebasan yang dijamin di
dalamnya akan terpenuhi apabila peran negara dibatasi. Bila negara bersifat intervensionis, maka
tidak bisa dielakkan hak-hak dan kebebasan yang diatur d idalamnya akan dilanggar negara.
Hak-hak yang termasuk ke dalam hak-hak sipil dan politik
1. Hak hidup;
2. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi;
3. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa;
4. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi;
5. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah;
6. Hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum;
7. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama;
8. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi;
9. Hak untuk berkumpul dan berserikat;
10. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan.
Instrumen HAM yang mengatur hak-hak sipil dan politik:
1. UUD 1945 (Pasal 28 A, 28 B (ayat 1, 2), 28 D ayat (1, 3, 4), 28 E ayat (1, 2, 3), 28 F, 28 G
ayat (1, 2), 28 I ayat (1, 2).
KESIMPULAN
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak asasi manusia yang melekat pada
manusia secara kodrati sebagai anugerah tuhan yang maha esa. Hak-hak ini tidak dapat diingkari.
Pengingkaran terhadap hak tersebut berarti mengingkari martabat kemanusiaan. Oleh karena itu,
negara, pemerintah, atau organisasi apapun mengemban kewajiban untuk mengakui dan
melindungi hak asasi manusia pada setiap manusia tanpa kecuali. Ini berarti bahwa hak asasi
manusia harus selalu menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara sebagimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yang berbasis hak asasi manusia.

Você também pode gostar