Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
HAM adalah hak-hak yang seharusnya diakui secara universal sebagai hak-hak yang melekat
pada manusia karena hakekat dan kodratnya sebagai manusia. Adapun pembatasan terhadap
HAM tersebut dapat dibagi menjadi :
1. universal : tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras, kepercayaan, usia, latar belakang, jenis
kelamin, warna kulit.
2. Melekat (inherent) : hak tersebut bukan hasil pemberian kekuasaan/ orang lain.
Adapun ruang lingkup dari HAM adalah :
a. Larangan Diskriminasi
Prinsip non diskriminasi adalah suatu konsep sentral dalam kaidah hak asasi manusia. Prinsip
tersebut dapat diketemukan dalam instrumen umum hak asasi manusia. Komite Hak Asasi
Manusia telah menyatakan bahwa dengan mengacu pada persamaan jenis kelamin Kovenan
International mengenai hak sipil dan politik tidak hanya memerlukan perlindungan tetapi juga
memerlukan tindakan penguat yang dimaksudkan untuk menjamin perolehan positif hak-hak
yang sama.
c. Larangan .penganiayaan
Semua instrumen umum melarang penganiayaan atau perlakuan secara kejam deng an tak
mengingat kemanusiaan ataupun cara perlakuan atau hukuman yang menghinakan. Konvensi
melawan penganiayaan atau perlakuan secara kejam dengan tak mengingat kemanusiaan ataupun
cara perlakuan atau hukuman yang menghinakan ini disetujui pada tahun 1984 oleh Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konvensi tersebut menetapkan bahwa Negara berkewajiban
mengekstradisi pelaku penganiayaan dan menuntutnya. Prinsip ini melibatkan yurisdiksi
universal yang berarti bahwa setiap negara mempunyai yurisdiksi dan memiliki hak untuk
mengekstradiksi atau menuntut pelaku penganiayaan tanpa dibatasi oleh kewarganegaraan
pelaku penganiayaan atau tempat pelanggaran yang dituduhkan.
d. Hak Persamaan di Muka Hukum.
Ketentuan ini pada dasarnya merupakan suatu klausul nondiskriminasi. Ada tiga aspek yang
dicakup oleh ketentuan ini. Aspek pertama adalah persamaan di muka hukum. Aspek kedua yaitu
perlindungan hukum yang sama, dan aspek ketiga adalah perlindungan dari diskriminasi.
Abad 20
• Nazi 1930-1940 Holocoust: pembantain kaum minoritas
• 1948 Universal Decalaration of Human Rights
• 1966 The International Covenant on Civil and Political Rights
• 1966 The International Covenant on Economical and Social and Cultural Rights.
C. SEJARAH PERKEMBANGAN HAM NASIONAl
Tekad bangsa Indonesia untuk mewujudkan penghormatan dan penegakan HAM sangat kuat
ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: "kemerdekaan", yang telah berabad-abad
dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena hak
asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil
mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencanturnkan prinsip-prinsip HAM dalam
Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita
yang harus dilaksanakan dan dicapai.
Namun dalam perjalanan sejarah bangsa, pedoman dan cita-cita yang telah dicanturnkan dalam
konstitusi tersebut tidak dilaksanakan bahkan dilanggar oleh pemerintah yang seharusnya
melaksanakan dan mencapainya. Kita semua sudah mengetahui bahwa Pemerintah Orde Lama
dan Orde Baru tidak hanya tidak melaksanakan penghormatan dan penegakan HAM namun juga
banyak melakukan pelanggaran HAM. Hal ini disebabkan oleh alasan politis dan teknis. Alasan
politis adalah situasi politik di tingkat nasional dan tingkat intemasional (perang dingin). Di
jaman Orde Lama, focus kebijakan Pemerintah RI adalah "Revolusi". Kebijakan ini membawa
kita ke konflik internal (domestik) dan intemasional, serta berakibat melupakan hak asasi rakyat.
Sedangkan di jaman Orde Baru kebijakan pemerintah terfokus pada pembangunan ekonomi.
Memang pembangunan ekonomi juga termasuk upaya pemenuhan HAM (hak ekonomi dan
sosial). Namun kebijakan terlalu terfokus pada pembangunan ekonomi dan mengabaikan hak
sipil dan politik, telah menyebabkan kegagalan pembangunan ekonomi itu sendiri. Adapun
alasan teknis adalah karena prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam konstitusi belum
dijabarkan dalam hukum positif aplikatif (Undang-undang Organik).
Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk
menciptakan hukum positif yang aplikatif. Dilihat dari segi hukum, tekad bangsa Indonesia
tercermin dari berbagai ketentuan yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
(UUD 45) dan Pancasila, dalam Undang-undang Dasar yang telah di amandemen, Undang-
undang Nomor 39/1999 tentang HAM, Undang-undang Nomor 26/2000 tentang Pengadilan
HAM, dan ratifikasi yang telah dilakukan terhadap sejumlah instrumen HAM intemasional
D. HAM DALAM UUD 1945
Dalam Pembukaan UUD 45 dengan tegas dinyatakan bahwa "pejajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Dalam Pancasila
yang juga tercantum dalam Pembukaan UUD 45 terdapat sila "Kemanusiaan yang adil dan
beradab". Da1am P4, meskipun sekarang tidak dipakai lagi, namun ada penjelasan Sila kedua
yang masih relevan untuk disimak, yaitu bahwa "dengan Sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab, manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban asasinya,
tanpa membedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social,
warna kulit, dan sebagainya. Karena itu dikembangkanlah sikap saling mencintai sesama
manusia, sikap tenggang rasa dan 'tepa salira " serta sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain".
Dibandingkan dengan UUDS 1950, ketentuan HAM di dalam UUD 1945 relatif sedikit, hanya
7 (tujuh) pasal saja masing-masing pasal 27, 28, 29, 30, 31, 31 dan 34, sedangkan di dalam
UUDS 1950 didapati cukup lengkap pasal-pasal HAM, yaitu sejumlah 35 pasal, yakni dari pasal
2 sampai dengan pasal 42. Jumlah pasal di dalam UUDS 1950 hampir sama dengan yang
tercantum di dalam Universal Declaration of Human Rights.
Meskipun di dalam UUD 1945 tidak banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM, namun
kekuarangan-kekurangan tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya sejumlah Undang-undang
antara lain UU No. 14 Tahun 1970 dan UU No. 8 Tahun 1981 yang banyak mencantumkan
ketentuan tentang HAM. UU No. 14 Tahun 1970 memuat 8 pasal tentang HAM, sedangkan UU
No. 8 Tahun 1981 memuat 40 pasal. Lagipula di dalam Pembukaan UUD 45 didapati suatu
pernyataan yang mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan HAM yang
berbunyi, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan".
Dalam amandemen kedua UUD 1945, pasal 28 telah dirobah menjadi bab tersendiri yang
memuat 10 pasal mengenai hak asasi manusia. Sebagian besar isi perubahan tersebut mengatur
mengani hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Adapun Hak Asasi
Manusia yang ditetapkan dalam Bab X A Undang-undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :