Você está na página 1de 15

“AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN :

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


ATAS TRANSAKSI

OLEH :

Putri Luckita Sari ( 1410531035 )

Yulfani ( 1410531037 )

Dinta Reski Cahyani ( 1410531068 )

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN :
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

A. AKUN DAN KELAS TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN SERTA


PENAGIHAN

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah
saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum.

Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun
dalam siklus penjualan dan penagihan . gambar tersebut menunjukkan bahwa lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan antara lain :
1. Penjualan ( penjualan tunai dan kredit )
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak tertagih

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan
jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun neraca,
yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk mudahnya, kita
mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai maupun
penjualan kredit.

B. FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN TERKAIT

Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan untuk
mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk
dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi
bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.

Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan.
Golongan Akun terkait Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Penjualan  Penjualan  Pemrosesan pesanan  Pesanan pelanggan
 Piutang Usaha pelanggan  Pesanan penjualan
 Pemberian kredit  Dokumen
 Pengiriman barang pengiriman
 Penagihan pelanggan  Faktur penjualan
dan pencatatan  File transaksi
penjualan penjualan
 Jurnal penjualan
atau listing
 File induk piutang
usaha
 Neraca saldo
piutang usaha
 Laporan bulanan
Penerimaan kas  Kas di Bank  Pemrosesan dan  Remittance advice
 Piutangusaha pencatatan penerimaan  Prelisting
kas penerimaan kas
 File transaksi
penerimaan kas
 Jurnal penerimaan
kas atau listing
Retur dan  Retur dan  Pemrosesan dan  Memo Kredit
pengurangan pengurangan pencatatan retur dan  Jurnal retur dan
penjualan penjualan pengurangan penjualan pengurangan
 Piutangusaha penjualan
Penghapusan  Piutang Usaha  Penghapusan piutang  Formulir otorisasi
piutang tak tertagih  Penyisihan tak tertagih penghapusan
piutang tak piutang
tertagih
Estimasi Beban  Beban piutang  Penyisihan piutang  Jurnal umum
piutang tak tertagih tak tertagih
 Penyisihan
piutang tak
tertagih

Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang pengujian
pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi bisnis dan
dokumen serta catatan suatu perusahaan.

1. Pemroses pesanan pelanggan

 Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan.
 Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas,
dan informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.

2. Pemberian kredit

Sebelum barang dikirim,orang yang berwenang harus menyetujui kredit bagi pelanggan
yang akan melakukan penjualan secara kredit. Praktik pemberian persetujuan kredit yang lemah
ini sering kali menghasilkan piutang ragu-ragu yang berkelebihan dan piutang usaha yang
mungkin saja tidak dapat ditagih.

3. Pengiriman barang

 Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang


menunjukkan deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang
relevan lainnya.
 Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang
antara pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika
barang telah dikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang
terkait serta ayat jurnal dalam jurnal penjualan.

4. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan

Aspek paling penting dari penagihan yaitu :

 Semua pengiriman telah ditagih ( kelengkapan = completeness )


 Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali ( keterjadian =
occurrence )
 Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat ( keakuratan = accuracy )

 Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang
yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
 File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan
semua transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu periode,
seperti sehari, seminggu, atau sebulan.
 Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan
yang cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah dan
klasifikasi bagi setiap transaksi seperti divisi atau lini produk.
 File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat
penjualan individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi
setiap pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
 Neraca saldo piutang usaha , daftar atau laporan ini menunjukkan jumlah piutang dari
setiap pelanggan pada suatu titik waktu.
 Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik
kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya.

5. Pemroses dan pencatatan penerimaan kas

 Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
 Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang
yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas
dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
 File transaksi penerimaan kas, ini adalah file yang dihasilkan komputerbyang
mencantumkan semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem akuntansi
selama satu periode.
 Jurnal penerimaan kas atau listing ini berasal dari file transaksi penerimaan kas dan
mencantumkan semua transaksi selama suatu periode waktu.

6. Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan penjualan

 Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah


pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga.
 Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat
retur dan pengurangan penjualan.

7. Penghapusan piutang usaha tak tertagih

 Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam
lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha
sebagai tak tertagih.
C. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENJUALAN
1. Memahami pengendalian internal
Dengan mengguanakn salah satu pendekatan umum untuk penjualan,auditor
mempelajari bagan arus klien,menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal,dan
melaksanakan pengujian pengendalian walktrough.

2. Menilai resiko pengendalian yang direncanakan

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal


untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam pengendalian ini
yaitu :

 Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.


 Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya bagi
penjualan.
 Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan .
 Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

Selanjutnya akan menguji aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan. Pengetahuan


mengenai aktivitas pengendalian tersebut sangat membantu dalam mengidentifikasi
pengendalian kunci beserta kelamahannya bagi penjualan.

 Pemisahan tugas yang memadai

Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun
penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan, manajemen harus menolak akses ke
kas bagi siapapun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam computer.
 Otorisasi yang tepat

Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga titik kunci :


1.kredit harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan
2.barang harus dikirim hanya setelah otorisasi yang tepat diberikan
3.harga, termasuk syarat dasar, ongkos angkut, dan diskon, harus diotorisasi

Dua pengendalian utama ditujukan untuk mencegah hilangnya aktiva perusahaan akibat
dikirim ke pelanggan fiktif atau pelanggan yang tidak bisa membayar barang yang dibelinya.
Otorisasi harga ditujukan untuk memastikan bahwa penjualan ditagih pada harga yang
diterapkan oleh kebijakan perusahaan, otorisasi dapatdiberikan untuk setiap transaksi individual
atau otorisasi umum dapat diberikan untuk kelas transaksi khusus. Otorisasi umum seringkali
dilakukan secara otomatis oleh komputer,seperti:

 Dokumen dan catatan yang memadai

Karena setiap perusahaan memiliki sistem penerimaan, pemrosesan, dan pencatatan


transaksi yang unik ,auditor mungkin sulit mengevaluasi apakah setiap prosedur klien telag
dirancang untuk pengendalian maksimum. Akan tetapi ,prosedur pencattan yang memadai harus
sudah tersedia sebelum sebagian besar tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dapat
terpenuhi.

 Dokumen yang telah dipranomori

Memberi nomor terlebih dahulu dokumen ditujukan untuk memcegah baik kegagalan
dalam menagih atau mencatat penjualan dan terjadinya penagihan serta pencatatan duplikat.

 Laporan bulanan

Pengiriman laporan bulanan merupakan pengendalian yang bermanfaat karena


mendorong para pelanggan untuk segera merespons jika ada saldo yang dinyatakan dengan tidak
benar. Laporan tersebut harus dikendalikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab menangani
kas atau mencatat penjualan atau piutang usaha untuk menghindari kegagalan yang disengaja
dalam mengirimkan laporan itu.

 Prosedur verifikasi internal

Program komputer atau personil yang indipenden harus mengecek bahwa pemrosesan
dan pencatatan transaksi penjualan memenuhi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi.

3. Menentukan luas pengujian pengendalian

Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan


pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk
mengurangi resiko pengendalian. Dalam menetukan tingkat keandalan pengendalian,auditor juga
memprtimbangkan kenaikan biaya pengujian pengendalian dibandingkan dengan penurunan
pengujian subtantif yang potensial. Tingkat resiko pengendalian yang dinilai lebih rendah akan
meningkatkan pengujian pengendalian untuk mendukung resiko pengendalian yang lebih rendah,
dengan kenaikan resiko deteksi dan penurunan jumlah pengujian subtantif yang sebanding.

4. Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan

Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian harus dirancang untuk
memverifikasi keefektifannya. Dalam sebagian besar audit,relatif mudah menetukan sifat
pengujian pengendalian dari sifat pengendalian tersebut. Pengujian pengendalian yang sesuai
untuk pemisahan tugas biasanya terbatas pada pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi
dengan personil.

5. Merancang pengujian subtantif atas transaksi penjualan

Dalam memutuskan pengujian subtantif atas transaksi,auditor seringkali menggunakan


beberapa prosedur bagi setiap audit tanpa memandang situasinya, sementara lainnya tergantung
pada kelayakan pengendalian dan hasil pengujian pengendalian.
Berikut adalah prosedur audit pengujian subtantif atas transaksi yang hanya dilakukan jika ada
situasi tertentu yang memerlukan perhatian audit khusus:

 Mencatat penjualan yang terjadi untuk tujuan ini, auditor harus memperhatikan tiga
jenis salah saji yang mungkin terjadi :

a. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan


b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali
c. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.

Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan. Konsekuensi
potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena akan menimbulkan lebih saji
aktiva dan laba.

 Transaksi penjualan yang ada telah dicatat

Dalam banyak audit ,tidak ada pengujian subtantif atas transaksi yang dilakukam untuk
tujuan kelengkapan menyangkut lebih saji aset dan laba mendapat perhatian yang lebih besar
dalam audit transaksi penjualan ketimbang yang manyangkut kurang saji. Jika pemgendaliannya
tidak memadai, maka klien tidak melakukan penelusuran internal yang independen dari dokumen
pengiriman ke jurnal penjualan,pengujian subtantif mungkin akan diperlukan.

 Arah pengujian

Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal dan
memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama adalah untuk
transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang kedua adalah untuk transaksi
yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).

 Penjualan dicatat dengan akurat

Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal – hal berikut :
a. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
b. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
c. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.

 Transaksi penjualan dimasukkan dengan benar dalam file induk dan diikhtisarkan
dengan benar
 Penjualan yang dicatat diklasifikasikan dengan benar
 Penjualan dicatat pada tanggal yang benar

6. Prosedur audit format perancangan dan kinerja

Dalam mengkonversi progran audit format perancangan menjadi program audit format kinerja,
prosedur itu akan digabungkan . ini akan mencapai hal-hal berikut :

 Mengeliminasi prosedur duplikat


 Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa,semua prosedur yang akan
dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada saat itu.
 Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara yang paling
efektif.

D. RETUR DAN PENGURANGAN PENJULAN


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk
mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo kredit yang telah
digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah matrealitas.
Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat
mengabaikannya. Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur
dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi yang
tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi
oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo akun
untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir tahun. Secara
alami , tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi, karena tujuan dan metodologi untuk
mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada intinya sama seperti untuk penjualan, tidak
dimasukkan studi yang mendalami mengenai hal tersebut. Jika ingin mengaudit retur dan
pengurangan penjualan, harus dapat menerapkan logika yang sma untuk mendapatkan
pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substansif atas transaksi yang sesuai guna
memverifikasi jumlahnya.

E. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENERIMAAN

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan untuk penjualan.
Prosedur audit untuk pengujian pengendalian , pengujian substansif atas transaksi penerimaan
kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan,
tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas.
Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut
ini :

 Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit


 Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan resiko pengendalian
 Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi setiap
tujuan.

Seperti pada semua bidang audit lainnya pengujian penegndalian bergantung pada pengendalian yang
diodentifikasi oleh auditor, seberapa andal pengendalian itu akan mengurangi penilaian resiko
pengendalian dan apakah perusahaan yang sedang diaudit merupakan perusahaan publik,

 Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat

Jenis penggelapan kas yang paling sulit dideteksi oleh auditor adalah ketika hal tersebut terjadi
sebelum kas dicatat di jurnal penerimaan kas atau listing kas lainnya.
 Penyiapan Bukti Penerimaan Kas

Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang
dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas ( proof of
cash receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jumlah penerimaan
kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan deposito atau setoran
actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan diantara keduanya mungkin
diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos – pos lainnya, tetapi jumlahnya dapat
direkonsiliasi dan dibandingkan.

 Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha

Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk menutupi
kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang menangani penerimaan kas
dan kemudian memasukkannya kedalam system computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas
kedalam system. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah, dan
tanggalyang ditunjukkan pada remmitance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan
slip setoran terkait.

F. PENGUJIAN AUDIT UNTUK MENGHAPUS PIUTANG TAK TERTAGIH

Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih adalah
kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang usaha yang
sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi kejadian ). Pengendalian yang
penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak
tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui
penyelidikan menyeluruh mengenai alas an pelanggan tidak mampu membayar.

 Pengendalian internal tambahan atas saldo akun dan penyajian serta pengungkapan.
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai
bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi. Untuk siklus
penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi tujuan yang
terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan empat
tujuan penyajiannya serta pengungkapan.
 Pengaruh hasil pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi. Hasil
dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian substansif atas rincian
saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi dalam dalam siklus penjualan dan penagihan adalah
saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak
tertagih.

KESIMPULAN

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perancangan pengujian pengendalian


dan pengujian substansif atas transaksi untuk lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan
penaguhan, termasuk penjualan, penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan
piutang usaha tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih.
Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan mencakup langkah –
langkah berikut :

 Memahami pengendalian internal


 Menilai resiko pengendalian yang direncanakan
 Menentukanluas pengujian pengendalian
 Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk
memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi, auditor berfokus
pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai senjata untuk mengurangi
resiko pengendalian. Pertama, auditor mengidentifikasi pengendalan internal, jika ada, untuk
setiap tujuan, auditor kemudian menentukan luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan.
Auditor juga merancang pengujian substansif atas transaksi bagi setiap kelas transaksi
untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan benar. Seperti
pengujian pengendalian, pengujian substansif, atas transaksi juga dirancang untuk setiap tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi. Setelah perancangan pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transkasi bagi setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai, auditor
mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format kerja.

Você também pode gostar