Você está na página 1de 6

Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa yang Diajar

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together Dipadukan


dengan Pendekatan Induktif Deduktif dan yang Diajar dengan Metode Ekspositori
pada Materi Fungsi di Kelas VIII SMP N 1 P.S Tuan T.A 2014/2015

Elisabeth Margareth Gultom


Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Medan
elisabethgultom.eg@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis
tertulis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together yang
dipadukan dengan pendekatan induktif dan deduktif lebih baik daripada kemampuan komunikasi
matematis tertulis siswa yang diajar dengan metode ekspositori pada pokok bahasan fungsi di
kelas VIII SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan T.A 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa SMP N 1 Percut Sei
Tuan Kelas VIII sebanyak 9 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan banyak sampel
dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas, kelas pertama disebut sebagai kelas eksperimen dan kelas
kedua disebut sebagai kelas kontrol dan jumlah siswa pada masing-masing kelas adalah 35 orang
siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan komunikasi
matematis tertulis, yang terdiri dari 4 butir soal uraian, dimana sebelum tes diujikan terlebih
dahulu diuji validitas, reliabilitas, tingkat daya beda soal dan tingkat kesukaran. Tes diberikan
sebanyak 2 kali yaitu pretes sebelum diberikan pembelajaran dan postes diberikan setelah
pembelajaran di kedua kelas berakhir.
Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata kemampuan komunikasi matematis tertulis
siswa pada hasil pretes diperoleh 1,273 untuk kelas eksperimen dan 0,923 untuk kelas kontrol.
Sedangkan pada postes rata-rata kemampuan berpikir logis siswa sebesar 2,73 untuk kelas
eksperimen dan 1,746 untuk kelas kontrol. Masing-masing kelas meningkat sebesar 1,457 untuk
kelas eksperimen dan 0,832 untuk kelas kontrol. Dari peningkatan selisih rata-rata dari kedua
kelompok dapat dilihat bahwa peningkatan berpikir logis siswa kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu dengan mengggunakan uji t
dengan   0,05 diperoleh t hitung (2,66) > t tabel (1,66867). Hal ini menunjukkan bahwa t hitung
berada di luar penerimaan H0 maka berdasarkan pengujian tersebut diperoleh bahwa H0 ditolak
berarti H a diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis tertulis
siswa yang diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together yang dipadukan
pendekatan induktif dan deduktif lebih baik dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajar dengan metode ekspositori pada pokok bahasan fungsi di kelas VIII SMP Negeri 1 Percut
Sei Tuan T.A 2014/2015.

PENDAHULUAN
Salah satu standar proses yang harus dikuasai siswa adalah komunikasi matematis
(mathematical communication). NCTM (dalam Ansari, 2009:9) mengemukakan bahwa:
Matematika sebagai alat komunikasi merupakan pengembangan bahasa dan simbol
untuk mengkomunikasikan ide matematik, sehingga siswa dapat:(1) mengungkapkan
dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya, (2)
merumuskan defenisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui
investigasi, (3) mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan, (4) membaca
wacana matematika dengan pemahaman, (5) menjelaskan dan mengajukan serta
memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarinya, dan (6)
menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta peranannya dalam
mengembangkan ide/gagasan matematik.
Hal di atas menegaskan bahwa, kemampuan komunikasi matematis siswa sangat perlu
untuk dikembangkan, karena melalui komunikasi matematis siswa dapat melakukan organisasi

1
berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan, siswa bisa memberi respon dengan tepat,
baik diantara siswa itu sendiri maupun antara siswa dengan guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika di
Indonesia dalam aspek komunikasi matematis masih rendah. Sebagaimana yang diungkapkan
Izzati (dalam Prayitno, 2013:566), bahwa gambaran lemahnya kemampuan komunikasi siswa
dikarenakan pembelajaran matematika selama ini masih kurang memberi perhatian terhadap
pengembangan kemampuan ini. Hal yang sama juga ditemukan oleh Kadir (dalam Prayitno,
2013:566), bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa SMP di pesisir masih rendah, baik
ditinjau dari peringkat sekolah, maupun model pembelajaran. Sejalan juga dengan yang
diungkapkan Qohar (dalam Prayitno, 2013:567), bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa
SMP (terutama di daerah bukan perkotaan) masih kurang, baik lisan maupun tertulis.
Komunikasi tertulis dibatasi pada kegiatan komunikasi model Cai, Lane, dan Jakabein,
(dalam Fachrurazi 2011:81) yang aspek-aspeknya meliputi:
1. Menulis (writing), menulis merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk
mengungkapkan dan merefleksikan pikiran, yang dituangkan dalam media, baik
kertas, komputer maupun media lainnya. Menulis adalah alat yang bermanfaat dari
berpikir karena siswa memperoleh pengalaman matematika sebagai suatu aktivitas
yang kreatif. Begitu juga menulis tentang konsep-konsep matematika dapat
menuntun siswa untuk menemukan tingkat pemahamannya.
2. Menggambar matematika, pada kemampuan menggambar matematika siswa mampu
melukis gambar, diagram, grafik, dan tabel secara lengkap dan benar sebagai hasil
dari translasi dari suatu permasalahan atau ide. Dengan menggambar dapat juga
membantu anak menjelaskan konsep atau ide, dan memudahkan anak mendapatkan
strategi pemecahan.
3. Ekspresi matematika merupakan salah bentuk representasi matematik. Pada
kemampuan membuat ekspresi matematika, yaitu siswa mampu memodelkan
matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapat solusi
secara lengkap dan benar.
Pada umumnya, komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran matematika di
kelas hanya berlangsung secara linier, yang berarti komunikasi hanya berlangsung satu arah,
dengan guru sebagai pemberi informasi, dan siswa sebagai penerima informasi. Kurang baiknya
komunikasi dengan siswa ini diakibatkan karena metode pembelajaran yang digunakan guru
kurang dapat mengaktifkan siswa untuk berkomunikasi dan mengeluarkan ide-ide matematikanya
dengan baik karena pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru (teacher oriented). Guru
menyampaikan materi pembelajaran secara langsung dengan siswa tidak dituntut untuk
menemukan pemahaman mereka sendiri. Metode mengajar seperti ini disebut sebagai metode
ekspositori.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, karena salah satu
manfaat pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah terjadinya sharing process antar
peserta belajar.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Numbered Heads Together. Trianto
(2011: 82-83) mengatakan Numbered Heads together (NHT) atau penomoran berpikir bersama
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Selanjutnya model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together ini dipadukan dengan pendekatan induktif dan
deduktif. Pendekatan induktif adalah adalah pendekatan yang bermula dengan menyajikan
sejumlah keadaan khusus kemudian disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan.
Sedangkan pendekatan deduktif adalah pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan
aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum
itu kedalam keadaan khusus.
Penerapan pendekatan induktif dan deduktif terdapat pada fase mengajukan pertanyaan
pada sintaks pembelajaran Numbered Heads Together. Guru akan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang akan mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan dan mampu membuat
siswa dapat menerapkan defenisi atau konsep yang sudah diberikan guru dalam menjawab
pertanyaan. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
dengan pendekatan induktif dan deduktif ini, siswa secara individu maupun secara kelompok akan

2
lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas serta memiliki kemampuan untuk
mengembangkan pengetahuan bersama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi
matematis tertulis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together yang dipadukan dengan pendekatan induktif dan deduktif lebih baik daripada
kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang diajar dengan metode ekspositori pada
materi fungsi di kelas VIII SMP Negeri 1 P.S Tuan T.A 2014/2015.

METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together yang dipadukan dengan pendekatan induktif dan
deduktif pada kelas eksperimen dan pembelajaran menggunakan metode ekspositori di kelas
kontrol. Sebelum diberikan perlakuan masing-masing kelas diberikan pretest terlebih dahulu.
Untuk lebih jelas, dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 3.1 Desain dengan Kelompok Kontrol yang Dibentuk Secara Random dan Diberi Pretes dan
Postes

Kelompok Pretes Perlakuan Postes


Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 Y T2
Keterangan:
T1 = Pretes
T2 = Postes
X = Perlakuan terhadap kelompok ekperimen dengan pembelajaran Numbered Heads Together
yang dipadukan dengan pendekatan induktif dan deduktif.
Y = Perlakuan terhadap kelompok kontrol dengan pembelajaran ekspositori.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Percut Sei
Tuan Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 324 siswa yang terbagi menjadi 9 kelas paralel.
Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak dua kelas, yaitu kelas VIII-2 sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together yang dipadukan dengan pendekatan induktif dan deduktif dan satu kelas lagi yaitu kelas
VIII-5 sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui pembelajaran ekspositori. Masing-
masing kelas memiliki 35 orang siswa.
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes.
Tes yang digunakan adalah dalam bentuk essay. Tes diberikan sebelum dan setelah pembelajaran
berlangsung. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbedaan dengan menggunakan
rumus uji-t. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians
kedua kelompok sampel.
Untuk pengujian hipotesis, hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
𝐻0 : μ1 ≤ μ2

𝐻𝑎 : μ 1 > μ2

𝐻0 : kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together yang dipadukan dengan pendekatan induktif dan deduktif
lebih rendah atau sama dengan kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang
diajar dengan metode ekspositori.
𝐻𝑎 : kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Numbered Heads Together yang dipadukan dengan pendekatan induktif dan deduktif
lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang diajar dengan
metode ekspositori.
Kriteria pengujian yaitu: terima 𝐻0 jika 𝑡 < 𝑡1−𝛼 dimana 𝑡1−𝛼 didapat dari daftar
distribusi t dengan 𝑑𝑘 = (𝑛1 + 𝑛2 − 2) dan peluang 1 − 𝛼. Untuk harga-harga t lainnya 𝐻0
ditolak.
HASIL & PEMBAHASAN
Sebelum melakukan pembelajaran, terlebih dahulu diberikan pretes pada kedua kelas
yang tujuannya untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis tertulis awal siswa. Secara
ringkas hasil pretes kedua kelompok diperlihatkan pada tabel 4.1 berikut:

3
Tabel 4.9 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 N 35 35
2 Jumlah Nilai 44,56 32,32
3 Rata-rata 1,273 0,923
4 Varians 0,11 0,18
5 Simpangan Baku 0,332 0,43
6 Nilai Maksimum 1,76 1,84
7 Nilai Minimum 0,64 0

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai pretes kelas eksperimen lebih tinggi
daripada rata-rata nilai pretes kelas kontrol. Dari tabel juga terlihat bahwa nilai pretes maksimum
siswa di kelas eksperimen lebih rendah daripada nilai pretes maksimum siswa di kelas kontrol.
Pada akhir pertemuan, siswa diberikan postes. Tujuan diberikannya posttest adalah
untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa setelah diberikan pengajaran
dengan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dengan pendekatan induktif
deduktif di kelas eksperimen dan pembelajaran dengan metode ekspositori di kelas kontrol.
Secara ringkas hasil postes kedua kelas diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 N 35 35
2 Jumlah Nilai 83,1 61,12
3 Rata-rata 2,73 1,746
4 Varians 0,26 0,261
5 Simpangan Baku 0,51 0,511
6 Nilai Maksimum 3,2 2,56
7 Nilai Minimum 1,44 0,8
Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih tinggi
daripada rata-rata nilai postest kelas kontrol. Sedangkan varians dan simpangan baku dari kedua
kelas sama.
Selanjutnya dilakukan pengujian normal dengan menggunakan uji Liliefors. Kriteria
pengujian yaitu data dikatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika 𝐿0 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
pada taraf nyata α = 0,05.
Berikut disajikan hasil analisis normalitas data penelitian pada tabel 4.11
Tabel 4.11. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Penelitian
NO Kelas 𝑳𝟎 𝑳𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan
1 Eksperimen 0,12839 0,149761 Normal
2 Kontrol 0,097543 0,149761 Normal
Dari tabel 4.11 terlihat bahwa pada hasil uji normalitas data siswa kelas eksperimen,
diperoleh 𝐿0 = 0,12839 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,149761, yang berarti 𝐿0 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf nyata α =
0,05, sehingga disimpulkan bahwa data pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Pada kelas
kontrol, diperoleh 𝐿0 = 0,097543 sedangkan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,149761, yang berarti 𝐿0 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,
sehingga disimpulkan bahwa data pada kelas kontrol berdistribusi normal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal.
Selanjutnya dillakukan uji homogenitas data untuk mengetahui apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak, maksudnya apakah
sampel yang dipilih dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0
ditolak dan jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 diterima. Dengan derajat kebebasan pembilang = (𝑛1 −
1) dan derajat kebebasan penyebut = (𝑛2 − 1) dengan taraf nyata 𝛼 = 0,05
Dari perhitungan diperoleh
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian
NO Kelas Varians Fhitung Ftabel
1 Eksperimen 0,235326
1,5575 1,776
2 Kontrol 0,151086

4
Pada tabel 4.12 diatas terlihat bahwa kelas eksperimen memiliki varians 0,235326 dan
kelas kontrol memiliki varians 0,151086, yang berarti varians kelas eksperimen lebih besar dari
varians kelas kontrol, sehingga dari hasil perhitungan diperoleh 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5575 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =
1,776 yang berarti 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Dengan demikian 𝐻0 diterima yang berarti kedua sampel,
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang homogen.

Setelah diketahui bahwa data kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa pada
kedua sampel berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis untuk kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa dilakukan pada data
pretes dan postes dan dilakukan melalui uji perbedaan dua rata-rata atau uji t.
Dari hasil perhitungan diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,66 . Selanjutnya dengan meninjau harga
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada 𝑑𝑘 = 68 dan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh 𝑡(0,95)(68) = 1,66867. Dengan
demikian disimpulkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ha diterima atau H0 ditolak sehingga disimpulkan
bahwa kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif Numbered Heads Together yang dipadukan dengan pendekatan induktif dan deduktif
lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang diajar dengan metode
ekspositori.

KESIMPULAN & SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab terdahulu
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together yang dipadukan pendekatan
induktif dan deduktif lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa yang
diajar dengan metode ekspositori pada materi fungsi di kelas VIII SMP Negeri 1 P.S Tuan T.A
2014/2015.

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya mempelajari model pembelajaran
kooperatif Numbered Heads Together agar dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika
karana model pembelajaran ini dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis tertulis siswa.
2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan kelebihan dan kelemahan dari
pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan matematika dalam upaya meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa.
3. Bagi siswa sebaiknya lebih percaya diri dan berani untuk mengkomunikasikan ide-ide dan
pendapatnya dan dapat lebih menjaga ketertiban dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama hendaknya mempersiapkan soal tes
kemampuan komunikasi matematis tertulis yang lebih handal agar lebih baik dalam
mengungkap kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa serta melakukan persiapan
yang lebih teliti dan cermat mengalokasikan waktu sehingga siswa lebih aktif dalam proses
belajar mengajar dan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu , (2009), Komunikasi Matematik – Konsep dan Aplikasi, Yayasan Pena, Banda
Aceh
Arikunto, Suharsimi, (2012), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta
Asmin, Mansyur, A, (2012), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan
Modern, Larispa Indonesia, Medan
Fachrurazi, (2011), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar, Edisi Khusus 1:76 - 88.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Pedoman
Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPA
Universitas Negeri Medan, FMIPA Unimed.

5
Isjoni, (2011), Cooperative Learning-Efektivitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA, Bandung.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Izzati, Nur, (2010), Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik, Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika:721-725
Matondang, Lidya, (2011), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Stabat T.A 2010/2011, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Munte, Desy, (2013), Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar Dengan Model
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan Pembelajaran Konvensional Pada
Materi Operasi Hitung Pada Bentuk Aljabar Kelas VII MTS Swasta Sidikalang Tahun
jaran 2013/2014, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan
Prayitno, Sudi, (2013), Komunikasi Matematis Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Berjenjang Ditinjau Dari Perbedaan Gender. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika. Pendidikan Matematika FMIPA UNY,9
November 2013
Qohar, Abdul, ( 2011), Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis untuk Siswa SMP,
Lomba dan Seminar Matematika XIX :46-47
Riyanto, Yatim, (2010), Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Grup, Jakarta
Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, ALFABETA, Bandung.
Sanjaya, Wina, (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada
Media Grup, Bandung
Saragih, M., (2001), Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Antara Pendekatan Pembelajaran
Open Ended Dan Konvensional Siswa SMP Negeri 28 Medan, Pasca Sarjana Unimed,
Medan.
Siahaan, Sahat., (2014), Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika, FMIPA, Medan
Sudjana, Nana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung
Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta

Você também pode gostar