Você está na página 1de 13

BAB II

Konsep Dasar

2.1 Abortus

2.1.1 Prinsip dasar

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)


pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamian tanpa


intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Terminology umum
untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi secara akibat intervensi


tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Terminology untuk
keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau abortus provokatus. (Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal:2002)

2.1.2 Etiologi abortus

Penyebab abortus adalah:

 Ovofetal
 Ibu

Pada kehamilan minggu-minggu pertama (0-10 minggu) factor ovofetal


bertanggung jawab atas sebagian besaar abortus; pada kehamilan selanjutnya (11-
12 minggu) faktor ibu menjadi lebih umum.

 Faktor ovofetal
Pemeriksaan janin dengan ultrasonografi dan selanjutnya pemeriksaan
histologik menunjukkan bahwa pada 70 persen kasus, ovum yang telah
dibuahi gagal berkembang dengan baik atau mengalami malformasi. Pada
40 persen dari kasus ini, kelainan kromosom mendasari terjadinya aborsi.
Pada 20 persen abortus, trofoblas gagal mengadakan implantasi secara
adekuat.
 Faktor ibu

Penyakit sistemik pada ibu, terutama infeksi bertanggung jawab terhadap 2


persen abortus. Sebanyak 8 persen berikutnya berhubungan dengan kelainan
uterus seperti kelainan congenital, mioma uteri, terutama tumor submukosa atau
inkompetensi servikal. Penyebab psikomatik diduga merupakan penyebab abortus
utama tetapi bukti sulit dievaluasi. (Obsteri patologi, kedokteran Unpad:2005)

1
2.1.3 Patofisiologi

Penyebab abortus yang paling dekat adalah pelepasan embrio parsial atau
komplit akibat perdarahan kecil di dalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi
plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi
sebelum minggu ke-8, mebrio defektif yang tertutup vili dan desidua cenderung
dikeluarkan dalam gumpalan (blighted ovum), walaupun sedikit produk konsepsi
dapat bertahan di dalam uterus maupun serviks. Perdarahan uterus terjadi sewaktu
proses pengeluaran.

Antara minggu ke-8 dan ke 14, mekanisme di atas dapat terjadi atau
membrane ketuban dapat rupture sehingga mengeluarkan janin yang cacat tetapi
gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di ostium serviks
eksterna atau tetap melekat pada dinding uterus. Tipe abortus ini dapat diikuti
perdarahan yang banyak. Antara minggu ke 14 dan 22, janin biasanya dikeluarkan
dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan.
Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga
menyerupai ‘persalinan kecil’.

Jelas dari uraian di atas bahwa abortus diikuti oleh perdarahan uterus dan
nyeri, dengan intensitas bervariasi. Walaupun abortus merupakan penyebab
perdarahan pervaginam pada kehamilan dini pada lebih dari 95 persen kasus,
penyebab-penyebab yang lebih jarang seperti kehamilan ektopik, perdarahan
serviks karena eversi epithelium atau polip endoserviks; mola hidatidosa; dan
jarang karsinoma serviks harus disingkirkan. (Obsteri patologi, kedokteran
Unpad:2005)

2.1.4 Penanganan umum

 Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat


darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil)
 Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilitasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medic atau rujukan)
 Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk ke rumah sakit
 Ingat: kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok
berat
 Bila terdapaat tanda-tana Sepsis, berikan antibiotika yang sesuai
 Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan
 Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pascatindakan dan
perkembangan lanjutan
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal:2002)

2
2.1.5 Diagnosis

 Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia,


penyakit radang panggul, gejala abortus, atau keluhan nyeri yang tidak
biasa.
Catatan: jika dicurigai adanya kehamilan ektopik, lakukan pemerikasaan
bimanual secara hati-hati karena kehamilan ektopik awal biasanya mudah
pecah.
 Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang
mengalami terlambat haid (terlambat haid dengan jangka waktu lebih dari
satu bulan sejak waktu haid terakhir) dan mempunyai satu atau lebih tanda
berikut ini: perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagian produk konsepsi,
serviks ynag berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharusnya.
 Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani
komplikasi yang ada. (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal: 2002)

Tabel : diagnosis dan penatalaksanaan perdarahan pada kehamilan muda

Perdarahan Serviks Uterus Gejala/tanda Diagnosis Tindakan


Bercak Tertutup Sesuai dengan -Kram perut Abortus -Observasi
hingga usia gestasi bawah imminens perdarahan
sedang* -Uterus lunak -Istirahat
-Hindarkan
coitus
Sedikit -Limbung atau Kehamilan -Laparotomi dan
membesar pingsan ektopik parsial
dari normal -Nyeri perut yang salpingektomi
bawah terganggu atau
-Nyeri goyang salpingostomi
protio
-Massa adneksa
-Cairan bebas
intraabdomen
Tertutup/ Lebih kecil -Sedikit/tanpa Abortus Tidak perlu
terbuka dari usia nyeri perut komplit terapi spesifik
gestasi bawah kecuali
-Riwayat perdarahan
ekspulsi hasil berlanjut atau
konsepsi terjadi infeksi
Sedang Terbuka Sesuai usia -Kram atau Abortus Evakuasi
hingga masif/ kehamilan nyeri perut Insipiens
banyak** bawah
-Belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi

3
-Kram atau Abortus Evakuasi
nyeri perut Inkomplit
bawah
-Ekspulsi
sebagian hasil
konsepsi
Terbuka Lunak dan -Mual/muntah
lebih besar -Kram perut
dari usia bawah
gestasi -Sindroma
mirip
preeklamsia
-Tak ada janin
ke luar jaringan
seperti anggur
*Perdarahan ringan membutuhkan waktu lebih dari 5 menit untuk
membasahi pembalut atau kain bersih

** Perdarahan berat membutuhkan waktu kurang dari 5 untuk membasahi


pembalut atau kain bersih

2.1.6 Penilaian awal

Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari:

 Keadaan umum pasien


 Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
<90 mmHg, nadi >112x/menit)
 Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah,
adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikirkan kemungkinan
kehamilan ektopik yang terganggu
 Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, secret berbau pervaginam,
nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang prosio, dehidrasi,
gelisah atau pingsan)
 Tentukan melalui evaluasi medic apakah pasien dapat ditatalaksanakan
pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan
stabilisasi)

2.1.6 Jenis abortus

Abortus spontan

 Abortus Imminens

Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap


kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan

4
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal:2002)

Diagnosis abortus iminens ditegakkan jikan seorang wanita hamil


mengalami perdarahan uterus dengan atau tanpa kontraksi uterus yang
sakit; penyebab-penyebab perdarahan pada kehamilan dini yang lain harus
disingkirkan. Pemerikasaan vagina (atau pemeriksaan speculum vagina)
menunjukkan bahwa serviks tidak berdilatasi. Pemeriksaan dengan real-
time ultrasound pada panggul akan menjelaskan diagnosis. Pemeriksaan
ini mungkin menunjukkan:
- Ukuran kantong aminoin normal dan jantung janin berdenyut
- Kantong amnion kososng
- Missed atau incomplete abortion

Jika hanyak didapati temuan pertama, diagnosis dapat dikonfirmasi.


Temuan ultrasonografi juga memberikan informasi bahwa kehamilan akan
berlanjut (pada 98 persen kasus), dan pasien dapat ihibur. Ia juga perlu
diberi tahu bahawa kira-kira 5 persen kasus, kehamilan akan lebih singkat
dan bayi lahir preaterm. (Obsteri patologi, kedokteran Unpad:2005)

Penangan

 Tidak diperlukan pengobatan medic yang khusus atau tirah baring


secara total
 Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual
 Bila perdarahan:
o Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi
o Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau
mola)
o Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.

 Abortus insipiens

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil


konsepsi masih berada dalan kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses
abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit
atau komplit.

Abortus insipien didiagnosis apabila wanita hamil ditemukan perdarahan


banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena

5
kontraksi rahim yang kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari
pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan
dapat menyebabkan kematian ibu dan jaringan yang tertinggal dapat
menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukakan. Janin biasanya
sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan indikasi
kontra. (Sulaiman, 2004)

Pada abortus insipien perdarahan lebih banyak dan rasa nyeri lebih kuat, ada
yang menyatakan lebih nyeri dari pada his waktu partus, dan ostium uteri
internum dan eksternum terbuka dan kantong ketuban menonjol keluar. Jika
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi pada penampang longitudinal terlihat
serviks yang terbuka melalui mana menonjol kantong yang berisi cairan di depan
bagian terbawah dari janin di belakang kandung kemih yang penuh (full bladder
technique). (Chalik, 1997)

Sumber : Helen Farrer, 1999

Gejala klinis :

- Serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka.


- Hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
- Ada kontraksi yang sering dan kuat.
- Perdarahan dan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus.
- Besar uterus masih sesuai umur kehamilan.
- Kehamilan positif pada tes urin.
- Hasil USG didapati pembesaran uterus sesuai usia kehamilan, gerak janin dan
gerak jantung janin masih jelas walau sudah mulai tidak normal.
- Terlihat penipisan serviks uterus dan pembukaannya. (Saifuddin, 2010)
Dasar diagnosis :

Anamnesa : Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi


rahim.

6
Pemeriksaan dalam : Ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahin, dan
ketuban utuh (mungkin menonjol). (Sulaiman, 2004)

Penatalaksanaan bagi bidan :


1. Pasien harus di rawat di rumah sakit. Karena tidak ada kemungkinan
kelangsungan hidup bagi janin abortus insipien.
2. Tugas bidan sebagai asisten mempersiapkan alat-alat, pantau kondisi pasien,
membantu memberikan obat intravena sesuai intruksi dokter, dan memasang
infus RL dengan oksitosin 20 unit dengan 40 tetes per menit untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi (di bawah pengawasan dokter). (Maryunani, 2013)

Penatalaksanaan bagi dokter :

1. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, dilakukan evakuasi uterus dengan
Aspirasi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan :
- Beri ergometrin 0,2 mg I.M (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu) ;
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(Saifuddin, 2010)

2. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu


- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil
konsepsi.(Saifuddin, 2010)
- Tindakan evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi dan kuretase harus hati-hati,
kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital yang kemudian disusul
dengan tindakan kuretase sambil diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan untuk
mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus. (Saifuddin, 2010)
- Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V (garam
fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. (Saifuddin,
2010)
4. Perdarahan yang banyak ditanggulangi dengan transfusi dan rasa nyeri dengan
analgetika. Antibiotika diberikan jika terdapat tanda-tanda infeksi. (Chalik, 1997)

7
Apabila wanita tersebut berada pada trimester pertama kehamilan, tidak
ditemukan perdarahan atau nyeri berlebihan, tanda-tanda vital dalam batas
normal, tidak mengalami distress emosional yang berat, dan kadar hematokrit
terakhir mencapai 30 %, maka dapat bidan tawarkan dua pilihan kepada klien.

1. Pilihan pertama adalah berkonsultasi dengan dokter untuk membantu mengakhiri


kehamilan dengan cara penyedotan (suction) D&C.
2. Pilihan lain adalah beristirahat di rumah dan menunggu sampai terjadi aborsi
spontan. Apapun yang menjadi pilihan, jangan lupa menjelaskan situasi yang
dihadapi kepada dokter konsultan bidan. Apabila wanita tersebut memilih untuk
tetap di rumah sampai aborsi spontan terjadi :
- Anjurkan klien memeriksa suhu tubuhnya setiap 4 jam (kecuali sedang tidur)
atau lebih sering bila klien menggigil, dan untuk menghubungi bidan, bila
perdarahan yang terjadi melebihi daya tampung pembalut yang biasa digunakan
dalam waktu 1 jam, atau bila terdapat keping darah berukuran lebih dari 3 cm
atau bila suhu tubuhnya mencapai 38˚C atau lebih.
- Klien juga harus segera menelpon jika merasa akan mengalami keguguran.
- Apabila klien mengalami dua kali atau lebih aborsi spontan secara berurutan, jika
memungkinkan, minta klien menyimpan produk konsepsi di dalam sebuah wadah
untuk penelitian genetika. Produk konsepsi tersebut juga bisa dikirim ke
laboratorium untuk pemeriksaan vilus plasenta guna memastikan terjadinya
abortus kompletus dan kehamilan berlangsung di dalam rahim.
- Apabila hasil pengkajian menunjukan data yang berada di luar batasan di atas,
atur pertemuan agar dokter konsultan mengevaluasi klien tersebut. Dengan
demikian, maka SAB dapat diakhiri dengan D&C. (Varney, 2007)

 Abortus inkomplit
Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus
di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak
atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus.
Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum
sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali
dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan
hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase.
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara
klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong

8
gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan.
Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi
uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya
dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara
hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan
yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari
plastic. Pascatindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun per
oral dan antibiotika (Saifuddin, Abdul Bari.2013.Ilmu
Kebidanan.Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo)
Penanganan
 Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).
 Hasil konsepsi yang terperangkap dalam serviks yang disertasi
perdarahan hingga ukuran sedang, dalat dikeluarkan secara digital atau
cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan:
o Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral
o Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil
konsepsi dengan AVM atau D&K (pilihan tergantung dari usia
gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin)
 Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis
(ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
 Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap
8 jam.
 Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu,
segera lakukan evakuasi dengan AVM
 Bila pasien tampak anemic, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari
selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfuse darah (anemia berat).

Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus


tidak aman, oleh sebab itu, perhatikan hal-hal berikut ini:

 Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau
cidera intra-abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut
kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas).
 Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu atau benda-
benda lainnya dari region genitalia.
 Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada
dinding vagina atau kanalis servisis dan pasien pernah diimunisasi.

9
 Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti
tetanus (ATS) 1500 Unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid
0,5 ml setelah 4 minggu.
 Konseling untuk kontrasepsi pascakeguguran dan pemantauan lanjut.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal:2002)

 Abortus komplit
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi
telah dikeluarkan dari kavum uteri. (Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal:2002)
Abortus Kompletus adalah Pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari
kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. (Sarwono,2010)
Diagnosis
Apabila abortus kompletus akan terjadi sering kali didahului oleh
hilangnya gejala-gejala kehamilan diikuti pengeluaran darah dengaan tiba-
tiba dan disertai dengan rasa nyeri di daerah perut bawah dan pinggang.
Janin dan plasentanya bisa keluar terpisah atau bersatu secara utuh. Jika
hasil konsepsi telah keluar dengan lengkap rasa nyeri menghilang dan
perdarahan berhenti, hanya perdarahan bercak bisa berlangsung beberapa
hari.
Abortus ini ditandai dengan perdarahan bercak sedang, serviks
tertutup atau terbuka, uterus lebih kecil dari usia gestasi, sedikit atau tanpa
nyeri perut bagian dari riwayat hasil konsepsi, pada abortus komplit
perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan selambat-
lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali, karena dalam
masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi dan pada pemeriksaan tes
urine biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus (Anik,
2013).
Penanganan

 Tidak perlu evakuasi lagi.


 Aboservasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan (Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal : 2002)
 Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3x1
tablet/hari untuk 3 hari.
 Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas
Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran
mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging,
telur). Untuk anemia berat, berikan transfuse darah.
 Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi
antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika
profilaksis.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal:2002)

10
 Abortus infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi.
Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum
peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis.
Penanganan
 Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas
kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk
pasien ke rumah sakit.
 Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan
NS atau RL melalui infuse dan berikan antibiotika (misalnya:
ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg).
 Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.
 Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotika
berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai,
dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan hati-
hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini).

 Retensi janin mati (missed abortion)


Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi
yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak
dapat ditentukan hanya dalam satu kali pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulangan.
Penanganan

Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit ata pertimbangan:


 Plasenta dapat melekat sangat erat di dinsing rahim, sehingga prosedur
evakuai (kuretase)akan lebih sulit dan risiko perforasi lebih tinggi.
 Pada umunya kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu
tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.
 Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut
dengan gangguan pembekuan darah.

 Abortus tidak aman (unsafe abortion)


Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman
sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.

2.1.7 Pemantauan pascaabortus

Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beri tahu bahwa abortus spontan


merupakan hal yang biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% (satu dari

11
tuuh kehamilan) dari seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis. Berilah
keyakinan akan kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut kecuali jika
terdapat sepsis atau anya penyebab abortus yang dapat mempunya efek samping
pada kehamilan berikut (hal ini jarang terjadi).

Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu abortus


inkomplit. Ibu ini sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan berikut sampai ia
benar-benar pulih. Untuk ibu dengan riwayat abortus tidak aman, konseling
merupakan hal yang penting. Jika kehamilan tersebut merupakan kehamilan yang
tidak diinginkan , beberapa metode kontrasepsi dapat segera dimulai (dalam
waktu 7 hari) dengan syarat:

 Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih


lanjut;
 Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.

Tabel: kontrasepsi pascaabortus

Metode Waktu aplikasi Keterangan


Kondom Segera Efektivitas tergantung dari tingkat
kedisiplinan pasien dapat mencegah PMS.
Pil hormonal Segera Cukup efektif tetapi perlu ketaatan pasien
untuk minum pil secara teratur.
Suntikan Segera Konseling untuk pilihan hormone tunggal
atau kombinasi.
Implant Segera Jika pasangan tersebut mempunyai satu
anak atau lebih dan ingin kontrasepsi
jagka panjang.
AKDR Segera atau setelah Tunda insersi jika Hb kurang dari 7g/dl
kondisi pasien pulih (anemia) atau jika dicurigai adanya
kembali infeksi.
Tubektomi Segera Sesuai untuk pasangan yang ingin
menghentikan fertilitas.
Jika Hb kurang dari 7g/dl, tunda sampai
anemia telah diperbaiki
Sediakan metode alternative (seperti
kondom).

Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang dibutuhkan oleh ibu
tersebut. Sebagai contoh beberapa wanita mungkin membutuhkan:

 Jika pasien diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml, jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.

12
 Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500
unit IM diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
 Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
 Penapisan kanker serviks.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal : 2002)

13

Você também pode gostar