Você está na página 1de 8

PENGETAHUAN DAN PERAN KADER POSYANDU TENTANG GIZI BALITA

DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ACEH BESAR

THE KNOWLEDGE AND ROLES OF POSYANDU CADRES ABOUT CHILDREN


UNDER FIVE NUTRITION IN WORKING AREA OF PUSKESMAS OF ACEH
BESAR

Muhammad Sayuthi1; Arfiza Ridwan2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail: sayutisay@yahoo.co.id ; arfiza_ridwan@yahoo.com

ABSTRAK

Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi masalah. Ada tidaknya
masalah gizi anak di suatu daerah tidak jauh dari pengetahuan dan peran kader posyandu. Kader bekerja
secara sukarela ditunjuk dan di angkat berdasarkan kepercayaan dan persetujuan masyarakat setempat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan peran kader posyandu tentang gizi balita
diwilayah kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif melalui pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 154 dengan
jumlah sampel 67 orang yang diambil dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 23-27 Juni 2016 di wilayah kerja Puskesmas Darussalam
Kabupaten Aceh Besar dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner dengan metode
wawancara terpimpin dengan total 39 item pernyataan. Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis
dengan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kader posyandu berada pada
kategori baik dengan frekuensi 47 responden (70,1%), dan peran kader posyandu berada pada kategori baik
dengan frekuensi 62 responden (92,5%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada
Puskesmas Darussalam untuk terus memberikan pelatihan kepada kader posyandu terkait masalah gizi yang
mungkin terjadi pada balita sehingga peran kader tetap berjalan dengan efektif.

Kata kunci : Pengetahuan, peran kader, posyandu, status gizi, balita.

ABSTRACT

Nationally, the nutritionalstatusof children in various area of Indonesia stillbecomes a problem. The existence
of the nutritional problem of children in an area is closely related to the knowledge and roles of the cadres of
Posyandu (center for pre- and postnatal health care and information for women and for children under five).
The cadres are appointed based on the trust and consent of the local community. The purpose of this research
was to find out the knowledge and roles of the cadres of Posyandu concerning the nutritional status of
children under five in working area of Puskesmas (Community Health Center) of Darussalam in Aceh Besar
Regency in 2016. This research is a descriptive research with cross sectional study approach. Population of
this research was 154 people with total samples of 67 people chosen by using random sampling technique.
Data were collected on July 23 to 27, 2016 in the working area of Puskesmas of Darussalam in Aceh Besar
Regency by using instrument in the form of questionnaire through guided interview with 39 statement items.
Data obtained were then analyzed with univariate analysis. The results of the research showed that the
knowledge of the cadres was in the good category with frequency of 47 respondents (70.1%) and the roles of
the cadres were in good category with frequency of 62 respondents (92.5%). Based on the results of the
research, the researcher suggests that the Puskesmas of Darussalam keep providing training to the cadres of
Posyandu concerning the nutritional problem that may occur in children under five so that the roles of the
cadres can run effectively.

Keywords : Knowledge, roles of cadres, posyandu, nutritional status, children under five

1
PENDAHULUAN prevalensi gizi buruk dan gizi kurang
Posyandu merupakan upaya menurut indikator BB/U pada balita tahun
peningkatan kualiatas sumber daya manusia 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 13,9% gizi
sejak dini melalui layanan sosial dasar kurang dan 5,7% gizi buruk. Jika di
masyarakat untuk menunjang pembangunan. bandingkan dengan angka prevalensi pada
Posyandu diselenggarakan untuk tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%)
kepentingan masyarakat sehingga terlihat meningkat. Perubahan terutama pada
pembentukan, penyelenggaraan dan prevelensi gizi buruk yaitu dari 5,4% pada
pemanfaatannya memerlukan peran aktif tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010 dan 5,7%
masyarakat dalam bentuk partisipasi pada tahun 2013. Sedangkan prevelensi gizi
penimbangan balita setiap bulannya, kurang naik sebesar 0,9% dari 2007 dan
sehingga dapat meningkatkan status gizi 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun
balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi 2015 yaitu 15,5% maka prevelensi gizi buruk
aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita dan kurang secara nasional harus di turunkan
untuk membawa anak balita-balita mereka sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai
keposyandu sehingga mereka dapat 2015.Diantara 33 provinsi di Indonesia, 18
memantau tumbuh kembang balita melalui provinsi memiliki prevalensi gizi buruk dan
penimbangan berat badannya setiap bulan kurang di atas angkaprevalensi nasional yaitu
(Permendagri, 2011). berkisar antara 21,2% sampai dengan 33,1%.
Menurut Harisman dan Nuryani Dari 18 provinsi tersebut provinsi Aceh
(2012), keberhasilan posyandu tidak lepas berada di peringkat 7 nasional dengan
dari kerja keras kader yang dengan sukarela prevalensi gizi buruk dan kurang berkisar
mengelola posyandu di wilayahnya masing- antara 25,0 %-30,0%.
masing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan Didalam Rencana Pembangunan
untuk meningkatkan keterampilan yang Jangka Menengah Aceh (RPJMA, 2013)
memadai bagi kader menyebabkan secara umum status gizi masyarakat di Aceh
kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, sudah menunjukkan perbaikan. Prevelensi
lemahnya informasi serta kurangnya balita gizi buruk dan kurang di Aceh
koordinasi antara petugas dengan kader menurun dari 26,5% di tahun 2007 menjadi
dalam pelaksanaan kegiatanan posyandu 23,7% di tahun 2010, namun angka ini masih
dapat mengakibatkan rendahnya tingkat berada diatas angka rata-rata nasional yang
kehadiran anak bawah lima tahun (balita) ke telah mencapai 19,6% (Pemerintah Aceh,
posyandu. Hal ini juga akan menyebabkan 2013).
rendahnya cakupan deteksi dini tumbuh Berdasarkan data dari Dinas
kembang balita. Kesehatan Aceh Besar tahun 2014
Hasil penelitian terkait yang didapatkan 56 balita mengalami gizi buruk
dilakukan oleh Purwaningsih (2013) yang tersebar di 22 Kecamatan di Kabupaten
mengenai tingkat pengetahuan kader Aceh Besar. Kasus gizi buruk tertinggi
posyandu dari 46 responden, yang terdapat di Kacamatan Mesjid Raya yang
berpengetahuan baik sebanyak 10 orang berjumlah 8 orang, sedangkan Kecamatan
(21,8%), yang berpengetahuan cukup Darussalam berada di peringkat 5 dengan
sebanyak 30 orang (65,2%) dan yang jumlah gizi buruk 3 orang. Sementara hasil
berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang wawancara dengan petugas kesehatan yang
(13%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan ada di Puskesmas Darussalam pada hari
bahwa mayoritas tingkat pengetahuan kader Senin tanggal 22 Februari 2016 jumlah balita
tentang posyandu pada tingkat cukup, yaitu diwilayah kerja Puskesmas Darussalam tahun
65,2%. Sementara Berdasarkan hasil Riset 2014 adalah 1608 balita dengan 51 balita
Dasar Kesehatan Indonesia (Riskesdas) 2013 mengalami gizi kurang dan 3 balita

2
mengalami gizi buruk, sementara di tahun 5) 56-65 tahun 1 1,5
2015 jumlah balita 1667 dengan 29 balita gizi
Pendidikan (UU
kurang dan 1 balita mengalami gizi buruk,
No. 20 Tahun
sehingga gizi merupakan masalah utama
2003)
diPuskesmas Darussalam. Berdasarkan
1) Pendidikan 14 20,9
pembahasan diatas maka peneliti tertarik
rendah
untuk melakukan penelitian tentang
2) Pendidikan 40 59,7
“pengetahuan dan peran kader posyandu
menengah
tentang gizi balita di wilayah kerja
3) Pendidikan 13 19,4
Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh
tinggi
Besar”.
Pekerjaan
Berdasarkan latar belakang di atas,
1) Mahasiswa 1 1,5
maka yang menjadi perumusan masalah
2) IRT 60 89,6
“Bagaimana pengetahuan dan peran kader
3) Petani 2 3,0
posyandu tentang gizi balita di wilayah kerja
4) Wiraswasta 1 1,5
Pukesmas Darussalam Kabupaten Aceh
5) Pegawai 3 4,5
Besar”.
swasta
Pernah ikut
METODE
Pelatihan
Metode penelitian yang digunakan
tentang gizi
adalah deskriptif dengan jumlah sampel
balita
sebanyak 67 responden, yang diambil dengan
1) Pernah 60 89,6
teknik random sampling dari jumlah populasi
2) Tidak pernah 7 10,4
154 orang kader posyandu di wilayah kerja
Lama menjadi
Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh
kader
Besar. Pengumpulan data dilakukan dengan
1) 1-5 tahun 34 50,7
menggunakan kuesioner melalui wawancara
2) 6-10 tahun 20 29,9
terpimpin. Analisa data menggunakan analisa
3) > 10 tahun 13 19,4
univariat.
Total 67 100,0
HASIL
Data demografi responden pada Berdasarkan tabel 1. diatas, diketahui
penelitian ini meliputi: umur, pendidikan, bahwa pada kategori usia distribusi
pekerjaan, pernah ikut pelatihan tentang gizi responden paling banyak yaitu usia 26-35
balita, dan lama jadi kader posyandu. tahun dengan frekuensi 34 orang (50,7%).
Dari kategori pendidikan terakhir, distribusi
Tabel 1. Data Demografi Responden Di frekuensi tertinggi adalah pendidikan
Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam (n= menengah sebanyak 40 orang (59,7%). Dari
67) katagori pekerjaan, distribusi tertinggi
adalah ibu rumah tangga sebanyak 60 orang
(89,6%). Dari kategori pernah ikut
Kategori Frekuensi Persentase
pelatihan tentang gizi balita, distribusi
Usia (Depkes tertinggi adalah pernah sebanyak 60 orang
RI, 2009) (89,6%). Kemudian dari kategori lama
1) 17-25 tahun 5 7,5 menjadi kader posyandu, distribusi tertinggi
2) 26-35 tahun 34 50,7 adalah 1-5 tahun sebanyak 34 orang (
3) 36-55 tahun 22 32,8 50,7%).
4) 46-55 tahun 5 7,5

3
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan
berdasarkan pengetahuan tentang gizi balita yang baik tentang tugasnya dimana kader
(n=67) lebih cepat mengerti, memahami, kegiatan
serta mampu melaksanakan pencacatan
Kategori Frekuensi Persentase prosedur kegiatan penimbangan balita yang
Baik 47 70,1 telah ditetapakan dibandingkan dengan yang
Cukup 17 25,4 memiliki pendidikan rendah dan pengetahuan
Kurang 3 4,5 kader yang termasuk pada usia produktif
Total 67 100 bekerja lebih baik dari pada kader yang
termasuk pada usia tidak produktif bekerja.
Penelitian lainnya yang dilakukan
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
oleh Munfarida (2012) mengenai faktor yang
sebanyak 47 orang (70,1%) kader posyandu
berhubungan dengan tingkat pengetahuan
memiliki pengetahuan tentang gizi balita
dan keterampilan kader posyandu diwilayah
dalam kategori baik.
kerja Puskesmas Jagir pada 83 responden
dengan hasil 79,5% kader posyandu sudah
Tabel 3.frekuensi responden berdasarkan
berpengatahuan baik.
peran kader posyandu tentang gizi balita
Menurut Pudjawidjana (2003),
(n=67)
pengetahuan merupakan reaksi dari manusia
atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui
Kategori Frekuensi Persentase
persentuhan dan biasa terjadi setelah
Baik 62 92,5
seseorang melakukan penginderaan pada
Kurang 5 7,5
sebuah objek tertentu. Pengetahuan dapat
Total 67 100 diartikan sebagai kumpulan informasi yang
dapat dipahami dan di peroleh sewaktu-
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa waktu sebagai alat untuk penyesuaian diri.
sebanyak 62 orang (92,2%) kader posyandu Pengetahuan juga merupakan pengenalan
menjalankan perannya tentang gizi balita terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan
dalam kategori baik. kaidah suatu objek dan merupakan hasil
stimulasi informasi untuk terjadinya
PEMBAHASAN perubahan prilaku (Rizani, Hakimi & Ismail,
Berdasarkan hasil penelitian yang 2009).
terlihat pada tabel 2 diketahui bahwa Pengetahuan merupakan salah satu
pengetahuan kader posyandu tentang gizi faktor yang berpengaruh dengan praktik
balita dalam kategori baik terdapat 47 kader posyandu saatkegiatan posyandu.
responden (70,1%), dalam kategori cukup Sehingga untuk merubah perilaku dibutuhkan
sebanyak 17 responden (25,4%), dan dalam peningkatan pengetahuan melalui pelatihan
kategori kurang sebanyak 3 responden secara berkala sehingga menimbulkan
(4,5%). kesadaran dalam diri kader untuk berperan
Hasil penelitian ini didukung oleh secara aktif saat posyandu (Goraahe, 2009).
penelitian yang dilakukan oleh Sutiani, Lubis Pengetahuan juga merupakan salah
& Siagian (2014) pada 62 responden satu variabel yang mempengaruhi perilaku
mengenai pengetahuan dan keterampilan dan keyakinan seseorang, selain itu
kader posyandu dalam pemantauan kemampuan kognitif membentuk cara
pertumbuhan bayi dan balita diwilayah kerja berfikir seseorang dan meningkatkan
Puskesmas Desa Lalang memiliki pemahaman akan suatu informasi. Semakin
pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 orang tinggi pengetahuan seseorang tentang arti
(80,6%). Pengetahuan kader yang kesehatan dan manfaat dari fasilitas

4
kesehatan maka akan semakin besar pula Sementara Berdasarkan hasil
keinginan seseorang untuk memanfaatkan penelitian yang terlihat pada tabel 3 diketahui
fasilitas kesehatan khususnya posyandu bahwa peran kader posyandu tentang gizi
(Potter & Perry, 2009). balita dalam kategori baik terdapat 62
Posyandu adalah suatu wadah responden (92,5%).
komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan Hasil penelitian ini didukung oleh
kesehatan masyarakat dan keluarga yang dilakukan oleh Sistiarani, Nurhayati &
berencana yang dilaksanakan oleh Suratman (2013) mengenai peran kader
masyarakat, dari masyarakat dan untuk dalam penggunaan buku kesehatan ibu dan
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta anakpada 67 responden menunjukkan hasil
pembinaan teknis dari petugas kesehatan, 53,7% kader posyandu sudah berperan
yang mempunyai nilai strategis untuk dengan baik. Peran kader posyandu baik
pengembangan sumber daya manusia sejak dikarenakan kader pernah mengikuti
dini dalam rangka pembinaan kelangsungan penyuluhan tentang penggunaan buku KIA.
hidup anak (Child Survival) yang ditujukan Penelitian lainnya yang dilakukan
untuk menjaga kelangsungan hidup anak oleh Fitriyah (2011) pada 80 responden
sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia mengenai peran serta kader posyandu dalam
balita (Fallen & Budi, 2010). upaya peningkatan status gizi balita di
Menurut Rahman (2008) pendidikan posyandu kelurahan Titi Papan Kecamatan
adalah segala upaya yang direncanakan. Medan Deli, Sumatra Utara memiliki peran
Untuk mempengaruhi orang lain, baik inividu yang baik adalah sebanyak (52,5%).
atau masyarakat sehingga mereka melakukan Sebagian besar kader posyandu
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. berpendidikan menengah, telah lama menjadi
Tinggkat pendidikan yang cukup merupakan kader posyandu, dan tidak memiliki
dasar pengembangan wawasan serta sarana pekerjaan lainnya.
untuk memudahkan seseorang untuk Posyandu merupakan salah satu
menerima pengetahuan, sikap, dan perilaku bentuk pendekatan partisipasi masyarakat di
baru. bidang kesehatan yang dikelola oleh kader
Peneliti berpendapat bahwa, posyandu yang telah mendapatkan pelatihan
pengetahuan responden tentang gizi balita dan pendidikan dari Puskesmas. Kader
diwilayah kerja Puskesmas Darussalam posyandu memiliki peran yang penting
Kabupaten Aceh Besar berada pada kategori karena merupakan pelayanan kesehatan yang
baik disebabkan oleh faktor demografi berada di dekat kegiatan sasaran posyandu
responden dimana mayoritas responden dan memiliki frekuensi tatap muka kader
memiliki tingkat pendidikan menengah. lebih sering daripada petugas kesehatan
Tingkat pendidikan responden yang baik lainnya (Nugroho, dkk, 2008).
menyebabkan responden memiliki Tugas kader posyandu dalam
kemampuan untuk menyerap informasi- kegiatan KIA di posyandu adalah melakukan
informasi terkait dengan gizi balita dengan pendaftaran, penimbangan, mencatat
baik. Selanjutnya pengetahuan kader baik pelayanan ibu dan anak dalam buku KIA,
karena rata-rata umur kader posyandu masih menggunakan buku KIA sebagai bahan
dalam usia produktif bekerja. Selain dari penyuluhan, serta melaporkan buku KIA dan
pada itu responden berpengetahuan baik penggunaan buku KIA kepada petugas
dikarenakan kader berperan aktif dalam kesehatan (Wirawan,2007).
mengikuti kegiatan posyandu dan juga Peranan kader sangat penting karena
sebanyak 89,6% kader posyandu pernah kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan
mengikuti pelatihan serta penyuluhan tentang program posyandu. Bila kader tidak aktif
gizi balita. maka pelaksanaan posyandu juga akan

5
menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi Masa kerja merupakan rentang waktu
balita tidak dapat dideteksi secara dini kader dalam menjalankan tugasnya sebagai
dengan jelas (Martinah dalam Isaura, 2011). bagian dari kegiatan posyandu yang merupakan
Peran kader yang terkait dengan gizi upaya program kesehatan ibu dan anak.
adalah melakukan pendataan balita, Semakin lama menjadi kader kesehatan
melakukan penimbangan serta mencatatnya diharapkan akan semakin banyak pengalaman
dalam kartu menuju sehat (KMS), serta pengetahuan sehingga diharapkan kader
memberikan makanan tambahan, kesehatan dapat melayani masyarakat dengan
mendistribusikan vitamin A, melakukan baik dan lebih profesional. Kader yang memilki
penyuluhan gizi serta kunjungan kerumah ibu masa kerja lebih lama akan memiliki kedekatan
yang memiliki balita. Kader diharapkan yang lebih mendalam dengan masyarakat,
berperan aktif dan mampu menjadi karena kader sudah lebih banyak dikenal dan
pendorong, motivator dan penyuluh memiliki interaksi dalam waktu yang lebih
masyarakat (Ismarawanti,2010). lama/sering di masyarakat dibandingkan
Peran sebagai seorang kader dengan kader kesehatan yang memiliki masa
sangatlah penting dibandingkan dengan kerja baru. Faktor usia juga berperan dalam
masyarakat biasa pada umumnya. Seorang menentukan masa kerja. Kader senior banyak
kader adalah relawan darimasyarakat yang memiliki usia yang matang pula, sehingga
setempat yang dipandang memiliki cukup memiliki pengaruh yang kuat dan disegani
pengaruh terhadap lingkungan masyarakat dimasyarakat (Sistriarani, Nurhayati &
setempat dan dianggap mampu memberikan Suratman, 2013).
pelayanan kesehatan. Namun keberadaan Berdasarkan data-data dan teori
kader kesehatan relatif labil karena tidak diatas maka penulis berasumsi bahwa peran
adanya jaminan kader akan dapat kader posyandu tentang gizi balita dalam
menjalankan fungsinya dengan baik. Jika ada kategori baik dikarenakan kader mengetahui
kepentingan keluarga, maka kader biasanya tugas dan perannya sebagai kader hal ini
akan lebih mendahulukan kepentingan ditunjukan dengan pernyataan mayoritas
pribadinya atau akan lebih memilih untuk kader selalu melakukan penimbangan berat
meninggalkan tugas (Wulandari,2011). badan balita pada saat balita dibawa
Keberhasilan kegiatan posyandu keposyandu, selain itu kader juga selalu
sangat bergantung pada partisipasi secara memberitahukan masyarakat hari dan jam
aktif dari kader yang bertugas diposyandu buka posyandu, kemudian kader juga selalu
dengan sukarela mengelola posyandu di mendokumentasikan hasil dari penimbangan
wilayahnya masing-masing. Kurangnya balita pada kartu KMS, selanjutnya menurut
pelatihan dan pembinaan untuk peneliti mayoritas kader posyandu diwilayah
meningkatkan keterampilan yang memadai kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten
bagi kader menyebabkan kurangnya Aceh Besar berada pada usia yang masih
pemahaman terhadap tugas kader. muda atau berada pasa usia yang masih
Permasalahan yang sering muncul adalah produktif sehingga kader masih mampu
kegiatan posyandu sebagai kegiatan yang berperan aktif dalam kegiatan posyandu.
rutinitas penimbang balita, pemberian Pengalaman kader juga mempengaruhi peran
imunisasi sementara, kunjungan kerumah kader posyandu semakin lama seseorang
hampir tidak ada, komunikasi hanya terbatas menjadi kader maka akan semakin mudah
antara kader dengan ketua tim pergerakan bagi kader untuk memahami situasi atau
PKK atau antara para ibu dengan petugas kondisi kesehatan balita didesanya, kemudian
kesehatan dan ketidakaktifan kader dalam mayoritas kader diwilayah kerja Puskesmas
kegiatan posyandu (Depkes RI, 2005). Darussalam bekerja sebagai ibu rumah
tangga sehingga kader masih memiliki waktu

6
yang cukup untuk berinteraksi dengan Ismarawanti, D. N. (2010). Kader Posyandu :
masyarakat. Peranan Dan Tantangan
Pemberdayaannya Dalam Usaha
KESIMPULAN Peningkatan Gizi Anak Di
Berdasarkan pengolahan data yang Indonesia. Jurnal Manajemen
dilakukan mengenai pengetahuan dan peran Pelayanan KesehatanVolume 13
kader posyandu tentang gizi balita diwilayah Nomor 04 Tahun 2010
kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Munfarida, S. (2012). Faktor Yang
Aceh Besar adalah Pengetahuan kader Berhubungan dengan Tingkat
posyandu tentang gizi balita diwilayah kerja Pengetahuan dan Keterampilan
Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Kader Posyandu.Surabaya:
Besar pada kategori baik yaitu 47 responden Fakultas Kesehatan Masyarakat
(70,1%), sedangkan selebihnya berada pada Universitas Airlangga
kategori cukup yaitu 17 responden (25,4%), Nugroho, H.A, Nurdiana, D. (2008).
dan kategori kurang yaitu 3 responden (4,5%) Hubungan Antara Pengetahuan
dan peran kader posyandu tentang gizi balita dan Motivasi Kader Posyandu
diwilayah kerja Puskesmas Darussalam dengan Keaktifan Kader Posyandu
Kabupaten Aceh Besar pada kategori baik di Desa Dukuh Tengah Kecamatan
yaitu 62 responden (92,5%), sedangkan Ketanggungan Kabupaten Brebes.
selebihnya berada pada kategori kurang baik Jurnal Keperawatan.
yaitu 5 responden (7,5%). Pudjawidjana. (2003). Pengetahuan Atlet
dan Obat Doping. PT Askido:
REFERENSI Semarang
Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Pemendagri.(2011).No.155/MENDAGRI/PE
Indonesia. Jakarta: Depertemen R/I/2010
Republik Indonesia Pemeritah Aceh. (2013). Rencana
Fallen, R., & R.Budi Dwi .K. (2010). Pembangunan Jangka Menengah
Catatan kuliah keperawatan Aceh Tahun 2012-2017.
komunitas. Yogyakarta: Nuha Purwandari, A. (2010). Ilmu Kesehatan
Medika. Masyarakat dalam Konteks
Fitriah, Z. (2011). Peran Serta Kader Kebidanan. Jakarta: EGC
Posyandu dalam Upaya Rahman, A. (2008). Manajemen Sumber
Peningkatan Status Gizi Balita di Daya Manusia. EGC,Yogyakarta
Posyandu Kelurahan Titi Papan. Riskesdas, (2013). Riset Kesehatan Dasar
Ilmu Keperawatan. Rizani. A, Hakimi. M & Ismail. D. (2009).
Goraahe, Z.(2009). Perbedaan Pengetahuan Hubungan pengetahuan, Sikap dan
Tentang Peran Kader dan Prilaku Ibu dalam Pemberian
Kemampuan Dalam Menilai Kurva Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari di
Pertumbuhan Balita Sebelum dan Kota Banjarmasin: Berita
Sesudah Pelatihan Partisipatif. Kedokteran Masyarakat
Semarang; Universitas Dipenogoro. Salam. (2009). Pengantar Filsafat. Jakarta:
Harisman, & Nuryani, D. (2012). Faktor- PT Bumi Aksara.
Faktor Yang Mempengaruhi Sistiarani, C. Nurhayati, S & Suratman.
keaktifan Kader Posyandu Desa (2013). Peran Kader Dalam
Mulang Maya Kecamatan Penggunaan Buku Kesehatan Ibu
Kotabumi Selatan Kabupaten dan Anak. Jurnal Kesehatan
Lampung Utara. Masyarakat. Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran

7
dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto,
Indonesia. Dikutip dari
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.
php/
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk
Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutiani, R. Lubis, Z & Siagian, A. (2014).
Gambaran Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Posyandu
Dalam Pemantauan Pertumbuhan
Bayi dan Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Desa Lalang. FKM
USU, Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat.
Wirawan, S. (2007). Hubungan Antara
Tingkat pendidikan Ibu dan
Efektifitas Buku KIA dengan
Pengetahuan Ibu Balita di Wilayah
Puskesmas Cakranegara, Mataram
.Jurnal KesehatanPrima1 : 84-93
Wulandari, R,A. (2011).Faktor yang
berhubungan dengan Keaktifan
kader Posyandu dalam menunjang
keberhasilan pencapaian tingkat
partisipasi masyarakat. Surabaya:
Universitas Airlangga.

Você também pode gostar