Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beras merupakan sumber karbohidrat utama bagi sebagaian besar penduduk
di Indonesia. Padi beras merah (oryza sativa.l) ialah salah satu jenis padi di
Indonesia yang mengandung gizi yang tertinggi. Beras merah memiliki keunggulan
dari beras putih yakni dilihat dari komposisi nutrisinya, beberapa komponen
nutrient seperti serat kasar, asam lemak esensial, vitamin B komplek serta mineral
yang banyak terdapat pada kulit ari beras merah. Mengkonsumsi beras merah secara
rutin memiliki manfaat bagi kesehatan seperti kesehatan pencernaan, membantu
menurunkan konsentrasi LDL dalam darah, serta mengurangi resiko penyakit
kronis seperti diabetes, obesitas, jantung koroner dan diverticulitis.
Menurut riset seorang ahli gizi di inggris melalui jurnalnya memaparkan
bahwa mengkonsumsi olahan beras putih setara dengan mengkonsumsi 89 gram
gula. Sehingga kandungan karbohidrat dalam nasi beras putih merupakan
karbohidrat sederhana yang mudah dipecah sehingga mudah merasa kenyang.
Sedangkan, menurut ahli kesehatan di Amerika kurang setuju jika mengkonsumsi
olahan beras putih setiap hari karena dapat meningkatkan resiko diabetes,
peningkatan gula darah, dan obesitas. Maka para ahli gizi dan dokter
merekomendasikan untuk mengkonsumsi olahan beras merah yang lebih memiliki
manfaat dalam peningkatan kesehatan. Beras merah mengandung berbagai
manfaat, seperti :
1. Menurunkan berat badan.
2. Sehat untuk pencernaan.
3. Mengontrol gula darah.
4. Mencegah terjadinya batu empedu.
5. Sumber antioksidan.
6. Menjaga kesehatan tulang.
7. Menurunkan kadar LDL (kolestrol jahat) dan meningkatkan HDL (kolestrol
baik).
Sedangkan beras merah memiliki kandungan gizi yaitu karbohidrat
komplek di dalamnya dan unsure-unsur penting lainnya seperti karbohidrat sebesar
80% (8% berasal dari protein dan 7% berasal dari lemak), serat sebesar 8% , vitamin
B yang terdiri dari thiamin, riboflavin, vitamin B-6, folat, dan niacin. Magnesium,
fosfor dan kalium yang bermanfaat dalam menjaga kesehatan tulang dan gigi. Dan
yang terakhir yaitu kalium untuk menjaga keseimbangan cairan dan fungsi jantung.

Di balik gizi beras merah yang lebih lengkap dari pada beraas putih namun,
cita rasa olahan beras beras kurang sedap jika dikonsusmsi dibandingan olahan
beras putih. Dimana beras merah memiliki rasa yang kurang seperti agak pahit,
sedangkan pada olahan beras putih memiliki rasa yang enak dan manis jika di
konsumsi. Melihat situasi ini maka penulis mengajukan usulan penelitian dalam apa
saja faktor-faktor yang menentukan permintaan beras merah sebagai kebutuhan
pokok pengganti beras putih di Kabupaten Badung.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian yang dikemukakan diatas maka, rumusan masalah penelitian
yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana permintaan beras merah di Kabupaten Badung?
2. Apasaja faktor yang mempengaruhi permintaan masyarakat dalam
mengkonsumsi beras merah?
3. Bagaimana minat masyarakat dalam mengkonsumsi olahan beras merah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini ialah :
1. Mengetahui bagaimana konsep harga di pasar.
2. Mengetahui apasaja faktor yang mempengaruhi permintaan beras di
Kabupaten Badung.
3. Mengetahui apasaja kandungan dalam olahan beras merah.
4. Mengetahui olahan beras merah lebih sehat dari olahan beras putih.
5. Mengetahui minat masyarakat dalam mengkonsumsi olahan beras merah.
1.4 Manfaat Penelilian
Dari hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan mengenai
faktor-faktor apa yang mempengaruhi jumlah permintaan beras merah di
Kabupaten Badung untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Selain itu dapat
menambah pengetahuan baru dalam ilmu pangan terutama mengenai kandungan
yang terdapat dalam olahan beras merah sehingga olahan beras merah jauh lebih
sehat jika di konsumsi oleh masyarakat dibandingan olahan beras putih. Hasil
penelitian ini juga berguna sebagai referensi pada penelitian selanjutnya sehingga
mendorang pemanfaatan olahan beras merah sebagai pengganti olahan beras putih
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Badung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori-Teori Yang Relevan

2.1.1 Klasifikasi Beras Merah

Beras merah mengandung sekitar empat kali jumlah serat makanan dari
pada beras putih. Padi beras merah (oryza sativa.l) ialah salah satu jenis padi di
Indonesia yang mengandung gizi yang tertinggi. Padi beras merah mengandung
protein, asam lemak tidak jenuh, beta sterol, camsterol, stgmasterol, isoflavones,
saponin, Zn dan Se, lovastrin, dan mevinolin-HMG-CoA. Menurut Anomin, 2005
unsur terakhir dalam beras merah yaitu reduktase inhibitor yang dapat mengurangi
sintesis koresterol di hati. Pada beras merah tumbuk mengandung protein 7,3%,
besi 4,2% dan vitamin B1 0,34% (nonim, 2005). Beberapa zat gizi yang umumnya
ditemukan pada beras merah termasuk vitamin E, thiamin, magnesium, vitamin B6
dan serat. Selain itu ada, sekitar selusin lebih banyak vitamin dan mineral yang
ditemukan dalam beras merah.

Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), tanaman padi merupakan jenis


tanaman rumput-rumputan. Klasifikasi tanaman padi yakni,:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Graminales

Famili : Graminaceae Genus Oryza

Spesies : Oryza Sativa L.


2.1.2 Morfologi Padi Beras Merah

Padi merupakan golongan tanaman semusim atau tanaman muda yakni


tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali
berproduksi. Setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tamanam padi dapat
dikelompokan ke dalam dua bagian yaitu bagian vegetative dan bagian generatif.
Bagian vegetative terdiri dari akar, batang, dan daun. Sedangkan pada bagian
generative terdiri dari malai atau bulir, bunga , buah dan bentuk gabah. Adapun ciri-
ciri morfologi pada beras merah, ialah sebagai berikut :

1. Akar Padi Beras Merah


Pada Padi Beras Merah memiliki sistem perakaran serabut (radix
adventicia), karena tidak terdapat akar utama/akar pokok dan digantikan oleh
sejumlah akar yang berukuran kurang lebih sama besar dengan semuanya keluar
dari pangkal batang.
2. Batang Padi Beras Merah
Batang padi beras merah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batang padi beras merah berbentuk bulat.
2. Sifat batang padi beras merah berupa batang rumput, yakni batang yang
tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyara dan seringkali berongga.
3. Permukaan batang padi beras merah licin.
4. Arah tumbuh batang padi beras merah tegak, yaitu arah tumbuhnya lurus
keatas.
5. Warna batang padi beras merah hijau, namun pada pangkal batang padi
beras merah berwarna merah.
6. Pertumbuhan batang padi beras merah mencapai 2 meter.
3. Daun Padi beras merah memiliki daun dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Daun padi beras merah termasuk daun yang tidak lengkap, karena hanya
memiliki helaian daun dan pelepah daun saja.
2. Memiliki alat tambahan pada daun yaitu lidah-lidah. Lidah-lidah itu
merupakan suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas antara
pelepah dan helaian daun. Alat ini berguna untuk mencegah masuknya
air hujan ke dalam ketiak antara batang dan pelepah daun, sehingga
kemungkinan pembusukan dapat dihindari.
3. Tipe lidah pada padi beras merah yaitu ligula tipe tersebut yaitu tipe
selaput.
4. Bangun/bentuk daun pada padi beras merah yaitu daun berbentuk pita.
5. Ujung daun berbentuk runcing, pangkal daun berbentuk rata, dan bertepi
rata. Memiliki pertulangan daun yang sejajar dan permukaan daun yang
berbulu halus dan berdaging tipis.
6. Daun berwarna hijau pada bagian tengah, namun pada bagian tepi daun
berwarna merah.
4. Buah padi beras merah memiliki buah dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Padi beras merah termasuk buah sejati tunggal kering yaitu buah sejati
tunggal yang bagian luarnya keras dan mengayu seperti kulit kering.
2. Padi beras merah dibagi lebih spesifik lagi yaitu, buah sejati tunggal
yang kering jika dimasak, tidak pecah dan termasuk dalam buah padi
yaitu buah berdinding tipis dengan kandungan satu bidi buah dan satu
kulit buah berlekatan dengan kulit biji. Sehingga biji yang seharii-hari
kita makan merupakan buah dari tanaman padi.

2.1.2 Konsep Harga

Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya (Swastha, 2010). Harga adalah apa yang harus di berikan oleh
konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk (Lamb et.al. 2001). Salah
satu gejala ekonomi yang sangat penting dan berhubungan dengan prilaku petani
baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga (Mubyarto, 1994).
Dalam arti yang paling sempit, harga (price) adalah jumlah uang yang akan di
bebankan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah dari
seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler dan Armstrong, 1999).
Harga memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka
panjang maupun jangka pendek.Dalam jangka panjang harga-harga itu hendaknya
member optimis untuk alokasi sumber daya dan kepuasan konsumen.Dalam jangka
pendek, harga-harga itu harus memudahkan perdagangan dan arus peredaran yang
tepat waktunya (Kustiah, dkk, 1986). Harga suatu barang dan jumlah barang yang
diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan ekuilimbrium dalam
suatu pasar. Keadaan ekuilimbrium tersebut dapat ditunjukan sebagai berikut :
(Sukirno, 2005).

Grafik di atas menggambarkan terjadinya harga keseimbangan sebagai


akibat dari perpotongan antara kurva permintaaan dan penawaran. Apabila harga
berada di atas harga keseimbangan maka jumlah barang ditawarkan lebih besar dari
pada jumlah yang diminta, barang-barang tidak laku dan menumpuk sehingga
terpaksa harga diturunkan. Sebaliknya kalau harga berada dibawah harga
keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih sedikit dari pada jumlah
barang yang diminta sehingga pembeli saling berebut, persediaan barang segera
menipis dan harga naik lagi (Mubyanto, 1989).

Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva


permintaan dan kurva penawaran.Tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada
tingkat petani dan konsumen disamping harga pedagang pembentukan harga yang
muruni terjadi pada tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini
terdapat persaingan yang agak sempurna dan pada umumnya penjual dan pembeli
memiliki pengetahuan yang baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu.
Harga eceran dan harga pada tingkat petani tinggal memperhitungkan dari harga
pedagang besar yaitu dengan menambah dan mengurangi dengan apa yang disebut
margin pemasaran (Mubyarto, 1989).
Secara konseptual pasar merupakan kelembagaan yang otonom. Dalam
bentuk yang ideal, maka mekanisme pasar di yakini akan mampu mengatasi
persoalan-persoalan ekonomi dengan pengawasan politik dan sosial yang minimal
dari pemerintah dan komunitas. Pasar tak lagi bermakna sebagai tempat atau lokasi
belaka, namun sudah meluas sebagai bagain penentu aspek moral kehidupan
kolektif di tingkat desa hingga nasional.Dalam kehidupan sektor pertanian, dimana
mereka seakan-akan membangun dunia sendiri, misal timbulnya pedagang kaki
tangan dan pedagang komisioner (Syahyuti, 2004).
2.1.3 Konsep Permintaan
Pengertian permintaan sering disalah artikan oleh pelaku-pelaku ekonomi,
sehingga sering menyimpang dari pengertian sebenarnya sesuai dengan ilmu
ekonomi.Dalam pengertian sehari-hari permintaan sering diartikan sebagai jumlah
barang yang dibutuhkan (absolut). Menurut ekonomi mikro dalam perspektif islam
yang di tulis oleh Muhammad (2004), permintaan adalah banyaknya jumlah barang
yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu, pada tingkat
pendapatan tertentu dalam priode tertentu. Permintaan seseorang atau suatu
masyarakat atas sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantaranya faktor-
faktor tersebut yang terpenting adalah harga barang tersebut, pendapatan rumah
tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam
masyarakat, citarasa masyarakat, jumlah penduduk dan ramalan keadaan dimasa
yang akan mendatang (Sukirno, 1998).
Menurut Sukirno (2005) kurva permintaan adalah kurva yang
menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai
tingkat harga.Kurva permintaan pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan
bawah.Hal ini karena adanya hubungan terbalik antara harga dengan jumlah yang
diminta.
Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang
ditunjukan dalam Gambar 2, jika terdapat perubahan-perubahan terhadap
permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga
barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya
mengalami perubahan maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan
pindah ke kanan atau ke kiri.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi permintaan

Permintaan akan suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Menurut Soekartawi (2002), bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang meliputi: harga barang
yang bersangkutan, harga barang subtitusi atau komplementernya, selera, jumlah
penduduk, tingkat pendapatan, elastisitas barang. Selanjutnya Daniel (2002)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah jumlah permintaan
terhadap suatu barang meliputi: harga, harga barang lain, selera, jumlah penduduk,
tingkat pendapatan dan selera.

Berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, Kelana


(1996) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga,
selera dan preferensi (taste and preference), harga dari barang lain yang
berhubungan, perubahan ekspentasi/pemikiran relative dimasa yang akan dating,
perubahan pendapatan, dan perubahan jumlah konsumen (change in the number of
consumer). Jadi berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permintaan
itu dipengaruhi oleh factor harga, tingkat pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan
harga barang pengganti (subtitusi).Sehubungan dengan hal tersebut, kaitannya
dengan variabel yang diamati dalam penelitian ini, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan :
1. Harga Barang itu Sendiri
Harga barang itu mempunyai pengaruh terhadap permintaan karena dalam
teori permintaan yang terutama dianalisis adalah berkaitan diantara permintaan
suatu barang dengan harga barang tersebut.Didalam analisis tersebut dimisalkan
faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus.Tetapi dengan
pemisalan tersebut bukan berarti faktor-faktor lain diabaikan (Sukirno, 1994).
Hubungan antara harga dan jumlah permintaan merupakan hubungan yang terbalik,
sehingga dalam kurva permintaan akan mempunyai kemiringan negative.
Hubungan terbalik ini berarti bila harga suatu barang naik turun, maka
permintaannya akan meliputi harga barang lain. Hubungan ini dikenal dengan
Hukum Permintaan (Salvantore, 1998).
2. Harga Barang
Perubahan suatu barang memiliki pengaruh terhadap permintaan lain.
Keadaan ini terjadi jika kedua barang tersebut mempunyai hubungan yang saling
menggatikan (subtitusi) dan saling melengkapi (complementer). Bila dia tidak
berhubungan (neutral/independent), maka tidak akanada saling berpengaruh.
Soekartawi (1993), juga menyatakan bahwa apakah dengan berubahnya harga suatu
barang akan mempengaruhi harga barang lain tergantung apakah barang tersebut
mempunyai hubungan yang saling menggantikan, saling melengkapi
(complementer) atau tidak saling mempengaruhi atau netral saja (independent).
Perubahan harga yang sama dapat terjadi karena harga komoditi subtitusi naik.
Umpamanya barang A dan B adalah subtitusi, karena harga B naik, maka barang A
menjadi relative lebih murah. Kenaikan dalam harga subtitusi suatu komoditi
menyebabkan pergeseran kurva permintaan untuk membeli komoditi ke kanan,
pada setiap harga akan dibeli jumlah yang lebih banyak.
3. Jumlah Penduduk
Peningkatan maupun penurunan jumlah penduduk berpengaruh pada
tingkat permintaan suatu barang, karena semakin banyak jumlah penduduk makin
besar pula barang yang dikonsumsi dan semakin banyak permintaan. Sehingga
bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proposional dengan pertambahan
jumlah barang yang dikonsumsi.Hal ini disebabkan karena konsumsi anak belasan
tahun atau anak dibawah umur 9 tahun. Yang pasti logikanya, bila jumlah penduduk
bertambah maka tentu saja permintaan akan suatu barang akan bertambah pula
(Daniel, 2002).

4. Tingkat Pendapatan.
Tingkat pendapatan merupakan criteria atau indicator dalam mengukur
tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga atau masyarakat. Jadi jika semakin tinggi
pendapatan menunjukan bahwa kesejahteraan yang semakin baik.Pendapatan ini
merupakan faktor yang sangat penting didalam menentukan corak permintaan ke
atas berbagai jenis barang.Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan
permintaan atas berbagai jenis barang.
5. Selera

Setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda terhadap suatu barang.


Maka dapat dikatakan selera konsumen yang bermacam-macam terhadap suatu
barang akan menimbulkan munculnya barang-barang lain di pasar melalui
spesialisais produk, yang mengakibatkan bentuk pangsa pasar tersendiri
(Monopolitik) bagi selera-selera tertentu sehingga semakin tinggi selera suatu
konsumen, akan mengakibatkan naiknya permintaan barang tersebut.
6. Perkiraan Harga Dimasa Depan
Perkiraan harga mempengaruhi permintaan suatu produk, dimana jika
perkiraan harga suatu barang akan naik dimasa yang akan datang, akan mendorong
para konsumen untuk membeli sebanyak-banyaknya barang pada saat yang
sekarang. Sehingga permintaan dalam jangka pendek akan meninggkat( Mandala
dan Prathama, 2002). Menurut Sukirno (1994) berdasarkan terhadap perubahan
tingkat pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan kedalam empat
golongan yaitu barang inferior, barang esensial, barang normal dan barang
mewah.Namun Miller dan Meiners (2000) membedakan jenis barang tersebut
menjadi dua, yaitu barang normal dan barang inferior.
A. Barang normal. Suatu barang dikatakan barang normal apabila ia
mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan
pendapatan. Ada dua pendapatan meningkat, yaitu: 1) pertambahan
pendapatan akan menambah daya beli atau kemampuan untuk membeli
suatu barang, dan 2) pertambahan pendapatan memungkinkan para pembeli
menukar konsumsi mereka dari barang yang kurang baik mutunya ke
barang-barang yang lebih baik.

B. Barang Inferior. Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh
orang-orang yang berpendapatan rendah. Kalau pendapatan bertambah
tinggi, permintaan terhadap barang-barang yang tergolong sebagai barang
inferior akan menurun. Pada pembeli yang mengalami kenaikan pendapatan
akan mengurangi pengeluaran untuk membeli barang inferior dan
menggantikannya dengan barang-barang yang lebih baik mutunya. Efek
pendapatan yang negatif dari barang-barang inferior yang lebih besar dari
pada baiknya jumlah barang yang diminta dapat menimbulkan apa yang
disebut dengan barang gifjen. Barang gifjen yaitu barang uang
permintaannya justru bertambah saat harganya meninggkat dan sebaliknya
apabila harganya turun maka permintaannya akan menurun (Rahardja,
1985).

Jadi kesimpulannya secara umum permintaan suatu barang atau jasa


dipengaruhi oleh banyak factor, dimana factor tersebut merupakan barometer yang
menentukan besar kecilnya jumlah permintaan oleh konsumen.

2.1.5 Elastisitas

Elastisitas Permintaan merupakan suatu alat atau konsep yang digunakan


untuk mengukur drajat kepekaan atau respon perubahan jumlah atau kualitas barang
yang dibeli sebagai akibat perunahan faktor yang mempengaruhi. Maka dikenal tiga
elastisitas permintaan, yaitu:
1. Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan atau respon jumlah
akibat perubahan harga barang atau dengan kata lain merupakan perbandingan dari
pada pprestasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan presentase perubahan
dengan harga dipasar, sesuai hukum permintaan, apabila harga naik maka jumlah
barang yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka
jumlah barang yang diminta mengalami kenaikan.
Faktor yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan yaitu: a)tersedia
atau tidaknya barang pengganti dipasar, b) Jumlah pengguna atau tingkat kebutuhan
dari barang tersebut c)Jenis barang dan pola preferensi konsumen,d) Priode waktu
yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga atau priode waktu
penggunaan barang tersebut serta e)Kemampuan relative anggaran untuk
mengimpor barang.

2. Elastisitas Silang
Koefisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan
permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang
lain dinamakan elastisitas permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang.
3. Elastisitas pendapatan
Koerfisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan
permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat dari pada perubahan pendapatan
pembelian dinamakan elastisitas pendapatan.

2.2 Penelitian- Penelitian Yang Relevan.

Beras merah merupakan salah satu sumber serat yang cukup baik, hal ini
dikarenakan beras merah umumnya dikonsumsi tanpa melalui proses penyosohan,
melainkan hanya digiling menjadi beras pecah kulit, sehingga kulit arinya masih
melekat pada endosperm. Kulit ari beras merah kaya akan kandungan minyak
alami, lemak essensial dan serat (Santika dan Rozakurniati, 2010). Beras merah
juga mengandung senyawa flavonoid fungsional, elemen mikronutrisi esensial,
lemak fungsional dan penangkap radikal bebas. Salah satu kelompok senyawa
flavonoid yang terkandung adalah kelompok senyawa antosianin (Prastyaharasti
dan Zubaidah, 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya, beras merah varietas
solok memiliki komposisi kimia sebagai berikut yaitu kadar air 11,47%, kadar abu
1,28%, kadar lemak 2,46%, kadar protein 7,21%, dan kadar karbohidrat sebesar
77,59%. Beras merah juga memiliki suhu gelatinisasi sekitar 87,54 oC, daya cerna
pati secara in vitro sekitar 62,06%, fenol sebesar 5,309 ± 0,283 mg GAE/g,
kandungan total flavonoid sebesar 19,245 ± 1,491 mg/g, dan kandungan aktivitas
antioksidan sebesar 8,600 ± 0,825 mg AEAC/g (Akhbar, 2015).

Beras merah memiliki kandungan serat sekitar 5,4%, hal ini dapat dikatakan
cukup tinggi bila dibandingkan beberapa produk padi-padian seperti ketan hitam
yang memiliki kandungan serat sekitar 0,8%, dan bahkan tepung terigu yang
memiliki kandungan serat sebesar 2,7% (Nutrisurvey, 2005). Selain serat, beras
merah memiliki kapasitas antioksidan beras merah sebesar 6,08 mg AEAC/100 g
(bk) (Kristin, 2014).

Selain di jadikan sebagai makan pokok yaitu nasi beras merah, beras merah
dapat di olahan sederhana dari beras merah adalah dengan mengolah menjadi
tepung beras merah. Tepung merupakan bentuk alternatif setengah jadi yang
direkomendasikan karena tepung memiliki keawetan yang baik, mudah dicampur
sebagai komposit, diperkayakan zat gizi (di fortisikasi), dibentuk dan lebih mudah
diaplikasikan pada bentuk-bentuk pangan yang lainnya (Damarjati, dkk., 2000).
Menurut Soesanto dan Saneto (1994), pembuatan tepung beras merah mempunyai
kelebihan yaitu mudah dalam proses penyimpanan dan penyiapan bahan baku suatu
produk dengan daya tahan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk
bijinya.

Senyawa antioksidan yang terdapat pada tepung beras merah adalah


senyawa antosianin. Kandungan antosianin pada beras merah masih sangat
beragam dan berkisar sekitar 0,34-93,5 μg. Senyawa antosianin adalah senyawa
fenolik yang masuk kelompok flavonoid yang berperan baik untuk tubuh maupun
untuk tanaman itu sendiri. Antosianin berperan untuk mencegah beberapa penyakit
hati, kanker usus, stroke, diabetes, dan sangat esensial untuk kinerja otak (Herani
dan Rahadjo, 2005).
Pengolahan tepung beras merah merupakan usaha pengecilan ukuran partikel beras.
Proses ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara kering dan basah. Pengolahan
tepung yang dilakukan secara basah, hasil tepungnya harus dikeringkan kembali
agar tepung beras memiliki daya simpan yang lama (Khatir, dkk., 2011).
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Usulan penelitian ini diangkat untuk mengetahui suatu permintaan beras
merah di Kabupaten Badung. Penelitian ini memfokuskan pada perincian terhadap
faktor-faktor yang mendukung terjadinya pengaruh permintaan beras merah.
Dengan melihat dan memahami secara logis dan mengetahui faktor-faktornya
berdasarkan teori yang ada, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan beras merah antaranya harga beras itu sendiri, harga barang-barang
subtitusi (barang pengganti) dan jumlah penduduk.Setelah mengetahui faktor-
faktor tersebut, diperlukan suatu analisis statistik agar mendapat suatu kesimpulan
yang signifikan dan akurat.

Permintaan
Beras Merah

Permintaan Beras
Merah di
Kabupaten
Badung

Faktor-faktor
permintaan beras
merah

Harga Beras Faktor barang lain Jumlah Penduduk


Barang Subtitusi

Tepung beras Beras putih


merah

Skema kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan


Beras Merah di kabupaten Badung.

2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakann sebelumnya maka hipotesis
penelitian ini harga beras, jumlah penduduk, harga sagu, dan harga ubi kayu
berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Badung.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Badung pada bulan April-juni
2018. Penentuan Kabupaten Badung sebagai tempat penelitian berdasarkan
pertimbangan bahwa (1) beras merupakan kebutuhan pangan yang dikonsumsi oleh
penduduk Kabupaten Badung. (2) beras merah dapat sebagai alternatif pengolahan
beras putih yang kurang sehat bagi kesehatan bila terus dikonsumsi.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data sekunder
(time series) yang dirangkum dalam kurun waktu tahun 2010-2017. Sumber data
diperoleh dari instansi-instansi yang memiliki dokumen-dokumen terkait dengan
penelitian ini seperti BPS Kabupaten Badung, Dinas Pertanian Kabupaten Badung,
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Badung, dan Badan Urusan Logistik (Bulog)
Kabupaten Badung, dan pedangan beras merah di pasar.
3.3 Variable dan Definisi Operasional Variable
Dalam pengumpulan data , agar memperjelas ruang lingkup dan
menghindari adanya kekeliruan , maka penulis memberikan definisi operasional
sebagai berikut :
1. Permintaan beras merah merupakan jumlah beras yang dibeli oleh masyarakat
Kabupaten Badung.
2. Jumlah penduduk ialah semua penduduk yang tinggal di Kota Kabupaten
Badung per tahunnya, dinyatakan dalam satuan jiwa.
3. Harga beras merupakan harga rata-rata beras setiap tahunnya yang berlaku di
Kabupaten Badung, dinyatakan dalam satuan rupiah.
4. Tepung beras merah merupakan salah satu olahan dari hasi panen beras merah.
5. Olahan beras putih seperti nasi putih Maupun tepung beras kurang baik jika di
konsumsi setiap hari.
3.4 Metode Analisis
Pada usulan penelitian ini menggunakan metode analisis data hubungan
antara permintaan beras dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis
dengan alat analisis regresi linier berganda. Secara sistematis model yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Ln = Ln bo + 𝑏1 ln 𝑋1 + 𝑏2 ln 𝑋2+ 𝑏3 ln 𝑋3+ 𝑏4 ln 𝑋4 + 𝑒

Keterangan :
Ln = Jumlah Permintaan Beras Merah (Rp/Ton)
bo = Konstanta
X1 = Harga beras merah tahun t (Rp/kg)
X2 = JumlahPenduduk tahun t (jiwa)
X3 = Harga tepung beras merah tahun t (Rp/kg)
X4 = Harga beras putih tahun t (Rp/kg)
b1-b4= Koefisien regresi
e = error

Você também pode gostar