Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Angka Fertilitas Total menurut Provinsi 1971, 1980, 1985, 1990, 1991, 1994,
1998, dan 1999
Table diatas menunjukan angka fertilitas total menurut provinsi pada tahun 1971,
1980, 1985, 1990, 1991, 1994, 1998, 1999, dan SATPAS 1985. Pada tahun 1971, provinsi
dengan jumlah angka fertilitas total provinsi tertinggi yaitu terjadi pada provinsi sumatera
utara, bengkulu, nusa tenggara barat, Kalimantan tengah, Maluku, dan papua yaitu sebesar
7% dari total seluruh privinsi sebesar 6%. Pada tahun 1980, provinsi dengan jumlah angka
fertilitas total tertinggi yaitu pada provinsi sumatera utara, Sumatra barat, jambi, Sumatra
selatan, Bengkulu, dan Maluku yaitu sebesar 6% dari total keseluruhan provinsi sebesar 5%.
Berdasarkan data sutpas pada tahun 1985, provinsi dengan angka fertilitas tinggi
adalah provinsi Sulawesi tenggara yaitu sebesar 5,66% yang disusul oleh Maluku sebesar
5,61% dari keseluruhan provinsi yaitu sebesar 4%. Sensus penduduk pada tahun berikutnya
yaitu tahun 1990, provinsi dengan angka fertilitas tinggi adalah provinsi nusa tenggara barat,
nusa tenggara timur, Sulawesi tenggara, Maluku, dan papua sebesar 5% dari keseluruhan
provinsi yaitu sebesar 3%. Pada tahun 1991, provinsi dengan angka fertilitas tinggi adalah
provinsi Sumatra utara yaitu sebesar 4.17% yang disusul oleh Kalimantan barat sebesar
3.94% dari keseluruhan provinsi yaitu sebesar3%.
Sensus pada tahun selanjutnya yaitu pada tahun 1994, provinsi dengan angka fertilitas
tinggi adalah Sumatra utara yaitu sebesar 3.88% yang disusul oleh nusa tenggara timur
sebesar 3.87% dari keseluruhan provinsi yaitu sebesar 2.85%. Selanjutnya yaitu pada tahun
1998, provinsi dengan angka fertilitas tinggi adalah nusa tenggara timur yaitu sebesar 3.15%
yang disusul oleh nusa tenggara barat sebesar 3.12% dari keseluruhan provinsi yaitu sebesar
2.65%. Pada sensus penduduk tahun 1999, provinsi dengan angka fertilitas tinggi adalah
Maluku yaitu sebesar 2.96 % yang disusul oleh Sumatra barat dan Sulawesi tengah sebesar
2.87% dari keseluruhan provinsi yaitu sebesar 2.59%. Dari semua tahun dari data di atas,
angka fertilitas tertinggi yang paling sering terjadi yaitu pada provinsi Sumatra utara dan
Maluku. Diantara 8 tahun yang diadakan sensus pada table diatas, provinsi sumatera utara
dan provinsi Maluku yang memiliki angka fertilitasnya tinggi sebanyak 4 tahun.
2. Angka Kematian Bayi dan Kematian Dibawah Usia Lima Tahun Menurun
Riau 146 110 65 71,7 60,4 40 38 219 160 89 94,1 82,4 47,65
Jambi 154 121 74 60,2 68,3 45 43 232 178 102 87,5 82,4 55,07
Sumatera
Selatan 155 102 71 59,6 53 51 48 233 147 98 92 70,4 62,39
DKI Jakarta 129 82 40 29,8 26,1 26 24 191 115 55 50,3 41,7 28,56
Jawa Barat 167 134 90 88,8 60,6 56 53 251 199 129 119,6 77,2 69,32
Jawa Tengah 144 99 65 51,1 45,2 48 36 216 142 89 74,8 59,9 44,93
DI
Yogyakarta 102 62 42 30,4 23,4 27 25 148 84 53 35,1 30,3 30,28
Jawa Timur 120 97 64 62,1 35,8 50 48 177 140 87 78,8 52,5 62,51
Maluku 143 123 76 68 29,5 48 40 215 182 107 90,8 48,4 49,89
Papua 86 105 80 61,3 64,7 55 52 122 152 113 88,1 92,3 68,52
INDONESIA 145 109 71 66,4 52,2 49 46 218 158 99 92,8 70,6 59,55
Dari data angka kematian bayi didapatkan bahwa pada tahun 1971, angka kematian
bayi paling besar terdapat di Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 221 kasus, kemudian
urutan kedua yaitu di Bengkulu, Jawa Barat dan Sulawesi Tenggara yaitu sebanyak 167
kasus, selanjutnya angka kematian bayi paling rendah pada tahun 1971 yaitu di Papua
sebanyak 86 kasus. Pada tahun 1999, angka kematian bayi paling banyak terjadi di daerah
Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 81 kasus, diurutan kedua yaitu di Kalimantan Selatan
sebanyak 63 kasus, sedangkan pada tahun yang sama angka kematian bayi terendah berada di
DKI Jakarta sebanyak 24 kasus. Apabila dilihat dari total jumlah angka kematian bayi semua
wilayah pada tahun 1971 mencapai 145 kasus, total jumlah angka kematian bayi semua
wilayah tahun 1980 mencapai 109 kasus, pada tahun 1990 mencapai 71 kasus, pada tahun
1994 mencapai 66,4 kasus, pada tahun 1997 mencapai 52,2 kasus, pada tahun 1998 mencapai
49 kasus, dan pada tahun 1999 mencapai 46 kasus . Dilihat dari data pada tahun 1971, 1080,
1990, 1994, 1997, 1998, dan 1999 angka kematian bayi mengalami penurunan.
Dari data angka kematian dibawah usia lima tahun didapatkan bahwa pada tahun
1971, angka kematian dibawah usia lima tahun paling tinggi berada di Nusa Tenggara Barat
yaitu sebanyak 328 kasus, diurutan kedua yaitu di Jawa Barat dan Sulawesi Tenggara
sebanyak 251 kasus, sedangkan yang paling rendah yaitu sebanyak 122 kasus di Papua. Pada
tahun 1999 angka kematian dibawah usia lima tahun paling tinggi berada di Nusa Tenggara
Barat sebanyak 113,6 kasus dan yang terendah di DKI Jakarta sebanyak 28,5 kasus. Apabila
dilihat total jumlah seluruh Indonesia maka dari tahun 1971, 1980, 1990, 1994, 1997 dan
1999 maka angka kematian dibawah usia lima tahun mengalami penurunan.
Dari data tersebut didapat bahwa Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang
memiliki angka kematian bayi dan angka kematian dibawah lima tahun yang paling tinggi,
hal tersebut karena kurangnya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan di daerah tersebut
serta kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu bayi tentang merawat kandungan
maupun merawat bayi selain itu kuatnya kebudayaan dimana masih digunakannya dukun
berana dalam membantu proses persalinan sehingga menyebabkan angka kematian
meningkat.