Você está na página 1de 6

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ANALISA RASIO KEUANGAN

No Nama Rasio Perhitungan Satuan 2017 Rasio 2016 Rasio

A LIKUIDITAS

Current Ratio Aset Lancar 256.656.128.379 215.656.602.864


1.
Liabilitas Jangka Pendek % 118.437.072.181 216,70 76.148.923.626 283,20

(Kas dan Setara Kas +


224.714.889.341 167.435.076.810
2. Quick Ratio Investasi Jangka Pendek 189,73 219,88
% 118.437.072.181 76.148.923.626
Liabilitas Jangka Pendek

Kas dan Setara Kas 207.714.889.341 150.435.076.810


3. Cash Ratio % 175,38 7,42
Liabilitas Jangka Pendek 118.437.072.181 76.148.923.626

B. SOLVABILITAS

Liabilitas 118.437.072.181 76.148.923.626


1. Debt to Total Asset Ratio % 10,60 7,42
Aset 1.117.102.261.026 1.025.724.122.921

Equity to Total Asset 998.665.188.845 949.575.199.295


2. Ekuitas % 89,40 92,58
Ratio 1.117.102.261.026 1.025.724.122.921
Aset
C. AKTIVITAS

Total Pendapatan 784.930.737.832 634.704.307.482


1. Total Asset Turn Over kali 0,70 0,62
Aset 1.117.102.261.026 1.025.724.122.921

Pendapatan Operasional
Net Working Capital Turn 739.201.538.261 606.555.714.420
2. (Aset Lancar-Liabilitas kali 5,35 4,35
Over 138.219.056.198 139.507.679.238
Jangka Pendek)

Pendapatan Operasional 739.201.538.261 606.555.714.420


3. Receivable Turn Over kali 29,46 15,73
Piutang Usaha 25.092.337.067 38.571.075.862

D. PROVITABILITAS

Surplus Tahun Berjalan 84.907.928.152 60.242.706.451


1. Profit Margin % 11,49 9,93
Pendapatan Operasional 739.201.538.261 606.555.714.420

Surplus Sebelum
39.794.850.037 39.533.869.074
2. Return on Asset Pendapatan (Beban) Lain % 3,56 3,85
1.117.102.261.026 1.025.724.122.921
Aset

Surplus Tahun Berjalan 84.907.928.152 60.242.706.451


3. Return on Equity % 8,50 6,34
Ekuitas 998.665.188.845 949.575.199.295
A. RASIO LIKUIDITAS
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan entitas dalam memenuhi liabilitas
atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio likuiditas digunakan untuk
mengukur seberapa llikuidnya suatu entitas. Rasio likuiditas yang dimiliki oleh
ITS dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Curent Ratio
Dalam rasio ini akan diketahui sejauh mana aset lancar ITS dapat digunakan
untuk menutupi liabilitas jangka pendek. Pada tahun 2016 current ratio
menunjukkan 283,20% yang artinya kemampuan ITS dalam memenuhi
kewajiban lancarnya cukup tinggi dan menunjukkan perusahaan kurang
efektif menggunakan dana yang ada untuk berinvestasi. Rasio ini
mengalami penurunan menjadi 216,70%. Penurunan ini diakibatkan oleh
peningkatan jumlah liabilitas jangka pendek yang harus dibayar ITS pada
tahun 2017. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya nilai liabilitas jangka
pendek pada tahun 2016 sebesar Rp 76.148.923.626,- menjadi Rp
118.437.072.181,- pada tahun 2017.

2. Quick Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan ITS dalam membayar liabilitas jangka
pendek dengan menggunakan aset lancar atau tanpa memperhitungkan
piutang dan persediaan karena piutang dan persediaan yang dimiliki oleh
ITS akan membutuhkan waktu yang lama untuk diuangkan dibanding
dengan aset lainnya. Quick Ratio ini terdiri dari Kas dan setara kas investasi
jangka pendek berupa deposito. Pada tahun 2016 quick ratio yang dimilik
oleh ITS sebesar 219,88% dan mengalami penurunan pada tahun 2017
menjadi 189,73%. Penurunan ini diakibatkan oleh peningkatan liabilitas
jangka pendek yang dimiliki oleh ITS pada tahun 2016 sebesar Rp
76.148.923.626,- menjadi Rp 118.437.072.181,- pada tahun 2017.

3. Cash Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya uang kas yang tersedia untuk
melunasi liabilitas jangka pendek yang ditunjukan dari tersedianya dana kas
dan setara kas. Pada tahun 2016 cash ratio yang dimilik oleh ITS sebesar
197,55 dan mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 175,38.
Penurunan ini diakibatkan oleh peningkatan liabilitas jangka pendek yang
dimiliki oleh ITS pada tahun 2016 sebesar Rp 76.148.923.626,- menjadi Rp
118.437.072.181,- pada tahun 2017

B. RASIO SOLVABILITAS
Rasio solvabilitas atau rasio leverage dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aset yang dimiliki oleh ITS dibiayai oleh liabilitas. Mengetahui
rasio solvabilitas suatu entitas adalah hal penting untuk mengetahui sejauh
mana entitas memiliki kemampuan untuk melunasi atau membayar segala
liabilitas kepada pihak lain melalui jumlah aktiva yang dimiliki. Rasio solvabilitas
yang dimiliki oleh ITS dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini mengukur persentase berapa besar aset yang berasal dari
liabilitas. Pada tahun 2016 prosentase Debt to Asset ratio yang dimiliki ITS
sebesar 7,42% dan mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi 10,60%.
Hal ini menunjukkan tingkat keamanan dana yang sangat rentan karena
merupakan liabilitas jangka pendek yang harus segera dilunasi.

2. Equity to Total Asset Ratio


Rasio ini mengukur persentase berapa besar aset yang berasal dari aset
bersih yang dimiliki oleh ITS. Pada tahun 2016 prosentase Equity to Asset
Ratio yang dimiliki ITS sebesar 92,58% dan mengalami penurunan pada
tahun 2017 menjadi 89,40%. Penurunan ini diakibatkan oleh kenaikan
jumlah liabilitas jangka pendek yang harus segera dilunasi oleh ITS sebesar
Rp 118.437.072.181,-

C. RASIO AKTIVITAS
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektifitas)
pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas yang dimiliki ITS dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Total Asset Turn Over
Total assets turn over adalah perbandingan antara total pendapatan dengan
total aset suatu entitas yang menjelaskan tentang kecepatan perputaran
total aset dalam satu periode tertentu. Total assets turn over menunjukkan
bahwa tingkat efisiensi pemakaian aset yang dimiliki ITS secara
keseluruhan dalam menghasilkan pendapatan. Tingkat perputaran aset
yang dimiliki oleh ITS pada tahun 2016 sebesar 0,62 kali dan meningkat
pada tahun 2017 menjadi 0,7 kali. Perputaran aset yang cepat ini
mengindikasikan efektivitas dalam pengelolaan aset sehingga mampu
meningkatkan penghasilan ITS yang meningkat pada tahun 2016 sebesar
Rp 634.704.307.482,- menjadi Rp 784.930.737.832,-.

2. Net Working Capital Turn Over


Net Working Capital Turn Over adalah perbandingan antara pendapatan
operasional dengan modal kerja bersih entitas. Nilai modal kerja bersih
diperoleh dari aset lancar dikurangi liabilitas jangka pendek. Net Working
capital turn over ini juga dikatakan sebagai pengukuran kemampuan modal
kerja (netto) dalam suatu periode siklus kas. Net Working Capital Turn Over
Pada tahun 2016 sebesar 4,35 kali menjadi 5,35 kali pada tahun 2017. Hal
ini menunjukkan setiap Rp 1,- modal kerja akan menghasilkan pendapatan
operasional sebesar Rp 5,35.

3. Receivable Turn Over


Receivable Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana
yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.Semakin tinggi
rasio ini menunjukkan, bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang
semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya
kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya semakin rendah rasio
ini maka perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas
piutang dan kesuksesan penagihan piutang. Receivable Turn Over ITS pada
tahun 2016 sebesar 15,73 kali dan meningkat pada tahun 2017 menjadi
29,46 kali. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penagihan piutang yang
dimiliki ITS pada tahun 2017 meningkat menjadi 12 hari (365/29,46=12,39),
lebih cepat dibandingkan tahun 2016 selama 23 hari (365/15,73=23,20).
Dalam laporan keuangan ITS dapat ditunjukkan pada tahun 2016 dilaporkan
piutang usaha sebesar Rp 38.571.075.862,- dan pada tahun 2017 piutang
usaha ITS turun menjadi Rp 25.092.337.067,- .

D. RASIO PROFITABILITAS
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat perolehan surplus
tahun berjalan dibandingkan pendapatan, aset dan ekuitas. Rasio profitabilitas
bisa menilai kemampuan suatu entitas untuk memperoleh surplus yang
berkaitan erat dengan kelangsungan hidup entitas. Rasio profitabilitas yang
dimiliki ITS dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Profit Margin
Rasio profit margin menghitung persentase surplus tahun berjalan terhadap
pendapatan operasional. Berdasarkan analisa perhitungan rasio profit
margin meningkat dari 9,93% pada tahun 2016 menjadi 11,49% pada tahun
2017. Hal ini bisa dilihat pada laporan keuangan surplus tahun berjalan pada
tahun 2016 sebesar Rp 60.242.706.451,- meningkat menjadi Rp
84.907.928.152,- pada tahun 2017.

2. Return on Asset
Return on Assets atau Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas
yang menunjukan persentase surplus sebelum pendapatan (beban) lain
yang diperoleh entitas sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau
total aset. Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio
yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola
asetnya untuk menghasilkan surplus sebelum pendapatan (beban) lain
selama suatu periode. Berdasarkan analisa perhitungan ROA mengalami
penurunan pada tahun 2017 sebesar 3,85% menjadi 3,56% pada tahun
2017. Hal ini menjukkan ITS belum mampu memanfaatkan aset yang dimilki
dalam menghasilkan pendapatan. Kenaikan aset yang dimiliki ITS pada
tahun 2016 sebesar Rp 1.025.724.122.921,- menjadi Rp
1.117.102.261.026,- kurang bisa dioptimalkan dalam menghasilkan surplus
sebelum pendapatan (beban) lain. Hal ini ditunjukkan pada nilai surplus
sebelum pendapatan (beban) lain pada tahun 2016 sebesar Rp
39.533.869.074,- hanya naik sebesar Rp 39.794.850.037,- sehingga tidak
signifikan terhadap kenaikan total aset yang dimilki ITS pada tahun 2017.
3. Return on Equity
Return on Equity yang biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio
profitabilitas yang mengukur kemampuan entitas untuk menghasilkan
surplus tahun berjalan dari ekuitas yang dimiliki entitas tersebut. Dengan
kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak surplus tahun berjalan
yang dapat dihasilkan oleh entitas dari setiap satu rupiah aset bersih yang
dimiliki entitas. Berdasarkan analisa perhitungan ROE mengalami kenaikan
pada tahun 2016 sebesar 6,34% menjadi 8,50% pada tahun 2017. Kenaikan
surplus tahun berjalan pada tahun 2016 sebesar Rp 60.242.706.451,-
menjadi Rp 84.907.928.152,- cukup signifikan jika dibandingkan dengan
kenaikan nilai aset bersih ITS pada tahun 2016 sebesar Rp
949.575.199.295,- menjadi Rp 998.665.188.845,- pada tahun 2017.
Kenaikan ini menunjukkan ITS mampu memanfaatkan aset bersih yang
dimilikinya untuk meningkatkan surplus tahun berjalan.

Você também pode gostar