Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hypertermi dan hipotermi pada neonatus merupakan kejadian umum di
seluruh dunia. Menurut data dari organisasi kesehatan dunia ( WHO ), pada tahun
1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara
berkembanga. Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini.
Umumnya karena berat badan lahir <2500 gram. Menurut WHO, 17% dari 25 juta
persalinan pertahun adalah BLBR dan hampir semuanya terjadi pada negara
berkembang.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh.Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah
39oC.Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan
dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).Dampak yang
ditimbulkan hipertermia dapat berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan
sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang(Alves & Almeida, 2008, dalam
Setiawati, 2009).Hipertermi berat (suhu lebih dari 41oC) dapat juga menyebabkan
hipotensi,kegagalan organ multipel, koagulopati, dan kerusakan otak yang
irreversibel. Hipertermia menyebabkan peningkatan metabolisme selular dan
konsumsi oksigen. Detak jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh. Metabolisme ini menggunakan energi yang
menghasilkan panas tambahan.Jika klien tersebut menderita masalah jantung atau
pernapasan, maka demam menjadi berat. Demam dalam jangka panjang akan
menghabiskan simpanan energi klien dan membuatnya lemah. Metabolisme yang
meningkat membutuhkan oksigen tambahan.Jika tubuh tidak dapat memenuhi
kebutuhan oksigen tambahan, maka terjadi hipoksia selular.Hipoksia miokardial
menimbulkan angina (nyeri dada) dan hipoksia serebral menimbulkan cemas
1
(Potter & Perry,2010). Dengan demikian, hipertermi harus diatasi dengan teknik
yang tepat.
Hipotermia adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah 35,50C/rektal
karena peningkatan kerentananterhadap faktor eksternal.
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal.
Adapun suhu normal bayi dan neonatus adalah 36,50C-370C (suhu axila)
adapun gejala hipotermi, apabila suhu <360C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang suhu 32-360C' disebut hipotermia berat bila suhu <320C.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penatalaksanaan bayi dengan hipotermi?
2. Bagaimana penatalaksanaan bayi dengan hipertermi?
C. Tujuan
1. untuk dapat melakukan penatalaksanaan pada bayi dengan hipotermi
2. untuk dapat melakukan penatalaksanaan pada bayi dengan hipertermi
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :
1. Penulis dan pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang
hipotermi dan hipertermi pada bayi
2. Penulis dan pembaca diharapkan dapat memberikan asuhan pada bayi dengan
kasus hipotermi dan hipertermi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam
yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama
toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari
degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:
a. Dehidrasi
b. Penyakit atau trauma
c. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
d. Pakaian yang tidak layak
e. Kecepatan metaolisme meningkat
f. Pengobatan/ anesthesia
g. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
h. Aktivitas yang berlebihan
3. Proses Terjadinya
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme
atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel
penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan
menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada
meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka
elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam
proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut,
sehingga kekurangan caiaran elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior
dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan
peningkatan suhu tubuh.
4
4. Klasifikasi
Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas:
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara
autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular
dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur
suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan
dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada
suhu 300°C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman
lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang
berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang
dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang
sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes
mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu
steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang
pembentukan pirogen leukosit).
Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas :
1) Hipertermia Neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa
disebabkan oleh:
a) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan
oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan
suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan
suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya
5
didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang
tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan
prematur/resiko infeksi.
b) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar
matahari langsung dalam waktu yang lama.
c) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi
yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga
menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar
hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan
melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan.
Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C dilakukan tepid sponged 35°C sampai
dengan suhu tubuh mencapai 37°C.
d) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau sedikit lebih rendah,
kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia,
kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah,
dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit,
trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak
dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu
tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan
suhu tubuh 38,5°C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu
dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan
metabolic yang ada.
e) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan
berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga
berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor
alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai
dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan).
Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris
6
yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat,
ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 41°C), perdarahan
yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang
membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan
asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada
tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan
hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80%
dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan
dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
f) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak
diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa
infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia
diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada
bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini
adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak
yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan
pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan
untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah
ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga
berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat
pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.
5. Tanda dan Gejala Hipertermi
Hipertermi dapat disertai dengan tanda dan gejala hipertermi :
a. >37,8°C per oral atau 38,8 °C per rektal
b. Suhu Pernafasan >60x/menit
c. Adanya tanda dehidrasi, yaitu BB turun, turgor kulit kurang, dan oliguria.
d. UUB cekung
e. Kulit memerah
f. Malas minum
g. Denyut jantung lebih dari 160 x/menit
7
h. Lemas
i. Letargi
j. Bisa disertai kejang
6. Penanganan Hipertermi
Penanganan pada bayi yang menderita penyakit ini disesuaikan dengan gejala dan
efek yang ditimbulkan.
a. Bila suhu diduga karena panas yang berlebihan dan bila bayi belum pernah
diletakkan didalam alat penhangat, maka :
1) Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28
ºC)
2) Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu
3) Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas
normal
4) Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau
dimandikan selama 10-15 menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang
suhunya lebih rendah dari 4 ºC dibawah suhu bayi
5) Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator, buka
inkubator sampai suhu dalam batas normal
6) Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit, kemudian
beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
7) Periksa tubuh bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas
normal
8) Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengaturan suhu
b. Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan, maka :
1) Terapi untuk kemungkinan besar sepsis
2) Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28
ºC)
3) Lepaskan pakaian bayi sebagian bila perlu
4) Periksa suhu tubuh bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam
batas normal
8
5) Bila suhu tubuh bayi sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres
selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 4 ºC, lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang
suhunya lebih rendah dari 4 ºC dibawah suhu bayi.
c. Yakinkan bayi mendapat masukan cukup cairan, yaitu dengan cara :
1) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
2) Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasi
3) Periksa kadar glukosa darah, bila kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l)
tangani hipoglikemi
4) Cari tanda sepsis
5) Setelah keadaan bayi normal :
a. Lakukan perawatan lanjutan
b. Pantau bayi selama 12 jamberikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
d. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi
dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah dan
melindungi dari pemancar panas yang berlebihan
Penanganan hypertermia pada bayi baru lahir :
a. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar
25 ºC-28 ºC
b. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal
(jangan menggunakan air es)
c. Berikan cairan dextrose dan Nacl (1:4) sampai dehidrasi teratasi
d. Jika ada infeksi berikan antibiotik
9
adapun gejala hipotermi, apabila suhu <360C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32-360C' disebut hipotermia berat bila suhu <320C.)
2. Klasifikasi
a. Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-20C sesudah lahir.
Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila
suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat
pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat
bersalin yang dingin, bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat
dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir) , dan pemberian morfin
pada ibu yang sedang bersalin.
b. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama
6-12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin,
inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat
terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata
hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi
jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya segera memasukkan bayi ke
dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam
keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
c. Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak
disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain
seperti sepsis, sindrom gangguan pernafasan hipoksia atau hipoglikemia,
perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit (antung bawaan yang berat,
dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya dengan
pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen.
d. Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam
ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum,
badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara 29,5-350C tak banyak bergerak,
edema, serta kemerahan pada tangan, kaki dan muka seolah-olah bayi dalam
keadaan sehat, pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami
komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan pendarahan. Pengobatan dengan
10
memanaskan secara perlahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan
kortikosteroid.
3. Etiologi
a. Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
b. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.
c. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
d. Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis sindrom dengan
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.
f. Jaringan lemak subkutan tipis.
g. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
h. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4. Faktor Pencetus
a. Faktor lingkungan
Hipotermi dapat terjadi cepat pada neonatus, khususnya merka yang dilahirkan
dalam ruangan berAC atau mereka yang terpapar dengan suhu ruangan
sebelum cairan ketuban mengering. Bayi pmature atau sakit harus dipertahankan
pada suatu lingkungan termonetral.
b. Syok
Suhu tubuh dapat menurun drastis selama keadaan syok.
c. Infeksi
Hipotermia lebih mungkin terjadi pada bayi dibandingkan anak-anak.
d. Gangguan endokrin metabolik
Suhu tubuh subnormal atau gangguan pengaturan suhu kadang-kadang terjadi
pada gangguan ini contohnya acidurian pada kelainan bawaan ini mengalami
hipotermi sebagai bagian keadaan metabolik yang sedikit.
e. Kurang gizi, energi protein (KKP)
Pada anak-anak dengan kwashiorkor, suhu tubuh dapat menurun dibawah 350C
walaupun suhu lingkungan yang tinggi. Resiko ini tertinggi selama minggu
pertama perawatan di rumah sakit.
f. Obat-obatan
11
Sedasi berat akibat obat-obataan dapat menimbulkan suhu tubuh sub normal
seperti alkohol, narkotik, barbiturate, fenotiazin, atropine, over dosis
asetaminofen.
5. Tanda dan Gejala Hipotermi
Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
a. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
b. Bayi tidak mau minum atau menetek.
c. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
d. Tubuh bayi teraba dingin.
e. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
mengeras (sklerema).
f. Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
g. Lebih diam dari biasanya.
h. Hilang kesadaran.
i. Pernapasannya cepat.
j. Denyut nadinya melemah.
k. Gangguan penglihatan.
l. Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia
a. Tanda-tanda hipotermia sedang :
1) Aktifitas berkurang.
2) Tangisan lemah.
3) Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
4) Kemampuan menghisap lemah.
5) Kaki teraba dingin.
6) Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.
13
9) Mempersingkat masa rawat dirumah sakit.
Kriteria bayi untuk metode kanguru :
a. Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram dan suhu badan dibawah normal.
b. Refleks dan kordinasi siap dan menelan yang baik.
c. Perkembangan selama di inkubator baik
d. Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukunga dalam
keberhasilan
Langkah-langkah Metode kanguru :
a. Mempersiapkan daerah bersih yaitu ibu membersihkan daerah dada dan
perut dengan cara mandi 2 - 3 kali sehari. Tangan dan kaki harus selalu bersih dan
kuku dipotong secara berkala. Baju kanguru dan popok bayi harus bersih.
b. Bayi diletakkan dalam dekapan ibu sedemikian rupa sehinggga terjadi
kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayinya. Dengan demikian ibu tidak
memakai BH agar kontak terus menerus antara ibu dan bayi yang mengakibatkan
suhu bayi tetap optimal yakni pada suhu 36,500 C – 37,500 C.
c. Posisi bayi dalam keadaan tegak. Untuk menjaga kenyamanan ibu dan
bayi sedemikian rupa sehingga saat ibu dalam posisi berdiri, bayi tegak, ibu
dalam posisi duduk bayi juga tegak. Begitu juga ibu dalam posisi berbaring, bayi
juga tegak berbaring sesuai posisi ibu.
d. Bayi tetap mengenakan popok untuk tidak mengotori ibu saat bayi BAB.
Memakai topi agar tidak kedinginan. Jika dihubungkan dengan program
pemberian ASI metode ini membantu bayi dekat dengan sumber ASI sehingga
frekuensi menyusui lebih sering.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS FIKTIF
A. KASUS HIPERTEMI
No.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN
DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
16
1. Biologis
a. Pernafasan : tidak ada masalah
b. Nutrisi :
Nutrisi yang ibu berikan sebelum sakit yaitu ASI, frekuensi pemberian on
demand, sebanyak ± 8 kali/hari, selama pemberian nutrisi tidak ada keluhan pada
bayi. Sedangkan selama sakit nutrisi yang ibu berikan pada bayi yaitu: ASI akan
tetapi frekuensi pemberian secara on demand hanya 1kali/hari keluhan yang
dirasakan bayi yaitu malas menyusu karena badannya panas
c. Eliminasi :
Eliminasi bayi saat sebelum sakit yaitu BAK : frek : 6 – 8 kali/hari warna :
bening bau:khas. BAB : frekuensi 3 -4 kali/ hari warna :kecoklatan konsistensi
:lembek. Sedangkan selama sakit sistem eliminasi bayi yaitu bayi belum BAK dan
BAB.
d. Istirahat : sebelum bayi sakit, bayi tidur selama 18 jam(siang dan malam) dan
setelah bayi sakit, bayi belum istrihat.
e. Aktifitas dan pergerakan :
Sebelum sakit : siang + malam ±18 jam
Selama sakit : belum tidur.
2. Psikologi : Anak diterima oleh orang tua dan keluarga, dukungan yang
diberikan keluarga secara penuh diberikan untuk merawat anak.
3. Sosial : Dalam pengambilan keputusan dilakukan baik oleh suami maupun
istri. Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi
kesehatan anak. Pengasuhan anak dominan dilakukan oleh ibu. Kehidupan sosial
anak : baik. Sibling : tidak ada. Tidak ada kepercayaan yang berpengaruh buruk
terhadap kesehatan anak
F. Pengetahuan orang tua : Ibu belum tahu tentang tanda dan bahaya pada bayi
baru lahir dan perawatan bayi baru lahir.
DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
1. Bayi setelah 6 jam pertama
a. Keadaan umum : lemas gerak/aktifitas : -
Tangis : kuat warna kulit : kemerahan turgor kulit: kurang
17
b. HR : 130 X/menit. RR : 65 X/menit, suhu : 38,3º Celsius
c. Pengukuran : BB : 2980 gram PB: 50 cm, lingkar kepala: 34 cm lingkar
lengan : 11 cm lingkar dada : 34 cm
d. Kepala : bentuk :simetri ubun-ubun : cekung sutura: terpisah. Tidak ada
sefahematoma. Tidak ada caput suksedaneum
e. Wajah : kesimetrisan:simetris, tidaka pucat. Tidak ada odema
f. Mata : kesimetrisan (letak, bentuk, gerak bola mata) : simetris reflek
glabela: +. pengeluaran : tidak ada , warna konjungtiva : merah muda,
warna sclera :putih kelainan :tidak ada
g. Hidung : lubang hidung :normal . pengeluaran :.tidak ada pernapasan
cuping hidung :ada kelainan :tidak ada
h. Mulut : bibir :lembab palatum :tidak ada .lidah : bersih, tidak glositis,
warna marah jambu gusi: warna merah jambu, tidak gingivitis, reflex
rooting : (+)namun lemah reflex sucking :(+) . reflex menelan(+)
kelainan:tidak ada
i. Telinga : letak (kesimetrisan) :simetris, pengeluaran :tidak ada kelainan
:tidak ada
j. Leher : pembengkakan kelenjar limfe :tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid:tidak ada reflex tonic neek : ada kelainan : tidak ada
k. Dada : retraksi otot dada :.tidak ada .keadaaan payudara :normal putting
:simetris .benjolan :tidak ada pengeluaran :tidak ada
l. Abdomen :distensi :tidak ada bising usus: ada kondisi tali pusat :bersih
kelainan:.tidak ada
m. Punggung :bentuk :normal kelainan: tidak ada
n. Genetalia
1) Laki-laki : testis :ada lubang penis :.ada .kelainan:tidak ada
2) Anus : lubang :ada kelaianan: tidak ada
o. Ekstremitas :
1) Tangan : warna :merah .kesimetrisan : simetris jumlah jari :10 jari
pergerakan : lemah reflex morrow (+) reflex genggam :(+) kelainan :tidak
ada
18
2) Kaki: warna : merah kesimetrisan : simetris jumlah jari :10 jari
pergerakan :lemah reflex babinski :(+) reflex sleeping:(+) kelainan :tidak
ada
ANALISIS
Diagnosa : bayi F usia 2 hari dengan hypertermi.
Masalah :
1. Orang tua merasa cemas karena sejak ± 2 jam yang lalu bayinya gelisah terus
dan badannya panas setelah di jemur di halaman rumah selama 30 menit
pada pagi hari pukul 10.00 WITA.
2. Ibu belum mengetahui Tanda bahaya pada bayi baru lahir
3. Ibu belum mengetahui perawatan pada bayi baru lahir
19
PENATALAKSANAAN
20
terhindar dari pancaran langsung sinar
matahari karena hal ini dapat
merusak lensa mata bayi.
3) Usahakan agar seluruh tubuh bayi
mendapat pancaran sinar. Dengan
cara mengganti posisi bayi terutama
pada bagian punggungnya.
4) Jaga agar bayi tidak kediginan.
5) Menganjurkan ibu untuk sesering
mungkin memberikan ASI kepada
bayinya yaitu dengan memberikan
ASI on demand .
21
jangan menggunakan alkohol dan betadin
atau obat -obatan tradisional yang tidak
jelas pada tali pusat bayi agar tidak terjadi
infeksi cukup di keringkan dan dibalut
dengan kasa steril, ibu paham
8. Melakukan observasi lanjut keadaan pasien.
9. Melakukan pendokumentasiaan pada rekam
medis pasien, pendokumentasian telah
dilakukan.
Mengetahui Denpasar,
................................................. .................................................
NIP NIM
Menyetujui
Pembimbing Institusi,
.........................................................
NIP.................................................
22
B. KASUS HIPOTERMIA
No.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS XX
23
Alamat lengkap : Jl. Tukad Pancoran, No. 11
No telephone : 083114442xxx :085857313xxx
B. Keluhan utama : ibu mengatakan tubuh bayi terasa dingin sejak 4 jam
yang lalu karena terkena paparan AC ,lemas dan tidak mau menyusui.
C. Genogram : anak pertama dari Ny.B dan Tn J
D. Riwayat prenatal
1. GAPAH : G1P0000masa gestasi : 41-42 minggu
2. Kehamilan direncanakan / tidak, diterima/ tidak
3. Riwayat ANC : ibu mengatakan telah melakukan ANC sebanyak 9
kali di bidan dan dokter
4. Penyulit selama masa prenatal : tidak ada
5. Konsumsi obat dan suplemen : Fe, B6, kalk
6. Imunisasi TT : TT 5
7. Perilaku/ kebiasaan yang mempengaruhi kesejahteraan janin : tidak
ada
E. Perawatan intranatal
1. Penolong : Bidan, tempat lahir : Puskesmas XX
2. Kala I selama :12 jam, penyulit/ komplikasi : tidak ada, tindakan yang
didapat : tidak ada
3. Kala II selama : 10 menit, penyulit/ komplikasi : tidak ada, cara lahir :
spontan, tindakan yang didapat : tidak ada
Bayi lahir jam berapa : 24.00 wita jenis kelamin : perempuan, keadaan
saat lahir :segera menangis
F. Riwayat Postnatal (untuk bayi > 1 jam)
1. Inisiasi menyusu dini : Ya
2. Bounding : baik
3. Rooming in : Ya
G. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual
1. Biologis
a. Pernafasan : ada gangguan/ tidak
b. Nutrisi : (jenis : ASI, frekuensi : 1x/ 2 jam jumlah : ±11 cc
24
keluhan : tidak ada)
c. Eliminasi : (BAK : frek : - warna : -, bau : -
BAB : frek : 2 kali, warna : kehitaman, konsistensi : lembek)
d. Istirahat : lama : ± 5-6 jam
e. Aktifitas dan pergerakan : kurang aktif
2. Psikologi
a. Penerimaan orang tua dan keluarga terhadap anak : Diterima
b. Dukunagn keluarga : Baik
3. Sosial
a. Pengambilan keputusn dalam keluarga : suami dan istri
b. Kebiasaan dalam keluarga yang mempengaruhi kesehatan anak :
tidak ada
c. Pola asuh anak : Demokratis
d. Lama asuhan dalam sehari oleh orang tua, pengasuh anak/ TPA,
keluarga : asuhan penuh
e. Kehidupan sosial anak : baik
f. Sibling : tidak ada
4. Spiritual : kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan anak : tidak ada
H. Pengetahuan orang tua
1. Tanda- tanda bahaya pada BBL : tidak tahu
2. Pemberian ASI : tahu
3. Perawatan BBL : tidak tahu
4. imunisasi : tahu
5. pemberian MP- ASI : tahu
6. tumbuh kembang anak dan stimulasinya : tahu
DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
1. Bayi segera setelah lahir
Usaha bernafas/ tangis : spontan/kuat, aktivitas : Aktif
2. Bayi dalam 1 jam pertama
a. Gerak/ aktivitas : Aktif
25
b. Tangis : kuat
c. Warna kulit : kemerahan
d. Turgor : kulit berkurang
e. HR : 130x/ menit, RR: 40x/ menit, Suhu : 37,20C
f. Berat badan : 2600gram
g. Kebersihan daerah mata : bersih
h. Jenis kelamin : perempuan
3. Bayi setelah 6 jam pertama
a. Keadaan umum : lemah, gerak/aktifitas : Kurang aktif
Tangis : kurang kuat, warna kulit : kebiruan, turgor : kulit
berkurang
HR : 100x/menit, RR :30x/menit suhu :35,60C
b. Pengukuran : BB : 2600 gram PB: 49 cm, LK/LD : 31/30 cm
c. Kepala : bentuk : simetris, ubun-ubun: datar, sutura: moulage 0,
sefahematoma: tidak ada, caput suksedaneum: tidak ada
d. Wajah : kesimetrisan : simetris, pucat : Ya, odema : tidak ada
e. Mata : kesimetrisan (letak, bentuk, gerak bola mata) : simetris,
reflek glabella: (+) masih lemah, pengeluaran : tidak ada, warna
konjungtiva :merah muda, warna sclera :putih, kelainan :tidak ada
f. Hidung : lubang hidung : normal, pengeluaran : tidak ada,
pernapasan cuping hidung :tidak ada, kelainan : tidak ada
g. Mulut : bibir : normal, palatum :tidak ada, lidah :normal, gusi:
normal, reflex rooting :(+) masih lemah, reflex sucking :(+) masih
lemah, reflex menelan:(+) masih lemah, kelainan: tidak ada
h. Telinga : letak (kesimetrisan) : tidak ada, pengeluaran : tidak ada,
kelainan : tidak ada
i. Leher : pembengkakan kelenjar limfe :tidak ada, pembesaran
kelenjar tiroid: tidak ada, reflex ionic neek :(+) masih lemah,
kelainan : tidak ada
j. Dada : retraksi otot dada : tidak ada, keadaaan payudara : simetris,
putting :normal, benjolan : tidak ada, pengeluaran : tidak ada
26
k. Abdomen :distensi :tidak ada bising usus :ada kondisi tali pusat
:.belum lepas tidak ada perdarahan, kelainan: tidak ada
l. Punggung :bentuk :Tidak ada spina bifida, tidak ada
pembengkakan atau cekungan, kelainan: tidak ada.
m. Genetalia
1) Perempuan : labia mayor :menutipi labia minor, labia minor :
ada, lubang vagina :ada, lubang uretra :ada, pengeluaran
:tidak ada, kelainan : tidak ada
2) Laki-laki : testis :.............. lubang penis
:....................kelainan:.........................
3) Anus : lubang : ada, kelaianan: tidak ada
n. Ekstremitas :
1) Tangan : warna :kebiruan, kesimetrisan : simetris, jumlah jari
:10( lengkap) pergerakan : kurang aktif, reflex morrow: (+)
masih lemah, reflex genggam :(+) masih lemah, kelainan :tidak
ada
2) Kaki: warna :kebiruan, kesimetrisan :simetris, jumlah jari :10
(lengkap) pergerakan :kurang aktif, reflex babinski : (+) masih
lemah, reflex sleeping: (+) masih lemahkelainan :tidak ada
B. Baounding Attachement : Baik
C. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan.
PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN DAN EMOSI ANAK
(memakai lembar kuesioner baku pada buku SDIDTK)
1. KPSP : skor............... (tidak dilakukan)
2. TDD : (tidak dilakukan)
3. TDL : (tidak dilakukan)
4. KMME : (tidak dilakukan)
5. GPPH : (tidak dilakukan)
6. MTBS (terlampir) : dilakukan / tidak dilakukan
7. MTBM (terlampir) : dilakukan / tidak dilakukan
27
ANALISIS :
Masalah:
PENATALAKSANAAN
28
suhu yang terlalu dingin dan bayi tidak di
hadapkan ke posisi AC, tidak menaruh bayi
dekat dengan jendela, menyelimuti tubuh
bayi dan memakaikan topi
- Mengingatkan kembali kepada ibu untuk
memberikan ASI secara ondemand.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
B. PEMBAHASAN KASUS HIPERTEMI
Dari hasil anamnesa yang telah dilakukan oleh bidan bahwa bayi F
mengalami hipertemi karena ibu menjemur anaknya terlalu lama, yaitu selama
kurang lebih 30 menit. Ini tentu saja dapat mempeharuhi suhu bayi karena
mejemur bayi yang baik dilakukan krang lebih selama 10-15 menit. Hipertemi
yang dialami oleh bayi F karena suhu yang terlalu panas sehingga mengakibatkan
sengatan panas yang didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu
tubuh normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Dari data objektif juga
didapatkan gejala-gejala hipertemia yang dialamai oleh bayi F yaitu Suhu tubuh
bayi > 37,5 °C, Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit, Tanda-tanda dehidrasi yaitu
berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine berkurang. Untuk
mencegah terjadinya dehidrasi yang lebih berat maka diperlukan penanganan yang
tepat bagi bayi F agar nantimya tidak mengarah kepada kematian. Penanganan
yang telah diberikan berupa
a. Bayi telah diletakkan di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28
ºC)
b. Memeriksa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
c. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau dimandikan
selama 10-15 menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4
ºC dibawah suhu bayi
d. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit, kemudian beri
pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
e. Periksa tubuh bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
f. Memberikan informasi dan edukasi tentang cara menjemur bati yang efektif
yaitu :
1) Jemur bayi pada waktu yang paling efektif yaitu pada pukul 07.00-
08.00 Wib dan pada pukul 15.00 -16.00 Wib selama ± 15 menit.
30
2) Ingat jaga agar mata bayi terhindar dari pancaran langsung sinar matahari
karena hal ini dapat merusak lensa mata bayi.
3) Usahakan agar seluruh tubuh bayi mendapat pancaran sinar. Dengan
cara membolak – balik tubuh terutama pada bagian punggungnya.
4) Jaga agar bayi tidak kediginan.
5) Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI kepada
bayinya .
g. Mencegah terjadinya dehidarsi dengan sesegera mungkin memberikan ASI
pada bayinya.
Setelah dilakukan penanganan yang benar dan telah diobservasi oleh bidan
maka bayi F dapat di pulangkan dalam keadaan sehat. Penanganan pada bayi
yang mengalami hipertermi sangatlah penting karena jika tidak ditangani lebih
awal maka ditakutkan komplikasi yang dialami oleh bayi F menjadi lebih parah
seperti dehidrasi, kejang dan bahkan kematian.
31
Tanda dan gejala hipotermi diantaranya : suhu tubuh bayi turun dari
normalnya, bayi tidak mau minum atau menetek, bayi tampak lesu atau
mengantuk saja, tubuh bayi teraba dingin, dalam keadaan berat denyut jantung
bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema), kulit bayi berwarna merah
muda dan terlihat sehat, lebih diam dari biasanya, hilang kesadaran,
pernapasannya cepat, denyut nadinya melemah, gangguan penglihatan, pupil mata
melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Dalam laporan ini, kami menggambil kasus bayi dengan hipotermi sedang
pada Bayi ‘‘Ny.B‘‘ usia 6 jam, lahir pada tanggal 25 Februari 2018 pukul 24.00
WITA dengan cara normal spontan belakang kepala di Puskesmas. Bayi lahir
dengan UK 41-42 minggu, segera menangis, tonus otot kuat, kulit kemerahan, A-
S: 4-6. HR : 130x/ menit, RR: 40x/ menit, Suhu : 37,20C, berat badan : 2600
gram. Pada pemeriksaan 6 jam pertama didapatkan keadaan umum bayi lemah,
gerak/ aktifitas kurang aktif, tangis kurang kuat, warna kulit kebiruan, HR:
100x/menit, RR: 30x/menit, suhu : 35,60C. Dilakukan tindakan penanganan awal
dan memberikan KIE kepada ibu. Berikut adalah hasil pembahasan dari kelompok
kami:
S : Berdasarkan dari hasil anamnesa yang dilakukan sebelumnya pada Ny
‘‘B‘‘ di dapatkan bahwa ibu belum mengetahui cara menjaga kehangatan bayi dan
cara menyusui yang benar.
O: Berdasarkan teori yang dikategorikan dengan hipotermi yaitu suhu bayi
yang berada dibawah batas normal yaitu <36,50C-370C (suhu axila). Hipotermi
juga dapat terjadi karena perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir,.
Berdasarkan dari data objektif yang diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan
ditemukan penilaian awal yang mengarah pada terjadinya hipotermi sedang yaitu
keadaan umum bayi lemah, gerak/ aktifitas kurang aktif, tangis kurang kuat,
warna kulit kebiruan, suhu : 35,60C
A: analisa ditentukan berdasarkan dari data subjektif dan objektif yaitu Bayi
‘H’ usia 6 jam dengan hipotermi sedang
P: Penatalaksanaan yang diberikan pada bayi “Ny.B” sesuai dengan teori yang
ada yaitu penanganan awal berupa: Membedong bayi dengan benar untuk
menjaga kehangatan dan memberikan pemenuhan nutrisi ASI, Membimbing ibu
32
cara menjemur bayi yang paling baik yaitu pukul 07.00-08.00 wita selama ± 15
menit dan menjaga agar mata tidak terkena pancaran sinar matahari langsung. Dan
memberikan KIE kepada ibu tentang : cara menyusui bayi yang benar, cara
menjanga kehangatan bayi, dengan cara tidak menghidupkan kipas angin
menghadap ke bayi, tidak menaruh bayi dekat dengan jendela, menyelimuti tubuh
bayi dan memakaikan topi dan mengingatkan kembali kepada ibu untuk
memberikan ASI secara on demand.
33
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Kasus Hipertermi
Simpulan yang dapat diambil yaitu bahwa bayi F mengalami hipertermi
yang diakibatkan adanya paparan sinar matahari yang terlalu lama sehingga tubuh
bayi F merespon dengan mengeluarkan panas tubuhnya. Dari pengkajian data
subjektif dan objektif yang telah dikaji oleh bidan bahwa bayi F mengalami
gejala-gejala hipertermi dari peningkatan suhu yaitu >37,5oC, keadaan bayi lemah
dan frekuensi nafas >60 x/menit.
Penanganan yang diberikan telah memberikan dampak bagi bayi F
menjadi semakin baik, sehingga sangat diperlukan peran ibu untuk menjaga agar
kondisi bayinya yang lebih baik.
2. Kasus Hipotermi
Simpulan yang dapat diambil pada kasus bayi dengan hipotermi sedang pada
Bayi ‘‘Ny.B‘‘ usia 6 jam, Bayi lahir dengan UK 41-42 minggu, segera menangis,
tonus otot kuat, kulit kemerahan, A-S: 4-6. HR : 130x/ menit, RR: 40x/ menit,
Suhu : 37,20C, berat badan : 2600 gram.. Berdasarkan dari data subjektif dan
objektif yang diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan ditemukan penilaian
awal yang mengarah pada terjadinya hipotermi sedang yaitu keadaan umum bayi
lemah, gerak/ aktifitas kurang aktif, tangis kurang kuat, warna kulit kebiruan,
suhu : 35,60C
Penanganan yang diberikan pada bayi “Ny.B” yaitu penanganan awal
berupa: Membedong bayi dengan benar untuk menjaga kehangatan, memberikan
pemenuhan nutrisi ASI dan Membimbing ibu cara menjemur bayinya.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan yaitu dari kasus diatas bahwa bagi seorang
bidan harus dapat melihat apa kasus tersebut, penyebab pasti kenapa kasus
hipertermi dan hipotermi tersebut terjadi dan dapat menatalaksanakan kasus
tersebut dengan baik.
34