Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN BUKU
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal
dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".. Kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepada Tuhan.
Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio,
awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan
1
http://www.ekoonomi.com/2016/07/pengertian-ekonomi.html?m=1.diakses :selasa 21 maret,2017,
20:00
Banyak bahasa memiliki kata-kata yang dapat diterjemahkan sebagai "agama", tetapi mereka
mungkin menggunakannya dalam cara yang sangat berbeda, dan beberapa tidak memiliki kata
untuk mengungkapkan agama sama sekali. Sebagai contoh, dharma kata Sanskerta, kadang-
kadang diterjemahkan sebagai "agama", juga berarti hukum. Di seluruh Asia Selatan klasik, studi
hukum terdiri dari konsep-konsep seperti penebusan dosa melalui kesalehan dan upacara serta
tradisi praktis. Medieval Jepang pada awalnya memiliki serikat serupa antara "hukum kekaisaran"
dan universal atau "hukum Buddha", tetapi ini kemudian menjadi sumber independen dari
kekuasaan.
Tidak ada setara yang tepat dari "agama" dalam bahasa Ibrani, dan Yudaisme tidak membedakan
secara jelas antara, identitas keagamaan nasional, ras, atau etnis. Salah satu konsep pusat adalah
"halakha" , kadang-kadang diterjemahkan sebagai "hukum" ",yang memandu praktik keagamaan
dan keyakinan dan banyak aspek kehidupan sehari-hari.2
Selama kurang lebih tiga dekade ini terjadi perkembangan luar biasa dalam disiplin ekonomi.
Studi hubungan antara ekonomi dan agama memiliki akar pemikiran panjang bermula ketika
Weber melontarkan tesisnya yang terkenal yakni keterkaitan antara etika protestan dan semangat
kapitalisme. Tesis Weber ini memperlakukan ekonomi sebagai fariabel dependen sementara
agama sebagai fariabel independen. Sejak tulisan Weber yang terkenal mengenai efek etika
protestan terhadap perkembangan nasional ilmuan sosial kemudian menghubungkan
protestanisme dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Faktanya protestanisme
2
http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-agama.html?m=1:diakses:selasa 21
maret 2017 :20:15
Hal ini sangat berbeda dengan doktrin katolik yang diwarnai oleh kecenderungan menarik diri
dari dunia. Doktrin takdir Calvinisme mengajarkan bahwa hanya sedikit umat manusia yang
terpilih Tuhan. Oleh karena itu, untuk mendapatkannya seseorang harus bekerja secara sungguh-
sunggu.
Etika protestan memiliki karakteristik yang berbeda dan tidak dapat ditemukan pada agama
katolik. Etika protestan merupakan rasionalisme ekonomi dari aktivitas keduniaan yang dilakukan
seseorang. Ajaran agama katolik menyatakan bahwa aktivitas keduniaan merupakan bentuk
materialisme yang harus dihindari. Etika seperti ini menjadi penghambat bagi pertumbuhan
ekonomi suatu masyarakat atau negara.
Weber meneliti agama-agama besar dunia seperti Konfusianisme, Hindu, Buddha, Islam, dan
Yahudi. Studinya terhadap berbagai agama besar dunia tersebut ditunjukkan untuk memastikan
apakah dalam agama-agama tersebut terdapat etika yang menyerupai etika protestan, kemudian
dikaitkan dengan perkembangan ekonomi setiap agama. Setiap agama, menurut Weber terdapat di
dalamnya etika ekonomi, tetapi masalahnya apakah etika tersebut diekspresikan dalam kehidupan
nyata atau tidak, itulah pokok persoalan yang menyebabkan tingkat perkembangan ekonomi
berbeda antar masyarakat.
Teori pilihan rasional dalam agama pada dasrnya merupakan teori yang ditujukan untuk
memahami agama melalui modal penjelasan ekonomi. Aplikasi model penjelasan ekonomi yang
diterapkan terutama prinsip ekonomi, yakni bagaimana manusia dimotivasi untuk memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan kerugian. Pendekatan pilihan rasional dalam kehidupan sosial
bersumber langsung dari teori ekonomi neoklasik.
Teori ini berusaha melihat fenomena agama dalam kaitannya dengan ekonomi secara objektif.
Dalam perspektif teori pilihan rasional, derajat religiusitas , misalnya, diukur dari kehadiran atau
keterlibatan dalam aktifitas gereja, kepercayaan atas surga dan neraka, dan kepercayaan kehidupan
setelah kematian. Penurunan derajat religiositas dibeberapa Negara menjadi fenomena umum
seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi.
Teori pilihan rasional dalam agama kenyataannya merupakan teori yang lebih banyak
dipengaruhi oleh teori teori ekonomi. Beberapa ekonom berusaha mengaplikasi teori teori.
Ekonomi untuk menjelaskan berbagai fenomena sosial terutama dalam hal ini ialah agama. Dalam
teori pilihan rasional digunakan beberapa asumsi yang sama ketika menjelaskan persoalan
ekonomi, misalnya aktor diasumsikan bertindak secara rasional dalam pengertian yang luas.
Sebagaimana teori ekonomi lain pada umumnya, teori pilihan rasional juga menghasilkan
prediksi-prediksi dari kerangka teori yang diterapkannya.
Stratifikasi sosial merupakan tema utama dalam sosiologi. Stratifikas sosial dalam berbagai
studi, sosiologi diperlalkukan sebagai variable independent yang memengaruhi banyak aspek
kehidupan sosial. Stratifikasi sosial menunjuk kepada sistem pelapisan masyarakat yang
didalamnya terdapat stratum atau kelas sosial yang tersusun secara hirarkis. Sekalipun telah
banyak mendapat perhatian dari para sosiolog, masih terdapat ambiguitas berkaitan dengan
berbagai konsep yang berkaitan dengan stratifikasi sosial. Posisi sosioekonomi seringkali
didefinisikan menggunakan ukuran pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Studi empiris
berdasarkan pada kategori-kategori itu merupakan bentuk dasar analisis sosioekonomi,
sebagaimana mereka menunjukkan kesenjangan struktural yang ada dimasyarakat. Studi-studi
sosiologis yang relevan dengan stratifikasi sosial menunjukan bahwa variable kelas sosial
KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA) 4
merupakan variable penting dalam membentuk perilaku seseorang termasuk religiositas. Studi
yang dilakukan di Israel Katz-Gero et al. (2009), misalnya, menunjukkan bahwa kelas lebih
berpengaruh dari pada status sebagai variable determinal partisipasi kultural.
Dalam hal kaitan antara stratifikasi sosial dan agama muncul pertanyaan mendasar yang
menjadi topik banyak studi. Pertanyaan tersebut ialah apakah ketimpangan ekonomi yang terjadi
disuatu masyarakat mempunyai dampak terhadap tingkat religiositas masyarakat.
Berdasarkan uraian keterkaitan antara stratifikasi sosial dan agama dapat diperoleh beberapa
kesimpulan. Pertama, sekalipun beberapa agama dalam ajarannya bersifat egaliter, artinya
kedudukan manusia pada dasarnya sama, dalam praktiknya dimasyarakat, stratifikasi sosial tetap
terjadi. Stratifikasi sosial yang terbentuk pada umumnya berdasarkan pada keturunan. Kedua,
secara teoretis dan empiris, tidak ada penjelasan dan bukti yang meyakinkan dan konsisten untuk
menyatan apakah nilai-nilai agama mendorong, menghambat, atau netral dalam kaitannya dengan
gerakan sosial dalam kerangka perubahan struktur sosial. Ketiga, distingsi sosial yang terjadi pada
beberapa komunitas agama lebih bersifat horizontal bukan vertikal. 3
3
Sindung Haryanto, Sosiologi Agama: Dari Klasik Hingga Postmodern (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2015) hlm 131-
162
KELOMPOK 2 (EKONOMI DAN AGAMA) 5
BAB 2
Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa Agama sangat berpengaruh dalam system perekonomian
suatu Negara, dimana agama mampu mengatur etos kerja masyarakat. Agama mampu memberikan
arahan agar pemeluknya bisa memperlakukan ekonomi dengan sebaik-baiknya, bagaimana
Jemaah mampu meminimalisir kerugian dan memaksimalkan keuntungan. Agama dapat
4
http://faisal-wibowo.blogspot.co.id/2013/01/ekonomi-dan-agama.html?m=1 (diakses 21 maret 2017)
Dalam teori pilihan rasional, masyarakat disini cenderung memilih mana hal yang dapat
berdampak positif baginya, agama juga termasuk didalamnya. Agama dalam pilihan rasional ini
diibaratkan sebagai produsen pasar perekonomian, dan masyarakat adalah sebagai konsumen, jika
konsumen tidak merasa puas lagi dengan apa yang diberikan oleh produsun, maka kemungkinan
besar konsumen akan beralih ke produsen yang lain yang lebih berdampak positif baginya.
5
http://imasarahnabila.blogspot.co.id/2013/01/defiisi-teori-pilihan-rasional.html?m=1 (diakses 21
Maret 2017)
6
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial (diakses 21 maret 2017
Agama adalah wadah untuk orang-orang percaya akan kehadiran yang maha kuasa, bahwa
ada sesuatu yang tertinggi, dan itulah yang disebut dengan TUHAN. Agama mengatur setiap
aktifitas dari para penganutnya, termasuk dalam hal pengaturan dan pengelolaan ekonomi. Dapat
dilihat dalam materi tadi, bahwa Agama sangat mempengaruhi dalam perkembangan ekonomi
suatu Negara, karena dalam Agama-Agama juga membicarakan mengenai ekonomi. Ada banyak
agama di Bumi ini dan sistem pengaturan ekonomi yang berbeda-beda, ada yang dapat langsung
meningkatkan perekonomian suatu Negara ada yang melalui tahap demi tahap, ada pula yang
malah tidak berdampak kepada Negara tersebut. Agama Protestan adalah salah satu agama yang
berdampak dalam perkembangan sistem perekonomian suatu Negara, karena Agama Protestan
mengajarkan mengenai etika dalam bidang ekonomi, bagaimana cara mengelola Ekonomi dan
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Gereja dalam hal ini yang adalah tempat untuk mengajarkan dan mempraktekan mengenai
bagaimana cara memperlakukan ekonomi dengan baik, harus benar-benar melakukannya sesuai
dengan yang diajarkan. Gereja harus menjadi contoh yang patut diteladani dalam hal pengelolaan
ekonomi agar dapat membangun jemaat, karena ekonomi juga adalah faktor pendukung dalam
menjalankan suatu pelayanan. Tetapi banyak ditemui saat ini Gereja justru melakukan
pelanggaran-pelanggaran atau melakukan penyelewengan dalam hal pengelolaan ekonomi, bukan
hanya Gereja saja tetapi lembaga-lembaga keagamaan juga yang telah mengetahui cara mengelola
perekonomian dengan baik, malah melakukan penyelewengkan dalam hal ekonomi tersebut
dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat untuk membenarkan penyelewengan tersebut.
Jemaat sangat membutuhkan peran Gereja dalam mengatur mereka untuk mengelola
ekonomi, jangan sampai jemaat menjadi hamba uang dan menjauhkan diri dari Gereja, melainkan
Gereja harus merangkul jemaat. Gereja jangan hanya memberitakan bagaimana cara berbuat baik,
bagaimana cara menyembah Tuhan, dan bagaimana cara bersyukur kepada Tuhan, jika Gereja
hanya begitu saja, maka Gereja akan terkudeta oleh paham-paham yang mengatur tentang hal-hal
sosial. Gereja harus membuka diri dalam hal-hal sosial dalam hal ini Ekonomi, gereja harus
Dalam teori pilihan rasional, melihat bahwa setiap agama dalam hal ini juga termasuk
Gereja berada dalam kondisi persaingan untuk memperebutkan sebanyak mungkin Jemaah, ini
sama seperti sistem pasar perekonomian bagaimana cara untuk mendapat keuntungan dengan
melakukan manufer-manufer tertentu. Gereja hendaknya jangan seperti itu, jangan hanya sibuk
mengkristenkan, tetapi yang utama adalah pengajaran yang diberikan. Apa guna banyak jemaat
tetapi tidak berperilaku halnya seorang Kristen yang sesungguhnya. Gereja sama halnya dengan
Produsen Ekonomi dan jemaat adalah konsumen Ekonomi, jika konsumen tidak mendapatkan apa
yag mereka inginkan maka konsumen akan mengganti produsen yang lebih menguntungkan. Oleh
karena itu gereja harus memberikan terobosan-terobosan baru dalam hal pengajaran dan gereja
harus masuk lebih dalam dan lebih membuka diri dalam hal-hal sosial. Jika kita melihat kedalam
hal-hal yang terjadi saat ini di dalam sistem tatanan sosial masyarakat banyak terjadi stratifikasi
sosial yang terjadi seperti, orang dengan tingkat perekonomian diatas rata-rata mereka cenderung
diperlakukan lebih dalam masyarakat, tetapi orang yang tingkat perekonomiannya rendah atau
berada dalam garis kemiskinan mereka cenderung disepelekan atau dipandang sebelah mata dalam
masyarakat. Disinilah peran gereja, bagaimana gereja memberikan terobosan baru dengan
merangkul itu, dan memberikan pemahaman bahwa semua manusia itu sama di mata Tuhan, baik
yang miskin maupun yang kaya. Artinya tidak ada stratifikasi sosial karena keselamatan yang
diberikan berlaku secara Universal bukan hanya kepada strata sosial tertentu. Gereja harus mampu
memberikan transformasi terhadap pemahaman sosial yang telah menjadi tatanan dalam
masyarakat agar gereja mampu bersaing dengan perkembangan pemikiran modern yang ada di
masyarakat, jika Gereja tidak melakukan itu, maka Gereja akan termakan oleh waktu.
Pada abad-abad pertengahan, mulai ada penolakan mengenai hal-hal yang berbau metafisik
seperti halnya mengenai hal keTuhanan dan mulai ada pertanyaan yang meragukan kepada
lembaga-lembaga dalam hal ini lembaga agama. Oleh karena itu agamapun mulai berkamuflase
dengan masuk dalam bidang-bidang sosial seperti Politik, Ekonomi dan paham paham sosial
lainya. Jika Agama tidak menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman maka agama akan
terkudeta. Oleh karena itu gereja jangan hanya fokus ke ajaran tetapi harus membuka diri kepada
setiap fenomena-fenomena sosial yang ada dan sedang berkembang.
Sumber internet:
http://www.ekoonomi.com/2016/07/pengertian-ekonomi.html?m=1.
http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-agama.html?m=1
http://faisal-wibowo.blogspot.co.id/2013/01/ekonomi-dan-agama.html?m=1
http://imasarahnabila.blogspot.co.id/2013/01/defiisi-teori-pilihan-rasional.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial