Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
F DENGAN
MASALAH HIPERTENSI DI DESA TAMBAN RAYA RT. 01 KECAMATAN
MEKARSARI KAB. BARITO KUALA
Disusun Oleh :
KABUL STIAWAN S.Kep
( NPM: 09092 AS 1)
Menyetujui
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta “kulawarga”. Kata kula berarti “ras”
dan warga yang berarti “anggota”. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki
hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara
individu tersebut.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara
maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertensi masih rendah presentasinya.
Walaupun demikian bukan berarti ancaman penyakit hipertensi diabaikan begitu saja.
Bagi masyarakat golongan atas hipertensi benar-benar menjadi momok yang
menakutkan (Sri Rahayu : 2000).
Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-rata
20 %.Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat. Di
negara Indonesia rata-rata 6-15 %.Presentasi ini mungkin masih tinggi karena jumlah
anak di bawah 15 tahun di negara Indonesia lebih kurang 15 % dari populasi (Rahayu
: 2000).
Hipertensi merupakan faktor risiko, primer yang menyebabkan penyakit jantung
dan stroke. Hipertensi disebut juga sebagai The Silent Disease karena tidak ditemukan
tanda –tanda fisik yang dapat dilihat (Gede Yasmin: 1991).
Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai
Heterogenus Group of Disease dari pada single disease.Hipertensi yang tidak
terkontrol akan menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan
jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun kerusakan yang paling sering adalah
gagal jantung dan stroke serta gagal ginjal (Susi Purwati: 2000).
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering
ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun ke atas (Sri Rahayu: 2000: ).
Untuk mencegah komplikasi diatasi sangat diperlukan perawatan dan
pengawasan yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit
kardiovaskular dapat dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang kurang
sehat dalam mengonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu
berolah raga secara teratur serta merubah kebiasaan hidup lainnya yang dapat
mencetus terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok, minum-minuman
beralkohol. Adapun faktor dietik dan kebiasaan makan yang mempengaruhi tekanan
darah yang meliputi, cara mempertahankan berat badan ideal, Natrium klorida,
Kalium, Kalsium, Magnesium, lemak dan Alcohol. (Dr. Wendra Ali. 1996).
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti:
1. Ke tidak patuthan diit rendaah garam dan rendah lemak.
2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita.
3. Sumber daya keluarga kurang.
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan tersinggung)
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran dan berkurangnya
pendapatan. Keluarga).
Masalah yang muncul adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul, bagaimana
manifestasinya, dan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus ini
masih memerlukan kajian yang lebih mendalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KELUARGA
1. Pengartian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya 1989).
2. Tipe Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
d. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat lingkungannya.
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya , ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak
melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.
B. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya,
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
C. Fungsi Keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
1. Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau huubungan dalam
keluarga dan sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau
budaya dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal fakta-
fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala,
penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat :
sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang
dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap
negative terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan
mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber-
sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial),
mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana mengetahui
sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi
dan kekompakan antar anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat :
apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga
4. Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan
jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5. Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.
D. Bentuk Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil,
yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
1. Berdasarkan lokasi
Adat utrokal, yaitu adat yang member kebebasan kepada sepasang
suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar
kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediaman kaum
kerabat istri.
Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat
suami.
Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada
masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada
masa tertentu pola (bergantian).
Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak
berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri.
Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami
istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu
(avunculus) dari pihak suami.
Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri
masing-masing hidup terpisah dan masing-masing dari mereka juag
tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.
2. Berdasarkan pola otoritas
Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki
(laki-laki tertua, umumnya ayah).
Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu).
Equalitarium, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara
seimbang.
E. Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri,
subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik). Subsistem
suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup
bersama dengan tujuan eksplisit membangun keluarga. Pasangan ini
menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun
sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari yang ditimbulkan
oleh kepentingan maupun kebutuhan dari subsistem-subsistem lain.
Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam
keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan
pengenalan akan tanggung jawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.
F. Deskripsi Penyakit
1. Pengertian
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan
diastolic serta merupakan suatu factor terjadinya kompilikasi penyakitt
kardiovaskuler. (Soekarsohardi, 1999).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas standar
dihubungkan dengan usia. (Gede Yasmin, 1993). Dari definisi-definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa:
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik diatas normal sesuai umur dan merupakan salah satu factor
resiko terjadinya kompilkasi penyakit kardiovaskuler.
2. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori:
a. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang
jelas. Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab
hipertensi seperti berrtambahnya usia , factor psikologis , dan
keturunan. Sekitar 90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti
stenosis arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta.
Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian oral
kontrasepsi. Adapun factor pencetus hipertensi seperti,
keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan, lingkungan,
pekerjaan, merokok, alcohol dan social ekonomi (Susi Purwati,
2000 : 25 )
3. Patofisiologi
Jantung adalah sistem pompa yang berfungsi untuk memompakan
darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor
cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan normal untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang meningkat
diperlukan peningkatan kardiak output dan tekanan perifer menurun.
Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan
kardiak ouput. Dalam sistem Renin – Angiotensien – aldosterone pada
pathogenesis hipertensi, glandula supra renal juga menjadi faktor
penyebab oleh karena faktor hormon. Sistem Renin mengubah
angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angiotensin I menjadi
angiotensin II oleh Angitensi Convertion Ensym (ACE). Angiotensin II
mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus pereifer yang
mengaktifkan sistem simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler
perifer meningkat. Disamping itu angiotensin II mempunyai efek
langsung terhadap vaskuler smoot untuk vasokonstruksi renalis. Hal
tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron yang akan
meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal
ini semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan
kardiak output. (Jurnlistik international cardiovaskuler,1999).
Dampak masalah.
1. Terhadap individu.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Hypertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya oleh penderita. Kurangnya pengetahuan klien
terhadap penyakit hypertensi, sebagian besar timbul tanpa
gejala yang khas.
b) Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami keluhan kepala
pusing dan bila berlangsung lama disertai mual-mual dan
muntah.
c) Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan
tersinggung.
d) Pola tidur dan istirahat
Pada klien hypertensi mengalami gangguan tidur sering
terbangun karena sering sakit kepala dan tegang pada leher
bagian belakang.
e) Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur
pengobatan yang lama ,diet, olah raga, merokok, minuman
beralkohol.
f) Pada pola tata nilai dan kepercayaan.
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan
merasa tidak berdaya dengan keberadaan sekarang.
2. Terhadap keluarga
a) Merepotkan dalam memberikan perawatan, pengaturan diet,
mengantar kontrol dan manambah beban biaya hidup yang terus
- menerus.
b) Produktifitas menurun.
Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan
sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, maka akan
menghambat kegiatannya sehari-hari untuk kegiatan seperti
semula.
c) Psikologi
Peran kepala akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.
3. Terhadap masyarakat
Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan
terjadi perubahan peran dalam masyarakat Selain itu akan
menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi
ancaman kehilangan salah satu anggotanya.
4. Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin
meningkat,maka akan terjadi beban pelayanan kesehatan di masa
yang akan datang.
G. Pengkajian
Anamnesa, observasi, pengukuran, dokumentasi dan pemeriksaan fisik.
Metode pengkajian yang digunakan untuk mengoptimalkan hasil yang
diperoleh meliputi beberapa cara di antaranya head to toe, teknik persistem,
maupun berdasarkan atas Pengkajian dilakukan secara komprehensif
dengan berbagai metode pengkajian seperti kebutuhan dasar manusia.
3. Riwayat penyakit
Fokus pengkajian yang dilakukan adalah pada riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Ini dapat dimengerti karena riwayat kesehatan
terutama berhubungan dengan hipertensi sangat membantu dalam
menentukan diagnosa.
4. Data Bio-Psiko-Sosial-Spritual
Data yang sudah dikaji sebelumnya dengan menggunakan berbagai
metode yang valid selanjutnya dikelompokkan secara umum menjadi
data subjektif dan objektif.
5. Data subjektif
Adanya keluhan tentang penyakit hipertensi. Seperti mengeluh pusing,
sakit kepala, sakit pada tengkuk kepala dll.
I. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan
yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan
masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. (Nasrul
Effendi,1998 ).Rencana tindakan dari masing-masing diagnosa keperawatan
khusus diet pada klien hipertensi adalah:
1. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab
terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
cara pengaturan diet yang benar.
a. Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan
diet bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.
2) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai
anjuran.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar
bagi penderita hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya
menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi.
d. Rasional
1) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan
peresepsi yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk
mengenal masalah khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi.
2) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan
makanan yang rendah garam.
2. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet
terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet.
a. Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi.
b. Kriteria hasil
1) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi
klien hiperetensi
2) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien
hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet
untuk klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
d. Rasionalisasi
1) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu
melaksanakan cara pengaturan diet untuk klien hipertensi.
2) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita
hipertensi.
3. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita
hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan
makanan dalam jumlah yang benar.
a. Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
b. Kriteria hasil
1) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk
penderita hipertensi.
2) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat
bagi klien hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan
makanan untuki klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh klien hipertensi.
3) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat
makanan dengan jumlah yang tepat.
d. Rasionalisasi.
1) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat
cara pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
2) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang
dianjurkan.
3) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam
jumlah yang tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan
/melaksanakaannya sendiri.
4. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-
hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.
a. Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi
makanan yang rendah garam.
b. Kriteria hasil
1) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang
rendah garam.
2) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak
mengandung garam.
3) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam.
c. Rencana tindakan.
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan
terhadap klien hipertensi.
2) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang
banyak mengandung garam.
3) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu
untuk merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari
padea niat dan keinginan untuk merubah.
d. Rasional
1) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang
pengaruh garam terhadap klien hipertensi.
2) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang
banyak mengandung garam.
3) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah
sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat
keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman
obat keluarga.
a. Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman
obat keluarga.
b. Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat
membantu untuk pengobatan hipertensi.
c. Rencana tindakan
1) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
2) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis
tumbuhan/tanaman yang dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
3) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki
tanaman obat keluarga.
d. Rasional
1) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
2) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat
menurunkan tekanan darah.
3) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman
obat tersebut kapan saja diperlukan.
J. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put) dan
penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi
penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi:
a. Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari
tindakan keperawatan.
b. Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi), maka dimensinya
dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
c. Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah
kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
d. Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt Care,
1989: 97).
DAFTAR PUSTAKA
Nasrul Effendi editor Yasmin Asih. 1998. Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas
edisi II: buku kedokteran EGC. Jakarta
Patologi hipertensi Lab. SMF. Penyakit jantung. RSUD. Dr. Soetomo: 1997. Surbaya
Prof. Dr. Moerdono. 1994. Masalah hipertensi: Penerbit Bhrata Karya Aksara.
Jakarta.
I. Identitas Keluarga.
A. Kepala Keluarga.
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 38 thn
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Agama : Islam
6. Suku : Banjar
7. Alamat : Desa Tamban Raya RT.01
B. Klien
1. Nama : Ny. F
2. Umur : 38 thn
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : IRT
5. Agama : Islam
6. Suku : Banjar
7. Alamat : Desa Tamban Raya RT 01
Keterangan :
: laki laki : Klien sakit
: perempuan
: hubungan
…….. : serumah
TERAS
PINTU
DAPUR
RUANG TAMU
Jendela
JE
ND
EL
B. Sarana Sanitasi Lingkungan. A
Sumber air minum berasal dari PDAM yang di beli dari tukang jual air dan air
hujan, sumber air untuk mencuci juga berasal dari air sumur gali. Pembuangan
air limbah rumah tangga di belakang rumah, kebiasaan pengelolaan air minum
dimasak sampai mendidih. Jarak pembuangan kotoran dengan sumber air
minum + 10 meter. Yaitu septik tank angsa. Kebiasaan keluarga ini membuang
sampah dengan cara ditimbun untuk kemudian dibakar. Keluarga Ny.S tidak
mempunyai kandang ternak dan hewan peliharaan, pekarangan rumah pun
dimanfaatkan.
V. Sarana Kesehatan.
A. Pemanfaatan Fasilitas.
Keluarga meminta pertolongan kesehatan disaat sakit dengan datang ke mantri
terutama Ny.F ia sering pergi ke mantri apabila kepalanya terasa sakit / pusing,
jarak fasilitas kesehatan dengan rumah tempat tinggal keluarga sekitar + 3 km,
dan ke puskesmas + 7 km,Sebelum berobat Ny.F beli obat bebas di warung jika
obat yang di belinya tidak kunjung sembuh Ny. F berobat ke puskesmas pal
15 dengan diantar oleh anaknya dengan sepeda motor. Fasilitas dan alat
komunikasi keluarga adalah televise dan handpone
B. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah
tangga. Menurut Ny. F ia senang memiliki keluarga yang lengkap 2 orang
anak. Keluarga tampak harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang
lain serta saling menghargai satu dengan yang lain, apabila ada anggota
keluarga lain yang membutuhkan maka anggota keluarga akan membantu
sesuai dengan kemampuan.
2. Fungsi Sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga baik, di dalam keluarga ini tampak
kepedulian anggota keluarga dengan saling tolong menolong dalam
melaksanakan tugas di dalam keluarga ini. Keluarga ini juga membina
hubungan yang baik dengan tetangga sekitar rumahnya terbukti dengan
seringnya tetangga main ke teras rumahnya untuk berbincang – bincang
dengan anggota keluarga keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan
mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga Ny. F memiliki 2 orang anak, 2 orang anak perempuan, yaitu
Nn. V.R dan Nn. V.N
4. Fungsi Ekonomi
Ny. F tidak bekerja hanya seorang ibu rumah tangga hanya ikut arisan
yasinan dan mengharap ekonomi dari suami. Jika ada sisa keuangan, maka
disimpan untuk anak sekolah dan keadaan yang mendadak bagi keluarga.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum (TTV) :
Keadaan Ny. F Nampak keletihan, Penampilan terlihat cukup rapi,
kebersihan diri baik.
Tanda – tanda vital:
Tekanan darah : 180/120 mmHg.
Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 84 x/menit
TB : 145 cm
BB : 49 Kg.
2. Pemeriksaan fisik khusus :
a. Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala
normal. Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena
jugularis dan arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar
tiroid.
b. Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak terdapat edema.
c. Telinga
Pendengaran berkurang karena proses menua
d. Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada telinga
e. Mulut
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada mulut
f. Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,
suara mur – mur (–) , ronchi (–), wheezing (–), nafas cuping hidung (–
).
g. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran
hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus baik.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Pada ektrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema, tidak terjadi
kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu menggerakan persendian,
mampu mengangkat dan melipat persendian secara sempurna.
D. Harapan Keluarga
Ny. F berharap agar sembuh dari penyakit hipertensinya. Sehingga dapat
melakukan aktivitas sehari – hari dengan nyaman.
Analisa Data
A. Penjajakan tahap I
1. Ancaman Kesehatan
a) Kurangnya waktu istirahat.
2. Kurang / tidak sehat
a) Ny. S menderita penyakit hipertensi.
3. Krisis
Tidak ada.
B. Analisa Data
Masalah Masalah
No Data
Kesehatan Keperawatan
1 Ny.F mengeluh sakit Penyakit Ketidak mampuan
kepala bagian belakang hipertensi keluarga merawat
Tampak lelah dan kurang pada Ny. F anggota keluarga
waktu istirahat TD: nya yang sakit
180/120mmhg. B.D kurang
Ny. F tidak membiarkan pengetahuan
saja penyakitnya, Ny. F tentang penyakit
dan keluarga dan faktor-faktor
mengusahakan untuk penyebab
kesembuhannya penyakit tersebut
Menentukan Prioritas Masalah
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi
Prioritas Masalah
1. Penyakit hipertensi pada Ny. F dengan skor 3 1/6.
Rencana Intervensi Keperawatan Keluarga
Diagnosa
No Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan