Você está na página 1de 9

RESUME KEPERAWATAN ANAK

GANGUAN FISIK DAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK V

 SUCI NIRMALA
 IDDATULLAELI
 NURHAFNILA
 ERIN SAPUTRA
 LAROS SEPTI

SEMESTER IV KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES MATARAM

TAHUN AJARAN 2017/2018


ANAK BERGANGGUAN FISIK DAN MOTORIK

1. Definisi
Gangguan fisik dan motorik adalah anak yang menggalami kelainan atau cacat yang
menetap pada alat gerak ( tulang, sendi, otot ) sedemikian rupa sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus jika mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi
otak.

Tunadaksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh.
Dalam banyak literatur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan
tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“
(kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan).

Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak
adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka
atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi
fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah
kelahiran, menyebabkan retardasi mental (tunagrahita). Pada dasarnya kelainan pada peserta
didik tunadaksa dikelompokan menjadi dua bagian besar, yaitu kelainan pada system serebral
(cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka (musculoskeletal system). Peserta
didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan pada koordinasi
gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan syaraf tertentu. Kerusakan saraf
disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika pada system saraf
pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsi, spina bifida dan
kerusakan otak lainnya.

Anak dengan cerebral palsy mempunyai masalah dengan persepsi visual meliputi gerakan-
gerakan untuk menggapai, menjangkau dan menggenggam benda, serta hambatan dalam
memperikan jarak dan arah. Cerebral palsy merupakan kelainan koordinasi pada control otot
disebabkan oleh luka (mendapatkan cedera) diotak sebelum dan sesudah dilahirkan atau pada
awal masa anak-anak. Masalah utama gerak yang dihadapi oleh anak spina bifida adalah
kelumpuhan dan kurangnya control gerak. Pada anak hydrocephalus masalah yang dihadapi
ialah mobilitas gerak. Derajat keturunan akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri
dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan
tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis
kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan
kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa
malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.

2. ciri –ciri
Ciri- ciri umum anak jenis ini bisa di lihat sebagai berikut

a. Anggota gerak tubuh kaku, lemah, lumpuh


b. Kesulitan dalam gerakan tidak sempurna, tidak lentur
c. Terdapat bagian anggota gerak yang tridak lengkap, tidak sempurna lebih kecil dari
biasanya
d. Terdapat cacat pada alat gerak
e. Jari tangan kaku dan dan tidak dapat menggenggam
f. Kesulitan pada saat berdiri
g. Hiperaktif/tidak dapat tenang

3. faktor penyebab
Secara umum penyebab dibagi dua:

1. Faktor penyebab datangnya dari dalam (endogen) seperti keturunan, penyakit dan lain-lain
2. Faktor yang penyebabnya dari luar (eksogen) senyakit lain seperti kecelakaan atau penyakit
lain yang menular dari telinga.

4. macam-macam gangguan
a. gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan
gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan
anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120%
kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik
berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita
penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter
yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran
lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar
kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus,
megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila
lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi
kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.

Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu


dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan
penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang
terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan
akibat katarak, neuritis optik, glukoma, dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003).
Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli
sensorineural.

Menurut Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal
dan postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi
selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian adalah
infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.

b. Gangguan perkembangan motorik


Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan
motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum
tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan
motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan
dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik
selalu didasari adanya penyakit tersebut.

Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan


dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar
seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan
dalam mencapai kemampuan motorik.

c. Gangguan perkembangan Bahasa


Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan
perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan
berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor
keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik
seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan
perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar
anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).

d. Gangguan Emosi dan Perilaku


Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang
terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak
dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan
perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah,
kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan
perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi
sosial. Menurut Widyastuti (2008) autism adalah kelainan neurobiologis yang
menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan
terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-
putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.
5. intervensi di lingkungan inklusif
Lingkungan yang paling kondusif guna pembelajaran siswa berkelainan fisik adalah kelas
reguler.

a. Pengajaran kemandirian yang optimal


Penekanan dalam pengajaran bagi siswa-siswa ini harus pada kemandirian yang mandirian
yang optimal dan memperhatikan perbedaan antar pribadi.

b. Belajar kelompok
Belajar kelompok disekolah seringkali dilakukan dengan tujuan menciptakan kemampuan
atau keterampilan yang lebih homogen.

c. Team teachingi
Dengan melakukan team teaching siswa dapat mengembangkan kemampuan perancangan
yang lebih baik ,peningkatan kemampuan memecahkan masalah, Menambah harga diri
,meningkatkan kemampuan komunikasi, kemampuan sosial yang efektif dan lebih
memuaskan ,serta menambah pembelajaran akamis.

d. Bina Mandiri
Kenali kondisi anak, Kondisi anak dapat dikenali dengan melakukandiagnosa dan
perawatan yang tepat. Dengan mengenali kondisi anak,guru dapat menentukan perlakuan
yang tepat sesuai kekurangan padafisik anak.
e. Bersikap positif.
Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi tidak memberi harapan palsu.
f. Memberi cinta.
Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadikekuatan terbesar bagi anak untuk
mengatasi kekurangannya. Tunjukkanrasa cinta tanpa pamrih melalui pelukan, ciuman,
genggaman tangan,meluangkan waktu untuk meberi bantuan.Menghadirkan keadaan
normal.
g. Menciptakan kegiatan yang normal.
Kegiatan yang disusun tidak terlalu memanjakan atau melindungianak, karena akan
menghambat perkembangan anak.Selalu menghargai anak melalui kata-kata maupun
tindakan. Memberitahu kelebihan anak yang dapat digunakan untuk menghadapi
permasalahananak.
h. Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah danmempermudah anak
beraktivitas.Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan
menerimakehadiran anak lain.
i. Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.
j. Memfasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur,di gymnasium, di kolam
renang.Terapi Okupasi Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan, dengan
menggunakan plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai bentuk gerakan, ketepatan
arah, permainan yang memerlukan keberanian. Aktifitas kehidupan sehari-hari :
berpakaian, makan minum,penggunaan alat perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar.
Seni dan keterampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel dan mengamplas
k. Terapi Wicara :
pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan dalam bahasa pasif :
anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan disekolah dan dalam bahasa
konsonan, suku kata, kata,kalimat. dengan pengucapan huruf hidup/voval,Terapi Musik :
tujuannya menumbuh kembangkan potensi-potensi pada anak yang berkelainan baik fisik,
mental intelektual maupun social emosional sehingga mereka akan berkembang menjadi
percaya diri Pelayanan tersebut dengan cara melatih : ritme, nada dan irama,interfal, tarian,
drama, cerita, senam, pengenalan alat musik, pengenalanlagu, latihan baca
sajak/puisi.Psikolog : pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang tuadan
keluarga agar dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut.Sosial Medik.
l. memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial,ekonomi, pendidikan, lingkungan
tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para dokter dan terapis dalam menyusun
program Selain itu pelayanan yang berhubungan dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya,
Kantor Departemen sosial, Rumah sakit, Sekolah,sehingga dapat terjalin hubungan erat
dengan berbagai instansi yang sangat penting untuk keberhasilan program rehabilitasi
.Ortotik Prostetik
m. memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misalbrace, tongkat ketiak, kaki tiruan,
kursi roda.
n. Memberi kegiatan sesuai minat dan kebutuhan anak- Memperkenalkan hal-hal yang baik
dan tidak baik sejak usia dini melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahukelebihan
anak yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahananak.
o. Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan mempermudah
anak beraktivitas.
p. Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima kehadiran anak lain.
Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.
refrensi
Soepardi, Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.
Setiati, T. E., et al (ed). 1997. Tumbuh Kembang Anak dan Masalah Kesehatan Terkini.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar