Você está na página 1de 28

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................


ABSTRAK .................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................


1.1 Latar Belakang ........................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................
1.3 Batasan Masalah ......................................................................
1.4 Tujuan Penuliasan ...................................................................
1.5 Manfaat Penulisan ...................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................


2.1. Beban Jembatan........................................................................
2.1.1 Berat Sendiri ...............................................................
2.1.2 Beban Mati Tambahan .............................................
2.1.3 Beban Lalu lintas ......................................................
2.1.4 Beban Truk .................................................................
2.1.5 Beban Rem ...................................................................
2.1.6 Beban Angin ...............................................................
2.1.7 Beban Pejalan Kaki ...................................................
2.1.8 Beban Gempa ..............................................................
2.2. ..................................................................................................
2.3. Diagram Alir Penelitian ..........................................................
2.4. Hasil Penelitian .......................................................................
3.4.1 Hasil Pengujian Indeks Properties Tanah Asli ..............
3.4.2 Karekteristik Asam Fosfat .............................................
3.4.3 Pengujian Utama ............................................................
3.4.4 Hasil Pengujian Pemadatan ...........................................
3.4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas ...............................
BAB IV PENUTUP ..................................................................................
4.1 Kesimpulan ...............................................................................
4.2 Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

Data Analisis Konstruksi Jembatan Baja Busur Rangka Tipe A Half-


Though Arch

2.2.2 Data Penelitian


3.Perencanaan
2.3.1 Perencanaan Pelat Lantai
3.4 Perencanaan Gelagar Memanjang
5 Perencanaan sambungan gelagar memanjang dengan gelagar
melintang.
ANALIS IS PERHITUNGAN GAYA BATANG
Tulangan Kerb
Perhitungan Kolom Sandaran
KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA
Batang Tarik
Kontruksi Busur

2.5 KONSTRUKS I SEKUNDER

2.6 PERHITUNGAN SAMBUNGAN

2.7 STAGING ANALYS IS

BAB 2
PEMBEBANAN
2.1 Beban Jembatan
2.1.1 Berat Sendiri
Berat sendiri dari bagian bangunan adalah berat dari bagian
tersebut dan elemenelemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk
dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural
yang dianggap tetap. ( RSNI T-02, 2005)

2.1.2 Beban Mati Tambahan


Beban mati tambahan adalah berat seluruh ba han yang
membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non
struktural, dan besarnya dapat berubah selama umur jembatan. ( RSNI
T-02, 2005)

2.1.3 Beban Lalu lintas


Beban lalu lintas adalah semua beban yang berasal dari berat
kendaraan-kendaraan bergerak, dan pejalan kaki yang dianggap
bekerja pada jembatan. Beban lalu lintas. ( RSNI T-02, 2005)
2.1.4 Beban Truk
Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi -trailer
yang mempunyai susunan dan berat as. Berat dari masing -masing as
disebarkan m enjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan
bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2
as tersebut bisa diubah -ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk
mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.
(BMS, 1992)
2.1.5 Beban Rem
Bekerjanya gaya -gaya di arah memanjang jembatan, akibat
gaya rem dan traksi, harus ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas.
Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan gaya rem sebesar 5% dari
beban lajur D yang dianggap ada pada semua jalur lalu l intas tanpa
dikalikan dengan faktor beban dinamis dan dalam satu jurusan. Gaya
rem tersebut dianggap bekerja horisontal dalam arah sumbu jembatan
dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas permukaan lantai
kendaraan. Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang
bentang melebihi 30 m, digunakan rumus q = 9 kPa. (RSNI T-02,
2005)
2.1.6 Beban Pejalan Kaki
Semua elemen dari trotoar atau jembatan penyeberangan yang
langsung memikul pejalan kaki harus direncanakan untuk beban
nominal 5 kPa. Jembatan pejala n kaki dan trotoar pada jembatan jalan
raya harus direncanakan untuk memikul beban per m2 dari luas yang
dibebani. (RSNI T -02, 2005)
2.1.7 Beban Angin
Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin
tergantung kecepatan angin rencana ( RSNI T-02, 2005) seperti
berikut:
TEW=0,0006∗Cw∗(Vw)∗2∗Ab (1)
2.1.8 Beban Gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas
ultimit. Pasal ini menetapkan metoda untuk menghitung beban statis
ekuivalen untuk jembatan - jembatan dimana analisa statis ekuiva len
adalah sesuai. Untuk jembatan besar, rumit dan penting mungkin
diperlukan analisa dinamis. ( RSNI T-02, 2005) Lihat standar
perencanaan beban gempa untuk jembatan . Beban rencana gempa
minimum diperoleh dari rumus berikut:
TEQ=Kh∗I∗WT (2)2.2 METODOLOGI PENELITIAN

2.2..Data Analisis Konstruksi Jembatan Baja Busur Rangka Tipe A


Half-Though Arch
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada analisis
konstruksi jembatan busur rangka baja tipe a half -through arch.
Jembatan didesain dengan data -data sebagai berikut :
Bentang tota : 120 m
Lebar lantai kendaraan : 7 m
Lebar trotoar : 1 m
Lebar jembatan : 9 m
Jarak antar gelagar : 1,17 m
memanjang
Jarak antar gelagar : 4 m
melintang
Mutu baja : BJ 55
Sambungan : baut
Mutu beton : f’c = 35 Mpa
Mutu tulangan : fy = 400 Mpa
Tanah : Tanah keras pada daerah 2. ( SNI -
Konstruksi atas 1726, 2002)
- Struktur atas : Rangka baja ( a-half Through
arch)
- Lantai jembatan : lapis aspal
- Tebal Slab : 0,25 meter
- Tebal lapisan aspal : 0,1 meter
- Tebal genangan air : 0,05 meter
hujan
- Tinggi rangka jembatan : 10 meter

2.2.2 Data Penelitian


Data penelitian menjelaskan mengenai objek yang akan diteliti.
Objek dari penelitian ini yaitu analisis konstruksi jembatan baja
busur rangka tipe a half-through arch dengan pembebanan sesuai
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI T -02-2005) dan BMS
1992, dan perencanaan konstruksi atas jembatan baja sesuai dengan
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI T -03-2005) dan SNI
03-1729-2002.

2.3.Perencanaan
2.3.1 Perencanaan Pelat Lantai
Tabel 2.3.1 Kombinasi beban pada pelat lantai
Faktor
No. Jenis Beban Momen Komb-1 Komb-2 Komb-3 Komb-4
Beban
1 Berat sendiri 1.10 1.00 1.10 1.10 1.10 1.10
(MS)
2 Beban mati 2.00 0.43 0.86 0.86 0.86 0.86
tambahan (MA)
3 Beban Truk "T" 1.80 42.78 00 00 00 -
(TT)
4 Beban pejalan 1.80 0.20 - 0.36 - -
kaki (TP)
5 Gaya rem (TB) 2.00 11.71 23.43 23.43 - -
6 Beban angin 1.20 0.27 0.32 - - 0.32
(EW)
total 57.78 58.00 34.21 2.10

perencanaan

f’c = 35 MPa
fy = 400 MPa
t = 250 mm
D lentur = mm
16 (arah y)
= 13 mm
(arah x)
Decking = mm
40

berdasarkan RSNI T-12, 2005 dan SNI 03-2847, 2002 dengan


perhitungan momen maka didapat hasil tebal pelat 250 mm dan
tulangan arah melintang D 16 -100 mm dan tulangan arah memenajang
D 13-200 mm.
2.3.2 Perencanaan Gelagar
Data perencanaan :
Jenis baja = BJ 55
Tegangan leleh minimum = 410 MPa
(fy)
Tegangan putus = 550 MPa
minimum (fu)
Modulus Elastisitas (E) = 2 x 10 5
MPa
Jarak gelagar memanjang = 1,17 m
(s)
Jarak gelagar melintang = 4 m
2.3.3 Perencanaan Gelagar Melintang Digunakan IWF 400 x 200 x 13
x 8
Tabel 2.3.3 Kombinasi beban pada gelagar melintang.
Faktor Komb- Komb- Komb- Komb-
No. Jenis Beban Momen
Beban 1 2 3 4
1 Berat sendiri (MS) 1.10 55.28 60.81 60.81 60.81 60.81
2 Beban mati tambahan 2.00 21.6 43.2 43.2 43.2 43.2
(MA)
3 Beban Truk "T" (TT) 1.80 146.25 263.25 263.25 263.25 -
4 Beban pejalan kaki (TP) 1.80 4.00 - 7.20 - -
5 Gaya rem (TB) 2.00 11.43 22.86 22.86 - -
6 Beban angin (EW) 1.20 1.85 2.22 - - 2.22
total 392.21 397.89 367.26 106.23
Maka momen yang digunakan komb -2 yaitu 397.89 KN.m
Total lendutan δ = 0,2982 cm
δ tot < δ ijin
0,3277 cm < 0,5 cm
2.3.4 Perencanaan Gelagar Memanjang
Digunakan IWF 900 x 300 x 28 x 16 ,perencanaan glagar memanjang
Tabel 4.3 Kombinasi beban pada gelagar memanjang.
Faktor
No. Jenis Beban Momen Komb-1 Komb-2 Komb-3 Komb-4
Beban
1 Berat sendiri 1.10 790.97 870.06 870.06 870.06 870.06
(MS)
2 Beban mati 2.00 116.45 232.90 232.90 232.90 232.90
tambahan (MA)
3 Beban Truk "T" 1.80 804.375 1447.88 1447.88 1447.88 -
(TT)
4 Beban pejalan 1.80 15.00 - 27.00 - -
kaki (TP)
5 Gaya rem (TB) 2.00 4.68 9.35 9.35 - -
6 Beban angin 1.20 1.62 1.94 - - 1.94
(EW)
total 2562.14 2587.19 2550.84 1104.91
δtot = 0,0908 cm
δ < δ ijin
0,0964 cm < 1,125 cm
2.3.5 Perencanaan sambungan gelagar memanjang dengan gelagar
melintang.
Gelagar = iwf. 900.300.28.16
memanjang
Gelagar melintang = iwf. 400.200.13.18
Tipe baut = A325
Diameter baut = 25 mm
Luas baut = ¼ x π x d2
= ¼ x π x 30 2
= 490,625 mm 2
fu = 825 MPa
tebal pelat (t p ) = 10 mm
Jenis pelat = BJ 34
=340 Mpa
= 210 MPa
r1 = 0,5 ( untuk baut tanpa ulir pada
bidang geser)

Gambar 1. Detail sambungan antar gelagar


2.3.6 ANALIS IS PERHITUNGAN GAYA BATANG
Berdasarkan RSNI T -03 2005 dan Pasaribu, Patar. 1992 untuk
perhitungan gaya batang serta sambunga maka digunakan IWF 400 x
200 x 13 x 8

Gambar 2. Detail sambungan antar gelagar


Tebal Pelat Lantai Kendaraan
Tebal pelat beton = 25,4 cm, dengan tinggi bondek 5,4 cm,
penulangan pelat digunakan D16 -150 untuk tulangan utama dan D13 -
200 untuk tulangan susut dan pembagi.

Gambar 2. Tulangan pelat lantai

2.2.7 Tulangan Kerb


Data perencanaan kerb : h = 200 mm. Dipasang tulanga n ∅ 12-
100 (As pasang = 1.130,97 mm 2 ). Tulangan pembagi dipasang
tulangan susut dengan ∅ 8-100 (As pasang = 502,65 mm 2 ).
2.2.8 Perhitungan Kolom Sandaran
Direncanakan kolom sandaran dengan dimensi 20x20x120 cm.
Dengan pipa sandaran Ø 2”. Maka dipasang tulangan lentur 4 Ø12
mm dan tulangan geser Ø10 -100 mm.

Gambar 4. Tulangan kolom sandaran

1. Mencari Angka Kelangsingan Arah sumbu kuat (sumbu x) λx = k

L .
i xx
2.2.9 Kekakuan Pelat Kopel
I
kopel ≥10 I 1 b L1
L1 = L / 3 = momen inersia minimum penampang tunggal l k
= momen inersia pelat kopel yang dipasang I 1 = I m i n = I y
2.2.10 Pemeriksaan Kekakuan Pelat Kopel S yarat kekakuan pelat
kopel:
τ ≤ τ’ σ ≤ σ’ σ1 ≤ σ’ Beban pada penampang:
Akibat L τ
Akibat M = L × e σ
2.2.11 Sambungan Las Pelat Kopel Sambungan las sudut :
Persyaratan ukuran las :
Maksimum = tebal pelat – 1,6 = 12 – 1,6 = 10,4 mm
Minimum = 5 mm (Buku LRFD, Tabel
7.1)
Maka digunakan las ukuran 10 mm te = 0,707 . a = 0,707 x 10 =
7,07 mm
Kuat rencana la s sudut ukuran 10 mm per mm panjang
ф .R n w = ф. te. (0,60. fuw) → Mutu las f u w
= 490 MPa
= 0,75 x 7,07 x 0,60 x 490 =
1.558,935 N/mm
Tidak boleh melebihi kuat runtuh geser pelat ф .R n w = ф. t.
(0,60. fu)
= 0,75 x 12 x 0,6 x 550 = 2.970 N/mm
Beban tarik terfaktor, T u
Tu = 106.544,99 kg
Gambar 5. Detail sambungan pelat kopel dengan profil WF
2. 4 KONSTRUKS I PEMIKUL UTAMA
Bentuk konstruksi pemikul utama yang dipilih sesuai
dengan kriteria yang ada pada bagian Bab I adalah konstruksi
busur dengan bat ang tarik. Pendekatan pertama bentuk
geometrik busur sebagai persamaan parabola.

Gambar 6. Rancangan jembatan busur rangka

2.4.1 Batang Tarik


Panjang dari batang tarik dicari dengan menggunakan
pendekatan persamaan sumbu geometrik busur.
Tabel 1. Panjang batang tarik
Titik L tarik
26 7.507
28 14.361
30 20.563
32 26.111
34 31.007
36 35.250
38 38.840
40 41.778
42 44.063
44 45.694
46 46.674
48 47.000
Dari hasil perhitungan :
Batang tarik menggunakan profil Kabel Rod Bar
M85 (Ø 82 mm). Dengan mutu Macalloy 520 Bar
System. Fy = 520 Mpa; Fu = 660 Mpa
2.4.2 Kontruksi Busur

2.5 KONSTRUKS I SEKUNDER


- Dari hasil perhitungan didapat :
- Ikatan Angin Busur Atas
- Ikatan Angin Busur Bawah
- Ikatan Angin Pada Lantai Kendaraan

2.6 PERHITUNGAN SAMBUNGAN


Kontrol Sambungan Baut Tipe Tumpu
Vu = 31.921,25 kg (gaya geser gelagar memanjang) Mutu baut A325
fy = 585 MPa fu = 825 MPa d b = 12 mm
Mutu pelat BJ -55
Profil = 2L 90.90.12 fy = 410 MPa fu = 550 MPa tp
= 12 mm

Kekuatan geser baut


Vd = φ f x 0,4 x f u b x m x A b

Yang menentukan adalah Vd = 5.598,32 kg


(diambil yang terkecil)

Jumlah baut yang diperlukan


𝑉𝑢
n = = 31.921,25 = 6 baut
𝑉𝑑

5.598,32
Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan :
3d b ≤ S ≤ 15t p
Kontrol Pelat Siku
Luas geser pelat siku
Anv = Lmv x t L
= (L – n/2 – d 1 ) x t L

Kuat rencana φ Rn = φ x 0,6 x f u b x Anv


Karena 2 siku maka :
2 φ Rn > Vu
Mutu baut A325 fy = 585 MPa fu = 825 MPa d b = 27
mm

Mutu pelat BJ -55 fy = 410 MPa fu = 550 MPa tp = 25


mm
Kekuatan geser baut
Vd = φ f x 0,4 x f u b x m x A b
Kekuatan tumpu baut Rd = φ f x 2,4 x d b x t p x f u p
Yang menentukan adalah Vd= 14.170,74 kg
(diambil yang terkecil)

Jumlah baut yang diperlukan


𝑉𝑢
- n = 𝑉𝑑

Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan :


3d b ≤ S ≤ 15t p
8.3 Sambungan Antar Batang Tarik Busur
Cek Sambungan Profil WFB 750.400.22.32
Pu = 1.718.845,89 kg
Kontrol Sambungan Baut Tipe Tumpu
Mutu baut A325 fy = 585 MPa fu = 825 MPa d b = 27
mm
Mutu pelat BJ -55 fy = 410 MPa fu = 550 MPa tp = 25
mm
- Kekuatan geser baut
Vd = φ f x 0,4 x f u b x m x A b
= 14.170,74 kg - Kekuatan tumpu baut
Rd = φ f x 2,4 x d b x t p x f u p

Sambungan pada 1 Flens n baut terpasang = 48 baut Vd =


φ.Vd x n baut terpasang
Sambungan pada Badan n baut terpasang = 15 baut Vd = φ.Vd x n
baut terpasang
Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan :
3d b ≤ S ≤ 15t p
8.4 Sambungan pada Rangka Batang (L = 100 m)
Cek Sambungan Profil
Kontrol Sambungan Baut Ti pe Tumpu Mutu baut
A325 fy = 585 MPa fu = 825 MPa d b = 27 mm
Mutu pelat BJ -55 fy = 410 MPa fu = 550 MPa tp = 25
mm

Kekuatan geser baut


Vd = φ f x 0,4 x f u b x m x A b
Yang menentukan adalah Vd= 14.170,74 kg
(diambil yang terkecil)

Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan :


3d b ≤ S ≤ 15t p
8.5 Sambungan Pada Busur
Cek Sambungan Profil WFB 750.750.38.38
Pu = 4.613.407,18 kg
Kontrol Sambungan Baut Tipe Tumpu Mutu baut A325 fy = 585
MPa fu = 825 MPa d b = 27 mm
Mutu pelat BJ -55 fy = 410 MPa fu = 550 MPa tp = 25
mm
- Kekuatan geser baut (2 bidang geser)
Vd = φ f x 0,4 x f u b x m x A b = 0,75 x 0,4 x 8250 x 2 x ( π/4
x 2,7 2 )
= 28.341,49 kg Kekuatan geser baut (1 bidang geser)
Vd = φ f x 0,4 x f u b x m x A b = 0,75 x 0,4 x 8250 x 1 x ( π/4 x
2,7 2 )
= 14.170,74 kg - Kekuatan tumpu baut Rd = φ f x 2,4 x d b x t p x f u p
= 0,75 x 2,4 x 2,7 x 2,5 x 5.500
= 66.825,00 kg
Pu / 2 = 2.306.703,59 kg

Kemampuan (2 bidang geser) n(baut) = 56,00 n .Vd = 56,00 x


28.341,49 kg
= 1.587.123,18 kg
Kemampuan (1 bidang geser) n(baut) = 56,00
n.Vd = 56,00 x 14.170,74 kg
= 793.561,59 kg
Kemampuan baut
φ.Vd = 1.587.123,18 + 793.561,59

Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan :


3d b ≤ S ≤ 15t p
• Kontrol kekuatan patah :
Ag = 1.652,24 cm 2
An = Ag-n x d x tf-n x d x tw

2.7 STAGING ANALYS IS


Staging analysis untuk perencanaan Jembatan Kutai
Kartanegara dengan sistem busur ini dilakukan dengan program bantu
SAP 2000. Analisa ini menggunakan salah satu fitur non-liniear
staged construction , yaitu dimana jembatan dirancang bertahap dari
mulai pendirian kolom portal akhir hingga erection untuk busur
rangka puncak. Untuk metode pelaksanaan jembatan busur rangka ini
mengunakan metode balance cantilever dengan dibantu tar ikan kabel
untuk menahan lendutan akibat berat sendiri. Sedangkan untuk
pemasangan profil menggunakan crane ponton selama proses erection
berlangsung. Untuk lebih jelasnya akan diberikan ilustrasi urutan
tahapan pelaksanaan jembatan.
Stage 1
Pembangunan dimulai dari struktur bawah yaitu :
pemancangan, pembuatan pilar, dan abutment. Kemudian didirikan
kolom portal akhir yang menumpu pada perletakan sendi, dilanjutkan
dengan pemasangan segmen rangka busur. Pengerjaan dilakukan dua
sisi.

Gambar 2.7 Stage 8

Stage 2
Dilanjutkan pengecekan terhadap frame rangka untuk side span
jika terjadi kantilever sepanjang 1.λ = 5 m.

Gambar 2.7 Stage 2

Stage 3
Pemasangan frame rangka untuk main span sepanjang 1.λ= 5
m untuk mengimbangi berat rangka pada stage 2.
Gambar 2.7 Stage 3
Stage 4
Pemasangan frame rangka untuk side span 2.λ = 10 m dan untuk
main span 1λ= 5 m.

` Gambar 2.7 Stage 4

Stage 5
Temporary tower mulai didirikan untuk menopang berat
struktur dengan mengandalkan kekuatan tarikan kabel. Kabel pada
side span diberi tarikan sebesar 3.000 kN, sedangkan pada main span
diberi gaya tarikan kabel sebesar 1.000 kN.
Gambar 2.7 Stage 5

Stage 6
Pemasangan frame rangka untuk side span 4.λ = 20 m dan untuk
main span 3.λ= 15 m.

Gambar 2.7 Stage 6

Stage 7
Pemasangan frame rangka untuk side span
1.λ = 5 m dan untuk main span 1.λ= 5 m. Tambahan gaya tarikan
kabel untuk side span sebesar 7.000 kN dan main span sebesar 1.500
kN.

Gambar 2.7 Stage 7


Stage 8
Pemasangan frame rangka untuk side span 4.λ = 20 m dan untuk
main span 4.λ= 20 m.

Gambar 2.7 Stage 8

Stage 9
Pemasangan frame rangka untuk side span
1.λ = 5 m dan untuk main span 1.λ= 5 m. Tambahan gaya tarikan
kabel untuk side span sebesar 5.000 kN dan main span sebesar 3.000
kN.

Gambar 2.7 Stage 9

Stage 10
Pemasangan frame rangka untuk side span 5.λ = 25 m.
Gambar 2.7 Stage 10

Stage 11
Tambahan gaya tarikan kabel untuk side span sebesar 5.000 kN
dan main span sebesar 3.000 kN.

Gambar 2.7 Stage 11

Stage 12
Pemasangan frame rangka untuk main span 4.λ = 20 m.

Gambar 2.7 Stage 12

Stage 13
Tambahan gaya tarikan kabel untuk main span sebesar 3.000
kN.

Gambar 2.7 Stage 13


Stage 14
Pemasangan frame rangka untuk main span 3.λ = 15 m.

Gambar 2.7 Stage 14

Stage 15
Pemasangan frame rangka untuk side span 2.λ = 15 m.

Gambar 2.7 Stage 15

Stage 16
Tambahan gaya tarikan kabel untuk main span sebesar 6.000
kN.

Gambar 2.7 Stage 16

Stage 17
Pemasangan frame akhir rangka utama untuk main span.
Gambar 2.7 Stage 17

Stage 18
Pemasangan kabel penggantung, batang tarik serta gelagar
memanjang.

Gambar 2.7 Stage 18

Stage 19
Menghilangkan gaya tarikan kabel.

Gambar 2.7 Stage 19


BAB 3
PENUTUP
3.1 KES IMPULAN
3.1.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa :
Jembatan arch adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian batang batang
baja yang dihubungkan satu dengan yang lain.Beban atau muatan yang dipikul oleh
struktur ini akan diuraikan dan disalurkan kepada batang batang baja
struktur tersebut, sebagai gaya gaya tekan dan tarik, melalui titik titik pertemuan
batang. Gaya gaya eksentrisitas yang dapat menimbulkan momen sekunder
selalu dihindari.
perlu diperhatikan pada konstruksi jembatan Arch yaitu :
· Mutu dan dimensi tiap tiap batang harus kuat menahan gaya yang timbul. Batang
batang dalam keadaan tidak rusak/bengkok dan sebagainya. Oleh karena itu
batang
batang rangka jembatan harus dijaga selama pengangkutan, penyimpanan
, dan pemasangan.
· Kekuatan pelat penyambung harus lebih besar daripada batang yang disambung
(Struktur sambungan harus lebih kuat dari batang utuh).
· Untuk mencegah terjadinya eksentrisitas gaya yang dapat menyebabkan momen
sekunder, maka garis netral tiap batang yang bertemu harus berpotongan melalui
satu titik (harus merencanakan bentuk pelat buhul yang tepat).Pelat buhul yang
paling ujung, baik pelat buhul bawah maupun atas, Biasanya panjangnya dilebihi,
untuk keperluan penyambungan dengan linking steel bila diperlukan.

3.1.2. Saran
Penulis makalah ini tentulah banyak sekali kekuranganya,sehingga
diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun baik dari dosen mata
kuliah Rekayasa Jembatan maupun dari rekan – rekan mahasiswa
3.1.3 DAFTAR PUSTAKA

Dien, Aristadi., 2006, Analisis Sistem Rangka Baja Pada Struktur


Jembatan Busur Rangka Baja .
http://www.pu.go.id/bapekin/hasil%20kajian//k ajian2.html.

Standar Nasional Indonesia (SNI) T -02-2005, Standar Pembebanan


Untuk Jembatan.
Departemen Pekerjaan Umum.

Standar Nasional Indonesia (SNI) T -03-2005, Perencanaan Struktur


Baja Untuk Jembatan .
Departemen Pekerjaan Umum.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 -17292002, Tata Cara


Pelaksanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung . Departemen
Pekerjaan Umum.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 -28472002, Tata Cara


Peerhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung . Departemen
Pekerjaan Umum.

Wardana, Panji Krisna., 2002, Aplikasi Metoda Perkuatan Jembatan


Rangka Baja. http://pustaka.pu.go.id/katalogdetail .

Você também pode gostar