Você está na página 1de 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi salah satu
tugas Agama islam. Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa juga dalam kesempatan ini kami
ucapkan terimakasih kepada teman - teman serta bantuan dari berbagai pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.Semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat khususnya untuk
diri kita sendiri dan umumnya kepada para pembaca makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Ibadah.................................................................................................................. 2
2.2 Prinsip-Prinsip Islam Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial .............................................. 3
2.3 Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan, Kebodohan, dan Pengangguran ............................... 4
2.4 Makna Spiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial .................................................................... 10
BAB III................................................................................................................................................. 12
PENUTUP............................................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibadah merupakan bentuk penyembahan manusia terhadap Allah SWT. Dari ibadah
dapat dilihat seberapa bersyukurnya seriap hamba, manusia tidak dapat dipisahkan dengan
penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa manusia yang lain maksudnya adalah
manusia adalah makhluk sosial. Sering kali dan banyak di antara kita yang menganggap
ibadah itu hanyalah sekedar menjalankan rutinitas hal-hal yang dianggap kewajiban, seperti
sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian
kepada Tauhid terlebih dahulu. Karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa memahami
konsep ibadah dengan sebenar-benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat dijelaskan bahwa “ibadah
secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.”(Tannbihaat
Mukhtasharah, hal 28)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ibadah adalah suatu istilah
yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan
maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir).

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dalam ibadah ?

2. Apa saja prinsip-prinsip islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial ?

3. Bagaimana Pandangan islam terhadap beberapa persoalan sosial ?

4. Bagaimana makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial ?

5. Apa hubungan sosial dan ibadah sosial ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep ibadah
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial
3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap beberapa persoalan sosial
4. Untuk mengetahui makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial
5. Untuk mengetahui hubungan sosial dan ibadah sosial

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ibadah

Secara bahasa, kata ibadah berasal dari bahasa arab al-abdiyyah, al-
‘ubudiyyah, dan al-‘ibadah yang berarti ketaatan. Kata al-‘ubudiyyahidentik dengan kata al-
khudhu dan adz-dzull yang berarti ketundukan dan kehinaan ( Yusuf Al Qaradhawi, 2005 ).
Oleh karena itu, kata at-ta’bid yang berarti menundukkan diri sama dengan kata at-tadzlil
yang bermakna merendahkan diri dihadapan Allah. Kata al-‘ibadah juga memiliki persamaan
makna dengan kata khudhu, dan tadzallul. Ibadah merupakan suatu bentuk ketundukan
kepada Allah yang memberi nikmat dan anugerah tertinggi kepada manusia.
Sedangkan menurut terminologi syariat, Muhammad Abduh menafsirkan ibadah
sebagai suatu bentuk ketundukkan dan ketaatan sebagai dampak dari rasa pengagungan yang
bersemai didalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan ketundukannya.
Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan dalam diri orang yang bersangkutan bahwa objek
tujuan ibadahnya memiliki kekuasaan yang tak dapat dijangkau oleh sesuatu yang lain.
Perintah Allah dan Rasul-Nya ini hendaklah ditunaikan dengan perasaan penuh kasih dan
cinta kepada Allah SWT, bukan karena terpaksa atau karena yang lain.
Para Nabi dan Rasul merupakan hamba Allah yang terbaik dan senantiasa
melaksanakan ibadah dengan penuh kesempurnaan dari setiap arahan Tuhannya. Mereka
patuhi dengan penuh perasaan cinta dan kasih serta mengharap keridhoan dari Tuhannya.
Mereka menjadi contoh tauladan yang paling baik kepada kita semua dalam setiap pekerjaan
dan amalan sebagaimana yang dianjurkan oleh Al-Qur’an.
Sebagian ulama mengatakan, ibadah adalah :” Nama yang menerangkan segala
sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan, perbuatan yang tampak
dan yang tidak tampak, serta membebaskan diri dari segala sesuatu yang bertentangan dan
menyalahinya.”
Ibadah merupakan bagian integral dari syariah, apapun ibadah yang dilakukan oleh
manusia harus bersumber dari syariah Allah. Semua ibadah yang tidak didasari oleh syariah

2
berarti bid’ah, ibadah semacam ini tidak saja ditolak tapi lebih dari itu, tindakan tersebut
merupaka dosa.
Ibadah tidak hanya sebatas pada menjalankan rukun islam, tetapi ibadah juga berlaku
pada semua aktivitas duniawi yang didasari rasa ikhlas. Oleh karena itu ibadah terdapat dua
klasifikasi yaitu, ibadah khusus ( khas ) dan umum ( ‘amm ). Ibadah dalam arti khusus adalah
ibadah yang berkaitan dengan arkan al-islam, seperti syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
Sedangkan ibadah dalam arti umum adalah segala aktivitas yang titik tolaknya ikhlas yang
ditunjukkan untuk mencapai ridho Allah berupa amal saleh.

2.2 Prinsip-Prinsip Islam Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Ekonomi syariah adalah ekonomi islam yaitu merupakan ilmu yang mempelajari
prilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama islam dan
didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun islam.tujuan
ekonomi islam berpedoman pada segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem islam
mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan,keutamaan, serta menghapuskan
kejahatan kesengsaraan dan kerugian pada seluruh ciptaannya. Adapun dalam hal ekonomi
tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
Dengan Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah
swt kepada memiliki Prinsip-prinsip Islam sbb:
 Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
 Kekuatan penggerak utama ekonomi islam adalah kerja sama.
 Ekonomi islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
 Ekonomi islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan banyak orang.
 Seorang muslin harus takut kepada Allah swt dan hari penentu diakhirat.
 Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
 Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Diatas adalah prinsip-prinsip untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan untuk


mewujudkan kesejahteraan sosial yang universal dan menyeluruh menurut islam yaitu dengan

3
menerapkan sistem syariah islam pada kehidupan sehari-hari,baik pada level pemerintah
pusat maupun daerah.

2.3 Pandangan Islam Terhadap Beberapa Persoalan: Kemiskinan, Kebodohan, dan

Pengangguran
1. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan
Kemiskinan adalah salah satu sebab kemunduran dan kehancuran suatu bangsa.
Bahkan Islam memandang kemiskinan merupakan suatu ancaman dari setan. Allah Swt..
berfirman:

َ‫ان يَ ِعدُ ُك ُم ْالفَق‬


ُ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan (QS. Al-Baqarah [2]: 268)

Alquran menggambarkan kemiskinan dengan 10 kosakata yang berbeda, yaitu al-


maskanat (kemiskinan), al-faqr (kefakiran), al-’ailat (mengalami kekurangan), al-ba’sa
(kesulitan hidup), al-imlaq (kekurangan harta), al-sail (peminta), al-mahrum (tidak berdaya),
al-qani (kekurangan dan diam), al-mu’tarr (yang perlu dibantu) dan al-dha’if (lemah).
Kesepuluh kosakata di atas menyandarkan pada satu arti/makna yaitu kemiskinan dan
penanggulangannya.Karena itulah, Islam sebagai risalah paripurna dan sebuah ideologi yang
shahih, sangat consen terhadap masalah kemisikinan dan upaya-upaya untuk mengatasinya.
Dalam fiqih, dibedakan antara istilah Fakir dan Miskin. Menurut pengertian
syara’, Fakir adalah orang yang tidak mempunyai kecukupan harta untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Sedangkan Miskin adalah
orang yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa. Karena itulah dalam pembahasan
selanjutnya, kedua istilah tersebut dilebur dalam satu istilah yaitu miskin, dengan
pengertian orang-orang yang tidak mempunyai kecukupan harta untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya, berupa pangan, sandang dan papan.Kemiskinan, menurut Islam,
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena keterbatasan untuk berusaha (Q.S. Al-
Baqarah/2: 273), penindasan (QS Al-Hasyr/59: 8), cobaan Tuhan (QS Al-An’am/6: 42), dan
pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan (QS Al-Baqarah/2: 61).[8]
Syariat Islam telah menetapkan kebutuhan pokok (primer) bagi setiap individu adalah
pangan, sandang, dan papan. Allah Swt. berfirman:

4
‫وف‬ ْ ‫علَى ا ْل َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُهنَّ َو ِك‬
ِ ‫س َوت ُ ُهنَّ بِا ْل َم ْع ُر‬ َ ََ‫و‬

Kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. (QS.
al-Baqarah [2]: 233

a. Cara Islam Mengatasi Kemiskinan


Allah Swt. sesungguhnya telah menciptakan manusia, sekaligus menyediakan sarana-
sarana untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan tidak hanya manusia; seluruh makhluk yang
telah, sedang, dan akan diciptakan, pasti Allah menyediakan rizki baginya. Tidaklah
mungkin, Allah menciptakan berbagai makhluk, lalu membiarkan begitu saja tanpa
menyediakan rizki bagi mereka. Allah Swt. berfirman:
‫هللاُ الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ث ُ َّم َر َزقَ ُك ْم‬

Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki.(QS. ar-Rum [30]: 40)

[‫علَى هللاِ ِر ْزقُهَا‬ ِ ‫] َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اْأل َ ْر‬


َ َّ‫ض إِال‬
Tidak ada satu binatang melata pun di bumi, melainkan Allah yang memberi rizkinya. (QS.
Hud [11]: 6)

Jika demikian halnya, mengapa terjadi kemiskinan? Seolah-olah kekayaan alam yang
ada, tidak mencukupi kebutuhan manusia yang populasinya terus bertambah. Dalam
pandangan ekonomi kapitalis, problem ekonomi disebabkan oleh adanya kelangkaan barang
dan jasa, sementara populasi dan kebutuhan manusia terus bertambah. Akibatnya, sebagian
orang terpaksa tidak mendapat bagian, sehingga terjadilah kemiskinan. Pandangan ini jelas
keliru, bathil, dan bertentangan dengan fakta.
Secara i’tiqadiy, jumlah kekayaan alam yang disediakan oleh Allah Swt. untuk
manusia pasti mencukupi. Hanya saja, apabila kekayaan alam ini tidak dikelola dengan benar,
tentu akan terjadi ketimpangan dalam distribusinya. Jadi, faktor utama penyebab kemiskinan
adalah buruknya distribusi kekayaan. Di sinilah pentingnya keberadaan sebuah sistem hidup
yang shahih dan keberadaan negara yang menjalankan sistem tersebut.
Islam adalah sistem hidup yang shahih. Islam memiliki cara yang khas dalam
menyelesaikan masalah kemiskinan. Syariat Islam memiliki banyak hukum yang berkaitan
dengan pemecahan masalah kemiskinan; baik kemiskinan alamiyah, kultural, maupun
sruktural. Hanya saja, hukum-hukum itu tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki hubungan
sinergis dengan hukum-hukum lainnya. Jadi, dalam menyelesaikan setiap masalah, termasuk

5
kemiskinan, Islam menggunakan pendekatan yang bersifat terpadu. Bagaimana Islam
mengatasi kemiskinan yaitu sebagai berikut:
1. Jaminan Pemenuhan Kebutuhan Primer
2. Pengaturan Kepemilikan
3. Penyediaan Lapangan Kerja
4. Penyediaan Layanan Pendidikan
2.Pandangan islam dalam kebodohan
Bodoh di sini tidak dapat memahami agama Islam bukan karena IQ rendah, namun
karena seseorang tidak mau menggali ilmu agama yang dapat menguatkan imannya. Bisa
juga karena belum sampainya hidayah Allah kepadanya.
Uwes Al-Qorni mengatakan ada dua kebodohan dalam agama :

1. Bodoh Basith, yaitu kebodohan seseorang dalam meyakini sesuatu yang diyakininya,
karena dia benar-benar tidak tahu. Seperti orang-orang jaman jahiliyyahmemilih Tuhan yang
mereka sembah serta keyakinan mereka tentang benar-tidaknya hukum yang mereka ciptakan
sendiri.
Dalam Al-Quran, orang-orang yang bodoh dalam memahami agama Islam disebut sebagai
orang-orang yang tidak berakal.

22. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-
orang yang pekak dan tuli[604] yang tidak mengerti apa-apapun.(QS. Al-Anfal : 22)

2. Bodoh Murakkab, yaitu kebodohan seseorang dalam meyakini sesuatu yang diyakininya
dan dia benar-benar meyakini kebenarannya itu sehingga sangat sulit
diluruskan. Bodoh Murakkab artinya bodoh yang tersusun dari dua materi: pertama, dalam
keyakinannya, dan kedua, dalam meyakini sesuatu yang salah.
Contohnya para Yahudi dalam meyakini bahwa Uzair adalah anak Allah, sedangkan
orang Nasrani dengan akidahnya bahwa Isa adalah anak Allah juga, dan Majusi dengan
keyakinan sesatnya bahwa api Tuhan adalah sumber segala kekuatan.
Kebodohan kategori ini amat berbahaya, karena termasuk penyakit hati yang harus djauhi
oleh para Mukmin agar terhindar dari penyimpangan akidah.

a. Solusi Islam Mengatasi Kebodohan[10]


Semoga umat Islam cepat sadar dari keadaan dan penyakit yang berbahaya dan mengerikan
ini untuk kemudian meraih kehidupan yang diridhoi Allah SWT.Segala penyakit mempunyai

6
penawarnya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika kita ingin menghindari atau ingin
menyembuhkan kebodohan dalam diri yakni dengan :
 Menuntut Ilmu dan Banyak Bertanya
Jalan terbaik untuk menghilangkan keadaan bodoh adalah mempelajari ilmu-ilmu yang
bermanfaat. Karena kebodohan adalah penyakit hati yang tidak ada obatnya kecuali dengan
ilmu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Tidak lain obatnya kebodohan selain bertanya“
(HR Ibnu Majjah dan Ahmad). Ada banyak sekali ilmu yang berkembang saat ini, pelajarilah
sebanyak mungkin ilmu-ilmu yang membawa kemaslahatan bagi manusia dan diridhai Allah
SWT. Carilah guru atau orang-orang pandai yang bisa menjadi tempat kita bertanya.
Janganlah berhenti setiap kali menemukan kesulitan. Ketekunan mempelajari banyak ilmu
akan membawa kita pada kedewasaan berpikir dan bertindak, sehingga kita bisa menjadi
umat yang bisa membangun masyarakat yang maju dan adil.

 Menjadikan Al quran sebagai Obat


Oleh karena itu Allah SWT menurunkan Quran sebagai obat bagi segala penyakit hati,
sebagaimana firman Allah SWT :“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
nasihat dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-panyakit dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Yunus 10:57) Al Quran tak lain adalah dokter
yang kita butuhkan yaitu dokter hati. Perlunya hati terhadap ilmu seperti perlunya nafas
terhadap udara bahkan lebih besar. Ilmu bagi hati laksana air bagi ikan, apabila hilang air,
maka matilah ikan. Jadi kedudukan ilmu bagi hati tak ubahnya cahaya bagi mata,
mendengarnya telinga terhadap ucapan lisan. Apabila semua ini hilang maka hati itu laksana
mata yang buta, telingan yang tuli dan lisan yang bisu.

b. Pandangan Islam Tentang Pengangguran

Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada yang menganggur dan
terpeleset kejurang kemiskinan, karena ditakutkan dengan kemiskinan tersebut seseorang
akan berbuat apa saja termasuk yang merugikan orang lain demi terpenuhinya kebutuhan
pribadinya, ada sebuah hadist yang mengatakan “ kemiskinan akan mendekatkan kepada
kekufuran. Namun kenyataannya, tingkat pengangguran di negara – negara yang mayoritas
berpenduduk muslim relatif tinggi. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang buruknya
pengangguran, baik bagi individu, masyarakat ataupun negara, akan meningkatkan motivasi
untuk bekerja lebih serius.

7
Walaupun Allah telah berjanji akan menaggung rizqi kita semua, namun hal itu bukan
berarti tanpa ada persyaratan yang perlu untuk dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah kita
harus berusaha untuk mencari rizqi yang dijanjikan itu, karena Allah SWT telah menciptakan
“sistem” yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan mendapatkan rizqi dan barang
siapa yang berpangku tangan maka dia akan kehilangan rizqi.Artinya, ada suatu proses yang
harus dilalui untuk mendapatkan rizqi tersebut. Oleh karena itu semua potensi yang ada harus
dapat dimanfaatkan untuk mencari, menciptakan dan menekuni pekerjaan.
Menurut Qardhawi (2005:6-18) pengangguran dapat dibagi menjadi dua kelompokkan, yaitu:
a). Pengangguran jabariyah (terpaksa)
suatu pengangguran diamana seseorang tidak mempunyai hak sedikitpun memilih
status ini dan terpaksa menerimanya. Pengangguran seperti ini umunya terjadi karena
seseorang tidak mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari sejak
kecil sebagai modal untuk masa depannnya atau seseorang telah mempunyai suatu
keterampilan tetapi keterampilan ini tidak berguna sedikitpun karena adanya perubahan
lingkungan dan perkembangan zaman.

b). Pengangguran khiyariyah


Seseorang yang memilih untuk menganggur padahal dia pada dasarnya adalah orang
yang mampu untuk bekerja, namun pada kenyataanya dia memilih untuk berpangku tangan
dan bermalas-malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Dia memilih hancur dengan
potensi yang dimilki dibandingkan menggunakannya untuk bekerja . Dia tidak pernah
mengusahakan suatu pekerjaan dan mempunyai pribadi yang lemah hingga menjadi “ sampah
masyarakat”.
Adanya pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan erat dengan solusi yang
ditawarkan islam untuk mengatasi suatu pengangguran. Kelompok pengangguran jabariyah
perlu mendapatkan perhatian dari pemeintah agar mereka dapat bekerja. Sebaliknya, Islam
tidak mengalokasikan dana dan bantuan untuk pengangguran khiyariyah karena pada
prinsipnya mereka memang tidak memerlukan bantuan karena pada dasarnya mereka mampu
untuk bekerja hanya saja mereka malas untuk memanfaatkan potensinya dan lebih memilih
menjadi beban bagi orang lain.
a. Dampak Bagi Pengangguran
Qardhawi (2005:4-5) telah merinci dampak buruk pengangguran dalam dua tingkatan, yaitu:
1). Dampak buruk pengangguran bagi individu:
a). secara ekonomi tidak memiliki pemasukan ataupun penghasilan.

8
b). secara kesehatan akan mengurangi gerak tubuh
c). secara kejiwaan seseorang akan hidup dalam kekosongan waktu dan
akan menimbulkan perasaan dengki dan iri terhadap keberhasilan orang
lain
d). dampak buruk pengangguran bagi kehidupan keluargannya.`

2). Dampak buruk pengangguran bagi masyarakat sekitarnya:


a). perkembangan ekonomi akan terhambat karena dalam masyarakat terdapat
kerusakan dan kekurangan daya produksi
b). dampak terhadap interaksi sosial dimana seseorang yang pengangguran akan
merasa kehilangan semua kemampuannya dan akan selalu merasa pesimis dalam
hidupnya
c). dampak terhadap moralitas dalam masyarakat yaitu munculnya kecenderungan
atau indikasi untuk berbuat kriminalitas karena seseorang yang menganggur pada
umumnya akan memiliki banyak kekosongan dan kekhawatiran.

b. Kebijakan yang Perlu Lakukan

Untuk aplikasinya ada baiknya pemerintah tetap mendata pengangguran dan


kemiskinan secara tepat tanpa kepentingan apapun dan sekaligus mencari jalan keluar untuk
masalah ini. Mungkin banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah mengatasi masalah
pengangguran.

Pertama, menjaga stabilitas politik dan ekonomi. Keadaan politik dan ekonomi yang
stabil harus terus dipertahankan agar dunia usaha baik pengusaha dalam dan luar negri
merasa nyaman dalam menjalankan usahanya. Bangkitnya dunia usaha (sektor riil) akan
menyerap pengangguran yang ada. Administrasi birokrasi harus seefesian mungkin. Jangan
jadikan biriksasi yang bertele-tele membuat pengusaha jadi enggan dalam memulai suatu
usaha. Apalagi cara ini akan meningkatkan biaya produksi perusahaan.

Kedua, meningkatkan kemampuan kerja. Pengangguran di Indonesia disebabkan salah


satunya karena kemampuan tenaga kerja (skill) kita yang rendah. Untuk hal ini pemerintah
harus terus menjaga kualitas pendidikan dan pelatihan yang baik.

9
2.4 Makna Spiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial

Ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaligus keduniawian. Ibadah dalam ajaran


Islam tidak hanya dimaksudkan dalam kerangka hubungan.
dengan Allah semata, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi para
pemeluknya. Semua bentuk ibadah memiliki makna sosialnya masing-masing sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa shalat
mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu tinggi. Ketika
melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka sesungguhnya ibadah tersebut
tengah menghimpun penduduknya lima kali sehari. Dalam aktivitas tersebut, mereka saling
mengenal, saling berkomunikasi, dan saling menyatukan hati. Mereka shalat dibelakang
seorang imam, mengadu kepada Tuhan yang satu, membaca kitab yang sama, serta
menghadap kiblat yang sama. Mereka juga melakukan amalan yang sama yakni sujud, ruku,
dan sebagainya. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 10:
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu ( yang berselisih ) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat
rahmat.” ( Q.S Al-Hujurat:10).
Kedua, ibadah puasa. Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi pelakunya.
Dengan berpuasa, si kaya merasakan betapa tidak enaknya merasakan lapar. Puasa
mengajarkan kepadanya untuk bisa mengenali serta merasakan penderitaan orang yang
sehari-hari senantiasa berada dalam kekurangan dan berbalut kemiskinan. Kemudian puasa
diakhiri dengan membayar zakat fitrah yang memaksa seseorang untuk berderma, sekalipun
mungkin hatinya belum sadar ini akan menjadi latihan dan pembinaan tersendiri bagi orang
yang besangkutan untuk menjadi orang yang dermawan dan peduli terhadap orang-orang
yang lemah.
Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Secara individu
zakat mengandung hikmah untuk membersihkan dan menyucikan diri beserta harta bendanya.
Dengan begitu, zakat melatih manusia menghilangkan sifat kikir, rakus, tamak yang melekat
pada dirinya. Zakat menjadi tanda kedermawanan, solidaritas, dan kasih sayang seorang
muslim terhadap saudara-saudaranya agar bisa ikut merasakan rezeki sebagai karunia Allah
SWT.

10
Keempat, ibadah haji. Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-nilai kemanusiaan
yang universal. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan
kemudian mengenakan pakaian ihram. Dengan mengenakan pakaian ihram pada saat haji,
manusia diajarkan untuk menanggalkan perbedaan status sosial yang mereka sandang dan
bersatu dalam persamaan dan persaudaraan. Pada saat melaksanakan ihram, seseorang
dilarang menyakiti binatang, dilarang membunuh, menumpahkan darah, serta dilarang
mencabut pepohonan.
Maknanya manusia harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadist ke dalam kehidupan sosial.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia sejak lahir membutuhkan orang lain, oleh sebab itu manusia perlu
bersosialisasi dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam pandangan islam sebuah
masyarakat adalah kumpulan individu yang berinteraksi secara terus-menerus, yang memiliki
satu pemikiran, satu perasaan dan di bawah aturan yang sama. Sehingga diantara kita semua
akan terjalin hubungan yang harmionis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. 1998. Pengantar Studi Aqidah Islam. Robbani Press : Jakarta


Razak, Yusron, dkk. 2011. Pendidikan Agama. Uhamka Press : Jakarta
Hatta, Ahmad. 2013. Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim. Maghfirah Pustaka : Jakarta
Muhaimin, dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Kencana : Jakarta
Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah Fiqih Ibadah. LPPI UMY : Yogyakarta

13

Você também pode gostar