Você está na página 1de 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DENGAN MATERI

BRONKIOLITIS DI RUANG IRNA 2 RSUD KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH:

1. SUCI HENDRA LESTARI


2. YULI ISMAWATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2017/2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Penyakit Bronkhiolitis


Sub Pokok Bahasan : Perawatan Klien Dengan Penyakit Bronkhiolitis
Sasaran : Keluarga klien
Waktu : 30 Menit
Hari / Tanggal : Jumat 6 April 2018
Tempat : Ruang Rawat Inap IRNA 2 RSUD Kota Mataram
Penyuluh : Suci Hendra Lestari dan Yuli Ismawati

A. Latar Belakang
Bronkiolitis adalah infeksi saluran napas yang umum ditemui pada anak-
anak, terutama pada bayi berusia di bawah 6-12 bulan. Infeksi ini disebabkan
oleh virus di paru-paru yang menyebabkan anak Anda mengalam kesulitan
bernapas. Virus yang paling umum menyebabkan bronkiolitis adalah
Respiratory Syncytial Virus (RSV), walaupun bronkiolitis dapat juga
disebabkan oleh virus lain seperti parainfluenza 3 atau adenovirus. (Muttaqin:
2008)
Obat-obatan umumnya tidak menolong bayi yang mengalami bronkiolitis.
Yang dibutuhkan adalah istirahat lebih banyak dan pemberian makan (ASI,
formula, atau makanan tambahan sesuai usia bayi) dalam porsi lebih kecil,
namun dengan frekuensi lebih sering. Dengan demikian anak tidak akan
terlalu lelah atau mengalami dehidrasi.
Mengingat masih banyaknya kasus bronchitis yang terjadi maka penting
bagi seorang perawat untuk mengetahui penyakit ini sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai saat menemui kasus dilapangan.

B. Tujuan
1. Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang perawatan
bronkhiolitis, peserta penyuluhan dapat mengerti, menghayati dan
melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan kematian bronkhiolitis dapat
dicegah dan dikurangi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan satu (1) kali, diharapkan peserta
penyuluhan (keluarga pasien) mampu :
1. Menyebutkan pengertian penyakit bronkhiolitis
2. Menyebutkan penyebab penyakit bronkhiolitis
3. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit bronkhiolitis
4. Menyebutkan prinsip tatalaksana medis pada penderita penyakit
bronkhiolitis

C. Metode
Ceramah, tanya jawab, diskusi

D. Media (alat)
1. Leaflet

E. Pengorganisasian
No. Kegiatan Penyuluhan Sasaran
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
(5 menit)  Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
 Pre test  Menjawab pre test
2. Inti  Appersepsi  Menjawab appersepsi
(10 menit)  Menyebutkan pengertian penyakit  Memperhatikan
bronchiolitis
 Menyebutkan penyebab penyakit  Memperhatikan
bronchiolitis
 Menyebutkan tanda dan gejala  Memperhatikan
penyakit bronchiolitis
 Menyebutkan prinsip tatalaksana  Memperhatikan
medis pada penderita penyakit
bronchiolitis
 Menyebutkan cara perawatan  Memperhatikan
penderita bronkhiolitis di rumah
 Obat tradisional (herbal)

3. Diskusi
 Menjawab tentang isi
(10 menit)  Menanyakan tentang isi materi
materi
4. Penutup  Kesimpulan  Memperhatikan
 Post test  Menjawab Post test
(5 menit)  Mengucapkan salam  Menjawab salam

F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara langsung dengan metode tanya jawab, dan
diharapkan keluarga dapat Menyebutkan pengertian penyakit bronchiolitis,
menyebutkan penyebab penyakit bronchiolitis, menyebutkan tanda dan gejala
penyakit bronchiolitis, menyebutkan prinsip tatalaksana penderita penyakit
bronchiolitis, menyebutkan cara perawatan penderita bronkhiolitis di rumah
dirumah (Obat tradisional /herbal).

Materi Penyuluhan

1. Pengertian
Bronkiolitis merupakan infeksi virus akut dengan efek maksimal pada
tingkat bronkiolus. Infeksi terutama terjadi pada musim dingin dan musim
panas, jarang terjadi pada anak-anak yang berusia lebih dari 2 tahun. RSV
berperan atas sedikitnya setengah dari hospitalisasi anak karena bronkiolitis.
Adenovirus dan parainfluenza dapat juga menyebabkan bronkiolitis akut.
Infeksi dimulai pada akhir musim gugur, mencapai puncaknya di musim
dingin, dan menurun dimusim panas. Penyakit ini mudah menyebar melalui
tangan ke mata hidung atau membran mukosa lainnya.

2. Penyebab (Etiologi)
1) Virus (virus sinsivial pernafasan predominan)
2) Virus parainfluiensa,
3) Mycoplasma pneumonia

3. Tanda dan Gejala


Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer
dan bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai
demam dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang
ditandai oleh batuk paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan
menjadi rewel, muntah serta sulit makan dan minum. Bronkiolitis biasanya
terjadi setelah kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita
infeksi saluran nafas atas yang ringan. Bayi mengalami demam ringan atau
tidak demam sama sekali dan bahkan ada yang mengalami hipotermi.
Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit,
kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. Terdapat nafas
cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi.

D. Penatalaksanaan medis
 Tata laksana bronkiolitis yang dianjurkan adalah :
1. Pemberian oksigenasi; dapat diberikan oksigen nasal atau masker,
monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan
bantuan ventilasi mekanik.
2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu dapat dengan
cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu
dan status hidrasi.
3. Koreksi terhadap kelainan asam basa dan elektrolit yang mungkin
timbul.
4. Antibiotik dapat diberikan pada keadan umum yang kurang baik,
curiga infeksi sekunder (pneumonia) atau pada penyakit yang berat.
5. Kortikosteroid : deksametason 0,5 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,5
mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis.
6. Dapat diberikan nebulasi β agonis (salbutamol 0,1mg/kgBB/dosis, 4-6
x/hari) diencerkan dengan salin normal untuk memperbaiki kebersihan
mukosilier.

Sebagian besar anak bronkiolitis dapat dirawat di rumah. Hospitalisasi


biasanya dianjurkan untuk anak-anak yang menderita kondisi yang
menyebabkan komplikasi, seperti penyakit paru atau jantung, atau
menderita keadaan yang melemahkan; jika kemampuan pemberi
perawatan diragukan; atau jika anak mengalami takipnea, retraksi berat,
tampak lemah, atau memiliki riwayat asupan cairan yang buruk. Terapi
uap biasanya dikombinasikan dengan oksigen menggunakan hood atau
tenda dalam konsentrasi yang cukup untuk menghilangkan dispnea dan
hipoksia, yang setelah pemberian terapi uap sendiri dapat dilanjutkan
untuk mengatasi dispnea ringan. Pemberian cairan melalui mulut dapat
dikontraindikasikan karena adanya takipnea, kelemahan dan keletihan;
oleh karena itu akan lebih baik jika cairan IV diberikan sampai krisis akut
dari penyakit ini terlewati.
Terapi medis untuk bronkiolitis masih controversial. Bronkodilator,
kortikosteroid, supresan batuk dan antibiotic tidak terbukti efektif untuk
mengatasi penyakit tanpa komplikasi dan tidak dianjurkan untuk
digunakan secara rutin. Kortikosteroid, teofilin dan furosemid telah
digunakan untuk
Daftar Pustaka

Anonim. (2007). Bronkiolitis. Tersedia di http://koaskamar13.wordpress.com /


2007/09/21/bronkiolitis/ diakses pada tanggal 18 Desember 2014.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien. ed.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran : EGC.

Guyton, Arthur C. & John E. Hall. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gannguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. (2005). Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2005-2006.


NANDA International, Philadelphia
Speer, Kathleen Morgan.(2007).. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan
Clinical Pathways, Ed.3. Jakarta : EGC.

Wong, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar