Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ANALISA KASUS
Demam berdarah dengue (DBD) yang biasa disebut Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) merupakan satu dari beberapa penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama negara berkembang. Di Indonesia, masalah penyakit tersebut muncul sejak
tahun 1968 di Surabaya. Belakangan ini, masalah DBD telah menjadi masalah klasik yang
kejadiannya hampir dipastikan muncul setiap tahun terutama pada awal musim penghujan.
(1)
Kejadian luar biasapenyakit telah sering dilaporkan dari berbagai negara.Penyakit
dengue terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropisdengan sekitar 2,5 milyar
penduduk yang mempunyairisiko untuk terjangkitpenyakitini.Diperkirakan setiap tahun
sekitar 50 juta manusia terinfeksivirusdengue yang 500.000 diantaranya memerlukan rawat
inap, dan hampir 90% dari pasien rawat inap adalah anak-anak. Asia Tenggara
denganjumlahpenduduk sekitar 13 miliarmerupakan daerah endemis,Indonesia bersama
dengan Bangladesh, India, Maladewa, Myanmar, SriLanka, Thailand dan Timor Leste
termasuk ke dalam kategori endemik (endemik tinggi). Dinegara tersebut penyakit
dengue merupakan alasan utama rawat inap dan salah satu penyebab utama kematian
pada anak.(4)
Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan oleh
serangga (arthropoda borne virus = arbovirus). Virus tersebut mempunyai 4 serotype yaitu
DEN- 1, DEN-2, DEN-3 dan DEN- 4. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu
serotypes virus tersebut biasanya kebal teradadap serotype yang sama dalam jangka waktu
tertentu, namun tidak kebal terhadap serotipe lainnya, bahkan menjadi sensitif terhadap
serangan demam berdarah dengue. Serangga yang diketahui menjadi vector utama adalah
nyamuk Aedes Aegypti dan nyamuk kebun Aedes Albopictus.(2)
Patogenesis infeksi virus dengue berhubungan dengan: 1.Faktor virus, yaitu serotipe,
jumlah dan virulensi. 2. Faktor pejamu, genetik, usia, status gizi, penyakit komorbid dan
interaksi antara virus dengan pejamu. 3. Faktor lingkungan, musim, curah hujan, suhu
udara, kepadatan Penduduk, mobilitas penduduk dan kesehatan lingkungan
Peran sistem imun dalam infeksi virus dengue adalah sebagai berikut :
Infeksi pertama kali (primer) menimbulkan kekebalan seumur hidup untuk serotipe
penyebab.
Infeksi sekunder dengan serotipe virus yang berbeda (secondary heterologous
infection) pada umumnya memberikan manifestasi klinis yang lebih berat
dibandingkan dengan infeksi primer.
Bayi yang lahir dari ibu yang memiliki antibodi dapat menunjukkan manifestasi
klinis berat walaupun pada infeksi primer.
Perembesan plasma sebagai tanda karakteristik untuk DBD terjadi pada saat jumlah
virus dalam darah menurun.
Perembesan plasma terjadi dalam waktu singkat (24-48jam) dan pada pemeriksaan
patologi tidak ditemukan kerusakan dari set endotel pembuluh darah. (4)
Manifestasi klinis infeksi virus dengue sangat luas dapat bersifat asimtomatik/ tak
bergejala, demam yang tidak khas/sulit dibedakan dengan infeksi virus lain (sindrom
virus/vira lsyndrome, undifferentiated fev·er), demam dengue (DD), demam berdarah
dengue (DBD) dan Expanded dengue syndromelorganopati (manifestasi klinis yang
tidak lazim) seperti tertera padagambar di atas.
Pada test rumple leede/test tourniquet ditemukan ≥ 10 peteki/cm2 merupakan fenomena
perdarahan yang sering ditemukan pada demam berdarah dengue. dan dapat di lihat pada fase
demam. Selain itu dapat ditemukan manifestasi perdarahan lain berupa ruam dan peteki pada
wajah, juga dapat ditemukan epistaksis dan perdarah gusi meskipun cukup jarang.
Pembesaran hepar juga dapat terjadi dan ditemukan pada saat palpasi daerah hiponkondriasis
kanan pada abdomen, saat palpasi hepar dapat teraban antara2-4 cm di bawah kosta kanan.
Ukuran pembesaran hepar tidak memiliki korelasi dengan beratnya penyakit tetapi
hepatomegaly cukup sering ditemukan pada demam berdarah disertai syok.(3)
Pada DBD terjadi kebocoran plasma yang secara klinis berbentuk efusi pleura, apabila
kebocoran plasma lebih berat dapat ditemukan asites. Pemeriksaan rontgen foto dada posisi
lateral dekubitus kanan, efusi pleura terutama di hemithoraks kanan merupakan temuan yang
sering dijumpai. Derajat luasnya efusipleura seiring dengan beratnya pennyakit.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dipakai untuk menemukan asites dan efusi pleura.
Penebalan dinding kandung empedu (Gall bladder wall thickening) mendahului manifestasi
klinis kebocoran plasma lain. Peningkatan nilai hematokrit (~20% dari data dasar) dan
penurunan kadar protein plasma terutama albumin serum (>0,5 g/dL daridata dasar)
merupakan tanda indirek kebocoran plasma. Kebocoran plasma berat menimbulkan
berkurangnya volume intravaskular yang akan menyebabkan syok hipovolemi yang dikenal
sebagai sindrom syok dengue (SSD) yang memperburuk prognosis.(4)
Manifestasi klinis DBD terdiri atastiga fase yaitu fase demam,kritis, serta konvalesens.
Setiap fase perlu pemantauan yang cermat, karena setiap fase mempunyai risiko yang dapat
memperberat keadaan sakit.
Fase Demam
Pada kasus ringan semua tabda dan gejala sembuh seiring dengan menghilangnya demam.
Penurunan demam terjadi secara lisis, artinya suhu tubuh menurun segera, tidak secara
bertahap. Menghilangnya demam dapat disertai berkeringat dan perubahan pada laju nadi
dan tekanan darah. Hal ini merupakan gangguan ringan sistem sirkulasi akibat kebocoran
plasma yang tidak berat. Pada kasus sedang sampai berat terjadi kebocoran plasma yang
bermakna sehingga akan menimbulkan hipovolemidan bila berat menimbulkan syok
dengan mortalitas yang tinggi.
Hari
Suhu
Masalah Klinis
Potensial
Perubahan
Parameter
Hematologi
Serologi & Virologi
Fase Penyakit
Penegakan diagnosis melalui pemeriksaan laboratorium yang cepat dan akurat sangat
penting dalam tatalaksana klinis, surveilans, penelitian, dan uji klinis vaksin. Pemeriksaan
laboratorium untuk infeksi virus dengue adalah:
Isolasi virus
Deteksi asam nukleat virus
Deteksi antigen virus
Deteksi serum respons imun/ uji serologi serum imun
Analisis parameter hematologi
Isolasi virus
Isolasi virus dapat dilakukan dengan metode inokulasi pada nyamuk, kultur sel nyamuk
atau pada sel mamalia (vero cell LLCMK2 dan BHK21). Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan yang rumit dan hanya tersedia di beberapa laboratorium besar yang terutama
dilakukan untuk tujuan penelitian, sehingga tidak tersedia di laboratorium konvensional.
Isolasi virus hanya dapat dilakukan pada enam hari pertama demam.
Genome virus dengue yang terdiri dari asam ribonukleat (ribonucleic acid/RNA) dapat
dideteksi melalui pemeriksaan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR).
Metode pemeriksaan bisa berupa nested-PCR, one-step multiplex RT-PCR, real-time RT-
PCR, dan isothermal amplification method. Pemeriksaan ini hanya tersedia di laboratorium
yang memiliki peralatan biologi molekuler dan petugas laboratorium yang handal. Memberi
hasil positif bila sediaan diambil pada enam hari pertama demam.
Deteksi antigen virus dengue yang banyak dilaksanakan pada saat ini adalah
pemeriksaan NS-I antigen virus dengue (NS-1dengueantigen), yaitu suatu glikoprotein yang
diproduksi oleh semua flavivirus yang penting bagi kehidupan dan replikasi virus. Protein ini
dapat dideteksi sejalan dengan viremia yaitu sejak hari pertama demam dan menghilang
setclah 5 hari, sensitivitas tinggi pada 1-2 hari demam dan kemudian makin menurun
setelahnya
Pemeriksaan respons imun serum berupa Haemaglutination inhibition test (uji HI),
complement fixation test(CFT), neutralization test(uji ncutralisasi), pemeriksaan serologi
IgM dan IgG anti dengue.
Haemaglutination inhibitiontest(UjiHI).
Complementfixation test(ujiCFT)
UjiNeutralisasi
PemeriksaanserologiIgMdanIgGantidengue
Parameter hematologi
Tanda dan gejala demam berdarah dengue pada fase awal sangat menyerupai
demam dengue,tanda dan gejala yang karakteristik berupa tanda kebocoran plasma baru
timbul bcbcrapa hari kemudian. Oleh karena itu padapasien dengan diagnosis
klinis demam dengue yang ditegakkan pada saat masuk, baik yang kcmudian
diperlakukan sebagai pasicn rawat jalan maupun rawat inap (Iihat Bab Tata
Laksana),masih perlu dievaluasi lebih lanjut apakah hanya demam dengue
atau mcrupakan demam berdarah dengue fase awal, Pasien demam berdarah dengue
memiliki risiko untuk mengalami syok, sehingga harus mcnjalani rawat
inap dengan tatalaksana yang berbeda dari demamdengue.
Diagnosisklinisdemamberdarahdengue
Nyerikepala,mialgia,artralgia,nyeriretroorbital
Hepatomegali
Terdapatkebocoran plasmayangditandaidengansalahsatutanda/gejala:
Peningkatannilaihematokrit,>20%daripemeriksaanawalatau daridatapopulasimenurutumur
Ditemukanadanyaefusipleura,asites
Hipoalbuminemia,hipoproteinemia
Trombositopenia<IOO.OOO/mm3
Tatalaksanapasienrawatinapdemamberdarah dengue
Penggantian cairan
Jeniscairan
Nutrisi
Apabilapasienmasih bisaminum,dianjurkanminumyangcukup,
terutamaminumcairanyangmengandung elektrolit.
Pemantauan
Selama perawatan pantau keadaan umum pasien, nafsu makan, muntah dan perdarahan
Tanda-tanda vital, seperti suhu, frekuensi nadi, frekuensi napas, dantekanan darah
harus dilakukan setiap 2-4 jam sekali.
Pada pasien dengan risiko tinggi, misalnya obesitas, bayi,ibu hamil, komorbid (diabetes
mellitus,hipertensi, thalassemia, sindrom nefrotik, dan lain-lain) diperlukan
pemeriksaanlaboratorium atas indikasi
Periksagolongandarah.