Você está na página 1de 19

ISSN : 1693-9883

REVIEW ARTIKEL Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 117 - 135

PETUNJUK PELAKSANAAN VALIDASI


METODE DAN CARA PERHITUNGANNYA
Harmita
Departemen Farmasi FMIPA-UI

ABSTRACT
Each analysis method by some reason, must be validated. The parameters are
selectivity, accuracy, precision, linearity, LOD, LOQ, ruggedness, and robustness.
The parameters need to be calculated by assay methods.
This paper try to give some information above these methods base on some
literatures (USP 23rd, WHO, journal, etc).
Key words : Validation method, Parameter, Assay and calculation methods.

VALIDASI METODA ANALISIS a n alis d en ga n ka d ar a n alit ya n g


sebenarnya. Kecermatan dinyatakan
Validasi metoda analisis adalah sebagai persen perolehan kembali
suatu tindakan penilaian terhadap (recovery) analit yang ditambahkan.
p ara m eter tertent u, ber d asarka n Kecermatan hasil analis sangat ter-
percobaan laboratorium, untuk mem- gantung kepada sebaran galat siste-
buktikan bahwa parameter tersebut matik di dalam keseluruhan tahapan
memenuhi persyaratan untuk peng- analisis. Oleh karena itu untuk men-
gunaannya. capai kecermatan yang tinggi hanya
dapat dilakukan dengan cara mengu-
rangi galat sistematik tersebut seperti
PARAMETER PENAMPILAN menggunakan peralatan yang telah
ANALISIS dikalibrasi, menggunakan pereaksi
dan pelarut yang baik, pengontrolan
Bebera p a p ara m eter a n alisis s u h u, d a n p elaksa n aa nn ya ya n g
yang harus dipertimbangkan dalam cermat, taat asas sesuai prosedur.
validasi metode analisis diuraikan
dan didefinisikan sebagaimana cara Cara penentuan:
penentuannya. Kecermatan ditentukan dengan du a
cara yait u m eto d e simulasi (spiked-
1. Kecermatan (accuracy) placebo recovery) atau metode
Definisi: penambahan baku ( standard addition
Kecermatan adalah ukuran yang method). Dalam metode simulasi, se-
menunjukkan derajat kedekatan hasil jumlah analit bahan murni (senyawa

Vol. I, No.3, Desember 2004 117


REVIEW ARTIKEL

pembanding kimia CRM atau SRM) analit yang ditambahkan tadi dapat
ditambahkan ke dalam campuran ditemukan.
bahan pem ba w a sediaan far m asi Kriteria kecer m ata n sa n gat
( plasebo) lalu ca mpu ran tersebut tergantung kepada konsentrasi analit
dianalisis dan hasilnya dibandingkan d ala m m atriks sa mp el d a n p a d a
dengan ka d ar analit yang ditam- keseksamaan metode (RSD). Vander-
bahkan (kadar yang sebenarnya). wielen, dkk menyatakan bahwa se-
Dalam metode penambahan baku, lisih kadar pada berbagai penentuan
sampel dianalisis lalu sejumlah ter- (X d ) har us 5% ata u k u ra ng p a d a
tentu analit yang diperiksa ditam- setiap konsentrasi analit pada mana
bahkan ke dalam sampel dicampur prosedur dilakukan. Harga rata-rata
dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil selisih secara statistik harus 1,5% atau
diban dingkan dengan kadar yang kurang. Kriteria tersebut dinyatakan
sebenarnya (hasil yang diharapkan). secara matematik sebagai berikut:
Dalam kedua metode tersebut, per-
sen peroleh kembali dinyatakan seba- Xd
gai rasio antara hasil yang diperoleh . 100 < 5%
dengan hasil yang sebenarnya. % X0
Perolehan kembali dapat ditentukan
dengan cara membuat sampel pla- Xd (S(0,95 n – I ))
sebo (eksepien obat, cairan biologis) . 100 -- < 1,5%
kemudian ditambah analit dengan X0 n
konsentrasi tertentu (biasanya 80%
sampai 120% dari kadar analit yang
diperkirakan), kemudian dianalisis Xd = Xi – X0
dengan metode yang akan divalidasi.
Tetapi bila tidak memungkinkan Xi = hasil analisis
mem b u at sa mpel plasebo karena X0 = hasil yang sebenarnya
matriksnya tidak diketahui seperti obat- I = nilai t pada tabel t’ student pada
obatan paten, atau karena ana- litnya atas 95%
berupa suatu senyawa endo- gen S = simp a n ga n bak u relatif d ari
misalnya metabolit seku n der pada semua pengujian
kultur kalus, maka dapat di- pakai n = jumlah sampel yang dianalisis
metode adisi.
Metode adisi dapat dilakukan Ka d ar a n alit d ala m m eto d e
d en ga n m en a m ba h ka n sejumla h penambahan baku dapat dihitung
analit dengan konsentrasi tertentu sebagai berikut:
pada sampel yang diperiksa, lalu
dianalisis dengan metode tersebut. C R1
Persen perolehan kembali ditentukan =
dengan menentukan berapa persen C+S R2

118 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

R1 RSD. Rentang kesalahan yang di-


C=S ijinkan pada setiap konsentrasi analit
R2 – R1 pada matriks dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
C = kadar analit dalam sampel
S = kadar analit yang ditambahkan pada Analit pd matrik Rata-rata yg
sampel sampel, % diperoleh , %
R1 = respon yang diberikan sampel
R2 = respon yang diberikan campuran 100 98-102
sampel dengan tambahan analit > 10 98-102
>1 97-103
Perhitungan perolehan kembali > 0,1 95-105
dapat juga ditetapkan dengan rumus 0,01 90-107
sebagai berikut: 0,001 90-107
(CF - CA) 0,000.1 (1 ppm) 80-110
% Perolehan kembali = x 100 0,000.01 (100 ppb) 80-110
C*A 0,000.001 (10 ppb) 60-115
CF = konsentrasi total sampel yang 0,000.000.1 (1 ppb) 40-120
diperoleh dari pengukuran
CA = konsentrasi sampel sebenarnya
C*A = ko nsentrasi a n alit ya n g di- Contoh perhitungan:
tambahkan
Perolehan kembali Analit
Pada metode penambahan baku,
pengukuran blanko tidak diperlukan Dianggap bobot tiap tablet 175 mg.
lagi. Metode ini tidak dapat diguna- kan Penimbangan 20 tablet : 20 x 175 mg
jika penambahan analit dapat = 3500 mg.
mengganggu pengukuran, misalnya
analit yang ditambahkan menyebab- kan
Komposisi tablet tdd :
kekurangan pereaksi, mengubah pH
atau kapasitas dapar, dll. Kriteria Zat aktif : 20 x 7,5 mg = 150 mg
kecermatan dilakukan sama seperti pada
metode simulasi. Berat zat tambahan :
Pada percobaan penetapan ke- 3500 mg – 150 mg = 3350 mg
cermatan, sedikitnya lima sampel yang
Penimbangan serbuk plasebo: 3.364,791
mengandung analit dan plaseo yang
mg ditambahkan dengan Meloksikam:
harus disiapkan dengan kadar antara
151,043 mg = 3.515,834 mg
50% sampai 150% dari kan- dungan
yang diharapkan. Meloksikam yg ditambahkan:
Persen perolehan kembali seha- 151,043 x 99,34% = 150,046 mg
rusnya tidak melebihi nilai presisi

Vol. I, No.3, Desember 2004 119


REVIEW ARTIKEL

PEROLEHA N KEMBALI 80, 100  Baku = 30 / 100 x 4,8 mg = 1,44


DAN 120 % mg
Penimbangan baku : 30,128 mg x 99,34
Perbandingan yang digunakan untuk
% = 29,929 mg, larutkan dalam metanol
spike placebo : baku yang ditambah-
100 ml metanol. Pipet 5 ml untuk sekali
kan = 70:30
penambahan sebagai baku.
Perolehan kembali 80% = 80% x 4 mg
= 3,2 mg Contoh perhitungan % Perolehan
Terdiri dari serbuk plasebo = 70 / 100 x kembali
3,2 mg = 2,24 mg Rata-rata area :
 Penimbangan setara 2,24 mg 1712875 + 1718115 = 1715495
serbuk plasebo = 2,24 / 150,05 x 2
3515,83 mg = 52,49 mg
 Baku = 30 / 100 x 3,2 mg = 0,96 Jumlah meloksikam total :
mg
1715495 + 3282,9347 x 50
Penimbangan baku : 9,664 mg x 99,34
6569,9521 1000
% = 0,96 mg, larutkan dalam metanol
20 ml. Pipet 2 ml untuk sekali penam- = 3,234 mg (CF)
bahan sebagai baku.
Penimbangan serbuk plasebo :
Rec 100% = 100% x 4 mg = 4 mg 53,215 mg
Terdiri dari serbuk plasebo = 70 / 100 x
4 mg = 2,80 mg Baku yang ditambahkan :
0,96 mg (C*A)
 Penimbangan setara 2,8 m g
serbuk plasebo = 2,80 / 150,05
x 3515,83 mg = 65,608 mg Dala m 53,215 m g serb uk plasebo
 Baku = 30 / 100 x 4 mg = 1,2 mg terdapat meloksikam sebanyak :
Penimbangan baku : 24,315 mg x 99,34
53,215 / 3515,834 x 150,046 mg = 2,271
% = 24,1545 mg, larutkan dalam
mg (CA)
metanol 100 ml metanol. Pipet 5 ml
untuk sekali penambahan sebagai baku.
% Perolehan kembali =
Rec 120% = 120% x 4 mg = 4,8 mg (CF - CA)
x 100
Terdiri dari serbuk plasebo = 70 / 100 x C*A
4,8 mg = 3,36 mg
% Perolehan kembali =
 Penimbangan setara 3,36 mg
3,234 – 2,271
serbuk plasebo = 3,36 / 150,05 x 100 % = 100,31 %
x 3515,83 mg = 78,73 mg 0,960

120 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

METODE SPIKED PLACEBO RE- Rata rata luas puncak piroksikam :


COVERY 1541890,5
Ratio M / P = 1,3499211
Penimbangan baku meloksikam :
79,615 mg (99,34%) meloksikam * Kadar meloksikam =
labu tentukur 200ml. Larutkan dalam 1,3499211 - 0,01700 x 50 = 3,852mg
metanol. Ultrasonik selama 30 menit. 0,0173 1000

Serb u k plasebo ya n g ditim ba n g


Pipet 2, 4, 6, 10 dan 15 ml larutan * 92,053 mg mengandung
labu tentukur 50 ml dan tambahkan
2 ml larutan baku dalam. Tambahkan 92,053
x 150,046 = 3,92857 mg
fase gerak s / d tanda. 3516,831
3,853 x 100%
Larutan baku dalam : % Perolehan Kembali =
3,929
81,212 mg * labu tentukur 100 ml
= 98,06%
dilarutkan dalam metanol.
2. Keseksamaan ( precision)
(lihat tabel 1 di bawah ini)
Definisi:
Keseksa m aa n a d ala h u k u ra n
Keterangan :
yang men u nju kkan d erajat kese-
Persamaan regresi : y = 0,0173 x +
suaian antara hasil uji in dividual,
0,01700; r = 0,9999
diukur melalui penyebaran hasil in-
dividual dari rata-rata jika prosedur
Contoh perhitungan :
diterap kan secara ber ulang p a d a
Rata rata luas puncak meloksikam :
sampel-sampel yang diambil dari
2081430,5
campuran yang homogen.

Tabel 1. Hasil pengukuran kurva kalibrasi meloksikam menggunakan baku dalam

Konsentrasi Luas krotamogram rata rata Angka banding luas


meloksikam mV.det kromatrogram
(g/ml) meloksikam
Piroksikam Meloksikam dan piroksikam

15,818 1551193,0 449819,0 0,2900


31,636 1546303,5 868274,5 0,5615
47,454 1545185,0 1303159,0 0,8434
79,090 1554005,0 2149441,0 1,3832
118,634 1553935,5 3207326,5 2,0640

Vol. I, No.3, Desember 2004 121


REVIEW ARTIKEL

Cara penentuan: koefisien variasi meningkat seiring


Keseksa m aan diu k u r sebagai dengan men u r u nnya konsentrasi
simpangan baku atau simpangan analit. Pada kadar 1% atau lebih,
baku relatif (koefisien variasi). Ke- standar deviasi relatif antara labo-
seksamaan dapat dinyatakan sebagai ratorium adalah sekitar 2,5% ada pada
keter ula n ga n ( repeatability ) ata u satu per seribu adalah 5%. Pada kadar
ketertiruan ( reproducibility ). Keter- satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah
ulangan adalah keseksamaan metode 16%, dan pada kadar part per bilion
jika dilakukan berulang kali oleh (ppb) adalah 32%. Pada me- tode yang
analis yang sama pada kondisi sama sangat kritis, secara umum diterima
d a n d ala m in terval w akt u ya n g bahwa RSD harus lebih dari 2%.
pendek. Keterulangan dinilai melalui Karena metode presisi adalah
pelaksanaan penetapan terpisah leng- fungsi penetapan kadar pada rentang
kap terhadap sampel-sampel identik yang dapat diterima menurut De- besis
yang terpisah dari batch yang sama, et. al. pada analisa mengguna- kan
jadi memberikan ukuran keseksama- metode HPLC akan digunakan
an pada kondisi yang normal. Keter- ketentuan presisi berikut: (lihat tabel 2
tiruan adalah keseksamaan metode di sebelah).
jika dikerjakan pada kondisi yang Untuk menetapkan presisi bahan
berbeda. Biasanya analisis dilakukan campuran dan bahan sisa pada artikel
dalam laboratorium-laboratorium obat, formula berikut ini harus di-
yang berbeda menggunakan pera- gunakan untuk menentukan metode
latan, pereaksi, pelarut, dan analis ketertiruan yang tepat (interlabo-
yang berbeda pula. Analis dilakukan ratorium).
terhadap sampel-sampel yang di-
RSD < 2 (1-0,5 log c)
duga identik yang dicuplik dari batch
yang sama. Ketertiruan dapat juga dan untuk keterulangan :
dilakukan dalam laboratorium yang
RSD < 2 (1-0,5 log c) x 0,67
sama dengan menggunakan pera-
latan, pereaksi, dan analis yang ber- c = konsentrasi analit sebagai fraksi
beda. Kriteria seksama diberikan jika desimal (contoh: 0,1% = 0,001)
m eto d e m e m berika n simp a n ga n
baku relatif atau koefisien variasi 2% Keseksa m aan d a p at dihit u ng
atau kurang. Akan tetapi kriteria ini dengan cara sebagai berikut:
sangat fleksibel tergantu ng p a d a 1. Hasil analisis adalah x , x , x , x
konsentrasi analit yang diperiksa,
1 2 3 4,
jumlah sampel, dan kondisi labora- x
..................... n
torium. Dari penelitian dijump ai maka simpangan bakunya adalah
bahwa koefisien variasi meningkat
dengan men uru nnya kadar analit yang (  (x - x )2 )
SD =
dianalisis. Ditemukan bahwa n–1

122 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

Tabel 2. Rentang maksimum yang diperbolehkan (Perhitungan dibuat berdasarkan


atas kepercayaan 99%).

Rentang yang Penetapan tunggal Penetapan duplo


dapat diterima Metode RSD Sistem RSD Metode RSD Sistem RSD
(% klaim) (%) (%) (%) (%)
98,5 - 101,5 0,58 0,41 0,82 0,58
97 - 103 1,2 0,82 1,6 1,2
95 - 105 1,9 1,4 2,7 1,9
90 - 110 3,9 2,8 5,5 3,9
90 - 115 4,8 3,4 6,9 4,8
90 - 125 6,8 4,8 9,6 6,8
85 - 115 5,8 4,1 8,2 5,8
75 - 125 9,7 6,9
50 - 150 19,4 13,7

2. Simp a n ga n bak u relatif ata u ml. Tambahkan air sampai 50,0 ml,
koefisien variasi (KV) adalah: kocok (lakukan triplo).
SD
KV = x 100%
x - Pipet 2,0 ml larutan diatas. Ma-
sukan ke dalam labu ukur 10,0 ml.
Percobaan keseksamaan dilaku-
Tambahkan air sampai 10,0 ml.
kan terhadap paling sedikit enam
Kocok (dibuat 10 labu).
replika sampel yang diambil dari
campuran sampel dengan matriks
Standar 1000 ppm
yang homogen. Sebaiknya kesek-
samaan ditentukan terhadap sampel
- Timbang 50,0 mg tetrasiklin HCl.
sebenarnya yaitu berupa campuran
Masukan ke dalam labu ukur 25,0
d engan bahan pem ba w a se diaan
ml. Tambahkan air sampai 10,0 ml,
far m asi ( plasebo) u n t u k m elih at
kocok (lakukan triplo)
pengaruh matriks pembawa terhadap
keseksa m aa n ini. De mikia n ju ga
harus disiapkan sampel untuk meng- - Pipet 5,0 ml larutan diatas. Ma-
analisis pengaruh pengotor dan hasil sukan ke dalam labu ukur 10,0 ml.
degradasi terhadap keseksamaan ini. Tambahkan air sampai 10,0 ml.
Kocok (dibuat 10 labu)
Contoh uji homogenitas
Cara kerja : Suntikan 20 l standar 100 ppm dan
Standar 100 ppm sta n d ar 1000 ppm p a d a H PLC
- Timbang 25,0 mg tetrasiklin HCl. dengan kecepatan alir 1,0 ml / menit
Masukan kedalam labu ukur 50,0 dan panjang gelombang 360 nm.

Vol. I, No.3, Desember 2004 123


REVIEW ARTIKEL

Tabel 3. Homogenitas dari Tetrasiklin HCl

Konsentrasi Konsentrasi
Tetrasiklin HCl Area Tetrasiklin Area
(ppm) (ppm)
100 1782560 1000 17824940
100 1784392 1000 17830710
100 1784506 1000 17831960
100 1784857 1000 17851970
100 1785275 1000 17853480
100 1807112 1000 17895130
100 1808175 1000 17899070
100 1809577 1000 17921150
100 1823930 1000 17933210
100 1853383 1000 17959770

Nilai F 4,31

S2 =  (x – x )
SN 2 (terbesar) 2 120 % sebesar 100,0 mg (masing-
F= masing 6, setiap 100 mg serbuk
S2l (terkecil) N –1
obat mengandung tetrasiklin HCl 50
S2 = variansi mg). Masukan ke dalam labu ukur
F < F tabel 100,0 ml. Maka akan diper- oleh
konsentrasi larutan berturut- turut
Contoh perhitungan uji keseksama- sebesar 400, 500 dan 600 ppm.
an (presisi) - Larutkan dengan air sampai 100,0
Cara kerja ml, kocok
a. Pembuatan larutan baku - Saring dengan kertas saring Dura-
- Tim bang bak u Tetrasiklin H Cl pore membran filter 0,45 mm HV.
20,0; 30,0 mg masing-masing ma- - Su ntikan 20 l larutan uji pada
sukan ke dalam labu ukur 50,0 ml. HPLC. Hitung % kadarnya.
Maka diperoleh konsentrasi larut-
an berturut-turut sebesar 400, 500 Presisi dilak u ka n p a d a se diaa n
dan 600 ppm. serbuk obat Tetrasiklin HCl dengan
- Larutkan dengan air sampai 50,0 konsentrasi 80 %, 100 %, 120 % kadar
ml, kocok. Tetrasiklin H Cl, m asin g- m asin g
- Suntikkan l larutan baku pada enam kali penimbangan yang dilaku-
HPLC. kan pada hari yang berbeda selama
b. Pembuatan larutan uji 3 hari. Hasil perhitungan tersebut
- Timbang serbuk obat Tetrasiklin dapat dilihat pada tabel-tabel berikut
HCl yang kadarnya 80 %, 100 %, ini.

124 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

Tabel 4. Presisi Tetrasiklin 80 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
400 7168141 80,34
400 7159952 80,26
400 7112864 79,79
400 7136432 80,03
400 7116750 79,83
400 7127785 79,94

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,23


6
RSD ( < 2 % ) 0,28

Tabel 5. Presisi Tetrasiklin HCl 100 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
500 9184380 100,39
500 9305120 101,59
500 9502175 103,65
500 9335870 101,89
500 9283175 101,47
500 9193470 100,48

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 1,18


6
RSD ( < 2 % ) 1,17

Tabel 6. Presisi Tetrasiklin HCl 120 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
600 11206510 120,50
600 11157635 120,01
600 11124382 119,68
600 11132680 119,76
600 11173120 120,16
600 11227365 120,70

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,41


6
RSD ( < 2 % ) 1,34

Vol. I, No.3, Desember 2004 125


REVIEW ARTIKEL

Tabel 7. Presisi Serbuk Obat Tetrasiklin HCl 80 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
400 7158750 80,25
400 7126435 79,93
400 7109690 79,76
400 7142460 80,09
400 7171155 80,37
400 7129140 79,96

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,22


6
RSD ( < 2 % ) 0,28

Tabel 8. Presisi Serbuk Obat Tetrasiklin HCl 100 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
500 9195010 100,50
500 9312420 101,66
500 9392500 102,46
500 9311795 101,66
500 9176435 100,31
500 9137890 99,93

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,98


6
RSD ( < 2 % ) 0,97

Tabel 9. Presisi Serbuk Obat Tetrasiklin HCl 120 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
600 11216645 120,60
600 11134340 119,78
600 11231470 120,75
600 11175835 120,19
600 11149590 119,93
600 11197365 120,41

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,38


6
RSD ( < 2 % ) 0,32

126 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

Tabel 10. Persisi Serbuk Obat Tetrasiklin HCl 80 %


Konsentrasi Tetrasiklin Presentasi kadar
HCl (ppm) Area (%)
400 7114565 79,81
400 7188390 80,54
400 7132320 79,99
400 7157255 80,24
400 7168430 80,35
400 7125835 79,92

SD < ( Syarat kadar terbesar – terkecil ) = 3,33 0,28


6
RSD ( < 2 % ) 0,35

3. Selektivitas (Spesifisitas) Penyimpangan hasil jika ada meru-


Definisi pakan selisih dari hasil uji keduanya.
Selektivitas ata u s p esifisitas Jika cemaran dan hasil urai tidak
suatu metode adalah kemampuannya dapat diidentifikasi atau tidak dapat
yang hanya mengukur zat tertentu saja diperoleh, maka selektivitas dapat
secara cer m at d a n seksa m a dengan ditu nju kkan dengan cara menga-
adanya komponen lain yang mungkin nalisis sampel yang mengan du ng
ada dalam matriks sampel. Selektivitas cemaran atau hasil uji urai dengan
seringkali dapat dinyata- kan sebagai metode yang hendak diuji lalu diban-
derajat penyimpangan (degree of bias) dingkan dengan metode lain untuk
metode yang dilakukan terhadap sampel pengujian kemurnian seperti kroma-
yang mengandung bahan yang ditam tografi, analisis kelarutan fase, dan
bahkan berup a cemaran, hasil urai, Differential Scanning Calorimetry .
senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, Derajat kesesuaian kedua hasil ana-
dan diban- dingkan terhadap hasil lisis terseb u t mer up akan u k u ra n
analisis sam- pel yang tidak selektivitas. Pada metode analisis
mengandung bahan lain yang yang melibatkan kromatografi, selek-
ditambahkan. tivitas ditent u kan melalui perhi-
tungan daya resolusinya (Rs).
Cara penentuan:
Selektivitas metode ditentukan Cara kerja :
dengan membandingkan hasil ana- lisis Untuk uji selektifitas maka zat
sampel yang mengandung cema- ran, yang akan diuji harus ditentuka dulu
hasil urai, senyawa sejenis, se- nyawa p a nja n g gelo m ba n g m aksimum.
asing lainnya atau pembawa plasebo Dalam hal ini larutan tetrasiklin HCl
dengan hasil analisis sampel tanpa m e mpu n yai p a nja n g gelo m ba n g
penambahan bahan-bahan tadi. m aksimum 360 n m. Sela nju t n ya

Vol. I, No.3, Desember 2004 127


REVIEW ARTIKEL

dibuat larutan baku, larutan uji dan matik yang baik, proporsional ter-
larutan blanko. h a d a p ko nsen trasi a n alit d ala m
a. Pembuatan larutan baku tetra- sa mp el. Ren ta n g m eto d e a d ala h
siklin HCl p er n yataa n batas tere n d a h d a n
- Timbang 25,0 mg baku Tetrasiklin tertinggi analit yang sudah ditun-
HCl, masukan kedalam labu ukur ju kkan d a p at diteta p kan d engan
50,0 ml. kecer m ata n, keseksa m aa n, d a n
- Larutkan dengan air sampai 50,0 linearitas yang dapat diterima.
ml, kocok.
- Suntikkan 20 l larutan uji pada Cara penentuan:
HPLC. Amati puncaknya pada Linearitas biasanya dinyatakan
kromatogram HPLC. dalam istilah variansi sekitar arah garis
regresi yang dihitung berda- sarkan
b. Pembuatan larutan uji tetrasiklin persamaan matematik data yang
HCl diperoleh dari hasil uji analit dalam
- Timbang 100,0 mg serbuk obat sampel dengan berbagai kon- sentrasi
tetrasiklin HCl, masukan kedalam analit. Perlakuan matematik dalam
labu ukur 100,0 ml. pengujian linearitas adalah m elalui p
- Larutkan dengan air sampai 100,0 ersa m aa n garis l u r u s dengan
ml, kocok. metode kuadrat terkecil an- tara hasil
- Sarin g d en ga n kertas sarin g analisis terhadap konsen- trasi analit.
Durapore membrane filter 0,45 Dalam beberapa kasus, untuk
m HV memperoleh hubungan pro- porsional
- Suntikan 20 l larutan uji pada antara hasil pengukuran dengan
HPLC. Amati puncaknya pada konsentrasi analit, data yang diperoleh
kromatogram HPLC. diolah melalui transfor- masi matematik
dulu sebelum dibuat analisis regresinya.
Hasil kromatogram Tetrasiklin HCl Dalam praktek, digunakan satu
standar dan sampel harus menun- seri larutan yang berbeda konsen-
jukkan waktu retensi yang sama dan trasinya antara 50 – 150% kadar analit
pada daerah sekitar waktu retensi dalam sampel. Di dalam pustaka,
tetrasiklin tersebut tidak boleh ada sering ditemukan rentang konsen-
gangguan yang dapat dilihat dari trasi ya n g dig u n aka n a ntara 0 –
kromatogram larutam blanko. 200%. Jumlah sampel yang dianalisis
sekurang-kurangnya delapan buah
4. Linearitas dan Rentang sampel blanko.
Definisi: Sebagai parameter adanya hu-
Linearitas adalah kemampuan bungan linier digunakan koefisien
metode analisis yang memberikan korelasi r pada analisis regresi linier Y
respon yang secara langsung atau = a + bX. Hubungan linier yang
dengan bantuan transformasi mate-

128 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

ideal dicapai jika nilai b = 0 d an Standar 1 :


r = +1 atau –1 bergantung pada arah Pipet 1,0 ml lar utan baku B 3.
garis. Se d angkan nilai a men u n- Masukan kedalam labu ukur 10,0 ml.
jukkan kepekaan analisis terutama Ta m ba h ka n air sa mp ai 10,0 ml,
instrumen yang digunakan. Param- kocok.
eter lain yang harus dihitung adalah Standar 2 :
simp a n ga n bak u resi du al (Sy). Pipet 5,0 ml lar utan baku B 3.
Dengan menggu nakan kalkulator Masukkan ke dalam labu ukur 25,0 ml.
ata u pera ngkat lu nak ko mpu ter, Tambahkan air sampai 25,0 ml, kocok.
semua perhitungan matematik ter- Standar 3 :
sebut dapat diukur Pipet 5,0 ml lar utan baku B 4.
Masukkan kedalam labu ukur 10,0 ml.
 ( y1 – ^y 1)2 Ta m ba h ka n air sa mp ai 10,0 ml,
Sy = kocok.
N–2
Standar 4 :
di mana ^ =y1a + bx Pipet 5,0 ml lar utan baku B 1.
Sy Masukkan kedalam labu ukur 10,0 ml.
Sx0 = Ta m ba h ka n air sa mp ai 10,0 ml,
b kocok.
Sx0 = standar deviasi dari fungsi Sx Standar 5 :
0
Vx0 = x Pipet 5,0 ml lar utan baku B 3.
Masukkan kedalam labu ukur 10,0 ml.
Vx0 = koefisien variasi dari fungsi Ta m ba h ka n air sa mp ai 10,0 ml,
kocok.
Standar 6 : Larutan baku B 4
Contoh penentuan linearitas Standar 7 : Larutan baku B 5
Cara kerja : Standar 8 : Larutan baku B 1
a. - Timbang baku tetrasiklin HCl Standar 9 : Larutan baku B 2
(B1, B2, B3) m asing- m asing Standar 10 : Larutan baku B 3
sebesar 20,0; 22,5; 25,0 m g. Suntikkan 20 l standar (sampai
Masukkan kedalam labu ukur dengan standar 10 pada HPLC pada
25,0 ml.  : 352 n m dan kecepatan alir 1,0
- Larutkan dengan air sampai ml / menit. Hubungan linear antara
25,0 ml, kocok. konsentrasi (ppm) dan area Tetra-
b. - Timbang baku Tetrasiklin HCl siklin HCl dalam pelarut air pada 10
(B4, B5) masing-masing sebe- perbedaan tingkat konsentrasi antara
sar 30,0; 35,0 mg. Masukkan 100 – 1000 ppm ditunjukkan pada
kedalam labu ukur 50,0 ml. tabel 9. Hasil dari analisis regresi
- Larutkan dengan air sampai menggunakan model y = ax + b dapat
50,0 ml, kocok. dilihat pada tabel 11.

Vol. I, No.3, Desember 2004 129


REVIEW ARTIKEL

Tabel 11. Linearitas dari Tetrasiklin HCl

Konsentrasi Tetrasiklin HCl


Area
(ppm)
100 1791763
200 3583526
300 5375289
400 7167052
500 9078290
600 11190450
700 12542340
800 14334110
900 16125870
1000 17918670

Slop b 17937,62
Aksis Intersep a 45047,55
Koefisien Korelasi (r) 0.999
Proses Relatif Standar Deviasi (VxO) 1,504 %
ANOVA Lineariti testing 12063,95172

5. Batas Deteksi dan Batas Kuan- ka n instr um en ata u ti d ak. Pa d a


titasi analisis yang tidak menggu nakan
Definisi: instrumen batas tersebut ditentukan
Batas deteksi adalah jumlah ter- d engan men d eteksi analit d ala m
kecil analit dalam sampel yang dapat sampel pada pengenceran bertingkat.
dideteksi yang masih memberikan Pada analisis instrumen batas deteksi
res p o n sig nifika n diba n din gka n dapat dihitung dengan mengukur
dengan blangko. Batas deteksi me- respon blangko beberapa kali lalu
rupakan parameter uji batas. Batas dihitu ng simpangan baku respon
k u antitasi mer up akan p ara meter blangko dan formula di bawah ini
pada analisis renik dan diartikan dapat digunakan untuk perhitungan
sebagai kuantitas terkecil analit da-
lam sampel yang masih dapat meme- k x Sb
Q=
nuhi kriteria cermat dan seksama. Sl

Cara penentuan: Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ


Penentuan batas deteksi suatu (batas kuantitasi)
metode berbe d a-be d a tergantu ng k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk
pada metode analisis itu mengguna- batas kuantitasi

130 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

Sb = simpangan baku respon analitik a. Batas deteksi (Q)


dari blangko Karena k = 3 atau 10
Sl = ara h garis linear ( ke p ekaa n Simpangan baku (Sb) = Sy / x,
arah) dari kurva antara respon maka
terhadap konsentrasi = slope (b
pada persamaan garis y = a+bx) 3 Sy / x
Q=
Sl
Batas d eteksi d a n k u a n titasi d a
p at dihit u n g secara statistik melalui b. Batas kuantitasi (Q)
garis regresi linier dari kurva kalibrasi.
Nilai penguku ran akan sama dengan 10 Sy / x
nilai b pada persamaan garis linier y = a Q= Sl
+ bx, sedangkan simpangan baku
blanko sama dengan simpangan baku
residual (Sy / x.) Perhitungan LOD dan LOQ

Tabel 12. Hasil pengukuran Kurva Kalibrasi Meloksikam

Konsentrasi meloksikam Luas kromotogram rata-rata


(mg/ml) Meloksikam (mV.det)

15,818 423452,5
31,636 832117
47,454 1252741
79,090 2101372,5
118,634 3149102

Persamaan regresi ; y = 26569,95 x – 3282,9347

No Kons.analit
Area (Yi) Yi (Yi – Yi)2
(g/ml)

1. 15,818 423.452,5 417053,67 40945025,37


2. 31,636 832.117,0 837390,28 27807481,96
3. 47,454 1.252.741,0 1257461,19 22280193,64
4. 79,090 2.101.372,5 2098134,41 10485226,85
5. 118,634 31.49102,0 3148710,23 153483,73

 = 101671411,6

Vol. I, No.3, Desember 2004 131


REVIEW ARTIKEL

Y didapat dari pers regresi, misalnya: 6. Ketangguhan metode (rugged-


X = 15,82 maka ness)
Definisi:
y = 26569,95 x – 3282,9347
Keta n gg u h a n m eto d e a d ala h
= 417053,67 derajat ketertir uan hasil uji yang
diperoleh dari analisis sampel yang
S (y / x)2 = Variasi variabel respon (y), sama dalam berbagai kondisi uji nor-
didapat dari data-data yang dekat mal, seperti laboratorium, analisis,
dengan garis regresi instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari
ya n g berbe d a, dll. Keta n gg u h a n
=  (yi – yi)
2 biasanya dinyatakan sebagai tidak
N–2 adanya pengaruh perbedaan operasi
atau lingkungan kerja pada hasil uji.
101671411,60 Ketanggu han metode mer upakan
= = 33890470,52
3 u k u ran ketertir u an p a d a kon disi
operasi normal antara lab dan antar
S (y / x) = V 33890470,52 = 5821,55 analis.
Cara penentuan:
LOD= 3.SD / b LOQ= 10.SD / b Ketangguhan metode ditentukan
dengan menganalisis beningan suatu
= 3.5821,55 = 10.5821,55 lot sampel yang homogen dalam lab
26569,95 26569,95 yang berbeda oleh analis yang ber-
beda menggunakan kondisi operasi
= 0,66 g / ml = 2,19 g / ml yang berbeda, dan lingkungan yang
berbeda tetapi menggunakan pro-
Cara lain u nt u k menent u kan sedur dan parameter uji yang sama.
batas deteksi dan kuantitasi adalah Derajat ketertiruan hasil uji kemu-
melalui penentuan rasio S / N (signal dian ditentukan sebagai fungsi dari
to noise ratio). Nilai simpangan baku variabel p enen t u a n. Ketertir u a n
bla n ko dite n t u ka n d en ga n cara dapat dibandingkan terhadap kesek-
menghitung tinggi derau pada peng- samaan penentuan di bawah kondisi
ukuran blanko sebanyak 20 kali pada normal untuk mendapatkan ukuran
titik analit memberikan respon. Sim- ketangg u han metode. Perhit u ng-
pangan baku blanko juga dihitung a nn ya dilak u ka n secara statistik
dari tinggi derau puncak ke puncak, menggunakan ANOVA pada kajian
jika dia m bil d ari tin ggi puncak kolaboratif ya n g dis u s u n oleh
derau atas dan bawah (N p-p) maka s 0 Youden dan Stainer.
= N p-p / 5 sedangkan kalau dari pun-
cak derau bawah saja (puncak negatif) 7. Kekuatan (Robustness )
maka s 0 = N p / 2, selanjutnya perhi- Untuk mem valid asi kekuatan
tungan seperti tersebut di atas. suatu metode perlu dibuat perubahan

132 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

meto d ologi yang kecil d an ter us bergantung pada tipe prosedur ana-
menerus dan mengevaluasi respon litik. Metode yang digunakan untuk
analitik dan efek presisi dan akurasi. pemeriksaan p ro du k far m asetika
Sebagai contoh, perubahan yang di- d a p at diklasifikasikan seperti di
butuhkan untuk menunjukkan keku- bawah ini :
atan prosedur HPLC dapat mencakup (  Kategori I : metode analitikal un-
ta pi ti d ak dibatasi) p er u ba h a n tuk kuantitasi komponen maupun
komposisi organik fase gerak (1%), pH substansi bahan baku obat atau
fase gerak (± 0,2 unit), dan peru- bahan bahan aktif (termasuk pengawet)
temperatur kolom (± 2 - 3° C). pada hasil akhir farmasetika ter-
Perubahan lainnya dapat dilakukan bila masuk dalam kategori I.
sesuai dengan laboratorium.
 Kategori II : Metode analitik untuk
Identifikasi sekurang-kurangnya 3
faktor analisis yang dapat mem- m enen t u ka n ca mpu ra n d ala m
pengaru hi hasil bila diganti atau diu substansi bahan baku atau kompo-
bah. Faktor orisinal ini d a p at nen sisa pada produk akhir farma-
diidentifikasi sebagai A, B, dan C. Per u setika dimasukkan dalam kategori
bahan nilai faktor-faktor ini dapat II. Metode ini ter m asu k perhi-
diidentifikasi dengan a, b, dan tungan kembali secara kuantitatif dan
c. Lak u kan analisis pa d a kon disi batas tes.
yang telah disebutkan pada peme-  Kategori III : Metode analitik ini
riksaan ketangguhan. untuk menentukan performa ka-
rakteristik (contoh: disolusi, pe-
Penetapan le p asa n obat) ter m as u k d ala m
Nilai eksperimental
faktor kategori III.
#1 #2 #3 #4
A atau a A A a a Untuk masing-masing kategori
B atau b B b B b
diperlukan informasi analitik yang
berbe d a. Tabel 13 berik u t m e m-
C atau c C c c C
berikan langkah-langkah mengenai
Untuk menentukan efek peru- parameter analitik yang biasanya
bahan A, banding rata-rata hasil (#1 diperlukan u ntuk masing- masing
+ #2) / 2 dengan (#3 + #4) / 2, Untuk kategori.
efek perubahan B, bandingkan (#1 + #3)
/ 2 dengan (#2 +#4) / 2 dan sete- rusnya. Tes SST (system suitability tests)
Dari vali d asi m eto d e ya n g
SELEKSI PARAMETER dilakukan dapat diketahui apakah
ANALITIK suatu metode analisis (dalam hal ini
Parameter analitik yang diper- kromatografi) dapat dipakai pada
lukan untuk validasi dapat bervariasi s u at u ko n disi terte n t u. U n t u k
m en geta h ui a p aka h m eto d e ta di

Vol. I, No.3, Desember 2004 133


REVIEW ARTIKEL

Tabel 13. Parameter analitik yang harus dipertimbangkan untuk tipe prosedur analitik
yang berbeda

Parameter Kualitatif Perhitungan Perhitungan kembali Perhitungan


Performa (ID) kembali Kategori II Kembali
Analitik Kategori I Kuantitatif Batas tes Kategori III
Akurasi tidak ya ya * *
Presisi tidak ya ya tidak ya
Spesifisitas ya ya ya ya *
Batas deteksi ya tidak tidak ya *
Batas
kuantitasi tidak tidak ya tidak *
Linearitas tidak ya ya tidak *
Rentang tidak ya ya * *
Ketangguhan ya ya ya ya ya
* mungkin dibutuhkan, bergantung pada sifat tes yang spesifik.

masih dapat dipakai, seyogyanya Fabre. H. et.al., Assay validation for an


dilakukan uji SST, seperti yang dian- ju active ingredient in a pharma-
rkan oleh USP XXII / XXIII atau ceutical formulation: Practical
peneliti lainnya (Wahlich & Carr, 1990). approach using ultraviolet spec-
Sebaiknya semua parameter valid asi trophotometry. Analyst, 1993. 118:
diuji SSTnya, sed angkan khusus untuk 1061.
kromatografi param- eter tailing factor d Garfield, F.M. Q uality Assurance
an column effi- ciency/ plate count juga Principles for Analytical Labora-
diuji. tories. AOAC In ter n atio n al,
USA, 1991. p. 71
Ibrahim S. Penggu naan Statistika
dalam Validasi Metode Analitik
DAFTAR PUSTAKA dan Penerapannya. Dalam Pro-
si din g te mu ilmia h n asio n al
Carr, G.P., Wahlich, J.C., Journal of bidang Farmasi. VI – 15. 2001.
Pharmaceutical and Biomedical Indrayanto G, Seminar Sehari Instru-
Analysis 1990, 8: 612-618. mentasi PT Ditek Jaya, Surabaya,
Debesis, E. et al., Submitting HPLC 1994.
methodes to the compendia and reg Siregar, Mirawati., Penetapan Kadar
ulatory agencies. P h ar m. Tech., Meloksikam dalam sediaan tab- let
September 1982. p. 120 dan Darah Manusia secara

134 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

kromatografi Cair Kinerja Ting- gi, Technical Report Series No. 823)
Tesis S2 Ilmu Kefarmasian p. 117
Departemen Farmasi FMIPA-UI, Validation of Compendial Methods.
2004. United States Pharmacopoeia 23 rd
Validation of analytical procedures revision, United States Pharma-
used in the examination of phar- copoeia Convention, Rockville,
m ace u tical m aterials. Worl d MD, 1995. p. 1982.
Health Organization 1992 (WHO

Vol. I, No.3, Desember 2004 135

Você também pode gostar