Você está na página 1de 7

Hyperbilirubin

Definisi
Hyperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya
lebih dari normal.

Patofisionolgi

 Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan


hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reductase, dana gen
pereduksi nonnenzimatik dalam system retikuloendotelial.
 Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein
intraseluler “Y protein” dalam hati. Pengambilan tergantung pada aliran darah
hepatic dan adanya ikatan protein.
 Bilirubin yang tak konjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim
asam uridin difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA)
glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronide yang polar,
larut dalam air (bereaksi direk).
 Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui
ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membrane
kanalikular. Kemudian ke system gastrointestinal dengan diaktifkan oleh
bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin
diabsorbsi kembali melalui sirkulassi enterohepatic.
 Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut
lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi indirek).
 Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari
difisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transferase. Rendahnya pengambilan
dalam hepatic kemungkinan Karena penurunan protein hepatic sejalan dengan
penurunan aliran darah hepatic.
 Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan
kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak bebas yang
terdapat dalam ASI. Terjadi 4 sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat
kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama
minggu ke 2 sampai 3. Biasanya dapat mencapai usia 4 minggu dan menurun
10 minggu. Jika pemberian ASI dilanjutkan, hyperbilirubinemia akan menurun
berangsur angsur dapat menetap selama 3 sampai 10 minggu pada kadar yang
lebih rendah. Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum akan turun
dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari. Penghentian
ASI selama 1 penurunan bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian
ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke kadar yang tinggi
seperti sebelumnya.
 Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam pertama
kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan icterus fisiologis muncul antara 3
sampai 5 hari sesudah lahir.

Komplikasi

 Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius)


 Kernicterus; kerusakan neurologis; cerebral palsy, retardasi mental, hyperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot, dan tangisan yang melengking.

Etiologi

 Peningkatan bilirubin dapat terjadi Karena; polycetlietnia, isoimmun hemolytic


disease, kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat
(hemolysis kimia : salisilat, kortikosteroid, klorampenikol), hemolysis
ekstravaskuler; cephalhematoma, ecchymosis.
 Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu atau
atresia biliary, infeksi, masalah inetabolik:galaktosemia hypothyroidisme,
jaundice ASI.

Menifestasi klinis

 Tampak icterus; sklera, kuku, atau kulit dan membrane mukosa.


 Icterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit tipe obstruksi
(bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan
ini hanya dapat dilihat pada icterus yang berat.
 Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.

Pemeriksaan diagnostic

 Pemeriksaan bilirubin serum.


 Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
 Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantumembedakan hepatitis
dari atresia biliary.

Penatalaksanaan

 Fototerapi, dilakukan apabilaa telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan


berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine
dengan oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin.
 Fenobarbital, dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi.
 Antibiotic, apabila terkait dengan infeksi.
 Transfuse tukar, apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi.

Klasifikasi
Icterus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, antara lain adalah :

1. Icterus fisiologis
Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga dan tampak jelas pada
hari kelima sampai keenam dan menghilang sampai hari kesepuluh. Icterus
fisiologis tidak mempunyai dasar patologis potensimenjadi kern icterus.
2. Icterus patologis
Icterus ini mempunyai dasar patologi, icterus timbul dalam 24 jam pertama
kehidupan.

Discharge planning

 ajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi infeksi dan jelas tentang
daya tahan tubuh bayi
 jelaskan pada orang tua pentingnya pemberian ASI apabila sudah tidak ikterik.
Namun bila penyebabnya bukan dari jaundice ASI tetap diteruskan
pemberiannya
 jelaskan pada orang tua tentang komplikasi yang mungkin terjadi segera lapor
dokter atau perawat
 jelaskan untuk pemberian imunisasi
 jelaskan tentang pengobatan yang diberikan
WOC Hyperbilirubin
Penyakit hemolitik obat-obatan; salisilat gangguan fungsi hepar

Hemolysis difisiensi jumlah bilirubin yg akan jaundice ASI


Diangkut ke hati berkurang
Defisiensi G-6-PD

Konjugasi bilirubin indirek


Menjadi bilirubin direk rendah

Bilirubin indirek meningkat

HYPERBILIRUBIN

Dalam jaringan ekstravaskular Otak


(kulit,mukosa,konjungtiva)
kernikterus
Icterus
Resiko injuri
internal
Kecemasan
orang tua

Fototerapi Kurang informasi


ke orang tua
Kurang
pengetahuan
orang tua
Resiko gangguan
Persepsi yang salah
integritas kulit
Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

 Pemeriksaan fisik
 Inspeksi; warna pada sklera, konjungtiva, membrane mukosa mulut, kulit, urine
dan tinja
 Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan
 Tanyakan berapa lama jaundice muncul dan sejak kapan
 Apakah bayi ada demam
 Bagaimana kebutuhan pola minum
 Riwayat keluarga
 Apakah anak sudah mendapat imunisasi hepatitis B

Diagnosa keperawatan
1. Resiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin
sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gangguan ekskresi bilirubin
2. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (insensible
water loss) tanpa disadari sekunder dari fototerapi
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang
tua

Intervensi
o DX 1 (Resiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum
bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gangguan ekskresi
bilirubin)
 Tujuan
Bayi terbebas dari injury yang ditandai dengan serum bilirubin menurun
tidak ada jaundice reflex moro normal tidak terdapat sepsis, reflek hisap
dan menelan baik.
 Implementasi
Mencegah adanya injury (internal)
1. Kaji hiperbilirubin tiap 1-4 jam dan catat
2. Berikan fototerapi sesuai program
3. Monitor kadar bilirubin 4-8 jam sesuai program
4. Monitor Hb dan Hct
o DX 2 (Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(insensible water loss) tanpa disadari sekunder dari fototerapi)
 Tujuan
Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
urine output (pengeluaran urine) kurang dari 1-3 ml/kg/jam, membrane
mukosa normal, ubun ubun tidak cekung, temperature dalam batas
normal.
 Implementasi
Mencegah terjadinya kurangnya volume cairan
1. Pertahankan intake cairan
2. Berikan minum sesuai jadwal
3. Monitor intake dan output
4. Berikan terapi infus sesuai program bila indikasi;meningkatnya
temperature, meningkatnya konsentrasi urine,dan cairan hilang
berlebihan
5. Monitor temperature setiap 2 jam
o DX 3 (Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi
 Tujan
Bayi tidak menunjukkan adanya iritasi pada kulit yang ditandai dengan
tidak terdapat rash, dan tidak ada ruam macular eritematosa
 Implementasi
Mencegah gangguan integritas kulit
1. Inspeksi kulit setiap 4 jam
2. Gunakan sabun bayi
3. Merubah posisi bayi dengan sering
4. Gunakan pelindung daerah genetalia
o DX 4 (Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan
bonding)
 Tujuan
Orang tua tidak tampak cemas yang ditandai dengan orang
mengekspresikan perasaan dan perhatian pada bayi dan aktif dalam
partisipasi perawatan bayi.
 Implementasi
Mengurangi rasa cemas pada orang tua
1. Pertahankan kontak orang tua-bayi
2. Jelaskan kondisi bayi,perawatan dan pengobatan
3. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan, dengarkan rasa
takutnya dan perhatian orang tua
o DX 5 (Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman
orang tua)
 Tujuan
orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan, dan
berpartisipasi dalam perawatan bayi: dalam pemberian minum, dan
mengganti popok.
 Implementasi
Orang tua memahami kondisi bayi dan mau berpartisipasi dalam
perawatan.
1. Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan menjelaskan tentang
fissiologis, alasan perawatan, dan pengobatan
2. Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi
3. Jelaskan komplikasi dengan mengenal tanda dan gejala

Você também pode gostar