Você está na página 1de 11

87

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan sistesis teori dari kajian pustaka yang

dikaitkan dengan masalah penelitian yang dilakukan. Kerangka berpikir

menggambarkan panduan kajian teoritis dan empiris dalam menyusun disertasi

ini, seperti gambar 3.1 berikut:

STUDI TEORITIS STUDI EMPIRIS

1. Teori Ekonomi Kesehatan Hudson (2005); Young, et.al.,


(Grossman, 1972 ; Murti, (1998) ; Rubbyana (2012) ;
2011) Ambari (2010) ; Rosita (2011) ;
2. Teori Psikiatri (Sadock et.al, Safitri (2010) ; Nakamura, et.al.,
2007; Hawari, 2003). (2014) ; Studzinska et.al. (2011) ;
3. Teori Ekonomi Pembangunan Guo et.al (2010) ;
(Todaro and Smith, 2009).
4. Teori Pembangunan Kesehatan
(Depkes RI, 2010).
5. Teori Kualitas Hidup
(WHO,1994).
6. Teori Human Capital (Gary
Becker, 1964).
7. Teori Kesejahteraan
Masyarakat (UNDP, 1995).
HIPOTESIS

UJI
STATISTIK

DISERTASI

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian


88

Setiap individu akan berusaha mencapai status kesehatan dengan

menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan

(Grossman dalam Murti, 2011). Hal ini mengandung makna bahwa untuk

mewujudkan kesehatan suatu masyarakat dibutuhkan upaya-upaya pembangunan

dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya mendukung percepatan

pencapaian sasaran pembangunan nasional. Kesehatan umumnya menjadi tujuan

utama dan merupakan hasil suatu pembangunan kesehatan.

Ilmu ekonomi kesehatan merupakan aplikasi ilmu ekonomi dalam bidang

kesehatan. Ekonomi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari suplay dan demand

sumber daya pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan

terhadap populasi. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan

antara kesehatan dan ekonomi yaitu, kesehatan dapat mempengaruhi kondisi

ekonomi, dan sebaliknya ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan (Murti, 2011).

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No.

36 Tahun 2009). Kesehatan tidak hanya mengenai masalah fisik yang jelas-jelas

terlihat, tapi juga mencakup masalah jiwa yang cenderung tidak terlihat jelas. Bila

kesehatan jiwa terganggu, maka akan terjadi perubahan pada seluruh aspek

kehidupan individu yang mengalaminya. Jiwa yang sehat akan memberikan

banyak sekali kontribusi bagi kesehatan fisik, dan tentunya bagi kebahagiaan dan

kepuasan hidup seseorang.


89

Berdasarkan ilmu kedokteran jiwa, gangguan jiwa dibagi dalam dua

golongan besar yaitu psikosa dan non psikosa. Golongan psikosa merupakan

gangguan jiwa berat, ditandai dengan dua gejala utama yaitu tidak adanya

pemahaman diri (insight) dan ketidakmampuan menilai realitas (reality testing

ability). Pada golongan non psikosa kedua gejala utamanya tersebut masih baik.

Golongan psikosa dibagi menjadi dua sub golongan, yaitu psikosa fungsional dan

psikosa organik. Psikosa fungsional adalah gangguan jiwa yang disebabkan

karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal penghantar saraf

(neurotransmiter) sel-sel saraf pusat (otak), tidak terdapat kelainan struktural pada

sel-sel saraf otak tersebut. Pada psikosa organik adalah gangguan jiwa yang

disebabkan karena adanya kelainan pada struktur saraf pusat otak (Hawari, 2003).

Salah satu jenis gangguan jiwa psikosa fungsional yang terbanyak adalah

skizofrenia. Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis yang bervariasi, tetapi

sangat destruktif psikopatologinya mencakup aspek-aspek kognisi, emosi,

persepsi dan aspek-aspek perilaku lainnya. Gangguan ini biasanya dimulai

sebelum usia 25 tahun, dapat mengenai siapa saja dari kelompok sosial ekonomi

manapun (Sadock et.al., 2007). Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak fungsi

seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah (waham),

penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan aktivitas motorik

(katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul), tidak mampu

merasakan kesenangan (anhedonia). Dalam perjalanannya penderitanya akan

mengalami keruntuhan (deteriosasi) dari taraf fungsi sebelumnya baik fungsi

sosial, pekerjaan, dan perawatan diri. Penderita sukar untuk bersosialisasi dan

tidak dapat bekerja seperti sebelumnya karena sifat regresif serta kemunduran

dalam perawatan diri, (Maslim, 2003).


90

Terdapat banyak faktor yang diduga sebagai penyebab skizofrenia, di

antaranya adalah faktor biologis dan faktor lingkungan. Faktor biologi, seperti

genetika, struktur otak, komplikasi kelahiran, infeksi serta kadar neurotransmiter

otak seperti dopamin dan serotinin. Faktor lingkungan juga dapat mencetuskan

penyakit ini dapat berupa situasi atau kondisi yang tidak kondusif pada diri

seseorang, biasanya disebut sebagai stresor psikososial. Stresor psikososial salah

satunya adalah akibat faktor sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi berkaitan

dengan status sosial ekonomi seseorang di masyarakat. Ketidakmampuan untuk

mengatasi konflik dalam dirinya, tidak terpenuhi kebutuhan hidup secara

ekonomi, perasaan kurang diperhatikan secara sosial, perasaan rendah diri

sehingga perasaan kehilangan sesuatu yang berlebihan, dapat menimbulkan

keluhan kejiwaan, salah satunya adalah skizofrenia (Wiramihardja, 2005).

Menurut Dwi (2011) kemiskinan disinyalir menjadi faktor pemicu utama

gangguan kejiwaan pada masyarakat. Faktor tersebut membuat yang bersangkutan

rentan stres, dilanda kecemasan yang berlebih, serta masalah psikososial lainnya

yang akhirnya berujung pada gangguan jiwa. Sebagian besar dari mereka usianya

masih produktif dan faktor penyebab paling dominan adalah kondisi sosial

ekonomi.

Penanganan kasus gangguan jiwa tidak cukup ditangani dari sisi medis

saja, kebutuhan dasar manusia juga harus dipenuhi karena hal itulah yang menjadi

gangguan pada pikirannya. Menurut Hudson (2005) status sosial ekonomi

memiliki korelasi negatif dengan gangguan jiwa. Gangguan mental (neurosis)

pada umumnya dialami oleh masyarakat yang tinggal di daerah pemukiman yang

miskin dan padat (Patel & Klienman, 2003). WHO (2000) melaporkan bahwa

gangguan jiwa (neurosis) juga pada umumnya dijumpai pada masyarakat yang
91

tingkat penganggurannya tinggi dan berpenghasilan rendah. Khusus gangguan

jiwa psikosis masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi terendah

mempunyai kecenderungan resiko skizofrenia 8 kali lebih tinggi ketimbang

masyrakat yang memiliki status sosial tertinggi (Saraceno & Barbui, 1997). Jadi

seseorang yang mengalami gangguan jiwa kronis seperti halnya skizofrenia,

memiliki kualitas hidup yang rendah.

Terkait kualitas hidup pada penderita skizofrenia, dari beberapa hasil

penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian Nakamura, et.al., (2014)

berjudul “Structural equation model factor related to quality of life for

community–dwelling schizophrenic patients in japan. Hasil penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa status pernikahan dan umur berhubungan dengan kualitas

hidup penderita skizofrenia. Selain itu persepsi diri (self efficacy), harga diri (self

esteem) dan gejala penyakit juga berpengaruh. Namun yang paling kuat

mempengaruhi kualitas hidup penderita skizofrenia adalah persepsi diri (self

efficacy) yang berkaitan dengan fungsi sosial di masyarakat serta kemampuan

yang dimiliki. Jadi untuk meningkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia

disarankan untuk memberikan penguatan atau pujian (positive feedback) tentang

hal-hal positif serta meningkatkan keterampilan sosialnya.

Penelitian Studzinska et.al. (2011) di Polandia, berjudul “The quality of

life in patients with schizophrenia in community mental health service –selected

factors”. Hasil penelitian, penderita laki-laki, cerai atau tidak menikah, tinggal

bersama orang tua, kondisi sosial ekonomi yang buruk, ketergantungan keuangan

dan sering dirawat, memiliki kualitas hidup lebih rendah. Penelitian Guo et.al

(2010) di Cina, berjudul “Effect of antipsychotic medication alone vs combined

with psychososial intervention on outcomes of early-stage schizophrenia”. Hasil


92

penelitian, pasien skizofrenia yang mendapat psikofarmaka dikombinasikan

dengan terapi psikososial mengalami tilikan, fungsi sosial dan kualitas hidup yang

lebih baik daripada pasien skizofrenia yang hanya mendapat terapi psikofarmaka.

Penelitian Safitri (2010) di RSJD Surakarta, tentang perbedaan kualitas

hidup antara pasien skizofrenia gejala positif dan gejala negatif menonjol.

Simpulan penelitian yaitu terdapat perbedaan kualitas hidup yang sangat

bermakna antara pasien skizofrenia gejala positif menonjol dan gejala negatif

menonjol serta proporsi pasien skizofrenia yang mempunyai kualitas hidup baik

secara sangat bermakna lebih banyak didapatkan pada kelompok pasien

skizofrenia yang mempunyai gejala positif menonjol dari yang negatif menonjol.

Young, dkk (1998 dalam Joy, 2012) mengatakan bahwa keteraturan meminum

obat dan kontrol rutin dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien skizofrenia.

Penderita gangguan jiwa (skizofrenia) tanpa pengobatan dan

pendampingan tidak dapat melakukan pekerjaannya secara maksimal, atau bahkan

harus kehilangan pekerjaan, sehingga berpotensi kehilangan pendapatan dan

mengalami gangguan fungsi sosialnya. Penurunan partisipasi sosial dan ekonomi

ini diakibatkan oleh perjalanan penyakit itu sendiri, gejala penyakit yang tersisa,

dukungan dari lingkungan sosial serta pengobatan. Hal ini akan berdampak pada

penurunan kualitas hidup penderita gangguan jiwa (skizofrenia).

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian-penelitian sebelumnya yang

berkaitan dengan gangguan jiwa (skizofrenia), faktor sosial ekonomi, gangguan

jiwa, pendampingan, pengobatan, partisipasi sosial dan ekonomi serta kualitas

hidup. Selanjutnya dibuat hipotesis-hipotesis yang didahului dengan pemilihan

beberapa variabel.
93

Skizofrenia berasal dari kata ”skizo” yang berarti retak atau pecah (split)

dan ”frenia” yang artinya jiwa. Seseorang yang menderita gangguan jiwa

skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan

kepribadian (splitting of personality). Gejala yang ditimbulkan mencakup banyak

fungsi seperti pada gangguan persepsi( halusinasi), keyakinan yang salah

(waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan

aktivitas motorik ( katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul),

tidak mampu merasakan kesenangan (anhedonia). Dalam perjalanannya

penderitanya akan mengalami keruntuhan (deteriosasi) dari taraf fungsi

sebelumnya baik fungsi sosial, pekerjaan, dan perawatan diri. Penderita sukar

untuk bersosialisasi dan tidak dapat bekerja seperti sebelumnya karena sifat

regresif serta kemunduran dalam perawatan diri.

Terdapat banyak faktor yang diduga sebagai penyebab skizofrenia,

diantaranya adalah tidak terpenuhi kebutuhan hidup secara ekonomi, perasaan

kurang diperhatikan secara sosial, perasaan rendah diri sehingga perasaan

kehilangan sesuatu yang berlebihan. Kemiskinan disinyalir menjadi faktor pemicu

utama gangguan kejiwaan pada masyarakat. Faktor tersebut membuat yang

bersangkutan rentan stres, dilanda kecemasan yang berlebih, serta masalah

psikososial lainnya yang akhirnya berujung pada gangguan jiwa.

Keteraturan pengobatan pada penderita dengan gangguan jiwa

skizofrenia, mempengaruhi proses penyembuhannya. Seringkali klien tidak

melanjutkan pengobatannya karena merasa obat yang diminum tidak efektif atau

efek obat yang rendah dan ada juga yang menghentikan pengobatannya karena

merasa lebih baik. Tingkat ketidakpatuhan terhadap pengobatan pada pasien

dengan skizofrenia rawat jalan hanya mencapai 50% setelah dipulangkan dari
94

rumah sakit. Pengobatan yang tidak teratur pada akhirnya akan mempengaruhi

kondisi kejiwaan kemampuan pasien untuk berpatispasi secara sosial dan kualitas

hidup dan.

Pendampingan adalah suatu upaya untuk memberikan bantuan atau

layanan dan dukungan yang bermanfaat dalam rutinitas harian. Proses

pendampingan dirancang sebelum penderita akan pulang dari rumah sakit.

Pendampingan yang direncanakan peneliti adalah lebih menekankan pada aspek

kemandirian dan produktifitas sehingga diharapkan penderita gangguan jiwa

tetap mampu berpatisipasi secara sosial dan ekonomi setelah di rumah. Partisipasi

sosial dan ekonomi pada pasien skizofrenia dipengaruhi oleh perjalanan penyakit

itu sendiri, gejala penyakit yang tersisa, dukungan dari lingkungan sosial serta

pengobatan yang diterima oleh pasien. Keberfungsian sosial merupakan bentuk

partisipasi sosial dan ekonomi penderita skizofrenia adalah salah satu tolok ukur

dalam keberhasilan terapi.

Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap masalah skizofrenia

menunjukkan bahwa gangguan dan hendaya pada kerberfungsian sosial

berdampak pada penurunan kualitas hidup. Pengukuran kualitas hidup telah

digunakan dalam penelitian kesehatan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien,

memfasilitasi perencanaan suatu program, serta memonitoring kemajuan klinis

dan hasil pengobatan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun kerangka

konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel. Kerangka konsep adalah

terminologi teknis dari kerangka teori yang akan dijelaskan berikut ini :
95

PENDAMPINGAN
(X3)

PARTISIPASI
FAKTOR SOSIAL DAN
SOSIAL EKONOMI (Y1)
EKONOMI (X1)

KUALITAS
HIDUP (Y2)

PENGOBATAN KONDISI
(X2) KEJIWAAN (X4)

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Ada empat variabel yaitu faktor sosial ekonomi, pengobatan,

pendampingan dan kondisi kejiwaan secara langsung dan tidak langsung akan

berpengaruh terhadap partisipasi sosial dan ekonomi. Keberfungsian sosial pasien

skizofrenia merupakan bentuk partisipasi sosial dan ekonomi adalah salah satu

tolok ukur dalam keberhasilan terapi. Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap

masalah skizofrenia menunjukkan bahwa gangguan dan hendaya pada

kerberfungsian sosial berdampak pada penurunan kualitas hidup.

Kualitas hidup adalah gabungan berbagai aspek kehidupan yang terdiri

dari kesehatan jasmani, kesehatan mental, derajat optimisme, serta kemampuan

dalam berperan aktif dan menikmati aktivitas sosial sehari-hari yang berhubungan
96

dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial dan hobi. Aspek

yang paling penting dari kualitas hidup adalah perasaan dan fungsi hidup sehari-

hari pasien, sehingga kebutuhan pasien dapat dilihat secara subyektif dari kualitas

hidup mereka.

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan atau pemikiran sementara yang masih perlu

diuji kebenarannya untuk menjawab permasalahan yang diajukan di dalam

penelitian. Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan

berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian di

bidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Faktor sosial ekonomi berpengaruh positif terhadap kondisi kejiwaan pada

penderita gangguan jiwa (skizofrenia).

2. Faktor sosial ekonomi berpengaruh positif terhadap pengobatan pada

penderita gangguan jiwa (skizofrenia).

3. Faktor sosial ekonomi berpengaruh positif terhadap kualitas hidup pada

penderita gangguan jiwa (skizofrenia).

4. Pengobatan berpengaruh positif terhadap kondisi kejiwaan pada penderita

gangguan jiwa (skizofrenia).

5. Pendampingan pengaruh positif terhadap pegobatan pada penderita gangguan

jiwa (skizofrenia).

6. Pendampingan pengaruh positif terhadap kondisi kejiwaan pada penderita

gangguan jiwa (skizofrenia).

7. Pendampingan pengaruh positif terhadap partisipasi sosial dan ekonomi pada

penderita gangguan jiwa (skizofrenia).


97

8. Kondisi kejiwaan berpengaruh positif terhadap partisipasi sosial dan ekonomi

pada penderita gangguan jiwa (skizofrenia).

9. Kondisi kejiwaan berpengaruh positif terhadap kualitas hidup pada penderita

gangguan jiwa (skizofrenia).

10. Partisipasi sosial dan ekonomi pengaruh positif terhadap kualitas hidup pada

penderita gangguan jiwa (skizofrenia).

11. Faktor sosial ekonomi berpengaruh secara tidak langsung terhadap kondisi

kejiwaan melalui pengobatan.

12. Faktor sosial ekonomi berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas

hidup melalui kondisi kejiwaan.

13. Pendampingan pengaruh secara tidak langsung terhadap kondisi kejiwaan

melalui pengobatan.

14. Pendampingan pengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas hidup

melalui partisipasi sosial dan ekonomi.

15. Kondisi kejiwaan berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas hidup

melalui partisipasi sosial ekonomi.

Você também pode gostar