Você está na página 1de 12

FILLER BUBUK LIMBAH BOTOL PLASTIK

PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS

ANDI MAAL
P.0800.311.423

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

0
FILLER BUBUK LIMBAH BOTOL PLASTIK
PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS
Andi Maal1, Muh. Saleh Pallu2, Nur Ali3, Isran Ramli4
1
Mahasiswa Program S3 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
081342597988. Email; andimaal11@gmail.com
2
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Telp. 0811-879100
3
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Telp. 0811-879100
4
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Telp. 0811-879100

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan sifat-sifat campuran beraspal
panas yang menggunakan filler bubuk limbah botol plastik sebagai bahan subsitusi
filler Portland Cement.
Penelitian diawali dengan membuat campuran beraspal panas jenis AC-WC dengan
bahan filler portland cement. Selanjutnya dibuat campuran kedua, ketiga, keempat,
dan kelima dengan komposisi agregat dan kadar aspal yang sama dengan campuran
pertama, kecuali filler portland semen disubsitusi dengan filler bubuk limbah botol
plastik sebanyak 25 %,50 %, 75 % dan 100 % terhadap berat filler portland cement.
Keseluruhan sampel briket aspal diuji untuk mendapatkan nilai VIM, VMA, VFB,
Stabilitas Marshall,dan Flow. Selanjutnya dilakukan analisis pada aspek kekuatan,
kelenturan, kekakuan dan keawetan campuran beraspal panas.
Hasil penelitian diperoleh bahwa dengan subsitutsi bubuk limbah botol plastik sebagai
filler maka kekuatan campuran yang dinyatakan sebagai stabilitas marshall sangat
tinggi, fleksibilitas campuran yang dinyatakan sebagai nilai marshall flow tidak
banyak berubah, kekakuan campuran yang dinyatakan sebagai marshall quotation
sangat besar, nilai rongga didalam campuran (VMA) rendah, dan nilai rongga yang
terisi bitumen (VFB) meningkat sejalan dengan peningkatan subsitusi filler bubuk
limbah botol plastik terhadap filler portland cement.

Kata Kunci : Campuran beraspal panas, filler, limbah plastik, AC-WC.

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan lalu lintas dan semakin meningkatnya beban
kendaraan, maka diperlukan pula peningkatan kualitas dan ketahanan konstruksi
perkerasan jalan. Ketahanan konstruksi perkerasan jalan fleksibel sangat ditentukan
oleh kualitas aspal yang digunakan sebagai bahan perekat agregat batuan. Salah satu
usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas aspal adalah usaha
meningkatkan titik leleh aspal dengan cara mencampur aspal dengan plastik mutu
rendah jenis polietilen.
Kota Vancouver di negara Canada menjadi kota pertama membangun jalan yang
memanfaatkan aspal plastik. Pemerintah dan warga kota ini ingin menjadikan tahun
2020 menjadi kota yang menghargai lingkungan dengan mengurangi tingkat polusi
lingkungan dengan melakukan pemanfaatan limbah plastik menjadi aspal plastik. Para
ahli di kota ini telah melakukan beberapa penelitian sejak tahun 2008 untuk

1
menghasilkan campuran yang dapat menerima beban saat dilindas roda mobil yang
berlalu lalang diatasnya
Dari hasil penelitian yang dilakukan [6], disimpulkan bahwa hasil pengujian marshall
terhadap campuran beraspal panas yang mengandung plastic menunjukkan bahwa
penambahan kadar plastic sampai dengan 3 % pada aspal meningkatkan stabilitas, berat
isi, kepadatan aggregate yang dipadatkan (CAD) dan Marshall Quotient campuran
HRA. Selanjutnya disebutkan bahwa secara umum penelitiannya menunjukkan
penambahan kadar plastic 2 % - 3 % pada aspal memberikan pengaruh yang baik
terhadap karakteristik campuran. Selanjutnya oleh [19] disimpulkan antara lain bahwa
substitusi plastic terhadap aspal penetrasi 60/70 dapat menghemat
penggunaan/pemakaian aspal sebesar 2,5 % terhadap berat aspal yang digunakan dalam
campuran beraspal panas AC-WC, dan ditambahkan pula bahwa penambahan plastic
meningkatkan nilai stabilitas dan nilai VFB, menurunkan nilai flow, menurunkan nilai
VIM dan nilai VMA.
Dalam kajian [10] mengenai Karakteristik Aspal sebagai bahan pengikat yang
ditambahkan plastik polyvinyl chloride (PVC) disimpulkan bahwa penambahan serbuk
PVC kedalam aspal antara 2 % sampai 8 % cenderung menurunkan nilai daktilitas
aspal yang berarti aspal menjadi lebih kaku. Sifat ini akan cenderung menyebabkan
nilai kelelehan campuran aspal akan menurun (campuran aspal akan lebih kaku) tetapi
cenderung mempunyai stabilitas yang lebih tinggi. Demikian pula, [15] pada Studi sifat
reologi aspal pen rendah dan tinggi yang dimodifikasi limbah tas plastic (HDPE)
menyebutkan bahwa kualitas aspal yang dimodifikasi dengan plastic menghasilkan sifat
yang lebih baik dibandingkan aspal murni. Selanjutnya oleh [5] disebutkan bahwa suhu
pemadatan yang optimum untuk campuran beraspal panas dengan menggunakan
modifikasi bitumen limbah plastik adalah pada suhu 148 oC.
Campuran beraspal panas atau aspal beton (asphalt concrete) merupakan bahan
perkerasan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler, dan aspal penetrasi
rendah serta bahan additive anti striping. Persyaratan material telah diatur dalam [8].
Berdasarkan komposisi material, ukurannya agegat dan syarat mutu yang ditentukan
maka campuran beraspal panas (AC) dibedakan atas AC-WC, AC-BC, dan AC-BASE.
Berdasarkan kajian-kajian tersebut diatas maka dapat dipahami bahwa penambahan
plastik dengan persentase tertentu terhadap aspal pada campuran beraspal panas dapat
meningkatkan kinerjanya. Dari uraian tersebut, maka peneliti akan mengkaji bagaimana
sifat-sifat campuran beraspal panas yang menggunakan bubuk limbah botol plastik
sebagai bahan filler yang ditinjau dari aspek kekuatan, kelenturan, kekakuan, dan
keawetan.

2. LANDASAN TEORI
A. Campuran beraspal panas Panas
Campuran beraspal panas panas merupakan produk hasil pencampuran antara agregat
kasar, agregat halus, filler, dan aspal keras serta bahan additive anti striping pada suhu
tertentu kemudian dihampar dan digilas pada suhu tertentu pula. Persentase dari
komposisi bahan pembentuknya harus dihitung dan kualitas bahan harus memenuhi
persyaratan tertentu sehingga campuran yang diperoleh memenuhi syarat kinerja
sebagai bahan perkerasan, yaitu bernilai struktural, workabilitas yang baik, durabilitas
tinggi, dan ekonomis.
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dengan agregat, dan yang paling umum
adalah campuran beraspal panas (Asphaltic Concrete/AC) dan campuran Hot Rolled

2
Asphalt (HRA). Perbedaan mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi
agregat pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus
(continous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan agregat bergradasi
senjang (gap graded).
B. Aspal
Aspal sebagai suatu bahan/material yang bersifat viskos atau padat, berwarna hitam atau
coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesive), mengandung bagian-bagian utama yaitu
hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau kejadian alami (aspal hitam) dan
terlarut dalam karbondisulfida. [13]
C. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan di atas saringan 2,36 mm (No.8),
menurut saringan ASTM. Agregat kasar ini menjadikan perkerasan lebih stabil dan
mempunyai skid resistance (tahanan terhadap selip) yang tinggi sehingga lebih
menjamin keamanan berkendara.

D. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat hasil pemecah batu yang mempunyai sifat lolos saringan
No.8 (2,36 mm) tertahan saringan No.200 (0,075 mm).
Fungsi utama agregat halus adalah untuk menyediakan stabilitas dan mengurangi
deformasi permanen dari perkerasan melalui keadaan saling mengunci (interlocking)
dan gesekan antar butiran.
E. Filler
Bahan pengisi dapat terdiri atas debu batu kapur, debu dolomite, semen Portland, abu
terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya.
Bahan pengisi yang merupakan mikro agregat ini harus lolos saringan No. 200
(0,075 mm).
Fungsi bahan pengisi adalah untuk meningkatkan kekentalan bahan bitumen dan untuk
mengurangi sifat rentan terhadap temperatur.
F. Plastik
1) Definisi dan Jenis-Jenis Plastik
Plastik adalah material sintetik buatan manusia yang mudah dibentuk dan dicetak (John
Farndon, 2010). Sebagian besar plastik adalah polimer sehingga struktur molekul
polimer menentukan karakteristik suatu plastik.
2) Plastik Sebagai Bahan Filler Campuran Aspal
[2] melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan Low Density
Polyethylene (LDPE) terhadap perkerasan lentur. Dari hasil penelitian didapatkan hasil
bahwa komposisi LDPE optimum yang digunakan sebesar 6% dan menghasilkan
stabilitas sebesar 11,7 KN meningkat sebesar 57,89% dibandingkan dengan benda uji
yang tidak menggunakan LDPE (7,41 KN).
Penambahan Polypropylene (PP) memberikan tambahan kekuatan atau ketahanan
(stabilitas) perkerasan jalan sebesar 46,7% pada penambahan sebesar 5% (10,876 KN)
dibandingkan perkerasan jalan tanpa PP yang memiliki ketahanan/stabilitas sebesar
7,412 KN [3]. Terjadi peningkatan angka stabilitas sebesar 58% pada penambahan serat
polypropylene sebesar 0,3%, yakni dari 1541 kg menjadi 2108 kg.[18]
Menurut [11], menjelaskan bahwa penambahan plastik kedalam campuran dapat
meningkatkan performa campuran secara signifikan. Dalam penelitiannya, stabilitas

3
marshall berada dalam keadaan maksimum pada campuran yang menggunakan sampah
plastik sebanyak 12% dari berat aspal.
Pada analisis yang dilakukan [7] mengenai penggunaan Polypthylene
Terepthalate (PET) sebagai bahan tambah pada campuran AC-BC, hasilnya
menunjukkan bahwa seiring dengan meningkatnya kadar PET maka akan
meningkatkan stabilitas, VMA, VFA, flow, MQ dan menurunkan VIM.
[4] melakukan penelitian mendaur ulang limbah plastik jenis Polyethylene dan
Polypropylene sebagai bahan campuran perkerasan jalan. Hasilnya mampu
meningkatakan kinerja Marshall dan penggunaannya dapat menjadi suatu alternatif
yang layak dalam campuran beraspal.
Dalam mempertimbangkan aspek ekonomi dan lingkungan, [14] melakukan
penelitian penggunaan botol plastik pada campuran beraspal panas. Hasilnya
menunjukkan, pada campuran beraspal yang dimodifikasi menggunakan polimer (PET)
kadar plastik optimum yang digunakan mencapai 16,7% dari berat total aggregat dan
filler. Karakteristik marshall juga memperlihatkan peningkatan yang baik sehingga
sampah botol plastik (PET) dianjurkan untuk digunakan pada campuran beraspal panas.
Penggunaan limbah tas plastik jenis LDPE kedalam campuran beraspal juga telah
dilakukan oleh [9] di mana hasil penelitiannya menunjukkan kadar plastik optimum
untuk aspal yang di modifikasi dengan LDPE adalah 9% dari kadar aspal optimum dan
campuran beraspal yang dimodifikasi tersebut memiliki nilai stabilitas 24% lebih tinggi
dibandingkan campuran beraspal konvensional.

3. METODE PENELITIAN

1) Rancangan Campuran
Rancangan campuran beraspal panas pada penelitian ini menggunakan metode dengan
terlebih dahulu menetapkan gradasi agregat dan filler dengan acuan gradasi standar
untuk campuran jenis AC-WC, selanjutnya dihitung kadar aspal perkiraan menggunakan
rumus sebagai berikut :

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + konstanta ……. (1)


Dimana :
CA = Coarse Agregat (Agregat Kasar)
FA = Fine Agregat (Agregat Halus)
FF = Fine Filler (Bahan Pengisi)
Nilai konstanta adalah 0.5 - 1 untuk AC

2) Benda Uji
Benda uji briket aspal dibuat dengan kadar aspal perkiraan dan dua variasi kadar aspal
dibawah dan dua variasi kadar aspal diatas kadar aspal perkiraan, dengan selang
masing-masing 0,5 %. Jumlah briket aspal yang dibuat masing-mmasing kadar aspal
adalah 10 buah.
3) Uji Sifat Campuran Beraspal Panas
Pengujian yang dilakukan meliputi perhitungan nilai Void in Mix (VIM), Void Mineral
Aggregat (VMA), Void Fill Bitumen (VFB), dan Pengujian Stabilitas Marshall dan
Flow.

4
4) Analisis Hasil
Analisis hasil pengujian dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada sifat-sifat
campuran beraspal panas yang menggunakan filler bubuk limbah botol plastik dalam
hal kekuatan, kelenturan, kekakuan dan keawetannya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


1) Rancangan Campuran
Berat agregat pada pada setiap fraksi untuk setiap sampel briket aspal yang dibuat
ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Berat agregat pada setiap fraksi

SPESIFIKASI BERAT
GRDASI PERSENTASE
BM 2010 AGREGAT
NOMOR AGREGAT AGREGAT
REV.3 PADA
SARINGAN GABUNGAN PADA
UNTUK AC- FRAKSI
(%) FRAKSI (%0
WC KASAR (GRAM)

19 (3/4") 100 100,00


5,00 60,00
12,7 (1/2") 90 - 100 95,00
14,00 168,00
9,5 (3/8") 72 - 90 81,00
19,50 234,00
No.4 54 - 69 61,50
15,45 185,40
No.8 39,1 - 53 46,05
8,00 96,00
No.16 31,6 - 40 38,05
11,50 138,00
No.30 23,1 - 30 26,55
7,80 93,60
No.50 15,5 - 22 18,75
6,75 81,00
No.100 9 - 15 12,00
5,00 60,00
No.200 4 - 10 7,00
7,00 84,00

J U M L AH 1200
Persentase Agregat Kasar (%) 53,95
Persentase Agregat Halus (%) 39,05
Persentase Filler (%) 7,00
Perkiraan Bitumen (Pb) 5,91
Variasi kandungan aspal pada briket sampel yang dibuat dimulai dari kandungan
aspal 4 %, 4,5 %, 5 %, 5,5 %, 6 %, 6,5 %, dan 7 % dari berat agregat 1200 gram.
2) Kekuatan Campuran

5
Kekuatan campuran beraspal panas dinyatakan sebagai nilai stabilitas (dalam
kilogram) yang menggambarkan ketahanan campuran terhadap deformasi permanen.
Dari hasil pengujian stabilitas menggunakan metode marshall diperoleh nilai-nilai
stabilitas seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1a Gambar 1b

Pada gambar 1a dapat dilihat bahwa nilai stabilitas maksimum pada campuran
beraspal panas menggunakan 100 % filler portland cement diperoleh sekitar 2800 kg
pada kadar aspal 5,85 %. Nilai stabilitas maksimum meningkat pada substitusi filler
bubuk limbah botol plastik terhadap filler portland cement 25 % dan 50 % menjadi
sekitar 3700 kg pada kadar aspal sekitar 5,0 % terhadap berat agregat, dan pada
subsitusi 75 % bahkan menjadi sekitar 4600 kg pada kadar aspal 5,85 % terhadap
berat kering agregat atau meningkat sebesar 64,3 %. Namun pada penggunaan 100 %
filler bubuk limbah botol plastik nilai stabilitas maksimum hanya sebesar 2600 Kg
pada kadar aspal 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya bubuk limbah
botol plastik sampai dengan 50 % terhadap berat filler PC pada campuran maka
kadar aspal optimum campuran dapat diturunkan sampai dengan 0,85 % terhadap
berat agregat.
Pada gambar 1b terlihat bahwa nilai stabilitas juga mengalami peningkatan sejalan
dengan meningkatnnya kadar filler bubuk limbah botol plastik pada campuran
beraspal panas dengan kadar aspal 4,5 %, 5 %, 5,5 % dan 6 %.
3) Kelenturan Campuran beraspal panas
Kelenturan atau Fleksibilitas campuran beraspal panas dinyatakan sebagai nilai
marshall flow (dalam mm) yang menunjukkan kemampuan campuran untuk
menerima defleksi dan momen tanpa timbul retakan. Dari hasil pengujian flow
menggunakan metode marshall diperoleh nilai-nilai stabilitas seperti ditunjukkan
pada gambar 2.

6
Gambar 2a Gambar 2b
Pada gambar 2a terlihat bahwa pada keseluruhan jenis campuran nilai flow
meningkat sejalan dengan penambahan kadar aspal pada campuran. Nilai flow rata-
rata tinggi pada campuran dengan kadar filler bubuk limbah botol plastik 25 % dan
75 % terhadap total berat filler pada campuran dibandingkan dengan flow campuran
dengan 100 % filler portland cement. Namun nilai flow pada campuran dengan 50 %
filler bubuk limbah botol plastik ditambah 50 % filler portland semen diperoleh nilai
yang lebih rendah. Pada gambar 2b, diperlihatan bahwa nilai flow tidak mengalami
perubahan yang besar pada campuran dengan kadar filler bubuk limbah botol plastik
yang divariasikan.
4) Kekakuan Campuran beraspal panas
Kekakuan campuran beraspal dinyatakan sebagai nilai Marshall Quotient
(kilogram/mm) yaitu pembagian antara nilai Stabilitas Marshall dengan Nilai Flow.

Gambar 3a Gambar 3b

Dari grafik gambar 3a dan 3b terlihat bahwa makin rendah kadar aspal campuran
maka makin tinggi nilai kekakuannya. Nilai kekakuan tertinggi pada campuran yang

7
menggunakan aspal 4,5 % dan 5 % yang disubstitusi filler bubuk limbah botol plastik
50 % terhadap berat filler PC. Nilai kekakuan merupakan indikator penting sebaik
apa kinerja suatu perkerasan dan suatu dasar untuk menganalisis respon perkerasan
terhadap beban lalu lintas. Semakin kaku campuran dan semakin tinggi regangan
tarik yang terjadi maka semakin kecil jumlah pengulangan beban yang diizinkan.
5) Keawetan Campuran
Keawetan atau durabilitas campuran ditunjukkan sebagai nilai VMA (Void in Mineral
Agregat) dan VFB (Void Fill Bitumen/Binder).

Gambar 4a Gambar 4b
Pada gambar 4b terlihat bahwa semakin besar persentase berat filler bubuk limbah
botol plastik yang disubsitusikan maka semakin kecil nilai VMA campuran. Hal ini
terjadi oleh karena berat isi filler bubuk limbah botol plastik jauh lebih kecil dari
pada berat isi filler PC, sehingga volume filler bubuk limbah botol plastik jauh lebih
besar dari pada volume filler PC pada berat filler yang sama. Semakin besar volume
filler tersebut maka akan semakin banyak rongga antara butiran agregat yang terisi
filler, sehingga persentase rongga antara butir agregat terhadap berat total campuran
akan semakin kecil.

Gambar 5a Gambar 5b

8
Pada gambar 5b terlihat bahwa nilai VFB meningkat sejalan dengan pengingkatan
kadar aspal pada campuran. Pada gambar 5b terlihat bahwa nilai VFB meningkat
pula sejalan dengan peningkatan persentase filler bubuk limbah botol plastik yang
disubsitusikan pada campuran. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian dari bubuk
limbah botol plastik tersebut tersubtitusi pula pada bitumen dan menjadi bagian dari
bitumen pada campuran beraspal panas.
5. KESIMPULAN
Penggunaan filler bubuk limbah botol plastik pada campuran beraspal panas
menghasilkan campuran dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Kekuatan campuran yang dinyatakan sebagai nilai stabilitas marshall campuran
beraspal panas yang disubsitusi dengan filler bubuk limbah botol plastik sampai
dengan 75 % berat filler portland cement meningkat lebih dari 60 % dari nilai
stabilitas marshall campuran beraspal panas yang menggunakan 100% filler
portland cement.
2. Kelenturan campuran yang dinyatakan sebagai nilai marshall flow pada campuran
beraspal panas yang disubsitusi dengan filler bubuk limbah botol plastik sampai
dengan 75 % berat filler portland cement tidak berubah signifikan dengan nilai
antara 2 mm sampai dengan 5 mm.
3. Kekakuan campuran yang dinyatakan sebagai Marshall Quotation diperoleh
sangat tinggi. Nilai kekakuan meningkat lebih dari 60 % dari nilai kekakuan
campuran beraspal panas yang menggunakan 100 % filler portland cement.
Tingginya nilai ini menunjukkan bahwa campuran akan lebih cepat mengalami
fatiq (kelelahan) akibat beban berulang.
4. Keawetan campuran yang ditunjukkan dengan nilai VMA menunjukkan bahwa
terjadi penurunan yang cukup besar pada nilai VMA sejalan dengan semakin
besarnya persentase berat filler bubuk limbah botol plastik yang disubsitusikan.
Hal ini terjadi oleh karena berat isi filler bubuk limbah botol plastik jauh lebih
kecil dari pada berat isi filler PC, sehingga volume filler bubuk limbah botol
plastik jauh lebih besar dari pada volume filler PC pada berat filler yang sama.
Semakin besar volume filler tersebut maka akan semakin banyak rongga antara
butiran agregat yang terisi filler, sehingga persentase rongga antara butir agregat
terhadap berat total campuran akan semakin kecil. Sementara itu nilai VFB
meningkat sejalan dengan peningkatan persentase filler bubuk limbah botol
plastik yang disubsitusikan pada campuran. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
dari bubuk limbah botol plastik tersebut tersubtitusi pula pada bitumen dan
menjadi bagian dari bitumen pada campuran beraspal panas.

9
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahda Safril, Faizal (2010), Studi Perbandingan Dampak Penggunaan Bahan
Limbah Abu Sekam Dan Plastik (Polimer) Pada Campuran Beton Aspal
dengan Menggunakan Metode Uji Marshall, Skripsi Teknik Sipil, Universitas
Bina Nusantara
[2] Al-Hadidy,A.I dan Qiu, T.Y., (2008), Effect of Polyethylene on Life Flexible
Pavements, Construction and Building Materials
[3] Al-Hadidy,A.I dan Qiu, T.Y., 2009, Mechanistic Approach for Polypropylene-
Modified Flexible Pavements, Construction and Building Materials,Vol. 30
[4] Angelone, Silvia, et al (2015), Green Pavements: Reuse of Plastic Waste in
Asphalt Mixture, Research Gate
[5] Aschuri Imam & Rizal Rahman (2011), Kajian Suhu Optimum Pada Proses
Pemadatan untuk Campuran Beraspal dengan Menggunakan Modifikasi
Bitumen Limbah Plastik, Makalah Desain dan Bahan Perkerasan, Universitas
Katolik Soegijapranata
[6] Asrar, Y. D., (2007), “Karakteristik Aspal Dengan Bahan Tambah Plastik dan
Kinerjanya Dalam Campuran HRA”, Departemen Civil and Engineering,
Medan.
[7] Arianti, dkk (2015), Analisis Pengaruh Penggunaan Polypthylene
Terephthalate (PET) terhadap Karakteristik Marshall sebagai Bahan Tambah
pada Campuran Laston AC-BC, Dinamika Jurnal Ilmiah Teknik Mesin,
Universitas Halu Oleo
[8] Ditjen Bina Marga. (2012), Spesifikasi Umum Pekerjaan Jalan 2010 Rev.
2012. Jakarta : Direktorat jenderal Bina marga. Kementerian Pekerjaan Umum.
[9] El-Saikaly, Mohammed Hatta (2013), Study of Possibility to Reuse Waste
Plastic Bags as a Modifier for Asphalt Mixtures Properties (Binder Course
Layer), Civil Engineering Thesis, The Islamic University of Gaza
[10] Mashuri (2009), ”Karakteristik Aspal sebagai bahan Pengikat yang
ditambahkan Plastik Polyvinil Chloride” Majalah Ilmiah Mektek Th. XI 2009
Universitas Tadukalo, Palu
[11] Rajput, Pratiksha Singh & R.K. Yadaf (2016), Use of Plastic Waste in
Bituminous Road Construction, International Journal of Science Technology
and Engineering – IJSTE Vol. 2
[12] Sabina, et al (2016), Performance Evaluation of Waste Plastic/Polymer
Modified Bituminous Concrete Mixes, Journal of Scientific and Industrial
Research, India
[13] Saodang Hamirhan (2005), Perencanaan Perkerasan Jalan Raya. Bandung
[14] Sojobi, Adebayo Olatunbosu, et al (2016), Recycling of Polypthylene
Terephthalate (PET) Plastic Bottle Wastes in Bituminous Asphalt Concrete,
Civil Engineering Research Article, Cogent Engineering
[15] Sugiri Yogi & Imam Aschuri (2010), Studi Sifat Reologi Aspal Pen Rendah
dan Tinggi Yang Dimodifikasi Limbah Tas Plastik, Makalah Desain dan Bahan
Perkerasan, Universitas Katolik Soegijapranata
[16] Sukirman S, (2003), “Beton Aspal Campuran Panas”, Granit, Jakarta
[17] Suroso, Tjitjik Warsiah (2008), Pengaruh Penambahan Plastik LDPE (Low
Density Poly Ethilen) Cara Basah dan Cara Kering Terhadap Kinerja
Campuran Beraspal. Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan, Bandung

10
[18] Tapkin, S., 2007, The Effect of Polypropylene Fibers on Asphalt Performance.
Building and Environment, Vol. 43, No. 6 : 1065- 1071
[19] Zulfani. Ar (2012), Studi Karakteristik Campuran beraspal panas (AC-WC)
terhadap pengaruh plastic sebagai bahan subtitusi aspal, Jurnal tugas akhir,
Fakultas Teknik Universitas Hassanudin Makasar

11

Você também pode gostar