Você está na página 1de 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan

sangat cepat di semua bidang. Kebutuhan akan informasi yang tepat, cepat, dan

akurat menjadi tuntutan di semua aspek kehidupan dalam era globalisasi.

Demikian pula dalam bidang kesehatan, penerapan sistem layanan kesehatan

berbasis elektronik telah menjadi program utama di semua negara maju. Seperti

yang diungkapkan Mong-Yuan Chang, bahwa setiap lembaga kesehatan di dunia

memprioritaskan untuk mengurangi beban kerja staf dan meningkatkan efesiensi

serta kualitas layanan dengan memanfaatkan teknologi informasi.1

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sistem

pelayanan konvensional yang selama ini diterapkan di instansi pemerintah

bergeser menjadi sistem pelayanan berbasis elektronik. Hal ini sejalan dengan

Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi pengembangan

e-goverment yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan

teknologi telematika untuk mempercepat proses demokrasi. Kebijakan tersebut

merupakan bukti keseriusan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan

melalui electronic goverment atau pemerintahan berbasis elektronik.2

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan

Kementerian Kesehatan sudah dimulai sejak dekade delapan puluhan. Pada masa

itu, Departemen Kesehatan RI melalui Pusat Data Kesehatan (PUSDAKES)


2

memanfaatkan teknologi informasi dengan sistem Electronic Data Processing

(EDP), namun hal ini baru diterapkan di tingkat pusat. Komitmen bersama antar

pemimpin birokrasi bidang kesehatan untuk mendayagunakan teknologi informasi

dan komunikasi, dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, baik di kabupaten

atau kota, provinsi, dan pusat, namun karena berbagai kendala dan hambatan

termasuk kurangnya dana dan tidak adanya perlindungan hukum, membuat sistem

informasi dan komunikasi kurang optimal.3

Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013, telah meluncurkan aplikasi

layanan kesehatan yang dikembangkan untuk memberikan pelayanan dasar

kepada masyarakat yang ditempatkan di tiap-tiap puskesmas diberi nama aplikasi

e-puskesmas. Aplikasi tersebut merupakan bagian dari modul aplikasi untuk

perancangan smart city yang dikembangkan pemerintah bekerjasama dengan PT.

Telkom. E-puskesmas merupakan pengembangan dari aplikasi terdahulunya yaitu

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) berbasis komputer yang

hanya menggunakan jaringan LAN.4

E-puskesmas merupakan sistem informasi manajemen puskesmas yang

berbasis website dan mobile, digunakan untuk membantu dalam manajemen

puskesmas sebagai lembaga kesehatan tingkat pertama di masyarakat, dari mulai

pendaftaran pasien, pelayanan poli, sampai dengan pelaporan ke tingkat Dinas

Kesehatan Kota atau Kabupaten dan Provinsi secara online. Aplikasi e-puskesmas

sudah terintegrasi dengan standar SIP (Sistem Informasi Puskesmas), Primary

Care BPJS Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Komunikasi

dan Informatika RI yang dikembangkan PT. Infokes Indonesia. Melalui HIE


3

(Health Information Exchange) yang mempermudah pemantauan data dan

pelayanan kesehatan menggunakan sarana teknologi informasi dan komunikasi

untuk menjalankan manajemen yang profesional.3

Melalui e-puskesmas, pencatatan dan pendataan pasien dilakukan secara

elektronik. Layanan aplikasi e-puskesmas juga semakin memudahkan Dinas

Kesehatan dalam memonitor data kesehatan masyarakat, karena setiap pencatatan

yang dilakukan puskesmas bisa langsung dipantau oleh Dinas Kesehatan terkait.

E-puskesmas sudah berjalan di 670 puskesmas, dan 25 Dinas Kesehatan di

seluruh Indonesia. Pada bulan Februari 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten dan

Kota Bogor telah terintegerasi dengan aplikasi e-puskesmas dengan mencangkup

102 puskesmas. E-puskesmas dapat digunakan pada pelayanan di pendaftaran,

rujukan pasien, poli umum, poli TB paru, poli gigi, poli anak, poli KIA, apotek

dan pembuatan laporan, seperti laporan bulanan terhadap semua jenis penyakit

berdasarkan klasifikasi umur dalam kurun waktu tertentu (LB1), laporan bulanan

terhadap pemakaian, penerimaan obat dalam kurun waktu tertentu (LPLPO),

laporan bulanan gizi dan imunisasi dalam kurun waktu tertentu (LB3), laporan

kegiatan pelayanan (LB4) serta seluruh program – program kerja puskesmas di

masyarakat.3

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui

wawancara dengan Kepala Puskesmas Karadenan, sebelum adanya e-puskesmas

pegawai di pelayanan pendaftaran menggunakan slip rekam medis untuk mengisi

biodata dan riwayat penyakit pasien, kemudian pegawai di poli akan memanggil

pasien untuk diperiksa menggunakan nomor antrian, selanjutnya pasien akan


4

menuju depo farmasi untuk mengambil obat dengan nomor antrian baru, pada

akhir pelayanan pegawai farmasi akan mencatat secara manual semua obat yang

masuk dan keluar dilaporan harian. Pada saat ini penerapan e-puskesmas masih

terkendala masalah jaringan internet, sehingga pegawai terhambat untuk

menginput data pelayanan, ditambah dengan sumber daya manusia yang terbatas

dan belum mendapat pelatihan khusus tentang penggunaan aplikasi e-puskesmas,

sehingga laporan harian dan laporan bulanan puskesmas sering terlambat, serta

Dinas Kesehatan yang masih meminta pelaporan data puskesmas memakai

prosedur lama secara manual.

E-puskesmas seharusnya menjadi solusi dalam pelayanan, namun setelah

adanya e-puskesmas, pegawai melakukan pekerjaan ganda seperti, pegawai di

pelayanan pendaftaran menggunakan slip rekam medis untuk mengisi biodata dan

riwayat penyakit pasien, kemudian menginput data ke e-puskesmas melalui

komputer atau gadget yang membutuhkan waktu tambahan dalam mengisi

formulir online pasien, selanjutnya pasien melakukan antrian di poli untuk

pemeriksaan medis. Pegawai yang bertugas menginput data pasien berbeda dan

akan menemui kendala baru seperti masalah jaringan internet atau bahkan mati

listrik, kemudian pegawai tetap mencatat laporan – laporan puskesmas secara

manual yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap bulan dan menginput data ke

e-puskesmas untuk mengisi laporan yang bisa dilihat langsung oleh Dinas

Kesehatan setiap harinya.3

Berdasarkan hasil penelitian Febrianti Wulandari tahun 2016 di Puskesmas

Batua Kota Makassar, menjelaskan bahwa penerapan e-puskesmas belum efektif.


5

Hal ini diukur berdasarkan indikator pengukuran efektifitas menurut Gibson,

dilihat dari indikator produksi, efisiensi, kepuasan, dan kelangsungan hidup,

dimana sumber daya teknis puskesmas sering mengalami gangguan jaringan saat

pengoperasian e-puskesmas serta sumber daya manusia (SDM) belum pernah

dilatih secara khusus.7

Dari uraian tersebut, pegawai yang melakukan pekerjaan ganda akan

mempengaruhi tingkat kinerja pegawai. Kinerja adalah hasil kerja seorang

pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu manajemen secara keseluruhan,

dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan

dapat diukur. Untuk mengetahui kinerja pegawai maka perlu dilakukan penilaian

kinerja. Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan

manajemen secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui

kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja pegawai.5

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian

dengan judul “Efektifitas Aplikasi E-Puskesmas Dalam Kinerja Pegawai di

Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana Efektifitas Aplikasi E-Puskesmas Dalam

Kinerja Pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016 ?”


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk dianalisis efektifitas aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai

di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui Penggunaan Aplikasi E-Puskesmas di Puskesmas

Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016.

b. Diketetahui Kinerja Pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten

Bogor Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran

bagi pegawai puskesmas demi meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan dalam mengelola program aplikasi e-puskesmas.

2. Bagi Pengguna

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi

Pemerintah, Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar lebih maksimal dalam

menerapkan dan mengembangkan aplikasi e-puskesmas.

3. Bagi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data

baru untuk pengembangan riset teknologi informasi dan komunikasi agar

ke depannya lebih banyak lagi aplikasi – aplikasi baru tentang manajemen


7

kesehatan demi memudahkan komunikasi dan sistem pendataan yang lebih

praktis.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Efektifitas Aplikasi E-

Puskesmas Terhadap Kinerja Pegawai. Responden pada penelitian ini adalah

pegawai Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan April 2017 di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor. Penelitian

ini menggunakan desain analitik deskriptif dengan pendekatan studi kasus

(case study).

F. Keaslian Penelitian

1. Hasil penelitian Febrianti Wulandari (2016) dengan judul “Efektifitas

Penerapan Layanan E-Puskesmas di Kota Makasar” menggunakan

pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengambilan sampel

menggunakan pengumpulan data hasil observasi dan wawancara dengan

20 responden yang berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Kesimpulan hasil penelitian bahwa penerapan layanan e-puskesmas di

Kota Makassar belum efektif.7

2. Hasil penelitian Retno Wulandari (2009) dengan judul “Analisis Kinerja

Sistem Informasi Manajement Puskesmas (SIMPUS) Berbasis Komputer

di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang” menggunakan

jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian

dipilih secara purposif sejumlah 15 orang staf teknis SIMPUS, diambil


8

pada masing-masing unit. Penelitian dilakukan dengan wawancara dan

observasi. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Analisis data

menggunakan metode analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

SIMPUS DKK Semarang mengalami kendala, yaitu kebutuhan informasi

yang terus berkembang, sehingga SIMPUS harus dikembangkan setiap

saat, tetapi pada kenyataannya pengembangan SIMPUS tidak bisa

dilakukan setiap saat. Persepsi semua staf teknis mengatakan SIMPUS

mudah digunakan. Sebagian besar staf teknis mengatakan SIMPUS telah

bermanfaat dalam pengelolaan data, tetapi sebagian kecil tidak

mengatakan SIMPUS bermanfaat karena DKK masih meminta pelaporan

data puskesmas memakai prosedur lama secara manual. Sebagian besar

sikap dan perilaku staf menunjukkan ingin tetap menggunakan SIMPUS,

dan hampir semua staf teknis menggunakan SIMPUS selama jam kerja,

namun infrastruktur banyak yang rusak. Disarankan bagi DKK untuk

melakukan pengembangan pelaporan informasi secara online, agar tidak

ada lagi pelaporan memakai prosedur lama secara manual dan

pengembangan SIMPUS secara berkala agar informasi yang dihasilkan

sesuai dengan kebutuhan informasi yang terus berkembang, serta

pembentukan tim teknologi informatika untuk mengatasi kerusakan

infrastruktur SIMPUS.8

3. Hasil penelitian Ahmad Irfan Fauzi (2010) dengan judul “Analisis Faktor

Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Puskesmas Kabupaten Jember”

menggunakan jenis penelitian analitik observasional, sedangkan rancangan


9

penelitian ini adalah cross sectional. Pengambilan sampel data ini adalah

proportional random sampling. Data yang diolah dan dianalisis dengan

menggunakan uji regresi logistik sederhana menggunakan analisis bivariat

(chi-square) dan uji regresi logistik berganda menggunakan analisis

multivariat dengan tingkat kemaknaan sebesar 5 % (α = 0,05). Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 5 variabel yang secara statistik

memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kinerja pegawai di

Puskesmas, yaitu umur (α=0,003, CI 95% 0,012-0,414); lama kerja

(α=0,038, CI 95% 1,120-47,162); motivasi (α=0,091, CI 95% 0,856-8,070)

kompensasi (α=0,072 CI 95% 0,903 10,927); dan desain pekerjaan

(α=0,030, CI 95% 0,058-0,868).9


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Efektifitas

1. Pengertian Efektifitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris effective artinya berhasil.

Sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Robbins mendefinisikan

efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai. Makin besar target yang dicapai,

maka semakin tinggi tingkat efektifitas. Konsep ini orientasinya lebih

tertuju pada pencapaian.14

Menurut Steers, umumnya efektifitas hanya dikaitkan dengan

tujuan manajemen, yaitu laba, yang cenderung mengabaikan aspek

terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu sumber daya manusia.

Konsep mengenai efektifitas manajemen didasarkan pada teori sistem dan

dimensi waktu. Berdasarkan teori sistem bahwa efektifitas manajemen

harus dapat menggambarkan seluruh siklus input proses dan output proses

juga harus mampu menggambarkan hubungan timbal balik yang harmonis

antara manajemen dengan lingkungan yang lebih luas. Sedangkan

berdasarkan dimensi waktu bahwa manajemen diartikan sebagai suatu

elemen dari sistem yang lebih besar (lingkungan) dengan melalui berbagai

waktu dalam mengambil sumber daya, terus memprosesnya, dan akhirnya

menjadi barang jadi yang akan dikembalikan kepada lingkungannya.14


11

2. Kriteria Efektifitas

Kriteria keberhasilan manajemen pada umunya, dapat diukur

dengan kriteria proses dan kriteria hasil, yaitu :

Tabel 2.1 Kriteria Proses dan Kriteria Hasil.

No Hal yang dinilai Kriteria proses Kriteria hasil

Kebutuhan sumber a. Persyaratan jenis dan Sumber daya yang


1
daya seharusnya jumlah sumber daya diadakan harus sesuai

dibatasi dan yang diperlukan dengan persyaratan

dikaitkan hanya ditentukan secara jelas. yang ditentukan

untuk kegiatan b. Kewajaran cara sebelumnya.

yang relevan penyediaan sumber

dengan pencapaian daya dinilai secara

tujuan yang objektif.

ditentukan. c. Kebutuhan sumber daya

ditelaah secara teratur.

d. Kebutuhan sumber daya

ditentukan sedemikian

rupa sehingga dapat

terpenuhi secara hemat.

e. Spesifikasi sumber daya

disesuaikan dengan

pekerjaan yang
12

membutuhkan sumber

daya tersebut.

f. Spesifikasi sumber daya

dinyatakan dengan jelas

untuk menjamin sumber

daya tersebut memenuhi

persyaratan pengguna.

g. Program pemeliharaan

dikaitkan dengan

kebutuhan pelayanan

yang diharapkan.

h. Pemilihan diantara

alternatif jenis sumber

daya didasarkan pada

analisis biaya dan

manfaat.

Sumber daya a. Diadakan analisis untuk Sumber daya diadakan


2
ditinjau dari mendapatkan pilihan dengan

kuantitas, kualitas, sumber daya yang memperhatikan

dan waktu yang memadai. kehematan pada

tepat. b. Proses pengadaan kuantitas, kualitas, dan

dimulai pada waktu waktu yang tepat.

yang tepat untuk


13

menjamin tersedianya

jumlah yang dibutuhkan

pada saat yang

diperlukan.

c. Tanggungjawab setiap

langkah dalam proses

kerja digambarkan

secara jelas.

Perbaikan dan a. Program pemeliharaan a) Biaya perbaikan


3
pemeliharaan dikaitkan dengan dan pemeliharaan

sarana harus hemat kebutuhan kerja. harus sesuai

b. Ditetapkan standar dengan standar

pelaksanaan dan biaya biaya dan standar

pemeliharaan. pelaksanaan yang

c. Diadakan analisis telah ditetapkan

kebutuhan fasilitas b) Keputusan

perbaikan dan alternatif

pemeliharaan. memperbaiki

sesuai dengan

analisis yang

memadai.27
14

3. Indikator Pengukuran Efektifitas

Kriteria efektifitas organisasi terdiri dari lima unsur, yaitu

produksi, efisiensi, kepuasan, keadaptasian dan kelangsungan hidup.

a. Produksi sebagai kriteria efektifitas mengacu pada ukuran hasil

manajemen. Ukuran kerja mencakup dokumen yang diproses, rekanan

yang dilayani, dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan secara langsung

dengan rekanan manajemen yang bersangkutan.

b. Efisiensi sebagai kriteria efektifitas mengacu pada ukuran penggunaan

sumberdaya oleh manajemen. Efisiensi adalah perbandingan antara

masukan dan keluaran. Efisiensi diukur berdasarkan rasio antara beban

kerja dengan waktu yang digunakan.

c. Kepuasan sebagai kriteria efektifitas mengacu kepada keberhasilan

manajemen dalam memenuhi kebutuhan karyawan anggotanya. Ukuran

kepuasan meliputi sikap karyawan, penggantian karyawan, absensi,

kelambanan, keluhan, kesejahteraan, dan sebagainya.

d. Keadaptasian sebagai kriteria efektifitas mengacu kepada tanggapan

manajemen terhadap perubahan eksternal dan internal. Perubahan-

perubahan eksternal seperti persaingan, keinginan pelanggan, kualitas

produk dan sebagainya, serta perubahan internal seperti

ketidakefisienan, ketidakpuasan, dan sebagainya merupakan adaptasi

terhadap lingkungan.
15

e. Kelangsungan hidup sebagai kriteria efektifitas mengacu kepada

tanggung jawab manajemen dalam memperbesar kapasitas dan

potensinya untuk berkembang.27

4. Mengukur Efektifitas

Mengukur efektifitas dapat dilakukan dengan cara membagikan

kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden. Pengukuran efektifitas dapat kita

sesuaikan dengan indikator efektifitas. Kriteria pengukuran efektifitas

menurut Agung Rai, yaitu:27

a. Efektif : dengan skor rata – rata >80

b. Tidak Efektif : dengan skor rata – rata <80

Pengukuran efektifitas menggunakan kuesioner dengan skala

Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban yang tegas, hanya

ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju. Dibuat dalam bentuk tabel

dengan daftar checklist. Untuk pernyataan positif menjawab diberikan skor

2 bila menjawab setuju dan 1 jika menjawab tidak setuju, sedangkan untuk

pernyataan negatif diberikan skor 1 bila menjawab setuju dan 2 jika

menjawab tidak setuju.

B. Puskesmas

Puskesmas atau pusat kesehatan masyakarat adalah Unit Pelaksana

Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan


16

masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan

upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesahatan yang

optimal. Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta

pusat pelayanan kesehatan strata pertama.10

Puskesmas adalah konsep dasar pelayanan kesehatan primer untuk

masyarakat, sesuai dengan definisinya yaitu pelaksana teknis Dinas

Kesehatan Kabupaten yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di wilayahnya, maka puskesmas merupakan

penanggung jawab upaya kesehatan tingkat pertama yang setiap saat dekat

dengan pelayanan kemasyarakatan. Puskesmas memiliki tujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi - tingginya bagi masyarakatnya.10

Dalam melaksanakan kewenangannya serta tugas pokok dan fungsinya

puskesmas, melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dasar yang memiliki

daya tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang meliputi

enam dasar utama yaitu (1) upaya promosi kesehatan, (2) upaya kesehatan

lingkungan, (3) upaya kesehatan ibu dan anak (KIA), dan keluarga berencana

(KB), (4) upaya pencegahan, (5) upaya pengobatan, (6) upaya rehabilitatif.

Selain itu ada upaya pelayanan tambahan untuk meningkatkan derajat


17

kesehatan dengan melibatkan masyarakat yang peduli terhadap program

kesehatan di puskesmas dan jaringannya.10

C. Aplikasi E – Puskesmas

1. Pengertian Aplikasi

Aplikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu application yang

artinya penerapan, pengolah, dan penggunaan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia aplikasi merupakan penggunaan dalam suatu komputer

berupa instruksi yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat

memproses input menjadi output. Secara istilah, aplikasi merupakan

subkelas perangkat lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan

komputer langsung untuk melakukan tugas yang diinginkan.11

Aplikasi merupakan program siap pakai yang dapat digunakan

untuk menjalankan perintah – perintah dari pengguna aplikasi tersebut

dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan tujuan

dan fungsi aplikasi tersebut, aplikasi mempunyai arti pemecahan masalah

yang menggunakan salah satu teknik pemrosesan data yang diinginkan.11

2. Pengukuran Aplikasi

Menurut Agarwal, aplikasi dapat diukur sebagai kesesuaian terhadap

kebutuhan performa dan fungsionalitas, standar pengembangan yang

terdokumentasi, serta karakteristik implisit dari sebuah perangkat lunak

yang dikembangkan secara professional. Pengukuran suatu program

aplikasi dapat diukur menggunakan Model ISO-9126, yaitu merupakan


18

suatu standarisasi pengukuran program aplikasi perangkat lunak antara

lain:

a. Functionality berhubungan dengan seberapa jauh sebuah perangkat

lunak dapat memenuhi kebutuhan penggunanya.

b. Reliability merupakan tingkat dimana perangkat lunak dapat tertahan

pada tingkatan ketika digunakan oleh pengguna pada kondisi yang

spesifik.

c. Usability berhubungan dengan seberapa baik perangkat lunak dapat

dipahami, dipelajari, dan digunakan.

d. Learnability menggambarkan tentang sebuah perangkat lunak dapat

dipelajari dengan baik oleh penggunanya.

e. Understandability berhubungan dengan seberapa jauh sebuah

perangkat lunak dapat dipahami oleh pengguna baik dari secara

konsep logis dan penerapan penggunaan perangkat lunak tersebut.

f. Efficiency berhubungan dengan efisiensi dari seberapa besar sumber

daya manusia yang digunakan oleh sebuah perangkat lunak.15

3. Pengertian E-puskesmas

E-puskesmas merupakan sistem informasi manajemen puskesmas

yang berbasis web based dan mobile, digunakan untuk membantu dalam

manajemen puskesmas sebagai lembaga kesehatan tingkat pertama di

masyarakat, dari mulai pendaftaran pasien, pelayanan poli, sampai dengan

pelaporan ke tingkat Dinas Kesehatan kota atau kabupaten dan provinsi

secara online, terintegrasi menggunakan standar SIP (Sistem Informasi


19

Puskesmas) Kementerian Kesehatan RI yang dikembangkan PT. Infokes

Indonesia melalui HIE (Health Information Exchange) Cloud Computing

yang mempermudah monitoring data dan pelayanan kesehatan

menggunakan sarana teknologi informasi dan komunikasi berbasis

paperless office untuk menjalankan manajemen yang profesional.4

Aplikasi tersebut merupakan bagian dari modul aplikasi untuk

perancangan program smart city atau kota pintar yang dikembangkan

pemerintah kerjasama dengan PT. Telkom dalam program e-government

sesuai dengan Instruksi Presiden RI No. 3 tahun 2003. E-puskesmas

diimplementasikan dengan sistem ganda yaitu offline atau online. E-

puskesmas merupakan sistem dinamis yang dapat menyesuaikan

kebutuhan dari penggguna. Aplikasi ini awalnya hanya dapat

diimplementasikan dengan bentuk stand alone computer (hanya satu unit

komputer dalam puskesmas) yang disebut sebagai sistem offline. Namun

sekarang sudah dalam bentuk jaringan agar data pelaporan dapat diterima

dengan cepat oleh Dinas Kesehatan melalui integerasi data dari server

lokal puskemas ke server pusat, implementasi ini disebut sistem online.12


20

Gambar 2.1 Portal Aplikasi E-puskesmas Kabupaten Bogor

Sumber : http://www.aplikasi-puskesmas.com/bogor/

Penyesuaian sistem dengan alur proses nyata pada puskesmas

diharapkan dapat memudahkan pengguna dalam mempelajari dan

memahami e-puskesmas. Sistem ini secara umum telah mengakomodasi

kebutuhan pendataan pada puskesmas (pendaftaran pasien, rekam medik,

daftar penyakit, rujukan, apotek), pengolahan transaksi keuangan, dan

pelaporan ke Dinas Kesehatan yang dapat dilakukan secara online. Fitur

ini merupakan solusi agar informasi dapat dikirimkan secara cepat dan

akurat, karena data yang dikirim dapat dipastikan sesuai dengan data yang

ada pada puskesmas.12


21

Gambar 2.2 Rekam Medik Pasien Rawat Inap

Sumber : http://www.aplikasi-puskesmas.com/bogor/

E-puskesmas sendiri menggunakan format laporan dari

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Untuk menghindari kerancuan

dalam format laporan puskesmas yang biasanya terjadi di puskesmas -

puskesmas daerah, sistem ini dirancang agar mempunyai standar format

laporan sehingga diharapkan data yang dilaporkan dapat terjamin

kualitasnya. Sekarang e-puskesmas sudah terhubung langsung dengan

server BPJS Kesehatan demi memudahkan pelayanan asuransi dan

rujukan pasien BPJS, e-puskesmas bisa langsung terhubung dengan server

BPJS pusat, sehingga memudahkan pegawai puskesmas mengakses data

pasien BPJS, kemudian terintegrasi juga dengan rumah sakit tingkat


22

pertama yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dimanapun

ketika akan melakukan rujukan.13

4. Fitur – Fitur E-puskesmas

E-puskesmas yang dibuat sebagai solusi modernisasi manajemen

proses dan pelayanan pada puskesmas mempunyai berbagai fitur sebagai

berikut:

a. E-puskesmas diimplementasikan dengan dual sistem offline dan sistem

online yang dapat menyesuaikan kebutuhan dari penggguna. Aplikasi

ini dapat diimplementasikan dengan hanya satu unit komputer dalam

puskesmas yang disebut sebagai sistem offline dan bisa

diimplementasikan dalam bentuk jaringan agar data pelaporan dapat

diterima dengan cepat oleh dinas kesehatan melalui sinkronisasi data

dari server lokal puskemas ke server pusat, implementasi ini disebut

sistem online.

b. Model alur sistem telah disesuaikan dengan alur manajemen di

puskesmas yang dapat memudahkan pengguna dalam mempelajari dan

memahami e-puskesmas. Sistem ini secara umum telah

mengakomodasi kebutuhan pendataan pada puskesmas (pendaftaran

pasien, rekam medik, daftar penyakit), pengolahan transaksi keuangan,

dan proses pelaporan yang dapat dilakukan secara online..

c. Pelaporan ke dinas kesehatan dapat dilakukan secara online, fitur ini

merupakan solusi agar informasi dapat dikirimkan secara cepat dan


23

akurat bahkan dihari yang sama, karena data yang dikirim dapat

dipastikan sesuai dengan data yang ada pada puskesmas.

d. Format laporan menggunakan standart format laporan dari Departemen

Kesehatan Republik Indonesia untuk menghindari kerancuan dalam

format laporan puskesmas yang biasanya terjadi dibeberapa puskesmas

daerah, sistem ini dirancang agar mempunyai standart format laporan

sehingga diharapkan data yang dilaporkan dapat terjamin kualitasnya.4

D. Pegawai Puskesmas

Kata pegawai dalam bahasa Indonesia berasal dari kata pe- dan gawai.

Pe adalah sebuah awalan yang menunjukan arti orang yang mengerjakan atau

orang yang memiliki pekerjaan seperti yang disebutkan oleh kata dasar gawai

yang berarti kerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pegawai adalah

orang yang bekerja pada pemerintah atau perusahaan dengan mendapatkan

imbalan atau gaji dan tunjangan. Widjaja berpendapat bahwa, pegawai

adalah tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran)

yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal

pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu 6

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pegawai merupakan modal

pokok dalam suatu manajemen, baik itu manajemen pemerintah maupun

manajemen swasta. Dikatakan bahwa pegawai merupakan modal pokok

dalam suatu manajemen karena berhasil tidaknya suatu manajemen dalam

mencapai tujuannya tergantung pada pegawai yang memimpin dalam

melaksanakan tugas - tugas yang ada dalam manajemen tersebut. Pegawai


24

yang telah memberikan tenaga maupun pikirannya dalam melaksanakan tugas

ataupun pekerjaan, baik itu manajemen pemerintah maupun manajemen

swasta akan mendapat imbalan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah

dikerjakan.5

Pegawai puskesmas adalah mereka yang bekerja sebagai tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan, dibawah naungan Kementrian

Kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung

berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah

pelayanan yang diselenggarakan, dan jumlah penduduk, karakteristik wilayah

kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan waktu

kerja. Jenis tenaga kesehatan yang dimaksud paling sedikit terdiri atas dokter

layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesahatan masyarakat,

tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, dan tenaga

gizi. Jenis tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan tata usaha,

administrasi, keuangan, sistem informasi dan kegiatan operasional lain

puskesmas.16

Menurut pasal 17 Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang puskesmas,

tenaga kesehatan harus bekerja sesuai standar profesi, standar pelayanan,

standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta

mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan

keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.17


25

E. Kinerja Pegawai Puskesmas

1. Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance

yang artinya prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang. Pengertian kinerja hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Jadi dengan demikian

kinerja adalah hasil yang sudah dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan

manajemen yang dilaksanakan secara legal, tidak melanggar hukum serta

sesuai dengan moral dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.5

Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan-persyaratan pekerjaan

tertentu yang akhirnya akan tercermin dari keluaran yang dihasilkan baik

jumlah maupun kualitasnya. Kinerja adalah hasil atau tingkat

keberhasilkan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di

dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,

seperti standar hasil kerja, target, sasaran atau kriteria yang telah

ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.18

Berdasarkan pengertian di atas bahwa hasil yang dicapai oleh

seorang pegawai menurut ukuran profesionalisme dalam pekerjaannya

diaplikasikan dalam perilaku, kecerdasan dan kemampuan sesuai dengan

peranan, kegiatan dan tugas yang telah ditentukan. Peningkatan kinerja

pegawai melalui kualitas teknologi informasi yang baik pada instansi

pemerintah akan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat


26

guna. Kinerja merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh manajemen

dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan masukan, keluaran,

hasil, pencapaian, maupun dampak. Hasil kerja yang dicapai oleh pegawai

suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu,

baik yang terkait dengan masukan, keluaran, hasil, pencapaian, maupun

dampak dapat mempermudah arah penataan manajemen. Adanya hasil

kerja yang dicapai oleh pegawai dengan penuh tanggung jawab akan

tercapai peningkatan kinerja yang baik dan efisien.19

2. Indikator Kinerja

Terdapat enam indikator untuk mengukur kinerja antara lain:

a. Kualitas pekerjaan merupakan nilai dimana proses atau hasil dari

ketelitian dalam melaksanakan pekerjaan kesempurnaan pekerjaan itu

sendiri.

b. Kuantitas pekerjaan merupakan jumlah pekejaan yang dihasilkan dan

ditandakan seperti nilai uang, jumlah barang, atau jumlah kegiatan

yang telah dikerjakan atau yang terlaksana.

c. Ketepatan waktu merupakan nilai dimana suatu pekerjaan dapat

dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, atau pada

waktu yang ditentukan.

d. Efektifitas biaya merupakan terkait dengan penggunaan sumber-

sumber manajemen dalam mendapatkan atau memperoleh hasil atau


27

pengurangan pemborosan dalam menggunakan sumber-sumber

manajemen.

e. Kebutuhan akan pengawasan merupakan dimana pegawai dapat

menyelesaikan pekerjaan atau fungsi-fungsi pekerjaan tanpa asistensi

pemimpin atau intervensi pengawasan pimpinan.

f. Kemampuan diri merupakan terkait dengan kemampuan individu

dalam meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik dan kerja

sama diantara sesama pekerja dan anak buah.20

Pendapat diatas dapat dipahami bahwa indikator-indikator kinerja

terdiri dari kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, ketepatan waktu,

efektifitas biaya, kebutuhan akan pengawasan dan kemampuan diri, ke

enam faktor tersebut memiliki kolerasi dan saling berinteraksi satu sama

lain. Secara umum dapat diartikan bahwa kriteria yang digunakan adalah

kualitas, kuantitas, waktu yang digunakan, jabatan yang dipegang, absensi

dan ketenangan dalam melaksanakan pekerjaan kriteria mana yang

digunakan adalah berbeda antara pekerjaan satu dengan yang lain, jadi

pengukuran kinerja tergantung pada jenis pekerjaan dan apa yang

dihasilkan oleh manajemen atau institusi yang berkepentingan.21

3. Mengukur Kinerja

Mengukur kinerja dapat dilakukan dengan cara membagikan

kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden. Pengukuran kinerja dapat kita sesuaikan


28

dengan indikator kinerja. Kriteria pengukuran kinerja menurut Hamzah &

Nina, yaitu:5

a. Sangat Baik: dengan skor 91 – 100

b. Baik: dengan skor 76 – 90

c. Cukup: dengan skor 61 – 75

d. Kurang: dengan skor 60 kebawah

Pengukuran kinerja pegawai menggunakan kuesioner dengan skala

Likert yaitu skala yang meminta responden untuk menentukan tingkat

persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu

dari pilihan yang tersedia. Terdapat empat interval, yaitu selalu, sering,

kadang – kadang dan tidak pernah. Dibuat dalam bentuk tabel dengan

daftar checklist. Untuk pernyataan positif menjawab selalu diberi skor 4,

menjawab sering diberi skor 3, menjawab kadang-kadang diberi skor 2,

menjawab tidak pernah diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif

menjawab selalu dengan nilai 1, menjawab sering dengan nilai 2,

menjawab kadang-kadang dengan nilai 3, menjawab tidak pernah dengan

nilai 4.
29

F. Kerangka Teori

Aplikasi E-puskesmas
a. Pengertian
Aplikasi
b. Pengertian Kinerja Pegawai
Elektronic a. Pengertian
Puskesmas Kinerja
c. Fitur - Fitur E- b. Kinerja
puskesmas Pegawai
c. Indikator
Kinerja
d. Penilaian
Pegawai Puskesmas Kinerja
a. Pengertian
Pegawai
b. Pengertian
Puskesmas

Keterangan:

: Diteliti `

: Tidak Diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Hamzah (2012)


30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian analitik deskriptif yang menggunakan pendekatan studi kasus,

yaitu penelitian yang dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk

diamati dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud

bisa berupa tunggal dan jamak, misalnya berupa individu atau kelompok. Di

sini perlu dilakukan analisis secara tajam terhadap berbagai faktor yang

terkait dengan kasus tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh kesimpulan

yang akurat.22

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian-

penelitian yang dilakukan.22

Variabel Independen Variabel Dependen

Efektifitas Aplikasi Kinerja

E-puskesmas Pegawai

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian.


31

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya. Dalam penelitian ini variabel

independennya adalah efektifitas aplikasi e-puskesmas.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini

variabel dependennya adalah kinerja pegawai.

3. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala

Operasional Ukur

Independen

1. Penggunaan Sistem informasi Kuesioner Kuesioner 1. Efektif Ordinal

aplikasi e- manajemen berisi 20 ≥12

puskesmas puskesmas pertanyaan 2. Tidak

berbasis web dengan efektif

based dan mobile. menggunaka <12

Digunakan untuk n skala

membantu Guttman,

pencatatan data Positif

puskesmas. Setuju
32

dengan nilai

Tidak setuju

dengan nilai

Negatif

Setuju

dengan nilai

Tidak setuju

dengan nilai

Dependen

2 Kinerja Perilaku Kuesioner Kuesioner 1. Baik Ordinal

pegawai seseorang dalam berisi 20 ≥50

hasil kerja pertanyaan 2. Tidak

tertentu setelah dengan Baik <50

memenuhi jumlah menggunaka

persyaratan. n skala

Likert,

Positif

S :4

SR : 3
33

KK : 2

TP : 1

Negatif

S:1

SR : 2

KK : 3

TP : 4

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua

variabel, variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk

menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan

yang harus dibuktikan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ha: Keefektifitasan aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai di

Puskesmas Karadenan tahun 2016 , jika ρ < α 0,05.

2. Ho: Ketidakefektifitasan aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai

di Puskesmas Karadenan tahun 2016, jika ρ > α 0,05.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti.24 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai puskesmas

di Puskesmas Karadenan tahun 2016 yang berjumlah 20 orang.


34

2. Sampel

Sampel adalah objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

total sampling. Alasan mengambil total sampling karena populasi

berjumlah 20 orang, maka semua populasi dijadikan sampel.22

F. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Karadenan Bogor.

Pertimbangan memilih tempat karena aplikasi e-puskesmas sudah diterapkan

di puskesmas ini sejak Februari 2016 dan belum ada penelitian tentang

aplikasi tersebut.

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2017.

H. Etika penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membagikan kuesioner kepada responden.

Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus

dipegang teguh yakni :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian

tersebut. Di samping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada


35

subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi

(berpartisipasi).

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for

privacy an confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang

berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.

Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai

identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti menggunakan coding

sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan

sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada


36

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subjek.

I. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner terdiri dari 40 pernyataan dengan 20 pernyataan

tentang efektifitas aplikasi e-puskesmas dan 20 pernyataan tentang kinerja

pegawai. Bentuk kuesioner berupa pilihan tertutup, artinya pernyataan

yang mengharapkan responden memilih salah satu alternatif jawaban dari

setiap pernyataan yang telah tersedia.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diawali dengan memberikan penjelasan tentang

maksud, dan tujuan penelitian kepada responden, setelah calon responden

mengerti tentang maksud dan tujuan penelitian, peneliti menanyakan

kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian. Jika calon

responden bersedia, maka ia diminta untuk menandatangi lembar

persetujuan. Setelah itu kuesioner dibagikan, responden diberi penjelasan

untuk mengerjakan kuesioner sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,

kemudian kuesioner dikumpulkan kembali setelah responden selesai

mengisi seluruh pernyataan.

a. Efektifitas aplikasi e-puskesmas

Kuesioner ini berisi pernyataan tertutup yang tela disusun untuk

mengukur efektifitas, dengan alternatif jawaban “S” dan “TS” jika


37

jawaban “Setuju” diberi nilai 1 dan jika jawaban “Tidak Setuju”

diberi nilai 0 untuk pertanyaan positif. Jawaban “S” dan “TS” jika

jawaban “Setuju” diberi nilai 0 dan jika jawaban “Tidak Setuju”

diberi nilai 1 untuk pertanyaan negatif.

Tabel 3.2
Kisi – Kisi Kuesioner Efektifitas Aplikasi E-Puskesmas
Butir Pernyataan Total
No Indikator
Positif (+) Negatif (-) Jumlah
1 Produksi 5,8,19 6 4
2 Efisiensi 9 4,7 3
3 Kepuasan 11,14,18 10,12,13 6
4 Keadaptasian 3,16,17 15 4
5 Kelangsungan hidup 1,20 2 3
Jumlah 12 8 20
Keterangan :

1) Untuk Pernyataan Positif

1 : untuk jawaban ”setuju”

0 : untuk jawaban ”tidak setuju”

2) Untuk Pernyataan Negatif

1 : untuk jawaban ”tidak setuju”

0 : untuk jawaban ” setuju” .16

Instrumen penelitian berupa kuisioner mengacu kepada salah

satu skala tertentu yaitu skala Guttman. Skala Guttman merupakan

skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban

yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan-pernyataan: ya dan tidak,

positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala
38

Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checlist dengan

interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah

nilainya 0.

b. Kinerja Pegawai

Kuesioner ini berisi pernyataan tertutup yang telah disusun

untuk mengukur kinerja, dilakukan dengan menggunakan Skala

Likert. Pernyataan positif diberi skor: selalu (S): 4, sering (SR): 3,

kadang-kadang (KK): 2, dan sangat tidak pernah (TP): 1. Pernyataan

negatif diberi skor: selalu (S): 1, sering (SR): 2, kadang-kadang (KK):

3, dan sangat tidak pernah (TP): 4. Setelah semua data terkumpul dari

hasil kuesioner responden dikelompokkan sesuai dengan sub variabel

yang diteliti. Kemudian untuk mengetahui kategori kinerja responden

dicari nilai mean dalam kelompok maka akan diperoleh, kinerja

responden baik, bila T responden ≥T mean (50,15) dan kinerja

responden tidak baik, bila T responden ≤T mean (50,15).

Tabel 3.3
Kisi – Kisi Kuesioner Kinerja Pegawai Puskesmas
Butir Pernyataan Total
No Indikator
Positif (+) Negatif (-) Jumlah
1 Kualitas Kerja 1 4 2
2 Kuantitas Kerja 2 6,7 3
3 Ketepatan Waktu 3,8,13,14 9,10,11,12 8
4 Efektifitas Biaya 20 15 2
5 Kebutuhan Pengawasan 18 16,17 3
6 Kemampuan Diri 5,19 2
39

Jumlah 10 10 20
Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan Skala Likert.

1) Pernyataan positif diberi skor:

Selalu (S ): 1

Sering (SR): 2

Kadang-kadang (KK): 3

Tidak pernah (TP): 4

2) Pernyataan negatif diberi skor:

Selalu (S ): 4

Sering (SR): 3

Kadang-kadang (KK): 2

Tidak pernah (TP): 1

Setelah semua data terkumpul dari hasil kuesioner responden

dikelompokkan sesuai dengan sub variabel yang diteliti. Jumlah jawaban

responden dari masing – masing pernyataan dijumlahkan dan dihitung

menggunakan skala likert.18

J. Metode Pengelolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan Data

Data yang telah diisi oleh responden dikumpulkan kemudian

dikoreksi apakah jawaban telah diisi semua. Bila telah terisi semua

selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan komputer, adapun

langkah-langkah berikut :

a. Editing
40

Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan suatu

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner yang kemungkinan ada kesalahan dalam kelengkapan,

kejelasan, dan konsisten jawaban.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Coding yang dilakukan pada penelitian ini yaitu: untuk variabel

independen yaitu efektifitas aplikasi e-puskesmas untuk kategori

positif diberikan skor 2 bila menjawab setuju dan 1 jika menjawab

tidak setuju, sedangkan untuk kategori negatif diberikan skor 1 bila

menjawab setuju dan 2 jika menjawab tidak setuju. Kemudian untuk

variabel dependen yaitu kinerja pegawai untuk kategori positif

menjawab selalu dengan nilai 4, menjawab sering dengan nilai 3,

menjawab kadang-kadang dengan nilai 2, menjawab tidak pernah

dengan nilai 1 sedangkan untuk kategori negatif menjawab selalu

dengan nilai 1, menjawab sering dengan nilai 2, menjawab kadang-

kadang dengan nilai 3, menjawab tidak pernah dengan nilai 4.

c. Memasukkan data atau processing.

Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk

“kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau


41

“software” komputer. Software komputer ini bermacam-macam,

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu

paket program yang paling sering digunakan untuk memasukan data

penelitian adalah paket program SPSS for Windows.

d. Tabulasi

Data yang telah diolah kemudian disusun kedalam bentuk

presentasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

kemudian data diolah untuk mengetahui apakah ada keefektifitasan

aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai di Puskesmas

Karadenan tahun 2016.

e. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan

dan sebagainya, kemudia dilakukan pembentulan atau koleksi. Cara

membersihkan data dapat diberikan contoh sebagai berikut:

1) Mengetahui missing data (data yang hilang)

Untuk mengetahui data yang hilang (missing) dapat

dilakukan dengan membuat distribusi frekuensi masing-masing

variabel.
42

2) Mengetahui variasi data

Dengan melihat variasi antara data dapat dideteksi apakah

data yang dimasukkan benar atau salah. Cara mendeteksi dengan

membuat distribusi measing-masing variabel.

3) Mengetahui konsistensi data

Cara untuk mengetahui ada tidaknya konsistensi data dapat

dilakukan dengan menghubungkan dua variabel.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Penelitian ini mengungkapkan uji

validitas korelasi pearson product moment. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui korelasi antar skor tiap butir pertanyaan. Pada kuesioner

efektifitas aplikasi e-puskesmas sebanyak 19 dari 20 pernyataan

didapatkan hasil uji validitas >0,444. Hal ini kuesioner dinyatakan valid

dan 1 butir tidak valid. Pada kuesioner kinerja pegawai sebanyak 19 dari

20 pernyataan didapatkan hasil uji validitas >0,444, dengan ini

kuesioner dinyatakan valid dan 1 butir pernyataan yang tidak valid, tidak

dipakai karena pernyataan tersebut sudah mewakili pernyataan lain.


43

Tabel 3.4

Uji validitas Efektifitas Aplikasi E-Puskesmas

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Squared Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
1 11.9333 47.781 .694 . .953
2 12.0667 46.924 .748 . .952
3 11.8667 48.124 .711 . .953
4 12.0000 47.429 .701 . .953
5 12.1333 46.838 .746 . .952
6 12.0667 47.210 .705 . .953
7 11.8667 50.124 .356 . .957
8 12.0000 46.429 .859 . .951
9 12.0000 47.429 .701 . .953
10 12.0000 46.429 .859 . .951
11 12.0000 47.571 .679 . .953
12 12.0667 47.210 .705 . .953
13 12.0667 46.352 .836 . .951
14 12.1333 46.838 .746 . .952
15 12.0667 47.638 .641 . .954
16 12.1333 47.695 .620 . .954
17 12.1333 47.695 .620 . .954
18 12.0000 48.286 .569 . .955
19 12.0667 47.638 .641 . .954
20 12.0667 46.067 .880 . .950

Tabel 3.5

Uji Validitas Kinerja Pegawai

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Squared Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
44

1 11.1333 45.695 .682 . .955


2 11.2667 44.781 .749 . .954
3 11.0667 45.924 .718 . .955
4 11.2000 45.314 .696 . .955
5 11.3333 44.667 .752 . .954
6 11.2667 45.067 .705 . .955
8 11.2000 44.314 .858 . .953
9 11.2000 45.314 .696 . .955
10 11.2000 44.314 .858 . .953
11 11.2000 45.314 .696 . .955
12 11.2667 45.067 .705 . .955
13 11.2667 44.210 .839 . .953
14 11.3333 44.667 .752 . .954
15 11.2667 45.638 .617 . .956
16 11.3333 45.524 .622 . .956
17 11.3333 45.381 .643 . .956
18 11.2000 46.029 .583 . .957
19 11.2667 45.495 .639 . .956
20 11.2667 44.067 .862 . .953

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal-soal

tersebut reabel atau tidak. Dalam penelitian ini akan di lakukan di

Puskesmas Cimandala karena di dalam wilayah ini memiliki

karakteristik yang sama dengan tempat penelitian, jumlah responden

yang akan digunakan untuk uji validitas adalah 15 orang responden.24

3. Analisa Data

Analisa data merupakan proses penyederhanaan data kedalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan interprestasikan dengan

menggunakan staitstik, kemudian diberikan interprestasikan dengan


45

membandingkan hasil penelitian dengan teori yang ada.25 Analisis data

yang dilakukan menggunakan dua cara yaitu:

a. Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Peneliti

mengambil variabel independen yaitu efektifitas aplikasi e-puskesmas

dan variabel dependen yaitu kinerja pegawai di Puskesmas

Karadenan.

1) Untuk variabel efektifitas aplikasi e-puskesmas digunakan

pernyataan tertutup dengan dua pilihan jawaban yaitu:

a) Untuk Pernyataan Positif

1 : untuk jawaban ”setuju”

0 : untuk jawaban ”tidak setuju”

b) Untuk Pernyataan Negatif

1 : untuk jawaban ”tidak setuju”

0 : untuk jawaban ” setuju”

Kategori untuk efektifitas:

1. Kategori Efektif ≥12

2. Kategori Tidak efektif <12

2) Untuk Variabel kinerja pegawai digunakan pernyataan tertutup

dengan empat pilihan jawaban yaitu:

a). Pernyataan positif diberi skor:

Selalu (S ): 1
46

Sering (SR): 2

Kadang-kadang (KK): 3

Tidak pernah (TP): 4

b) Pernyataan negatif diberi skor:

Selalu (S ): 4

Sering (SR): 3

Kadang-kadang (KK): 2

Tidak pernah (TP): 1

Kategori untuk kinerja:

1. Kategori Baik ≥50

2. Kategori Tidak Baik <50

b. Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Peneliti ingin

mengetahui keefektifitasan aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja

pegawai.

Variabel yang digunakan adalah analisis Chi-square dengan

tingkat kemaknaan α= 0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis Chi-

square dengan menggunakan SPSS yaitu nilai ρ, kemudian

dibandingkan dengan α= 0,05 maka ada pengaruh atau tidak antara

dua variabel tersebut.


47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penatalaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai dengan

bulan Mei 2016 dan pengambilan data responden pada tanggal 27 April

2016. Dalam pelaksanaan pengumpulan data peneliti dibantu satu orang

yang diberi penjelasan terlebih dahulu tentang cara pengisian kuesioner.

Jumlah responden sebanyak 20 responden. Hasil penelitian ini dianalisis

secara univariat dan bivariat. Analisis univariat disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi, yakni untuk mengetahui efektifitas aplikasi e-

puskesmas terhadap kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten

Bogor tahun 2016. Selanjutnya akan dianalisis bivariat guna mengetahui

efektifitas aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai di Puskesmas

Karadenan Kabupaten Bogor tahun 2016.

2. Hasil Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Karadenan dengan jumlah responden 20 orang. Berikut ini gambaran

responden berdasarkan kuesioner yang telah disebar mengenai efektifitas

aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan

Kabupaten Bogor tahun 2016. Hasil penelitian ini dilakukan dengan hasil

analisis univariat sebagai berikut :


48

a. Efektifitas Aplikasi E-puskesmas

Untuk mengidentikasi distribusi frekuensi efektifitas e-puskesmas

yang didapatkan dari 20 responden dengan 19 pernyataan mengenai

aplikasi e-puskesmas didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Efektifitas Aplikasi E-Puskesmas di
Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016

Efektifitas Frekuensi Persentase (%)

Efektif 8 40
Tidak Efektif 12 60
Total 20 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi

efektifitas aplikasi e-puskesmas di Puskesmas Karadenan Kabupaten

Bogor Tahun 2016, didapatkan hasil dari 20 responden, sebagian besar

sebanyak 12 responden (60%) menyatakan penggunaan aplikasi tidak

efektif.

b. Kinerja Pegawai Puskesmas Karadenan

Untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi responden kinerja

pegawai Puskesmas Karadenan yang didapatkan dari 20 responden

dengan 19 pernyataan, didapatkan hasil sebagai berikut:


49

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kinerja Pegawai di Puskesmas
Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016

Kinerja Frekuensi Persentase (%)

Baik 9 45
Tidak Baik 11 55
Total 20 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi

kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016,

didapatkan hasil dari 20 responden, sebagian besar sebanyak 11 responden

(55%) memiliki kinerja yang tidak baik.

3. Hasil Analisis Bivariat


Analisis bivariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui

efektifitas aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai Puskesmas

Karadenan. Hasil analisis bivariat akan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Efektifitas Aplikasi E-Puskesmas
Terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas
Karadenan Kabupaten
Bogor Tahun 2016

Efektifitas Kinerja
Total P
Aplikasi E- Baik Tidak Baik OR
value
Puskesmas N %
N % N %
Efektif 6 30 2 10 8 40
Tidak
3 15 9 45 12 60 0,028 9,0
Efektif
Total 9 45 11 55 20 100
50

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi

efektifitas aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai di Puskesmas

Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016, didapatkan hasil dari 20

responden, menunjukan sebagian besar pengguna aplikasi e-puskesmas

tidak efektif, dengan kinerja tidak baik sebanyak 9 responden (45%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p

value= 0,028, sehingga p value= <0,05, artinya hipotesis alternatif

diterima, sehingga terdapat keefektifitasan aplikasi e-puskesmas terhadap

kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor 2016. Pada

OR didapatkan hasil 9,0. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan

aplikasi e-puskesmas tidak efektif, memiliki peluang 9,0 atau 9 kali lebih

besar terhadap kinerja pegawai yang tidak baik.

B. Pembahasan

Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti

melakukan penelitian kemudian membandingkan antara teori dengan hasil

penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang efektifitas aplikasi e-

puskesmas terhadap kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten

Bogor Tahun 2016.

1. Interpretasi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Karadenan dengan jumlah

sampel sebanyak 20 responden. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektifitas aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja

pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor tahun 2016.


51

Pembahasan hasil penelitian diuraikan satu persatu dimulai dari

variabel independennya yaitu efektifitas aplikasi e-puskesmas dan variabel

dependennya yaitu kinerja pegawai Puskesmas Karadenan Kabupaten

Bogor sebagai berikut:

a. Efektifitas Aplikasi E-Puskesmas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

efektifitas aplikasi e-puskesmas di Puskesmas Karadenan Kabupaten

Bogor Tahun 2016, didapatkan hasil dari 20 responden, sebagian besar

sebanyak 12 responden (60%) menyatakan penggunaan aplikasi tidak

efektif.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Febrianti Wulandari

(2016) dengan judul “Efektifitas Penerapan Layanan E-Puskesmas di

Kota Makasar,” Pengambilan sampel menggunakan pengumpulan data

wawancara dengan 20 responden yang berisi jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan penelitian. Hasil penelitian bahwa sebagian besar sebanyak

15 responden menyatakan penerapan layanan e-puskesmas di

Puskesmas Batua Kota Makassar belum efektif.

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target (kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai. Makin besar target

yang dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektifitas. Faktor

efektifitas didasarkan pada dimensi waktu, bahwa manajemen diartikan

sebagai suatu elemen dari sistem yang lebih besar (lingkungan) dengan

melalui berbagai waktu dalam mengambil sumber daya, terus


52

memprosesnya, dan akhirnya menjadi barang jadi yang akan

dikembalikan kepada lingkungannya. Kriteria efektifitas waktu diukur

berdasarkan rasio antara beban kerja dengan waktu yang digunakan.27

Dari beberapa hasil penelitian dan teori diatas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat keselarasan dengan hasil penelitian yang

didapatkan dari 20 responden, sebagian besar sebanyak 12 responden

(60%) menyatakan penggunaan aplikasi tidak efektif.. Hal ini

dikarenakan beban kerja dan waktu yang digunakan responden

bertambah untuk melakukan input data ke aplikasi e-puskesmas,

terlebih lagi reponden tetap harus melakukan pencatatan manual, maka

dari itu bertambahnya beban kerja dan waktu yang digunakan akan

menurunkan efektifitas.

b. Kinerja Pegawai Puskesmas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi kinerja

pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016,

didapatkan hasil dari 20 responden, sebagian besar sebanyak 11

responden (55%) memiliki kinerja yang tidak baik.

Hasil penelitian didukung oleh penelitian Rizan Machmud (2013)

dengan judul “Peran Penerapan Sistem Informasi Manajemen Terhadap

Efektifitas Kinerja Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

(Lapastika) Bollangi Kabupaten Gowa.” Hasil penelitian dari 80

kuesioner yang sudah dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis

dengan menggunakan korelasi rank spearman, dari perhitungan


53

tersebut diperoleh nilai sebesar 0,27, yang berarti nilai tersebut berada

antara 0,26 – 0,50. Hal ini menunjukan bahwa hubungan Sistem

Informasi Manajemen (SIM) dan efektifitas kinerja pegawai,

menunjukan hubungan yang searah, artinya semakin buruk SIM yang

digunakan maka semakin rendah kinerja pegawai, begitu juga

sebaliknya.28

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Peningkatan kinerja

pegawai melalui kualitas teknologi informasi yang baik pada instansi

pemerintah akan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat

guna, serta adanya hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dengan penuh

tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang baik dan

efisien.19

Dari beberapa hasil penelitian dan teori diatas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat keselarasan dengan hasil penelitian yang

didapatkan dari 20 responden, sebagian besar sebanyak 11 responden

(55%) memiliki kinerja yang tidak baik. Hal ini menunjukan kualitas

teknologi informasi yang baik akan meningkatkan kinerja, maka ketika

teknologi informasi yang digunakan oleh responden malah membebani

pekerjaan, seperti harus melakukan input data dan melakukan

pencatatan manual tentu akan mengalami penurunan kinerja.


54

c. Efektifitas Aplikasi E-Puskesmas Terhadap Kinerja Pegawai Di

Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor 2016.

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Karadenan

Kabupaten Bogor dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi efektifitas

aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai di Puskesmas

Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016, didapatkan hasil dari 20

responden, menunjukan sebagian besar pengguna aplikasi e-puskesmas

tidak efektif, dengan kinerja tidak baik sebanyak 9 responden (45%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p

value= 0,028, sehingga p value= <0,05, artinya hipotesis alternatif

diterima, sehingga terdapat keefektifitasan aplikasi e-puskesmas

terhadap kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor

2016. Pada OR didapatkan hasil 9,0. Jadi dapat disimpulkan bahwa

penggunaan aplikasi e-puskesmas tidak efektif, memiliki peluang 9,0

atau 9 kali lebih besar terhadap kinerja pegawai yang tidak baik.

Hal ini didukung oleh penelitian Rizan Machmud (2013) dengan

judul “Peranan Penerapan Sistem Informasi Manajemen Terhadap

Efektivitas Kinerja Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

(Lapastika) Bollangi Kabupaten Gowa.” Hasil penelitian dari 80

kuesioner, kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan

korelasi rank spearman, dari perhitungan tersebut diperoleh nilai

sebesar 0,27, yang berarti nilai tersebut berada antara 0,26 – 0,50. Hal

ini menunjukan bahwa hubungan Sistem Informasi Manajemen (SIM)


55

dan efektifitas kinerja pegawai, menunjukan hubungan yang searah,

artinya semakin buruk SIM yang digunakan maka semakin rendah

kinerja pegawai, begitu juga sebaliknya.

Efektifitas harus dapat menggambarkan seluruh siklus input proses

dan output proses juga harus mampu menggambarkan hubungan timbal

balik yang harmonis antara manajemen dengan lingkungan yang lebih

luas. Efektifitas dapat ditinjau dari kuantitas, kualitas, dan waktu yang

tepat, faktor kualitas mencakup dokumen yang diproses, rekanan yang

dilayani, dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan secara langsung

dengan memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang.27.

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Peningkatan kinerja

pegawai melalui kualitas teknologi informasi yang baik pada instansi

pemerintah akan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat

guna, serta adanya hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dengan penuh

tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang baik dan

efisien.19

Dari beberapa hasil penelitian dan teori diatas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat keselarasan dengan hasil penelitian yang

didapatkan hasil dari 20 responden, menunjukan sebagian besar

pengguna aplikasi e-puskesmas tidak efektif, dengan kinerja tidak baik

sebanyak 9 responden (45%). Hal ini menunjukan ketika teknologi


56

informasi yang digunakan oleh responden malah menambah beban

kerja dan waktu penggunaan, seperti harus melakukan input data dan

melakukan pencatatan manual, tentu akan mengalami penurunan

kinerja. Pendapat peneliti didukung oleh teori faktor kualitas teknologi

informasi yang baik akan meningkatkan kinerja, begitu juga sebaliknya.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini memiliki berbagai

keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, keterbatasan-

keterbatasan tersebut antara lain :

1. Dalam melaksanakan penelitian ini, responden memiliki keterbatasan

waktu dalam pengambilan data.

2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu

terkadang jawaban yang diberikan oleh responden, tidak menunjukan

keadaan yang sesungguhnya.

3. Peneliti kesulitan mencari referensi dalam penyusunan skripsi ini

sehingga dalam hal ini peneliti menambah materi dan teori dengan

mencari referensi dari berbagai buku dan internet.

C. Implikasi

1. Bagi Pegawai Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan efektifitas aplikasi e-puskesmas

terhadap kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor.


57

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca dan referensi mata kuliah

keperawatan manajemen kesehatan khususnya yang berkaitan masalah

teknologi informasi dan komunikasi terutama tentang pentingnya

efektifitas aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja.

3. Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya

terutama tentang aplikasi dibidang manajemen kesehatan dan

menerapkan secara langsung mata kuliah metodelogi penelitian dan

biostatistik.
58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Distribusi frekuensi efektifitas aplikasi e-puskesmas di Puskesmas

Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016, didapatkan hasil dari 20

responden, sebagian besar sebanyak 12 responden (60%) menyatakan

penggunaan aplikasi tidak efektif.

2. Distribusi frekuensi kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten

Bogor Tahun 2016, didapatkan hasil dari 20 responden, sebagian besar

sebanyak 11 responden (55%) memiliki kinerja yang tidak baik.

3. Hasil Analisa efektifitas aplikasi e-puskesmas terhadap kinerja pegawai di

Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor Tahun 2016, didapatkan hasil

dari 20 responden, menunjukan sebagian besar pengguna aplikasi e-

puskesmas tidak efektif, dengan kinerja tidak baik sebanyak 9 responden

(45%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p

value= 0,028, sehingga p value= <0,05, artinya hipotesis alternatif

diterima, sehingga terdapat keefektifitasan aplikasi e-puskesmas terhadap

kinerja pegawai di Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor 2016. Pada

OR didapatkan hasil 9,0. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan

aplikasi e-puskesmas tidak efektif, memiliki peluang 9,0 atau 9 kali lebih

besar terhadap kinerja pegawai yang tidak baik.


59

B. Saran

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya

Manajemen Kesehatan dalam memberikan informasi tentang

pembangunan sistem informasi dan komunikasi, khususnya aplikasi yang

efektif dan efisien serta sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk

melakukan penelitian yang terkait untuk mengedepankan kecanggihan

program demi menunjang kinerja petugas medis maupun non medis yang

optimal.

2. Bagi Pendidikan

a. Bagi STIkes Wijaya Husada

Hasil penelitian ini dapat menambah sumber bacaan dan informasi

kepada mahasiswa sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian

selanjutnya, serta sebagai bahan bacaan dalam pengembangan aplikasi

manajemen kesehatan dimasa depan.

b. Bagi Puskesmas Karadenan Kabupaten Bogor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi

pegawai puskesmas, demi meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

dalam mengelola program aplikasi e-puskesmas, serta menjadi

tambahan informasi bagi Kementrian Kesehatan diatas Dinas Kesehatan

dan Puskesmas agar lebih maksimal dalam menerapkan dan

mengembangkan aplikasi e-puskesmas.


60

DAFTAR PUSTAKA

1. Mong-yuan, Chang. 2014. Exploring user acceptance of an e-hospital

service: an empirical study in taiwan. Computer standards & interfaces, 1.

www.healthsci.stou.ac.th/uploadedFile. Diunduh 16 Juni 2016, 19:32:03.

2. Instruksi Presiden no. 3 tahun 2003. Tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan E-Government. Jakarta: Kementerian

Komunikasi dan Informatika RI.

3. Kemenkes RI. 2011. Pusat data dan informasi: Buletin Sikda Generik

Elektronik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

www.depkes.go.id/download/buletin-sikda-generik-elektronik.pdf.

Diunduh 16 Juni 2016 20:20:03.

4. www.epuskesmas.co.id/about/our-history.html. Diakses 15 Juni 2016,

20:13:24.

5. Hamzah. B. & Lamatenggo, Nina. 2012. Teori Kinerja dan

Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

6. A.W.Widjaja. 2006. Administraasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali.

7. Wulandari, Febrianti. 2016. Efektifitas Penerapan Layanan E-puskesmas.

Makassar: Universitas Hasanuddin (Skripsi).

8. Wulandari, Retno. 2009. Analisis Sistem Informasi Manajement

Puskesmas (SIMPUS) Berbasis Komputer. Semarang: Universitas

Diponegoro (Skripsi).

9. Irfan Fauzi, Ahmad. 2010. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Karyawan. Jember: Universitas Jember (Skripsi).


61

10. Keputusan Kemenkes No. 857 Tahun 2009. Tentang Pedoman Penilaian

Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

11. Jogiyanto. 2010. Analisis dan Desain Sistem Informasi, Edisi IV.

Yogyakarta: Andi Offset.

12. www.infokes.co.id/new/#about.html. Diakses 15 Juni 2016, 20:15:32.

13. www.pcare.bpjs-kesehatan.go.id. Diakses 15 Juni 2016, 21:40:02.

14. Sudarwan, Danim. 2012. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas

Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.

15. Agarwal, B. B. 2010. Software Engineering and testing. Sudbury: Jones

dan Bartlett.

16. Permenkes No. 75 Tahun 2014. Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

17. Pasal 17 Permenkes No. 75 Tahun 2014. Tentang Tenaga Kesehatan yang

Bekerja di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

18. Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

19. Noor. Juliansyah. 2013. Penelitian Ilmu Manajemen, Tinjauan Filosofis

dan Praktis. Jakarta: Prenadamedia Group

20. Wibowo. 2016. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

21. Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2013. Manajemen

Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Rosda.

22. Swarjana. I Ketut. 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.


62

23. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

24. Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

25. Riyanto. 2011. Aplikasi Metedologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

26. Notoatmojo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

27. Agung Rai, I Gusti. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta :

Salemba Empat.

28. Machmud, Rizan. 2013. Peranan Penerapan Sistem Informasi Manajemen

Terhadap Efektivitas Kinerja Pegawai Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika (Lapastika). STIE AMKOP: Makassar. (Skripsi).

Você também pode gostar