Você está na página 1de 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan IV


Dosen Koordinator : Rini Mulyati, S. Kep., Ns., M. Kep

Oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
Tantri Dinda Yustika (213117061)
Vina Ashri Elfariyani (213117062)
Nisa Kurniati (213117063)
Dhea Putri Prawira W (213117064)
Siti Fatimah (213117065)
Laila Aliyatul F (213117066)
Sifa Rahayu (213117067)
Annisa Isnenty M (213117068)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beriring salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke
alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Makalah ini telah kami kerjakan dengan bantuan internet, buku keperawatan,
dan jurnal, sehingga mempermudah mencari informasi tentang asuhan
keperawatan pada pasien DHF. Dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas
kami menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien DHF ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
agar dapat memahami semua seputar dunia kesehatan.

Cimahi, 12 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
C. Sistematika Penulisan .................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 3
A. Konsep Penyakit DHF ................................................................................. 3
1. Definisi DHF......................................................................................... 3
2. Anatomi dan Fisiologi .......................................................................... 3
3. Etiologi.................................................................................................. 5
4. Manifestasi Klinis ................................................................................. 6
5. Patofisiologi .......................................................................................... 6
6. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 6
7. Penatalaksanaa Medis ........................................................................... 7
B. Konsep Asuhan Keperawatan dengan DHF ................................................. 9
BAB III ................................................................................................................... 9
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN ......................................................... 9
B. Analisa Data ............................................................................................... 22
A. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 23
C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi ............................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue atau Dengue Hemmorhaghic Fever atau sering
disingkat dengan DHF adalah salah satu penyakit yang sulit di sembuhkan hal
ini di sebabkan karena sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin
untuk penanggulangan DHF ini.
Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik.Di Asia,
penyakit ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan, India, dan semua
negara di Asia Tenggara.Sejak tahun 1981, virus ini ditemukan di
Queensland, Australia. Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB di
Amerika Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai ke Amerika Serikat
sampai akhir tahun 1990-an. Epidemi dengue di Asia pertama kali terjadi
pada tahun 1779, di Eropa pada tahun 1784, di Amerika Selatan pada tahun
1935-an, dan di Inggris pada tahun 1922.
DHF banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.Data dari
seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DHF setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara.
Penyakit DHF masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama di Indonesia. Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah
kematian oleh penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000
kematian setiap tahunnya (WHO, 2012).
Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di
Indonesia DHF pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968,
dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia (Angka Kematian / AK : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini
menyebar luas ke seluruh Indonesia.

1
2

Angka kesakitan DHF di Indonesia tahun 2013 tercatat 45,85 per


100.000 penduduk (112.511 kasus) dengan angka kematian sebesar 0,77 %
(871 kematian). Sedangkan pada tahun 2014 ini sampai awal bulan April
tercatat angka kesakitan DHF sebesar 5,17 per 100.000 penduduk (13.031
kasus) dengan angka kematian sebesar 0,84% (110 kematian).
(pppl,depkes.2014)
Data yang ditemui di ruangan rawat inap RSUD Cimacan sejak bulan
Februari-Maret 2016 didapatkan bahwa ruangan telah merawat pasien dengan
kasus DHF sebanyak (-/+) 20 kasus . Hal ini menunjukan bahwa angka
kunjungan pasien dengan kasus tersebut cukup tinggi dibandingkan kasus
sakit lainya. Karena angka rawatan untuk penyakit DHF yang tinggi
dibandingkan penyakit lain. Kemajuan ilmu dan teknologi yang juga
menyebabkan perbaikan pola perawatan terhadap kasus DHF semakin
baik.Perawatan pada kasus DHF dewasa ini tidak hanya menitikberatkan
kepada pengobatan saja, namun juga membantu meningkatkan pengetahuan
klien terhadap penyakit DHF sehingga bisa sebagai pencegah nantinya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah proses pembelajaran mahasiswa mampu memahami
asuhan keperawatan pada kasus dengan DHF
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah proses pembelajaran mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan konsep penyakit kasus DHF
b. Menjelaskan Konsep perawatan kasus Diare

C. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam makalah ini
adalah studi pustaka, dimana data- data yang dibutuhkan penulis dalam
penyusunan makalah ini bersumber dari buku-buku dan jurnal dari internet.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Penyakit DHF


1. Definisi DHF
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih umum dikenal sebagai
Demam Berdarah (DBD) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam yang tinggi, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari
kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.

2. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF
adalah system sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan
makanan dan oksigen dari traktus distivus dari paru-paru ke sela-sela
tubuh. Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang
sisa-sisa metabolism dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang
merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan darah.
a. Jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk
dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita. Bentuk jantung
menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung)
dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah depan,
sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan
pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI dua jari

3
4

dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung
yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman
tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1) Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluru bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah
arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut
aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan. Arteri yang paling besar
didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya
kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan
tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh
darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari darah yang
mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan
untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yang
disebut vasa vasorum.
2) Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam
jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh
darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup
pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya
untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang
ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena
ini juga mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut venolus
yang selanjutnya menjadi kapiler.
3) Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler
yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah
rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen
5

itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah
merembes ke cairan jaringan antar sel.
c. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair
disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada
darah keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan
karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon
dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil
dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau
orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau
kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang
tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah. Fungsi darah :
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat
antiracun.
3) Mengatur panas keselurh tubuh.

Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu:


sumsung tulang, hepar, dan limpa.

3. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus
(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu
370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :
a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup didalam dan sekitar rumah.
6

c. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari.


d. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar.
e. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam
dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus
selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif,
trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.

5. Patofisiologi
Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHF
adalah meningkatnya perneabilitas dinding pembuluh darah (kapiler), yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma,
peningkatan perneabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma yang otomatis jumlah trombosit berkurang
(trombositopenia), terjadinya hipotensi yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai
daripermulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa
terjadinya hemokonsentrasi (pwningkatan hematoktrit . 20%) bersamaan
dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Meningginya nilai hematocrit menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi
sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ektra vaskuler melaui kapiler
yang rusak.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Trombosit mengalami penurunan
2) HB akan meningkat lebih 20%
3) HT juga meningkat lebih 20%
7

4) Leukosit mengalami penurunan pada hari ke 2 dan ke 3


5) Protein darah sangat rendah
6) Ureum PH bida saja mengalami peningkatan
7) NA dan CL cukup rendah
b. Serology : HI (Hemaglutination Inhibition test)
1) Rontgen thorax : adanya efusi pleura
2) Uji test tourniquet dengan hasil (+)

7. Penatalaksanaa Medis
a. Terapi
1) DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering
muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien
minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis,
sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila
hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika
terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM ,
anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti
luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu
tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg,
dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan
pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah ,
tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.
2) Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau
plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB. Pada pasien
rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem
8

infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan


tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka untuk mengatasinya
dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit dimasukkan cairan
sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
b. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia,
dan muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis,
sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat
dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang
diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾
bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat
mungkin dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai
dengan tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk
menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti
piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila
pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan
pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan
dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic
yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin,
sesuai dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien
syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi
sel darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital
yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan
disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
9

B. Konsep Asuhan Keperawatan dengan DHF


Menurut (Marni, 2016)
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien dengan demam berdarah: kaji
riwayat penyakit sebelumnya, apakah pasien pernah skit yang sama sebelumnya:
kaji riwayat penyakit sekarang: sejak kapan pasien mulai sakit: demam hari ke
berapa: tindakan apa saja yang sudah dilakukan orangtua untuk mengatasi sakit
anaknya: adakah riwayat bepergian dari tempat yang endemik demam berdarah
atau tinggal di wilayah endemik.
Observasi adanya peningkatan suhu tubuh mendadak disertai menggigil, serta
tanda-tanda pendarahan (petekie, ekimosis, hematoma, hematermesis, dan
melena). Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengeluh mual dan muntah,
nyeri ulu hati, nyeri otot, nyeri kepala, dan hematoma. Pemeriksa apakah
terhadap tanda-tanda terjadinya renjatan (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi,
kulit dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, gelisah, sianosis, serta
penurunan kesadaran). Lakukan pemeriksaan laboratorium, apakah terhasap
peningkatan hematokrit, serta apakah terjadi penurunan trombosit dengan cepat.
Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Kriteria hasil: Perfusi jaringan adekuat yang ditandai dengan ekstermitas teraba
hangat, warna kulit normal atau merah muda, tidak terdapat sianosis, nilai
hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal. Tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Intervensi Rasional
a. Kaji sirkulasi pada ekstremitas Untuk mendeteksi tanda awal bahaya
(suhu tubuh, kelembapan dan pada pasien
warna) catat hasilnya.
b. Observasi tanda-tanda vital, catat Peningkatan denyut nadi, penurunan
hasilnya (kualitas dan frekuensi tekanan vena sentral, dan penurunan
denyut nadi, tekanan darah serata tekanan dapat mengindikasikan
10

capillary refill). hipovolemia yang mengarah pada


penurunan perfusi jaringan. Peningkatan
frekuensi pernafasan berkompetensi pada
hipoksia jaringan.
c. Pantau kemungkinan terjadinya Mencegah komplikasi yang mungkin
kematian jaringan pada akan terjadi
ekstremitas, misalnya dingin,
nyeri, dan pembengkakan pada
kaki.
d. Penuhi kebutuhan cairan Pemberian cairan membantu
meningkatkan volume cairan sirkulasi.
e. Jika perlu, berikan plasma/plasma Pemberian cairan ini dapat membantu
ekspander apabila pemberian meningkatkan kebutuhan cairan
jaringan cairan infus tidak ekstraseluler.
memberikakn respons.
f. Berikan transfusi darah jika Pemberian transfusi dapat mengatasi
terjadi pendarahan hebat, nilai hipovolemia yang merupakan akibat
hemoglobin dan hematokrit. sekunder dari pendarahan.
Diagnosa 2: hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
Kriteria hasil: suhu tubuh pasien dalam batas normal, pasien tenang, dan tidak
menggigil.

Intervensi Rasional
a. Kaji keluhan pasien Untuk mengkaji perawatan yanga
memungkinkan perkembangan,
perencanaan, dan perawatan secara
individual yang sesuai untuk pasien.
b. Observasi suhu setiap 4 jam Peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba
akan mengakibatkan kejang.
c. Penuhi kebutuhan cairan Untuk mencukupi kebutuhan cairan yang
11

untuk mencegah terjadinya hilang akibat penguapan yang


dehidrasi akibat hipertermia. berlebihan.
d. Berikan kompres dingin Tindakan tersebut menyebabkan
terjadinya proses induksi atau
perpindahan panas dari tubuh ke
kompres.
e. Berikan pakaian yang longgar Tindakan tersebut meningkatkan
kenyamanan dan menurunkan suhu
tubuh.
f. Berikan antipiretik dari Antipiretik (misalnya aseminofen) efektif
golongan menurunkan demam.
asetaminofen(parasetamol),
jangan dari golongan salisilat
karena dapat menyebabkan
bertambahnya perdarahan.
Diagnosa 3: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan.
Kriteria hasil: kebutuhan cairan pasien terpenuhi ditandai dengan turgor kulit
elastis. Pasien tidak mengeluh haus, ubun-ubun tidak cekung, produksi urin
normal, pasein bisa dan mau minum. Nilai laboratorium elektrolit darah, serum
albumin,dan berat jenis urin dalam bataas normal.
Intervensi Rasional
a. Obesrvasi tanda-tanda vital Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat
paling sedikit setiap 4 jam mengidentifikasi kekurangan volume
cairan atau ketidakseimbangan elektrolit.
b. Pantau tanda-tanda kekurangan Untuk mengidentifikasi kekurangan
cairan, misalnya ubun-ubun volume cairan.
cekung, turgor kulit tidak
elastis, dan produksi urin
menurun.
12

c. Berikan cairan oral jika pasien Untuk mengembalikan kehilangan


mau. cairan.
d. Kurangi kehilangan cairan yang Melakukan pemantauan dengan teliti
tidak terlihat-insensible water menjamin hidrasi yang adekuat. Jika
loss (IWL) output urin berkurang, maka anak
memerlukan penambahan cairan.
e. Berikan cairan parental/pasang Untuk memenuhi kebutuhan cairan pada
infus untuk mencegah terjadi tubuh.
renjatan. Jika perlu, pasang di
dua tempat agar tetesan infus
lancar sehingga kebutuhan
cairan tercukupi (bisa juga
tempat yang satu untuk
memberikan plasma/darah dan
tempat satunya untuk
memberikan cairan fisiologis.
Cairan yang sering diberikan
yaitu RL).
f. Pantau pemberian ciran Digunakan untuk tujuan hidrasi smpai
intravena setiap 4 jam dan keisis terasering.
hindari terjadinya kelebihan
cairan.
g. Pantau asupan dan pengeluaran, Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
catat hasilnya.
h. Pantau nilai laboratorium, Elektrolit darah, serum albumin, dan
elektrolit darah, serum albumin, berat jenis urinuntuk membantu
dan berat jenis urin. mengindikasikan status cairan.
Diagnosa 4: Risiko terjadi komplikasi (syok atau pendarahan) berhubungan
dengan peningkatan permeibilitas kapiler.
Kriteria hasil: tidak terjasi syok/renjata, tidak ada pendarahan, tanda-tanda vital
13

dalam batas normal, dan ekstremitas teraba panas.

Intervensi Rasional
a. Kaji keluhan pasien. untuk mengkaji perawat yang
memungkinkan perkembangan,
perencanaan, dan perawatan secara
individual yang sesuai untuk pasien.
b. Observasi tanda-tanda Takikardi, dispnea, atau hipotensi
vital(tekanan, nadi, suhu tubuh, dapat mengidentifikasi kekurangan
dan pernafasan) setiap jam apabila volume cairan atau ketidak seimbangan
terdapat tanda-tanda syok elektrolit.
(stadium III dan IV). Jika masih
berada pada stadium I dan II,
maka observasi dapat dilakukan
setiap 3 jam. Catat hasilnya.
c. Lakukan pemeriksaan trombosit, Kadar elektrolit serum yang abnormal
hematokrit, dan hemoglobin setiap mengindikasikan gangguan
4 jam. Catat hasilnya. keseimbangan cairan.
d. Pantau keseimbangan Adanya oliguria atau anuria
cairan.perhatikan apakah pasien mengidentifikasikan gangguan
mengalami oliguria atau anuria. keseimbangan cairan.
Untuk memantau yang akurat,
sebaiknya pasien dipasang kateter.
e. Lakukan pemenuhan kebutuhan Membantu mengembalikan jumlah
cairan dan elektrolit. cairan secara normal serta
keseimbangan cairan.
f. Jika perlu, siapakan darah/plasma Pemberian transfusi dapat mengatasi
untuk transfusi darah apabila hipovolemia yang merupakan akibat
terjadi perdarahan sekunder dari perdarahan.
gastroinstestinal yang hebat/masif
14

(terutama pada lambung)


g. Pasang NGT jika terjadi Pemasangan NGT untuk mengeluarkan
perdarahan di lambung (untuk adanya perdsrahan dan memantau
mengeluarkan darah dari adanya perdarahan yang ada di
lambung).NGT harus dibilas lambung.
dengan NaCl secara hati-hati
karena sering terdapat bekuan
darah dalam slang NGT. Slang
dicabut jika perdarahan telah
berhenti (tidak keluar darah lagi)
Diagnosa 5: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
yang kurang dan/atau pengeluaran yang berlebihan (mual,muntah, dan tidak
nafsu makan).
Kriteria hasil: Kebutuhan nutrisi terpenuhi, berat badan stabil tidak menurun,
pasien mau makan, atau bisa makan, serta tidak ada lagi keluhan muat dan
muntah.
Intervensi Rasional
a. Kaji keluhan mual pada pasien Untuk mengkaji perawatan yang
memungkinkan perkembangan,
perencanaan, dan perawatan secara
individual yang sesuai untuk pasien.
b. Observasi apakah pasien pernah Untuk mengkaji konsumsi zat gizi
muntah. dan perlunya pemberian seplemen.
c. Pertahankan kebersihan mulut pasien. Agar menambah nafsu makan.
d. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi Karena nutrisi berguna sebagi
tubuh. proses metabolik pada anak.
e. Berikan makanan cair atau lunak. Untuk membantu proses nafsu
makan anak.
f. Berikan makanan yang disukai anak Untuk menambah nafsu makan
jika tidak ada perdarahan di lambung. anak.
15

g. Berikan makanan yang disertai Membantu memenuhi kebutuhan


suplemen untuk kebutuhan gizi nutrisi.
pasien.
h. Pasang NGT pada pasien yang Untuk memenuhi nutrisi yang
mengalami perdarahan hebat di adekuat pada pasien.
lambung dan puasakan pasien sampai
perdarahannya berhenti. Jika
perdarahannya telah berhenti, maka
berikan makanan bentuk cairan
misalnya susu. Jika kondisinya sudah
stabil, maka pemberian makanan
dapat ditingkatkan ke makanan lunak
sesuai dengan kesukaan anak.
i. Timbang berat badan setiap 3 hari Tindakan ini memberikan tanda
jika memungkinkan. akurat dan memberikan
pengendalian pada pasien tentang
makanan yang dimakan dan status
nutrisinya.
Diagnosis 6: Kurangnya pengetahuan orangtua tentang penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Kriteria hasil: Orang tua memahami tentang penyakit DBD, tanda-tanda dan

gejala anak yang mengalami DBD, penanganan pertama sebelum dibawa ke

petugas kesehatan, serta pencegahan agar nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus tidak berkembang biak di lingkungan tempat tinggal.

Intervensi Rasional
a. Kaji pengetahuan orangtua tentang Pengkajian semacam ini berfungsi
penyakit demam berdarah dengue. sebagai dasar untuk memulai
penyuluhan.
b. Observasi perilaku orangtua dalam Mengetahui kondisi dan kesepian
16

keterlibatan perawatan pasien. orangtua untuk merawat anaknya.


c. Anjurkan orangtua untuk aktif dalam Anak harus menerima semua obat,
perawatan pasien termasuk untuk infeksi secara
kontinu dan pastikan keeftifan obat.
Dengan mengetahui kemungkinan
terjadinya reaksi yang tidak
diinginkan, maka dapat membantu
orangtua untuk meminta
pertolongan secepatnyadari dokter,
jika diperlukan.
d. Berikan pendidikan kesehatan Dengan bertambahnya pengetahuan,
tentang penyakit demam berdarah maka orangtua mampu merawat dan
dengue, tanda-tanda dan gejalanya, mencari pengobatan.
penanganan pertama, dan
komplikasinya jika tidak segera
diatasi.
e. Berikan pennyuluhan kepada Mencukupi kebutuhan cairan dalam
orangtua tentang penanganan tubuh anak.
pertama pada pasien yaitu dengan
memberikan minum yang banyak.
Selain itu, pasienboleh diberikan teh
manis, susu, dan air putih. Setelah
diberikan cairan, anjurkan orangtua
untuk segera membawa anak ke
petugas kesehatan. Pada saat
memberikan minum, berikan minum
sedikit-sedikit untuk menghindari
terjadinya muntah.
f. Berikan penyuluhan tentang cara Memutuskan rantai penularan atau
memberantas nyamuk Aedes aegypti penyebaran penyakit demam
17

dan Aedes albopictus. Jelaskan berdarah.


habitat nyamuk tersebut dan
bagaimana memberantasnya dengan
efektif. Cara agar nyamuk tidak
bertempat tinggal disekitar rumah
tinggal yaitu dengan membersihkan
tempat penampungan air setiap 2 hari
sekali, misalnya bak mandi dan
tempayan, sedangkan lingkungan
sekitar rumah dibersihkan dari
tampungan air yang tidak
bermanfaat, misalnya pecahan botol,
pagar bambu, dan tempurung kelapa
agar selalu dibersihkan sehingga
nyamuk tidak bertempat tinggal dan
tidak berkembang biak. Di dalam
rumah usahakan tidak ada pakaian
yang digantung, pencahayaan yang
memadai, dan baju yang habis
dipakai jangan digantung karena
nyamuk akan hinggap dipakaian yang
bau manusia. Jika masih ingin
dipakai, maka sebaiknya baju dilipat.
BAB III
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.C DENGAN GANGGUAN SISTEM


HEMATOLOGI AKIBAT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
1) Nama : An. C
2) Umur : 5 tahun
3) Tanggal lahir : 31 Januari 2010
4) Jenis kelamin : Perempuan
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : PAUD
7) Anak ke : Tiga
8) Tanggal masuk RS : 04-12-2015
9) Tanggal pengkajian : 04-12-2015
10) No. RM : 433456
11) Dx medis : Dengue Haemoragic Fever
b. Orang tua
1) Nama : Ny. D
2) Umur : 45 tahun
3) Agama : Islam
4) Pendidikan : SMP
5) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6) Suku bangsa : Sunda
7) Alamat : Kp. Cijerah No. 04 RT 05/RW 19
8) Hub. Dengan anak : Ibu

9
10

c. Identitas saudara kandung


No Nama Usia Anak ke Status kesehatan
1. Rizki 21 th Satu Sehat
2. Dwi 11 th Dua Sehat
3. Catur 5 th Tiga Sakit

d. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama :Nyeri bagian perut
2) Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perutnya. Nyeri dirasakan seperti ditimpa atau ditekan oleh
beban. Nyeri dirasakan tidak menyebar, hanya pada daerah perut
saja. Skala nyeri 5 (0-10). Nyeri dirasakan hilang timbul ketika
duduk dan beraktifitas, dan nyeri berkurang pada sat istirahat dan
tidur.
3) Riwayat kesehatan dahulu :Keluarga An. C mengatakan bahwa
sebelumnya An. C belum pernah dirawat di Rumah Sakit dan
belum pernah terkena DBD.
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Struktur internal (Genogram)

Keterangan :
: Laki- laki sudah meninggal
11

: Laki-laki

: Perempuan

: Penderita

: Tinggal serumah
: Hubungan pernikahan
: Garis keturunan

2) Peran masing-masing anggota keluarga


a) Suami : sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung
jawab
b) Istri : ibu rumah tangga dan yang mengatur keuangan
c) Anak : sebagai pelajar
3) Struktur eksternal
a) Budaya
Keluarga klien asli dari Jawa Barat dan memiliki budaya sunda
b) Agama
Keluarga klien menganut agama islam dan selalu berdoa untuk
kesembuhannya.
c) Lingkungan (rumah, luar, rekreasi)
Keluarga klien mengatakan kadang-kadang berekreasi ke
tempat liburan bersama anak-anaknya.
4) Data biologis
Tabel 3.1 Pola Kehidupan sehari-hari
Pola kehidupan sehari- Sebelum sakit Sesudah Sakit
hari
Intake nutrisi
1. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
2. Jenis Nasi, sayur, Nasi tim, bubur,
daging, tempe, sayur, telur,
tahu, buah tempe
12

3. Porsi 1 porsi habis ¼-½ porsi


4. Pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Keluhan Tidak ada Mual

Intake cairan
1. Frekuensi 5 gelas 8-10 gelas
2. Infus 500 cc (Ring As)
3. Jenis Air putih, jus, teh Air putih hangat
4. Pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Keluhan Tidak ada Rasa haus

Eliminasi fecal
1. Frekuensi 2x perhari 1x perhari
2. Konsistensi Lembek Lembek
3. Warna feses Khas feses Khas feses
4. Keluhan Tidak ada Tidak ada

Eliminasi urine
1. Frekuensi 4-6x sehari >8x sehari
2. Warna Kurang jernih Kurang jernih
3. Keluhan Tidak ada Tidak ada

Istirahat dan tidur


1. Kuantitas Tidur siang : 1-2 Tidur siang : ± 1
jam jam
Tidur malam : 6-8 Tidur malam : 6-8
jam jam
2. Kualitas Pulas Kurang pulas
3. Keluhan Tidak ada Kadang terbangun

Personal hygiene
13

1. Mandi 2x sehari 2 hari sekali


2. Keramas 1x/hari Tidak pernah
3. Gosok gigi 2x/hari 1x/ sehari
4. Kebersihan kuku Bersih Bersih
5. Keluhan Tidak ada Dibantu oleh
keluarga pasien
Bermain dan rekreasi
1. Jenis bermain Main boneka Kadang

5) Data pertumbuhan dan perkembangan


a) BB : 17 kg (BBI= 18 kg)
b) TB : 110 cm
BB
Status gizi : IMT =(TB)²
17 𝑘𝑔
IMT = (1.1)²
17
IMT =
1,21

= 14,4
Berdasarkan hasil perhitungan
WHO/NCHS indeks masa tubuh
menurut berat badan dan umur
(BB/U) pasien termasuk dalam
kategori gizi baik.
c) Motorik Kasar : Mampu berjalan mundur, melambungkan
bola, menangkap bola
d) Motorik Halus : Mampu mencuci tangan sendiri, mampu
membuka pakaian sendiri dan membawa gelas tanpa tumpah
e) Bicara dan bahasa : Klien berkomunikasi dengan keluarganya
dengan menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan sopan
f) Emosi dan hubungan sosial : Klien dilingkungannya sangat
baik dan sering bermain dengan teman sebayanya
6) Riwayat imunisasi
14

a) Jenis imunisasi dasar : keluarga pasien mengatakan sudah


mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada saat usia 1 tahun
seperti BCG, Polio, DPT, Campak, Hepatitis B
b) Kapan diberikan, dimana mendapatkan pelayanan : keluarga
klien mengatakan diberikan sejak umur 1 tahun di Posyandu
7) Data psikososial
a) Pola interaksi dengan anggota keluarga, teman dan lingkungan:
keluarga pasien mengatakan memiliki interaksi yang baik
dengan keluarga, teman dan lingkungan sekitar.
b) Pola emosi : Reaksi bila marah, sedih takut dan gembira,
pasien terkadang rewel saat diperiksa perawat dan juga tenang
c) Pola pertahanan keluarga dalam menghadapi stres : Keluarga
pasien saat menghadapi suati masalah selalu berunding atau
berkumpul dengan keluarganya
d) Support system dalam keluarga : Keluarga pasien tidak lupa
selalu memberikan dukungan kepada anaknya yang sedang
dirawat ddi rumah sakit supaya pasien merasa senag dan
nyaman
e) Yang mengasuh pasien selama dirumah sakit : Ibunya dan
ayahnya atau kedua orang tuanya
f) Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien memiliki
hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarganya dan
kakak-kakaknya
8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Klien tampak lemas
b) Kesadaran : GCS (E4 V5 M6) = 15
c) Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 98x/menit
R : 21x/menit
S : 38,5Cº
15

d) BB : 17 Kg
e) TB : 110 Cm
9) Head To Toe
a) Kepala
Rambut : Distribusi rambut merata, keadaan bersih,warna
rambut hitam, tidak ada kotoran, dan tidak
rontok.

Kulit Kelapa : Kulit kepala lengket, tidak ada seborrhea, tidak


ada pembekakan, tidak ada benjolan, tidak ada
lesi dan tidak nyeri tekan.

Bentuk kepala : Bentuk simestri


b) Mata
Alis :Simestris, distribusi merata, tidak ada lesi,
letak alis sejajar, klien dapat menggerakan
alis.

Kelopak mata :Tidak ada oedema, tidak ada lesi, klien dapat
membuka tutup mata, reflek kedip +/+, klien
dapat berkedip secara spontan saat diberi
rangsangan tisu.

Bola mata :Gerakan bola normal dapat bergerak ke kiri


kanan atasan dan bawah, terdapat dehidrasi
atau cekung, tidak ada peradangan.

Pupil :Bentuk normal bulat, warna normal


gelap,reflek pupil +/+, reflek pupil terhadap
cahaya miosis bila didekatkan, dan midriasis
bila dijauhkan dari cahaya.

Sclera :Warna putih dan jernih, tidak ada


jaundice/ikterik, tidak ada glaucoma.

Lensa :Ketajaman penglihatan normal, klien dapat


menyebutkan huruf di papan nama jarak
30Cm.
Congjungtiva : Warna merah muda, sedikit pucat.
16

Reflek : Corneal light reflek +/+.


c) Hidung
Inspeksi :Bentuk hidung simetris, mukosa
hidungtampak lembab, tidak ada epitaksis
(mimisan), tidak ada polip tidak ada
pernapasan cuping hidung, pernafasan klien
baik terbukti klien dapat membedakan bau
minyak kayu putih dan kopi.
Palpasi :Tidak terdapat nyeri tekan pada sinus
maksilaris dan sinus frontalis.
d) Telinga
Struktur luar :ukuran normal, posisi sejajar, tidak ada
inflamasi, daun telinga elastis dan tidak ada nyeri
tekan.
Struktur dalam : terdapat bulu halus,tidak ada serumen atau
sumbatan, tidak pengeluaran cairan.
Test pendengaran :Fungsi pendengaran baik, dengan test
bisik,tidak terdapat tuli syaraf.
e) Mulut
Bibir : bentuk simestris, warna pucat, tidak ada lesi
atau stomatitis, lembab, tidak ada labioskizis.
Mukosa bibir :Warna merah muda, tidak ada benjolan,tidak
ada peradangan, mukosa bibir kering.
Gusi :Tidak ada pembengkakan, warna merah
muda, tidak ada pendarahan.
Palatum : Tidak ada plak putih, tidak ada benjolan
Lidah :Lembab, ukuran normal, tidak ada
pembesaran,lidah dapat bergerak ke segala
arah, lidah dapat merasakan rasa manis, asin,
pahit dan asam.
Faring dan tonsil :Warna membran mukosa merah muda tidak
ada peradangan,tidak terdapat pembengkakan
tonsil.
17

Leher : Tidak ada benjolan,tidak ada luka, dapat


bergerak ke segala arah.
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Laring : Tidak ada pembengkakan, tidak ada
peradangan
f) L
Trachea : Simetris, tidak terdapat benjolan
g) Jantung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor kiri dan kanan. Batas normal jantung
batas atas intercostalis II parasternal kiri, batas
kanan intercostalis IV garis parasternal kanan,
batas kiri intercostalis IV garis midclavikula
kiri
Aukultasi : Terdengar bunyi jantung regular S1 = Lup ,
S2 = Dup
h) Paru
Inspeksi : Pengembangan paru simetris inspirasi dan
ekspirasi normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : Terdengar bunyi normal vesikuler tidak ada
bunyi tambahan paru
i) Abdomen
Inspeksi : Warna kulit merata, bentuk abdomen datar,
tidak ada pembesaran organ, tidak ada massa.
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Perkusi : Bunyi perkusi timpani
Palpasi : Nyeri tekan pada bagian abdomen kuadran
II kanan atas (ulu hati) dengan skala 5 (0-10)
18

j) Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan

k) Kulit atau integumen


Inspeksi : Kulit bersih, Warna coklat, pigmentasi
merata, tidak pucat, kulit patukue negative
pada saat dilakukan rumple leed test, akral
teraba hangat
Palpasi : kulit lembab, teraba hangat, tekstur halus,
turgor kulit baik, tidak ada edema
l) Ekstremitas atas
Pergerakan : tangan dapat bergerak ke segala arah, tangan
kanan terpasang infus Ring AS 20 gtt/menit,
CRT <3 detik
Kekuatan otot : 5/5
Turgor : baik <3 detik
Reflek biceps : +/+
Reflek trisep : +/+
Akral : teraba hangat
m) Ekstremitas bawah
Pergerakan : Kaki dapat bergerak ke segala arah, CRT < 3
detik, tidak terdapat luka
Kekuatan otot : 5/4
Turgor : baik <3 detik
Reflek patela : +/+
Reflek babinsky : -/-
Reflek Achilles : +/+
10) Reaksi Hospitalisasi : Pasien sering terlihat rewel, nangis,
menarik diri kepada petugas kesehatan dan terkadang diam tidak
mau bicara
19

11) Pengetahuan : Keluarga klien belum begitu memahami tentang


penyakit yang sedang dialami oleh anaknya. Keluarga hanya
mengetahui jika penyakit anaknya disebabkan oleh nyamuk dan
tidak mengetahui cara penanganannya

12) Pemeriksaan Laboratorium


Tabel 3.2 Pemeriksaan Diagnostik/ Data penunjang
Hasil laboratorium tanggal 04 desember 2015

Hasil Test Hasil Unit Nilai Normal


interpretasi

HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 15.9 g/dL 11.5-15.5
meningkat
Lekosit 8.500 /mm3 4.500-13.500 normal
Hematokrit 49 % 35-45
meningkat
Trombosit 49.000 /mm3 150.000-
menurun
440.000

Pemeriksaan Diagnostik/ Data Penunjang


Hasil labolatorium tanggal 05 desember 2015
20

Hasil Test Hasil Unit Nilai Normal Metode

HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 13.4 g/dL 11.5-15.5 normal
Lekosit 10.600 /mm3 4.500-13.500 normal
Hematokrit 39 % 35-45 normal
Trombosit 32.000 /mm3 150.000-
menurun
440.000

Tabel Pemeriksaan Diagnostik/ Data Penunjang


Hasil Labolatoarium tanggal 06 desember 2015

Hasil Test Hasil Unit Nilai Normal


interpretasi

HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 11.3 g/dL 11.5-15.5
menurun
Lekosit 7.400 /mm3 4.500-13.500 normal
Hematokrit 34 % 35-45
menurun
Trombosit 68.000 /mm3 150.000-
menurun
440.000

Tabel Pemeriksaan Diagnostik/ Data Penunjang


Hasil labolatorium tanggal 07 desember 2015

Hasil Test Hasil Unit Nilai Normal


Interpretasi

HEMATOLOGI
Darah rutin
21

Hemoglobin 11.5 g/dL 11.5-15.5 normal


Lekosit 6.400 /mm3 4.500-13.500 normal
Hematokrit 35 % 35-45 normal
Trombosit 176.000 /mm3 150.000- normal
440.000

13) Therapy medis


Nama : An. C
Umur : 5 Tahun
No RM : 433456

Tabel 3.3 Therapy

No Therapy Dosis Pemberian Waktu Pemberian Rute

1. Paracetamol 3 X 1 tablet (500mg) Bila Suhu meningkat


Oral
2. Antasid 3 x 1 tablet (200 mg) per 8 jam/hari
Oral
3. Infus Asering RL 5 cc/kg/bb (195 9 labu/hari
Intra Vena
tts/jam)
4. Trolit 3 x 1 sachet (200 ml) Per 8 jam / hari
Oral
5. Pesidii 3 x 1 sdt syrup(60 ml) Per 8 jam / hari
Oral
6. Vip albumin 2 x 1 sdt syrup Per 12 jam / hari
Oral
22

B. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem

1. Data Subjektif : Virus dengue Nyeri Akut


- Pasien mengeluh nyeri bagian
perut Melalui gigitan nyamuk
-Nyeri seperti ditimpa beban
-Nyeri dirasa hilang timbul Infeksi oleh virus
Data Objektif :
-Ada nyeri tekan di ulu hati Antibodi bereaksi
-Skala nyeri 5 (0-10)
-Tanda-TandaVital : Aktivitas koagulasi
TD: 110/70 mmHg
N : 98 x/menit Peradangan hati
R : 21 x/menit Hepatomegali

Nyeri abdomen
23

2. Data Subjektif : Virus dengue Hipertermia


Klien mengeluh demam
Data Objektif : Melalui gigitan nyamuk
-Penaikan suhu 38,5℃
-Akral teraba hangat Infeksi oleh virus
-Mata terlihat cekung
Antibodi bereaksi

Menimbulkan reaksi
peradangan

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis: infeksi
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.

D. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeri akut b. d agens Setelah -Lakukan -Untuk
cedera biologis: dilakukan pengkajian mengetahui
tindakan komprehensif letak nyeri dan
infeksi ditandai
keperawatan meliputi lokasi, seberapa jauh
dengan: selama 2x24 karakteristik, nyeri yang
Data Subjektif : jam nyeri durasi, frekuensi, dirasakan
hilang kualitas, intensitas
-Pasien mengeluh
dengan nyeri dan faktor
nyeri bagian perut kriteria hasil : pencetus
-Nyeri seperti -Pasien tidak
mengeluh
ditimpa beban
nyeri
24

-Nyeri dirasa hilang -skala nyeri 1 -Observasi adanya -Untuk


timbul dari 0-10 petunjuk nonverbal mengetahui
-TTV normal mengenai adanya
Data Objektif : TD: 100/60 ketidaknyamanan keluhan lain
-Ada nyeri tekan di mmHg pada nyeri
ulu hati N : 80 x/ mnt
R : 20x/mnt -Kendalikan faktor -Agar pasien
-Skala nyeri 5 (0-10) S : 36,5ºC lingkungan yang nyaman dan
-Tanda-TandaVital: dapat bisa istirahat
TD: 110/70 mmHg mempengaruhi
respon pasien
N : 98 x/menit
terhadap
R : 21 x/menit ketidaknyamanan
misalnya : suhu
ruangan,
pencahayaan, suara
bising

-Kolaborasi -Untuk
dengan dokter membantu
untuk pemberian menghilangkan
cairan infus dan
nyeri
obat
2. Hipertermia b. d Setelah -Monitor tanda- -Untuk
penyakit ditandai : dilakukan tanda vital mengetahui
Data Subjektif : tindakan perkembangan
-Pasien mengeluh keperawatan vital normal
selama 2x24 tubuh terutama
demam
jam nyeri suhu
Data Objektif : hilang
-Penaikan suhu dengan -Anjurkan pasien -Agar tidak
kriteria hasil : untuk terlalu lelah
38,5ºC
-Nyeri hilang menghentikan
-Akral teraba hangat -suhu tubuh aktifitas fisiknya
-Mata terlihat normal
cekung 37,5ºC -Longgarkan -Agar keringat
-akral tidak pakaian pasien keluar dan
hangat pasien nyaman
-mata tidak
cekung -Berikan metode -Agar suhu
pendinginan tubuh kembali
25

eksternal yaitu normal dan


kompres hangat pasien merasa
pada beberapa nyaman
bagian tubuh

-Monitor suhu -Agar


tubuh mengetahui
menggunakan alat perkembangan
yang sesuai suhu

E. Implementasi dan Evaluasi


No Tanggal dan Implementasi Evaluasi
waktu
1. 04-12-2015 S= -Pasien
-Melakukan pengkajian lokasi, mengatakan sudah
09.00 WIB
karakteristik, tidak nyeri dan
durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,nyeri skala nyeri 1 (0-10)
dan faktor pencetus -Pasien mengatakan
Respon : pasien masih tampak sudah tidak merasa
kesakitan mual ketika makan

09.20 WIB -Mengobservasi adanya petunjuk O= -Tidak terdapat


nonverbal mengenai ketidaknyamanan nyeri tekan
pada nyeri diabdomen kiri (ulu
Respon : mimik muka pasien meringis hati)
-TTV normal
09.30 WIB -Mengendalikan faktor lingkungan TD: 100/60 mmHg
sekitar pasien dengan membatasi N : 80 x/ mnt
pengunjung dan menciptakan suasana R : 20x/mnt
yang lebih tenang S : 36,5ºC
Respon :pasien tampak terlihat nyaman
A= Tujuan teratasi
09.45 WIB -Melakukan kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian cairan infus dan obat P= Intervensi
sesuai advis dihentikan
Respon : Pasien bersedia dipasang infis
dan makan obat
26

2. 04-12-2015 S= Pasien merasa


-Memonitor ttv pasien meliputi tekanan sudah tidak panas
10.00 WIB
darah, nadi, suhu, respirasi
Respon : ttv = TD: 110/70 mmHg O= -Akral sudah
N : 98 x/menit R : 21 x/menit tidak hangat
-Suhu tubuh pasien
S : 38,5ºC
37ºC

10.30 WIB -Menganjurkan pasien untuk tidak A= Tujuan teratasi


beraktifitas fisik berlebihan
Respon : pasien tidak melakukan P= Intervensi
aktifitas fisik berat dihentikan

10.40 WIB -Melonggarkan pakaian pasien


Respon : pasien bisa bergerak bebas

11.00 WIB -Memberikan kompres hangat pada


beberapa bagian tubuh pasien yaitu
leher, abdomen, kepala, ketiak,
selangkangan.
Respon : pasien terlihat nyaman

13.00 WIB -Memonitor perkembangan suhu tubuh


menggunakan thermometer air raksa
Respon : pasien tampak koopratif
ketika pemasangan thermometer air
raksa
27

F. Intervensi, Implementasi, Evaluasi


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

1. Nyeri akut b. d agens Setelah dilakukan -Lakukan pengkajian -untuk -Melakukan pengkajian lokasi, 1. S= -pasien
cedera biologis: infeksi tindakan komprehensif mengetahui letak karakteristik, mengatakan sudah
keperawatan meliputi lokasi, nyeri dan durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,nyeri tidak nyeri dan
ditantai dengan:
selama 2x24 jam karakteristik, durasi, seberapa jauh dan faktor pencetus skala nyeri 1 (0-10)
Data Subjektif : nyeri hilang frekuensi, kualitas, nyeri yang Respon : pasien masih tampak -pasien
-Pasien mengeluh nyeri dengan kriteria intensitas nyeri dan dirasakan kesakitan mengatakan sudah
hasil : faktor pencetus tidak merasa mual
bagian perut
-Pasien tidak ketika makan
-Nyeri seperti ditimpa mengeluh nyeri -observasi adanya -mengobservasi adanya petunjuk
beban -skala nyeri 1 dari petunjuk nonverbal nonverbal mengenai ketidaknyamanan O= -tidak terdapat
0-10 mengenai -untuk pada nyeri nyeri tekan
-Nyeri dirasa hilang
-pasien tidak ketidaknyamanan mengetahui Respon : mimik muka pasien meringis diabdomen kiri
timbul mengeluh mual pada nyeri adanya keluhan (ulu hati)
Data Objektif : -porsi makan lain -mengendalikan faktor lingkungan -TTV normal
-Ada nyeri tekan di ulu habis -kendalikan faktor sekitar pasien dengan membatasi TD: 100/60 mmHg
-TTV normal lingkungan yang pengunjung dan menciptakan suasana N : 80 x/ mnt
hati dapat mempengaruhi yang lebih tenang R : 20x/mnt
-Skala nyeri 5 (0-10) respon pasien -agar pasien Respon :pasien tampak terlihat nyaman S : 36,5ºC
-Tanda-TandaVital : terhadap nyaman dan bisa
ketidaknyamanan istirahat A= tujuan teratasi
TD: 110/70 mmHg
misalnya : suhu
ruangan, P= intervensi
28

N : 98 x/menit pencahayaan, suara dihentikan


R : 21 x/menit bising

-kolaborasi dengan -untuk membantu -melakukan kolaborasi dengan dokter


dokter untuk menghilangkan untuk pemberian cairan infus dan obat
pemberian cairan nyeri sesuai advis
infus dan obat Respon : Pasien bersedia dipasang infis
dan makan obat
29

2. Hipertermia b. d Setelah dilakukan -Monitor tanda-tanda -untuk -memonitor ttv pasien meliputi tekanan S= pasien merasa
penyakit ditandai : tindakan vital\ mengetahui darah, nadi, suhu, respirasi sudah tidak panas
Data Subjektif : keperawatan perkembangan Respon : ttv =
-Pasien mengeluh selama 2x24 jam vital normal tubuh O= -akral sudah
nyeri hilang terutama suhu tidak hangat
demam
dengan kriteria -suhu tubuh pasien
Data Objektif : hasil : -anjurkan pasien -agar tidak terlalu -menganjurkan pasien untuk tidak 37℃
-Penaikan suhu 38,5℃ -Nyeri hilang untuk menghentikan lelah beraktifitas fisik berlebihan
-suhu tubuh aktifitas fisiknya Respon : pasien tidak melakukan A= tujuan teratasi
-Akral teraba hangat
normal 37,5℃ aktifitas fisik berat
-Mata terlihat cekung -akral tidak hangat P= intervensi
-mata tidak -longgarkan pakaian -agar keringat -melonggarkan pakaian pasien dihentika
cekung pasien keluar dan pasien Respon : pasien bisa bergerak bebas
nyaman

-berikan metode -agar suhu tubuh -memberikan kompres hangat pada


pendinginan kembali normal beberapa bagian tubuh pasien yaitu
eksternal yaitu dan pasien merasa leher, abdomen, kepala, ketiak,
kompres hangat pada nyaman selangkangan.
beberapa bagian Respon : pasien terlihat nyaman
tubuh

-monitor suhu tubuh -agar mengetahui -memonitor perkembangan suhu tubuh


menggunakan alat perkembangan menggunakan thermometer air raksa
30

yang sesuai suhu Respon : pasien tampak koopratif


ketika pemasangan thermometer air
raksa
31
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan


Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta.

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba
Medika. Jakarta.

Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta.

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Implementasi Evaluasi

32
33

-Melakukan pengkajian lokasi, 1. S= -pasien mengatakan sudah tidak


karakteristik, nyeri dan skala nyeri 1 (0-10)
durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,nyeri -pasien mengatakan sudah tidak merasa
dan faktor pencetus mual ketika makan

-mengobservasi adanya petunjuk O= -tidak terdapat nyeri tekan


nonverbal mengenai ketidaknyamanan diabdomen kiri (ulu hati)
pada nyeri -TTV normal

A= tujuan teratasi
P= intervensi dihentikan
-mengendalikan faktor lingkungan
sekitar pasien

-menganjurkan pasien makan sedikit


namun sering dengan kondisi makanan
yang masih hangat

-melakukan kolaborasi dengan dokter


untuk pemberian cairan infus dan obat
sesuai advis

-memonitor ttv pasie S= pasien merasa sudah tidak panas

-menganjurkan pasien untuk tidak O= -akral sudah tidak hangat


beraktifitas fisik berlebihan -suhu tubuh pasien 37

-melonggarkan pakaian pasien A= tujuan teratasi

-memberikan kompres dingin pada P= intervensi dihentika


beberapa bagian tubuh pasien yaitu
leher, abdomen, kepala, ketiak,
selangkangan.

-memonitor perkembangan suhu tubuh


menggunakan thermometer air raksa
1. S= -pasien mengatakan sudah tidak
34

nyeri dan skala nyeri 1 (0-10)


-pasien mengatakan sudah tidak merasa
mual ketika makan

O= -tidak terdapat nyeri tekan


diabdomen kiri (ulu hati)
-porsi makan pasien habis
-TTV normal

A= tujuan teratasi

P= intervensi dihentikan

Você também pode gostar