Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
Tantri Dinda Yustika (213117061)
Vina Ashri Elfariyani (213117062)
Nisa Kurniati (213117063)
Dhea Putri Prawira W (213117064)
Siti Fatimah (213117065)
Laila Aliyatul F (213117066)
Sifa Rahayu (213117067)
Annisa Isnenty M (213117068)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beriring salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke
alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Makalah ini telah kami kerjakan dengan bantuan internet, buku keperawatan,
dan jurnal, sehingga mempermudah mencari informasi tentang asuhan
keperawatan pada pasien DHF. Dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas
kami menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien DHF ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
agar dapat memahami semua seputar dunia kesehatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue atau Dengue Hemmorhaghic Fever atau sering
disingkat dengan DHF adalah salah satu penyakit yang sulit di sembuhkan hal
ini di sebabkan karena sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin
untuk penanggulangan DHF ini.
Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik.Di Asia,
penyakit ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan, India, dan semua
negara di Asia Tenggara.Sejak tahun 1981, virus ini ditemukan di
Queensland, Australia. Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB di
Amerika Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai ke Amerika Serikat
sampai akhir tahun 1990-an. Epidemi dengue di Asia pertama kali terjadi
pada tahun 1779, di Eropa pada tahun 1784, di Amerika Selatan pada tahun
1935-an, dan di Inggris pada tahun 1922.
DHF banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.Data dari
seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DHF setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara.
Penyakit DHF masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama di Indonesia. Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah
kematian oleh penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000
kematian setiap tahunnya (WHO, 2012).
Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di
Indonesia DHF pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968,
dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia (Angka Kematian / AK : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini
menyebar luas ke seluruh Indonesia.
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah proses pembelajaran mahasiswa mampu memahami
asuhan keperawatan pada kasus dengan DHF
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah proses pembelajaran mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan konsep penyakit kasus DHF
b. Menjelaskan Konsep perawatan kasus Diare
C. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam makalah ini
adalah studi pustaka, dimana data- data yang dibutuhkan penulis dalam
penyusunan makalah ini bersumber dari buku-buku dan jurnal dari internet.
BAB II
KAJIAN TEORI
3
4
dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung
yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman
tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1) Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluru bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah
arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut
aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan. Arteri yang paling besar
didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya
kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan
tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh
darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari darah yang
mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan
untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yang
disebut vasa vasorum.
2) Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam
jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh
darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup
pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya
untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang
ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena
ini juga mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut venolus
yang selanjutnya menjadi kapiler.
3) Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler
yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah
rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen
5
itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah
merembes ke cairan jaringan antar sel.
c. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair
disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada
darah keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan
karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon
dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil
dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau
orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau
kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang
tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah. Fungsi darah :
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat
antiracun.
3) Mengatur panas keselurh tubuh.
3. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus
(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu
370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :
a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup didalam dan sekitar rumah.
6
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam
dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus
selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif,
trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.
5. Patofisiologi
Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHF
adalah meningkatnya perneabilitas dinding pembuluh darah (kapiler), yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma,
peningkatan perneabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma yang otomatis jumlah trombosit berkurang
(trombositopenia), terjadinya hipotensi yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai
daripermulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa
terjadinya hemokonsentrasi (pwningkatan hematoktrit . 20%) bersamaan
dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Meningginya nilai hematocrit menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi
sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ektra vaskuler melaui kapiler
yang rusak.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Trombosit mengalami penurunan
2) HB akan meningkat lebih 20%
3) HT juga meningkat lebih 20%
7
7. Penatalaksanaa Medis
a. Terapi
1) DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering
muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien
minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis,
sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila
hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika
terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM ,
anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti
luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu
tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg,
dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan
pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah ,
tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.
2) Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau
plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB. Pada pasien
rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem
8
Intervensi Rasional
a. Kaji keluhan pasien Untuk mengkaji perawatan yanga
memungkinkan perkembangan,
perencanaan, dan perawatan secara
individual yang sesuai untuk pasien.
b. Observasi suhu setiap 4 jam Peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba
akan mengakibatkan kejang.
c. Penuhi kebutuhan cairan Untuk mencukupi kebutuhan cairan yang
11
Intervensi Rasional
a. Kaji keluhan pasien. untuk mengkaji perawat yang
memungkinkan perkembangan,
perencanaan, dan perawatan secara
individual yang sesuai untuk pasien.
b. Observasi tanda-tanda Takikardi, dispnea, atau hipotensi
vital(tekanan, nadi, suhu tubuh, dapat mengidentifikasi kekurangan
dan pernafasan) setiap jam apabila volume cairan atau ketidak seimbangan
terdapat tanda-tanda syok elektrolit.
(stadium III dan IV). Jika masih
berada pada stadium I dan II,
maka observasi dapat dilakukan
setiap 3 jam. Catat hasilnya.
c. Lakukan pemeriksaan trombosit, Kadar elektrolit serum yang abnormal
hematokrit, dan hemoglobin setiap mengindikasikan gangguan
4 jam. Catat hasilnya. keseimbangan cairan.
d. Pantau keseimbangan Adanya oliguria atau anuria
cairan.perhatikan apakah pasien mengidentifikasikan gangguan
mengalami oliguria atau anuria. keseimbangan cairan.
Untuk memantau yang akurat,
sebaiknya pasien dipasang kateter.
e. Lakukan pemenuhan kebutuhan Membantu mengembalikan jumlah
cairan dan elektrolit. cairan secara normal serta
keseimbangan cairan.
f. Jika perlu, siapakan darah/plasma Pemberian transfusi dapat mengatasi
untuk transfusi darah apabila hipovolemia yang merupakan akibat
terjadi perdarahan sekunder dari perdarahan.
gastroinstestinal yang hebat/masif
14
petugas kesehatan, serta pencegahan agar nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
Intervensi Rasional
a. Kaji pengetahuan orangtua tentang Pengkajian semacam ini berfungsi
penyakit demam berdarah dengue. sebagai dasar untuk memulai
penyuluhan.
b. Observasi perilaku orangtua dalam Mengetahui kondisi dan kesepian
16
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
1) Nama : An. C
2) Umur : 5 tahun
3) Tanggal lahir : 31 Januari 2010
4) Jenis kelamin : Perempuan
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : PAUD
7) Anak ke : Tiga
8) Tanggal masuk RS : 04-12-2015
9) Tanggal pengkajian : 04-12-2015
10) No. RM : 433456
11) Dx medis : Dengue Haemoragic Fever
b. Orang tua
1) Nama : Ny. D
2) Umur : 45 tahun
3) Agama : Islam
4) Pendidikan : SMP
5) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6) Suku bangsa : Sunda
7) Alamat : Kp. Cijerah No. 04 RT 05/RW 19
8) Hub. Dengan anak : Ibu
9
10
d. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama :Nyeri bagian perut
2) Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perutnya. Nyeri dirasakan seperti ditimpa atau ditekan oleh
beban. Nyeri dirasakan tidak menyebar, hanya pada daerah perut
saja. Skala nyeri 5 (0-10). Nyeri dirasakan hilang timbul ketika
duduk dan beraktifitas, dan nyeri berkurang pada sat istirahat dan
tidur.
3) Riwayat kesehatan dahulu :Keluarga An. C mengatakan bahwa
sebelumnya An. C belum pernah dirawat di Rumah Sakit dan
belum pernah terkena DBD.
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Struktur internal (Genogram)
Keterangan :
: Laki- laki sudah meninggal
11
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
: Tinggal serumah
: Hubungan pernikahan
: Garis keturunan
Intake cairan
1. Frekuensi 5 gelas 8-10 gelas
2. Infus 500 cc (Ring As)
3. Jenis Air putih, jus, teh Air putih hangat
4. Pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Keluhan Tidak ada Rasa haus
Eliminasi fecal
1. Frekuensi 2x perhari 1x perhari
2. Konsistensi Lembek Lembek
3. Warna feses Khas feses Khas feses
4. Keluhan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi urine
1. Frekuensi 4-6x sehari >8x sehari
2. Warna Kurang jernih Kurang jernih
3. Keluhan Tidak ada Tidak ada
Personal hygiene
13
= 14,4
Berdasarkan hasil perhitungan
WHO/NCHS indeks masa tubuh
menurut berat badan dan umur
(BB/U) pasien termasuk dalam
kategori gizi baik.
c) Motorik Kasar : Mampu berjalan mundur, melambungkan
bola, menangkap bola
d) Motorik Halus : Mampu mencuci tangan sendiri, mampu
membuka pakaian sendiri dan membawa gelas tanpa tumpah
e) Bicara dan bahasa : Klien berkomunikasi dengan keluarganya
dengan menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan sopan
f) Emosi dan hubungan sosial : Klien dilingkungannya sangat
baik dan sering bermain dengan teman sebayanya
6) Riwayat imunisasi
14
d) BB : 17 Kg
e) TB : 110 Cm
9) Head To Toe
a) Kepala
Rambut : Distribusi rambut merata, keadaan bersih,warna
rambut hitam, tidak ada kotoran, dan tidak
rontok.
Kelopak mata :Tidak ada oedema, tidak ada lesi, klien dapat
membuka tutup mata, reflek kedip +/+, klien
dapat berkedip secara spontan saat diberi
rangsangan tisu.
j) Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 15.9 g/dL 11.5-15.5
meningkat
Lekosit 8.500 /mm3 4.500-13.500 normal
Hematokrit 49 % 35-45
meningkat
Trombosit 49.000 /mm3 150.000-
menurun
440.000
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 13.4 g/dL 11.5-15.5 normal
Lekosit 10.600 /mm3 4.500-13.500 normal
Hematokrit 39 % 35-45 normal
Trombosit 32.000 /mm3 150.000-
menurun
440.000
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 11.3 g/dL 11.5-15.5
menurun
Lekosit 7.400 /mm3 4.500-13.500 normal
Hematokrit 34 % 35-45
menurun
Trombosit 68.000 /mm3 150.000-
menurun
440.000
HEMATOLOGI
Darah rutin
21
B. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
Nyeri abdomen
23
Menimbulkan reaksi
peradangan
Hipertermi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis: infeksi
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
D. Intervensi
-Kolaborasi -Untuk
dengan dokter membantu
untuk pemberian menghilangkan
cairan infus dan
nyeri
obat
2. Hipertermia b. d Setelah -Monitor tanda- -Untuk
penyakit ditandai : dilakukan tanda vital mengetahui
Data Subjektif : tindakan perkembangan
-Pasien mengeluh keperawatan vital normal
selama 2x24 tubuh terutama
demam
jam nyeri suhu
Data Objektif : hilang
-Penaikan suhu dengan -Anjurkan pasien -Agar tidak
kriteria hasil : untuk terlalu lelah
38,5ºC
-Nyeri hilang menghentikan
-Akral teraba hangat -suhu tubuh aktifitas fisiknya
-Mata terlihat normal
cekung 37,5ºC -Longgarkan -Agar keringat
-akral tidak pakaian pasien keluar dan
hangat pasien nyaman
-mata tidak
cekung -Berikan metode -Agar suhu
pendinginan tubuh kembali
25
1. Nyeri akut b. d agens Setelah dilakukan -Lakukan pengkajian -untuk -Melakukan pengkajian lokasi, 1. S= -pasien
cedera biologis: infeksi tindakan komprehensif mengetahui letak karakteristik, mengatakan sudah
keperawatan meliputi lokasi, nyeri dan durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,nyeri tidak nyeri dan
ditantai dengan:
selama 2x24 jam karakteristik, durasi, seberapa jauh dan faktor pencetus skala nyeri 1 (0-10)
Data Subjektif : nyeri hilang frekuensi, kualitas, nyeri yang Respon : pasien masih tampak -pasien
-Pasien mengeluh nyeri dengan kriteria intensitas nyeri dan dirasakan kesakitan mengatakan sudah
hasil : faktor pencetus tidak merasa mual
bagian perut
-Pasien tidak ketika makan
-Nyeri seperti ditimpa mengeluh nyeri -observasi adanya -mengobservasi adanya petunjuk
beban -skala nyeri 1 dari petunjuk nonverbal nonverbal mengenai ketidaknyamanan O= -tidak terdapat
0-10 mengenai -untuk pada nyeri nyeri tekan
-Nyeri dirasa hilang
-pasien tidak ketidaknyamanan mengetahui Respon : mimik muka pasien meringis diabdomen kiri
timbul mengeluh mual pada nyeri adanya keluhan (ulu hati)
Data Objektif : -porsi makan lain -mengendalikan faktor lingkungan -TTV normal
-Ada nyeri tekan di ulu habis -kendalikan faktor sekitar pasien dengan membatasi TD: 100/60 mmHg
-TTV normal lingkungan yang pengunjung dan menciptakan suasana N : 80 x/ mnt
hati dapat mempengaruhi yang lebih tenang R : 20x/mnt
-Skala nyeri 5 (0-10) respon pasien -agar pasien Respon :pasien tampak terlihat nyaman S : 36,5ºC
-Tanda-TandaVital : terhadap nyaman dan bisa
ketidaknyamanan istirahat A= tujuan teratasi
TD: 110/70 mmHg
misalnya : suhu
ruangan, P= intervensi
28
2. Hipertermia b. d Setelah dilakukan -Monitor tanda-tanda -untuk -memonitor ttv pasien meliputi tekanan S= pasien merasa
penyakit ditandai : tindakan vital\ mengetahui darah, nadi, suhu, respirasi sudah tidak panas
Data Subjektif : keperawatan perkembangan Respon : ttv =
-Pasien mengeluh selama 2x24 jam vital normal tubuh O= -akral sudah
nyeri hilang terutama suhu tidak hangat
demam
dengan kriteria -suhu tubuh pasien
Data Objektif : hasil : -anjurkan pasien -agar tidak terlalu -menganjurkan pasien untuk tidak 37℃
-Penaikan suhu 38,5℃ -Nyeri hilang untuk menghentikan lelah beraktifitas fisik berlebihan
-suhu tubuh aktifitas fisiknya Respon : pasien tidak melakukan A= tujuan teratasi
-Akral teraba hangat
normal 37,5℃ aktifitas fisik berat
-Mata terlihat cekung -akral tidak hangat P= intervensi
-mata tidak -longgarkan pakaian -agar keringat -melonggarkan pakaian pasien dihentika
cekung pasien keluar dan pasien Respon : pasien bisa bergerak bebas
nyaman
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba
Medika. Jakarta.
Implementasi Evaluasi
32
33
A= tujuan teratasi
P= intervensi dihentikan
-mengendalikan faktor lingkungan
sekitar pasien
A= tujuan teratasi
P= intervensi dihentikan