Você está na página 1de 4

Lampiran Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang dimiliki:

- LKPD DKI Jakarta (2014, 2015, 2016)


- LKPD Prov. Sumatera Utara, Kota Medan, Kab. Deli Serdang, Kab. Nias Selatan (2014,
2015, 2016)
- LKPD Prov. Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang, Kab. Manggarai, Kab. Ngada (2014, 2015,
2016)
- LKPD Prov. Papua, Kota Jayapura, Kab. Merauke (2014, 2015, 2016)

Gambaran Dasar Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD):


- Tahun 2014 LKPD masih menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual dengan hanya
memuat empat komponen laporan keuangan, yaitu: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Lap. Keuangan.
- Tahun 2015 dan 2016 LKPD telah menggunakan akuntansi berbasis akrual dengan memuat
tujuh komponen laporan keuangan, yaitu: Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
- Pada praktiknya, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional masih menggunakan
akuntansi berbasis kas sampai saat ini.

Analisis Laporan Keuangan


Metode analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
- Metode Analisis Horizontal (Comparative Financial Statement)
Dilakukan dengan cara membandingkan pos-pos laporan keuangan pemerintah yang sama
dengan periode yang berbeda.
Contoh: - LKPD Prov. Sumatera Utara (2014, 2015, 2016)
- LKPD Kota Medan (2014, 2015, 2016)
- LKPD Kab. Deli Serdang (2014, 2015, 2016)
- Metode Analisis Vertikal (Common Size Financial Statement)
Dilakukan dengan cara membandingkan pos-pos laporan keuangan pada periode yang sama.
Contoh: - LKPD DKI Jakarta, Prov. Sumatera Utara, Prov. Nusa Tenggara Timur, Prov.
Papua (2014)
- LKPD Kota Medan, Kota Nusa Tenggara Timur, Kota Jayapura (2014)
- LKPD Kab. Deli Serdang, Kab. Manggarai, Kab. Merauke (2014)

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


Analisis terhadap kinerja anggaran bisa dilakukan dalam empat bagian yaitu:
1. Analisis Kinerja Pendapatan
Analisis kinerja pendapatan daerah secara umum dilihat dari realisasi pendapatan dengan
anggarannya. Apabila realisasi melampaui anggaran (target) maka kinerjanya dapat dinilai
baik. Penilaian kinerja pendapatan pada dasarnya tidak cukup hanya melihat apakah realisasi
pendapatan daerah melampaui target anggaran, namun perlu dilihat lebih lanjut komponen
pendapatan apa yang paling berpengaruh. Hal ini untuk mengetahui lebih lanjut apakah
pelampauan target pendapatan itu diebabkan karena good planning dan kerja keras pemerintah
daerah ataukah hanya semata-mata good luck saja.
Begitu juga dengan realisasi yang tidak memenuhi anggaran (target). Perlu dilihat lebih jauh
apakah kekurangan target PAD tersebut disebabkan karena buruknya kerja pemerintah daerah
atau karena perencanaan anggaran pendapatan PAD yang dianggarkan terlalu tinggi.
2. Analisis Kinerja Belanja Daerah
Kinerja anggaran belanja daerah dinilai baik apabila realisasi belanja lebih rendah dari jumlah
yang dianggarkan. Namun perlu juga diteliti lebih lanjut apakah realisasi belanja yang lebih
rendah dari anggaran tersebut terjadi karena adanya efisiensi ataukah hanya karena ada
beberapa program dan kegiatan yang tidak dijalankan yang menyebabkan tidak terserapnya
anggaran. Jika ternyata tidak terserapnya anggaran belanja tersebut karena tidak
dilaksanakannya beberapa program dan kegiatan yang telah dianggarkan, maka apa alasan
tidak terlaksananya program atau kegiatan tersebut?
3. Analisis Kinerja APBD Secara Umum
Dengan memperhatikan kinerja pendapatan, kinerja belanja, dan pembiayaan maka kita dapat
menilai kinerja APBD secara umum.
Realisasi …. Anggaran (Pendapatan/Tahun)
Daerah
2014 2015 2016
DKI Jakarta <, PAD < <, PAD < <, PAD <
Prov. Sumatera Utara <, PAD < >, PAD > >, PAD >
Prov. Nusa Tenggara Timur >, PAD > <, PAD > >, PAD <
Prov. Papua <, PAD > <, PAD > <, PAD <
Kota Medan <, PAD < <, PAD < <, PAD <
Kota Kupang >, PAD > <, PAD > <, PAD >
Kota Jayapura >, PAD > <, PAD > <, PAD >
Kab. Deli Serdang <, PAD < <, PAD < <, PAD <
Kab. Nias Selatan <, PAD < <, PAD < <, PAD >
Kab. Manggarai >, PAD > <, PAD < <, PAD <
Kab. Ngada >, PAD < >, PAD > <, PAD >
Kab. Merauke <, PAD > <, PAD > <, PAD >

Realisasi …. Anggaran (Belanja/Tahun)


Daerah
2014 2015 2016
DKI Jakarta < < <
Prov. Sumatera Utara < < <
Prov. Nusa Tenggara Timur < < <
Prov. Papua < < <
Kota Medan < < <
Kota Kupang < < <
Kota Jayapura < < <
Kab. Deli Serdang < < <
Kab. Nias Selatan < < <
Kab. Manggarai < < <
Kab. Ngada < < <
Kab. Merauke < < <
Laporan Realisasi Anggaran (Tahun)
Daerah
2014 2015 2016
DKI Jakarta + + +
Prov. Sumatera Utara _ + +
Prov. Nusa Tenggara Timur + _ +
Prov. Papua + _ +
Kota Medan + _ _
Kota Kupang + + _
Kota Jayapura + + _
Kab. Deli Serdang + _ +
Kab. Nias Selatan _ + +
Kab. Manggarai + _ _
Kab. Ngada + + _
Kab. Merauke + _ +
Jenis Rasio Khusus dalam Mengukur Kinerja Pemerintah Daerah
- Derajat Desentralisasi (DD)
Perbandingan antara jumlah Pendapatan Asli Daerah dengan Total Penerimaan Daerah.
Semakin tinggi kontribusi PAD, maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan desentralisasi.
- Rasio Ketergantungan Daerah
Perbandingan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh pemerintah daerah dengan total
penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar tingkat ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dan/atau pemerintah propinsi.
- Rasio Kemandirian Daerah
Perbandingan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan jumlah pendapatan
transfer dari pemerintah pusat atau pemerintah propinsi serta pinjaman daerah. Semakin tinggi
angka rasio ini menunjukkan pemerintah daerah semakin tinggi kemandirian daerahnya.
- Rasio Efektivitas Pendapatan
Perbandingan realisasi pendapatan dengan target penerimaan pendapatan yang dianggarkan.

Você também pode gostar