Você está na página 1de 4

3

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sawo
Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Ebenales
Family : Sapotaceae
Genus : Achras
Spesies : Achras Zapota (Prihatman 2000).
Sawo merupakan salah satu jenis tanaman buah-buahan daerah tropis,
tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 900 mdpl. Sawo mudah
beradaptasi pada berbagai suhu, tetapi suhu yang terlalu panas dapat mengganggu
pertumbuhannya. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan yang ideal yaitu
1.250-2.500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Sawo juga tahan
terhadap kekeringan (Erfandi 2008).
Sawo dapat dibudidayakan pada hampir semua jenis tanah pertanian,
seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams (daerah aliran sungai),
dan loamy soils (tanah berlempung). Jenis tanah yang paling baik adalah tanah
lempung berpasir (latosol) yang subur, gembur, mengandung banyak bahan
organik, aerasi dan drainase baik. Kedalaman air tanah yang cocok antara 50 - 200
cm. Sawo toleran terhadap salinitas tanah sampai 8 ds/m (Prihatman 2000).
Sawo termasuk suku Sapotaceae di dalam taksonomi tumbuhan.
Sapotaceae adalah suku yang terdiri dari 35-75 genus dan sekitar 800 spesies.
Sapotaceae memiliki pertumbuhan pohon yang luas dan tinggi sekitar 8 meter.
Tajuk lebat dan karakter percabangan sympodial, yang mana percabangan muda
tersusun secara horisontal. Tanaman memiliki sistem perakaran yang ekstensif.
Batang berwarna coklat dan pecah-pecah secara dalam. Daun tersusun spiral dan
berkelompok pada ujung tunas. Bunga memiliki panjang 6-8 mm, berwarna

3
4

kehijau-hijauan, tunggal. Buah berwarna coklat, berair, panjang sekitar 3-8 cm,
berisi 5 atau lebih biji hitam mengkilap kecoklatan (Saradha et al. 2014).
Sawo memiliki tajuk sedang sampai lebar dan berbentuk piramid sampai
bulat. Tinggi tanaman dapat mencapai 18 - 30 m. Eksudat getah berada hampir di
semua bagian tanaman. Dedaunan selalu hijau, berukuran 5-20 cm, kaku,
ujungnya runcing, dan terkelompok di ujung tunas. Warna daun kemerah-merahan
sampai hijau kekuningan saat masih muda atau baru muncul dan hijau muda
sampai hijau tua saat dewasa. Bunga tersendiri atau berkelompok terletak pada
ketiak daun dekat ujung cabang bentuknya kecil, hermaprodit dan berwarna agak
putih. Bentuk buah bulat sampai oval atau kerucut, dagingnya berwarna coklat
muda, kuning coklatan hingga coklat kemerahan dengan tekstur berpasir hingga
lembut, rasanya manis sampai sangat manis (19-24 °Brix). Biji berjumlah 1 - 12,
terkadang ada buah yang tidak berbiji. Biji berwarna coklat gelap sampai hitam,
halus, pipih, mengkilap (Balerdi et al. 2013).

B. Karakterisasi Morfologi
Penelitian tentang karakter morfologi sawo belum banyak dilakukan di
Indonesia akan tetapi telah banyak dilakukan di India dan Amerika Serikat. Salah
satu penelitian tentang karakterisasi morfologi sawo yang pernah dilakukan
adalah tentang 24 kultivar sawo di KRC Arabhavi. Tanaman yang diteliti berumur
10-11 tahun. Berdasarkan semua pengamatan yang dilakukan, kultivar Cricket
Ball, Guthi, Virudhana dan Mohangootee memiliki vigor atau pertumbuhan yang
tinggi. Kultivar yang paling produktif berdasarkan parameter hasil dan kualitas
adalah kultivar CO-1, DHS-2, CO-2, Gavarayya dan Cricket Ball
(Suhasini et al. 2011).
Karakterisasi morfologi dilakukan untuk mengidentifikasi bentuk umum
tanaman, batang, daun, bunga, buah dan biji. Menurut Szamosi (2009), karakter
kuantitatif daun meliputi panjang tangkai, panjang dan lebar daun. Menurut
Sharma et al. (2012) pengamatan morfologi buah menggunakan buah yang telah
masak fisiologis hingga tahap masak optimum. Sampel yang diamati berjumlah
lima buah pada masing-masing tanaman. Pengamatan yang dilakukan meliputi
bentuk, permukaan kulit, diameter, panjang, berat, warna kulit dan daging buah.
5

Karakterisasi morfologi biasanya dilakukan pada spesies tanaman varietas


baru, lokal dan liar. Tanaman biasanya masih berupa aksesi-aksesi. Karakterisasi
morfologi pada aksesi ini seperti yang dilakukan pada 37 dan 27 aksesi semangka
di Turki dan Korea (Huh 2008). Spesies kakao yang masih liar juga
dikarakterisasi morfologinya di Brazil (Santos 2012).
Penentuan keragaman secara sederhana dapat dilakukan melalui
karakterisasi morfologi, komposisi kimia, dan karakter sitologi. Kelebihan
karakterisasi morfologi dari pada metode lainnya yaitu dapat dilakukan dengan
mudah dan biaya lebih murah (Sharma et al. 2010). Karakterisasi merupakan
suatu kegiatan untuk mengetahui sifat morfologi yang dapat dimanfaatkan dalam
membedakan antar aksesi, menilai besarnya keragaman genetik,
mengindentifikasi varietas, menilai jumlah aksesi, dan sebagainya (Bermawie
2005).
Karakterisasi morfologi dapat digunakan untuk identifikasi duplikasi
plasma nutfah, studi pendugaan keragaman genetik dan studi antara morfologi
dengan sifat penting agronomi (Talebi et al. 2008). Saat ini pengetahuan
morfologi suatu tanaman tetap penting untuk mengetahui karakter suatu tanaman.
Untuk mendapatkan tanaman sawo yang memiliki produktivitas tinggi dan
kualitas unggul, tanaman sawo harus berasal dari bibit yang unggul. Bibit unggul
diperoleh dari pemuliaan tanaman. Salah satu pemuliaan tanaman yang dapat
dilakukan yaitu persilangan. Persilangan dilakukan antar jenis tanaman sawo yang
masing-masing memiliki sifat unggul. Karakterisasi morfologi tanaman sawo
dapat digunakan untuk mengetahui karakter-karakter dan sifat-sifat unggul dari
tanaman sawo.
Identifikasi karakter morfologi dilakukan dengan menggunakan deskriptor
suatu tanaman atau biasa dikenal dengan IPBGR (The International Board for
Plant Genetic Resources). Deskriptor dikembangkan pertama kali oleh FAO.
Deskriptor terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi tentang informasi aksesi,
taksonomi dan pengumpulan data. Bagian kedua berisi karakterisasi dan evaluasi
(Faberova 2010).
6

Deskriptor yang digunakan untuk identifikasi karakter morfologi


merupakan kumpulan data yang berasal dari The International Plant Genetic
Resources Institute (IPGRI). Deskriptor merupakan kumpulan data yang terdiri
empat kategori yaitu Passport, Manajemen, Lingkungan dan Kondisi serta
Karakterisasi (IPGRI 2006). Karakterisasi morfologi untuk tanaman hanya
menggunakan deskriptor karakterisasi.

Você também pode gostar