Você está na página 1de 68

ASMA PADA ANAK

Dr. Khairiyadi, M.Kes., Sp.A


Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Divisi Respirologi
1
Introduction
• the World Health Organization (WHO) has estimated that 15 million
disability-adjusted life-years are lost and 250,000 asthma deaths are
reported worldwide.
• Approximately 500,000 annual hospitalizations (34.6% in individuals aged
18 y or younger) are due to asthma.
• In the United States, asthma prevalence, having increased from 1980 to
1996, showed a plateau at 9.1% of children (6.7 million) in 2007.
• The cost of illness related to asthma is around $6.2 billion.
• Each year, an estimated 1.81 million people (47.8% in individuals aged 18 y
or younger) require treatment in the emergency department.
• Among children and adolescents aged 5-17 years, asthma accounts for a
loss of 10 million school days and costs caretakers $726.1 million because
of work absence

2
Pasien risiko tinggi
Pasien dengan riwayat:
• Serangan asma yang • Kunjungan ke UGD atau
mengancam nyawa dirawat di RS karena
• Intubasi karena serangan asma dalam setahun
asma terakhir
• Pneumotoraks &/ • Tidak teratur berobat
pneumomediastinum sesuai rencana terapi
• Serangan asma • Berkurangnya persepsi
berlangsung dalam tentang sesak napas
waktu yang lama • Penyakit psikiatrik atau
• Penggunaan steroid masalah psikososial
sistemik (saat ini atau • Alergi makanan dengan
baru berhenti) gejala yang berat
3
Patofisiologi serangan asma

4
Definisi asma
• Asma adalah
• penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat
bervariasi

Batuk Wheezing Sesak napas Dada tertekan

Cenderung
Kronik &/
Reversibel memberat pada Ada pencetus
berulang
malam/ dini hari

5
Serangan asma

Episode peningkatan yang progresif


(perburukan) dari gejala-gejala batuk, sesak
napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau
berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut

Mencerminkan gagalnya tata laksana asma jangka


panjang, atau adanya pajanan dengan pencetus

6
Diagnosis

Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang

Dasar utama diagnosis adalah


anamnesis untuk menggali manifestasi klinis
dengan karakteristik yang khas
mengarah ke asma
7
Anamnesis (1)
Batuk kronik berulang (BKB) dapat menjadi petunjuk awal
untuk membantu diagnosis asma

Karakteristik yang mengarah ke asma adalah:


• Episodisitas : gejala timbul episodik/berulang
• Variabilitas: intensitas gejala bervariasi dari waktu ke
waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya malam hari
lebih berat (nokturnal)
• Reversibilitas: gejala dapat membaik secara spontan
atau pemberian obat pereda asma
• Hiperreaktivitas: gejala timbul didahului faktor
pencetus
8
1.Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Pemeriksaan fisis
• Gejala relevan asma:
– Tanpa gejala
– Ada gejala: batuk, sesak,
wheezing, ekspirasi Allergic shiner
memanjang
• Tanda alergi:
– Dermatitis atopik, rinitis alergi
– Allergic shiners, geographic
tongue
Geographic tongue

9
Pemeriksaan penunjang (1)
Mendukung diagnosis asma:
• Uji fungsi paru
– Spirometri
– Peak flow meter
• Uji cukit kulit (skin prick test),
Spirometri
eosinofil total darah, pemeriksaan
IgE spesifik
• Uji inflamasi respiratori: FeNO
(fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum
• Uji provokasi bronkus dengan
exercise, metakolin, hipertonik salin Peak flow meter 10
Penggunaan Spacer(2)

11
Zar HJ, Asmus MJ, Weinberg EG. A 500-ml plastic bottle: An effective spacer for children with asthma. Pediatr Aleergy Immunol 2002;13:217-22.
Pemeriksaan penunjang (2)
Mencari diagnosis banding:
• Uji defisiensi imun
• Uji tuberkulin
• CT-scan toraks
• Foto sinus paranasalis
• Endoskopi
• Foto Rontgen toraks respiratori
• Uji refluks gastroesofagus (rinoskopi,
• Uji keringat laringoskopi,
• Uji gerakan silia bronkoskopi)

12
Kriteria diagnosis asma anak > 5 tahun
2

Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk ,  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
sesak napas, dada  Gejala berfluktuasi intensitasnya dari
tertekan, produksi waktu ke waktu
sputum  Gejala memberat pada malam atau dini
hari
 Gejala timbul bila ada pencetus
Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi
Gambaran obstruksi FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
saluran respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas
(pascabronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%
13
2.The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Alur diagnosis asma (1)

• Outline :

• Lebih rinci pada slide selanjutnya 14


Alur diagnosis asma (2)

15
Diagnosis banding (1)
Gejala asma tidak patognomonik, dalam arti dapat juga
merupakan gejala penyakit lain sehingga perlu
dipertimbangkan diagnosis banding1,2 :

Infeksi dan kelainan Obstruksi mekanis


imunologis • Laringomalasia,
• Rinitis, rinosinusitis trakeomalasia
• Chronic upper airway • Hipertrofi timus
cough syndrom • Aspirasi benda asing
• Infeksi respiratori • Vascular ring, laryngeal web
berulang • Disfungsi pita suara
• Bronkiolitis • Malformasi kongenital
• Aspirasi berulang saluran respiratori
• Tuberkulosis
16
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Diagnosis banding (2)
Patologi bronkus Kelainan sistem organ
• Displasia lain
bronkopulmonal • Penyakit refluks gastro-
• Bronkiektasis esofagus (GERD)
• Diskinesia silia primer • Penyakit jantung
• Fibrosis kistik bawaan
• Gangguan
neuromuskular
• Batuk psikogen
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org 17
Klasifikasi (1)

Berdasarkan umur 1
• Asma bayi-baduta (bawah dua tahun)
• Asma balita
• Asma usia sekolah (5-11 tahun)
• Asma remaja (12-17 tahun)
Dalam pedoman asma anak ini hanya dibedakan
asma anak dan asma balita
18
1.Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Klasifikasi (2)
Berdasarkan fenotip 1,2,3
• Asma tercetus infeksi virus
• Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)
• Asma tercetus alergen
• Asma terkait obesitas
• Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered
asthma)
Dalam pedoman ini klasifikasi berdasarkan fenotip tidak
digunakan untuk kepentingan tatalaksana asma
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
3. Chung KF, Wenzel SE, Brozek JL, Bush A, Castro M, et al. International European Respiratory Society (ERS)/ATS (American Thoracic Society) on Definiton,
Evaluation, and Treatment of Severe Asthma. Eur Respir J. 2014 Feb;43(2):343-73. 19
Klasifikasi (3)

Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala 1,4


• Asma intermiten
• Asma persisten ringan
• Asma persisten sedang
• Asma persisten berat
Dalam pedoman ini, klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala
dipakai sebagai dasar penilaian awal pasien. Ini berubah dari
PNAA sebelumnya yang membagi asma menjadi asma episodik
jarang, asma episodik sering, dan asma persisten.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. 20
Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (4)

Klasifikasi kekerapan dibuat pada kunjungan-kunjungan


awal dan dibuat berdasarkan anamnesis :
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan
Persisten
>1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
1. 21
Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (5)
Keterangan untuk membuat klasifikasi kekerapan:
1. Klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dibuat setelah
dibuat diagnosis kerja asma dan dilakukan tatalaksana
umum (penghindaran pencetus) selama 6 minggu
2. Jika sudah yakin diagnosis asma dan klasifikasi sejak
kunjungan awal, tatalaksana dapat dilakukan sesuai
klasifikasi
3. Klasifikasi kekerapan ditujukan sebagai acuan awal
penetapan jenjang tatalaksana jangka panjang
4. Jika ada keraguan dalam menentukan klasifikasi
kekerapan, masukkan ke dalam klasifikasi lebih berat.
1. 22
Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (6)

Kesetaraan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015


adalah:
PNAA 2004 PNAA 2015
Episodik Jarang Intermiten
Episodik Sering Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten
Persisten Berat

23
Klasifikasi (7)
Berdasarkan derajat beratnya serangan2,4
• Asma serangan ringan-sedang
• Asma serangan berat
• Serangan asma dengan ancaman henti napas

Dalam pedoman asma anak ini klasifikasi derajat


serangan digunakan sebagai dasar penentuan
tatalaksana.

2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
24
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (8)
Berdasarkan derajat kendali 1,2,4
• Asma terkendali penuh (well controlled)
– Tanpa obat pengendali : pada asma intermiten
– Dengan obat pengendali : pada asma persisten
(ringan/sedang/berat)
• Asma terkendali sebagian (partly controlled)
• Asma tidak terkendali (uncontrolled)
Dalam pedoman ini, klasifikasi derajat kendali dipakai untuk menilai
keberhasilan tatalaksana yang tengah dijalankan dan untuk penentuan
naik jenjang (step-up), pemeliharaan (maintenance) atau
turun jenjang (step-down) tatalaksana yang akan diberikan.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
25
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (9)
Berdasarkan keadaan saat ini:
• Tanpa gejala
• Ada gejala
• Serangan ringan-sedang
• Serangan berat
• Ancaman gagal napas

Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif


akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada
tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala
tersebut.
26
Tahapan penegakan
diagnosis asma
1. Diagnosis: Asma
– Dibuat sesuai alur diagnosis asma anak
– Tatalaksana umum: penghindaran pencetus, pereda,
dan tatalaksana penyakit penyulit
2. Diagnosis klasifikasi kekerapan
– Dibuat dalam waktu 6 minggu setelah dibuat
diagnosis asma, dapat kurang dari 6 minggu bila
informasi klinis sudah kuat
3. Diagnosis derajat kendali
– Dibuat setelah 6 minggu menjalani tatalaksana
jangka panjang awal sesuai klasifikasi kekerapan

27
Diagnosis klasifikasi kekerapan
• Dibuat pada saat awal dan umumnya akan
menetap dari waktu ke waktu.
• Akan tetapi, bila dalam pelaksanaan tata
laksana jangka panjang, kekerapan gejala jelas
mengalami perubahan maka derajat
kekerapannya dapat berubah menjadi derajat
yang lebih rendah atau tinggi.

28
Labelisasi pasien asma

29
Penilaian derajat serangan asma
Serangan asma
Asma serangan
Asma serangan berat dengan ancaman
ringan-sedang
henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata Kriteria asma derajat berat
• Lebih senang duduk • Duduk bertopang lengan terpenuhi ditambah
daripada berbaring • Gelisah dengan:
• Tidak gelisah • Frekuensi napas meningkat • Mengantuk
• Frekuensi napas • Frekuensi nadi meningkat • Letargi
meningkat • Retraksi jelas • Suara napas tak terdengar
• Frekuensi nadi meningkat • SpO2 (udara kamar) < 90%
• Retraksi minimal • PEF < 50% prediksi atau
• SpO2 (udara kamar): terbaik
90-95%
• PEF > 50% prediksi atau
terbaik

30
Tujuan tata laksana serangan asma (akut)

Mengatasi penyempitan saluran respiratori


secepat mungkin

Mengurangi hipoksemia

Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal


secepatnya

Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana


jangka panjang untuk mencegah kekambuhan
31
Tujuan tata laksana jangka panjang

Mencapai • Aktivitas pasien berjalan


normal Potensi
kendali • Gejala tidak timbul
• Kebutuhan obat minimal tumbuh
asma • Efek samping obat dicegah
kembang
anak
Mengurangi risiko secara
serangan optimal

32
The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Tahapan tata laksana serangan asma

Di
rumah
Di ruang
rawat
Di UGD

33
Obat asma
Obat pereda (reliever) Obat pengendali (controller)
• Meredakan serangan atau • Mengatasi masalah dasar
gejala asma asma  inflamasi respiratori
• Digunakan seperlunya, bila kronik
gejala reda obat dihentikan • Mencegah serangan asma
• Agonis β2 kerja pendek, • Dipakai terus menerus dalam
antikolinergik, steroid jangka waktu lama
sistemik • Steroid inhalasi/sistemik,
antileukotrien, kombinasi
steroid agonis β2 agonis kerja
panjang inhalasi, teofilin lepas
lambat, anti-imunoglobulin E
34
Mark FitzFerald, M. H. R., MD (2012). "Global Strategy for Asthma Management and Prevention Update 2012." GINA.
Tata laksana serangan asma di rumah (1)

• Oleh pasien atau keluarga dengan pendidikan


cukup dan riwayat terapi teratur
• Inhalasi agonis β2 kerja pendek 2 kali  respon
tidak baik  dokter

Tidak boleh tata laksana di rumah, harus segera


dibawa IGD, bila:
• Risiko tinggi
• Sesak berat
35
Tata laksana serangan asma di rumah (2)

Berikan inhalasi agonis β2 kerja pendek


Via nebuliser Via MDI + spacer
• Berikan agonis 2 kerja • Berikan serial agonis β2 kerja
pendek via spacer dengan dosis
pendek, lihat respons  2-4 semprot
gejala menghilang  cukup • Berikan 1 semprot diikuti 6-8
diberikan satu kali tarikan napas, kocok kanister, lalu
berikan semprotan berikutnya
• Jika gejala belum membaik dengan siklus yang sama
dalam 30 menit  ulangi • Jika gejala membaik  inhalasi
pemberian sekali lagi dihentikan.
• Jika gejala belum membaik dalam
• Jika dengan 2 kali pemberian 30 menit  ulangi serial yang
agonis 2 kerja pendek via sama dengan 2-4 semprot
nebuliser belum membaik  • Jika gejala belum membaik
segera bawa ke fasyankes dengan 2 serial (2 x 2-4 semprot),
segera bawa ke fasyankes
36
Efektivitas pemberian agonis 2
kerja pendek via MDI + spacer
Pemberian agonis 2 kerja pendek via MDI dan spacer
mempunyai efektivitas yang sama dengan pemberian via
nebuliser, dengan catatan:
 Pasien tidak dalam serangan asma berat atau ancaman
henti napas
 Pasien bisa menggunakan MDI dengan spacer
 Sebaiknya menggunakan spacer yang baru atau
sebelumnya dicuci dengan air deterjen dan dikeringkan
di udara kamar
 Bila tidak tersedia spacer, bisa digunakan botol plastik
500 ml sebagai pengganti spacer
37
Tata laksana serangan asma di UGD fasyankes primer

38
Tata laksana serangan asma di UGD rumah sakit

39
Keterangan untuk alur tata laksana serangan
asma di UGD

**Pilihan steroid untuk serangan asma


Nama Generik Sediaan Dosis
Metilprednisolon tablet 4 mg, tablet 8 mg 1-2mg/kgBB/hari, tiap 6 jam
1 – 2 mg/kg, tiap 12 jam, tidak melebihi 60
Metilprednisolon suksinat injeksi vial 125 mg, vial 500 mg
mg/hari
Prednison tablet 5 mg 1-2 mg/kgBB/ hari, tiap 12 jam
Hidrokortison-suksinat injeksi vial 100 mg 2-4 mg/kgBB/kali , tiap 6 jam
ampul 4 mg/ml, 0,5−1 mg/kgBB – bolus, dilanjutkan 1
Deksametason injeksi
ampul 10 mg/ml
Betametason injeksi Ampul 6 mg/ml 0,05−0,1 mg/kg BB - tiap 6 jam

*** Bila pulse oximetry tidak tersedia, oksigen tetap diberikan dengan monitor gejala dan tanda distres respirasi, termasuk
40
derajat kesadarannya
Tindak lanjut tata laksana
serangan asma di UGD

• Bila pasien memenuhi kriteria untuk dipulangkan, obat yang


dibawakan pulang:
– Agonis β2 kerja pendek (bila tersedia sangat dianjurkan
pemberian inhalasi daripada pemberian preparat oral)
– Steroid oral, 3-5 hari tanpa tappering-off
• Jika pasien dengan asma persisten, berikan obat pengendali.
Apabila pasien sebelumnya sudah diberi obat pengendali,
evaluasi dan sesuaikan ulang dosisnya
• Jika obat diberikan dalam bentuk inhaler, sebelum pasien
dipulangkan, pastikan teknik pemakaian inhaler sudah tepat
• Kontrol ulang ke fasyankes 3-5 hari kemudian
41
Tata laksana di ruang rawat sehari
• Oksigen yang telah diberikan saat pasien
masih di UGD tetap diberikan
• Setelah pasien dua kali nebulisasi dalam 1 jam
dengan respons parsial di UGD  teruskan
nebulisasi dengan agonis 2 + ipratropium
bromida setiap 2 jam
• Berikan steroid sistemik oral berupa
prednisolon/prednison hingga 3-5 hari
• Jika dalam 12 jam klinis tetap baik, maka
pasien dipulangkan dan dibekali obat
42
Tata laksana di ruang rawat inap (1)
• Pemberian oksigen diteruskan
• Koreksi dehidrasi & asidosis, bila ada
• Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8
jam, dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari
• Nebulisasi agonis 2 + ipratropium bromida

• Jika dalam 4-6 kali pemberian mulai terjadi


perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar
menjadi tiap 4-6 jam

43
Tata laksana di ruang rawat inap (2)
Dosis inisial Dosis rumatan
Belum pernah dapat 6-8 mg/kgBB, dilarutkan 0,5-1 mg/kgBB/jam
aminofilin dalam dekstrosa atau
garam fisiologis sebanyak
20 ml, dan diberikan
selama 30 menit, dengan
infusion pump atau
mikroburet
Telah mendapatkan 3-4 mg/kgBB, dilarutkan 0,25-0,5 mg/kg/jam
aminofilin (< 8 jam) dalam dekstrosa atau
garam fisiologis sebanyak
20 ml, dan diberikan
selama 30 menit, dengan
infusion pump atau
mikroburet

Sebaiknya kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml


44
Tata laksana di ruang rawat inap (3)
• Perbaikan klinis  nebulisasi diteruskan setiap 6
jam hingga mencapai 24 jam, dan steroid serta
aminofilin diganti dengan pemberian per oral

• Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien


dapat dipulangkan dengan dibekali obat:
– Agonis 2 (hirupan atau oral) setiap 4-6 jam selama
24-48 jam
– Steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke
fasyankes dalam 3-5 hari untuk reevaluasi tata laksana
45
Tata laksana di ruang rawat intensif

Ancaman henti napas


• Hipoksemia tetap terjadi meskipun sudah diberi oksigen
• Tidak ada respons sama sekali terhadap tata laksana awal
di UGD dan/atau perburukan asma yang cepat
• Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain ancaman
henti napas, atau hilangnya kesadaran.
• Tidak ada perbaikan dengan tata laksana baku di ruang
rawat inap

46
Obat pereda (reliever)
• Obat untuk meredakan serangan atau gejala asma bila
sedang timbul
• Digunakan seperlunya, bila gejala reda obat dihentikan

• Antara lain:
• Agonis β2 kerja pendek
• Ipratropium bromida
• Steroid sistemik
• Adrenalin
• Magnesium sulfat
• Steroid inhalasi 47
Adrenalin
• Apabila tidak tersedia obat-obatan lain, dapat
digunakan adrenalin
• Epinefrin (adrenalin) IM diberikan sebagai
terapi tambahan pada asma yang
berhubungan dengan anafilaksis dan
angioedema
• Dosis 10µ/kg (0.01 ml/kg adrenalin 1:1000),
dengan dosis maksimal 500µ (0.5 ml) secara
intramuskular (IM)
48
Magnesium sulfat (MgSO4)
• Pertimbangan pada serangan asma berat yang tidak
membaik/dengan hipoksemia menetap setelah 1 jam terapi
awal dengan dosis maksimal

Sediaan • MgSO4 20% dan 40%

Cara pemberian • Bolus, bolus diulang, drip kontinu, dan inhalasi

Dosis yang • 20-100 mg/kg BB (maksimum 2 gram) diberikan


dianjurkan selama 20 menit

• Larutkan dalam Dekstrosa 5% atau lsalin dengan


Drip kontinu pengenceran 60 mg/ml, diberikan 10-20 mg/kg/jam
49
Steroid inhalasi
• Steroid nebulisasi dengan dosis tinggi (1.600-
2.400µg budesonide) dapat digunakan untuk
serangan asma
• Steroid nebulisasi dosis rendah tidak bermanfaat
untuk mengatasi serangan asma
• Harap diperhatikan pula bahwa penggunaan
steroid inhalasi dosis tinggi ini terbatas pada
pasien-pasien yang memiliki kontraindikasi
terhadap steroid sistemik
50
Obat yang tidak dianjurkan untuk
tata laksana serangan asma
1. Antihistamin

2. Obat sedasi

3. Mukolitik

Pemberian mukolitik tidak memunyai efek yang signifikan dan


tidak boleh diberikan pada serangan asma

4. Antibiotik
Kecuali pada infeksi respiratori yang dicurigai karena bakteri,
dugaan adanya rinosinusitis bakterial yang menyertai asma,
atau dugaan pneumonia atipik
51
Jenis alat inhalasi sesuai usia

Umur Alat inhalasi


 Nebuliser dengan masker
<5 tahun  MDI dengan spacer: aerochamber,
pocketchamber, babyhaler
 Nebuliser dengan mouth piece
 MDI dengan spacer
5−8 tahun
 DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler

 Nebuliser dengan mouth piece


>8 tahun  MDI dengan/tanpa spacer
 DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler
52
Barry PW, Fouroux B, Pederson S, O’Callaghan C. Nebulizers in childhood. Eur Respir Rev 2000; 10: 527−35.
Terapi Inhalasi

Nebulizer DPI MDI

Mesh • Turbuhaler
Jet Neb Spacer (+) Spacer (-)
Neb • Discus
• Swinghaler
UltraSonic
Neb extension dv holding ch

Reiser J, Warner J. Inhalation treatment for asthma. Arcs of Dis in Child. 1986;61:88-94.
uchão FP, Filho LVRFdS. Advanced in inhalation therapy in pediatric. Jornal de Pediatria. 2010;86(5):367-76.
53
Qi A. Miniature inhalation therapy platform using surface acoustic wave microfluidic atomization. 2009:2184-93.
Pemakaian spacer
Mengurangi deposisi obat dalam mulut (orofaring)

Jumlah obat yang akan tertelan berkurang sehingga mengurangi efek


sistemik

Deposisi obat dalam saluran respiratori bawah lebih baik sehingga


didapatkan efek terapeutik yang baik

Spacer dapat dibuat menggunakan gelas plastik atau botol plastik dengan
volume 500 ml yang sama efektifnya dengan spacer konvensional

Zar HJ, Asmus MJ, Weinberg EG. A 500-ml plastic bottle: An effective spacer for children with asthma. Pediatr Aleergy Immunol 2002;13:217-22.
Zar HJ, Streun S, Levin M, Weinberg EG, and Swingler GH. Randomised controlled trial of the efficacy of a metered dose inhaler with
54 bottle
spacer for bronchodilator treatment in acute lower airway obstruction. Arch Dis Child 2007;92:142-6.
Kapan memulai pemberian
obat pengendali?

Diagnosis banding asma sudah disingkirkan

Tata laksana non-medikamentosa sudah dilakukan


(penghindaran pencetus)

Faktor penyulit asma seperti rinitis alergi,


rinosinusitis, atau GERD sudah ditatalaksana

Klasifikasi kekerapan asma adalah asma persisten (ringan,


sedang, berat)

55
Derajat kendali asma
A. Kendali gejala asma (dalam 6-8 minggu terakhir)
Terkendali penuh Terkendali
dengan/tanpa sebagian
Tidak
Manifestasi Klinis obat pengendali (Minimal satu
terkendali
(Bila semua kriteria terpenuhi) kriteria
terpenuhi)
Gejala siang hari Tidak pernah (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu
Aktivitas terbatas Tidak ada Ada Tiga atau lebih
kriteria
Terbangun malam terkendali
Tidak ada Ada
hari karena asma sebagian
Pemakaian pereda Tidak ada (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu

B. Penilaian risiko perjalanan asma (risiko eksaserbasi, ketidakstabilan, penurunan fungsi


paru, efek samping)
Asma yang tidak terkendali, sering eksaserbasi , pernah masuk ICU karena asma, FEV1
yang rendah, paparan terhadap asap rokok, mendapat pengobatan steroid inhalasi dosis
tinggi 56
Dosis preparat steroid inhalasi pada anak asma

57
The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Program KIE pada anak (1)

1. Penjelasan tentang mekanisme inflamasi pada asma dan cara


pengendalian asma
2. Komunikasi antara pasien dan dokter untuk mengetahui
keluhan pasien dan menetapkan rencana pengobatan
bersama
3. Mengikuti rencana aksi tertulis terutama pada anak dengan
asma persisten, kendali asma yang jelek, atau anak dengan
riwayat serangan yang sering
4. Mengidentifikasi, mengendalikan serta menghindari faktor-
faktor yang memperburuk gejala asma dan pencetus serangan
5. Mampu menangani apabila timbul gejala atau perburukan
gejala
6. Mampu mengetahui kapan dan kemana mencari pertolongan
National Heart, Lung, and Blood Institute. National asthma education and prevention program expert panel report 3: guidelines for the58
diagnosis
and management of asthma full report 2007.
Program KIE pada anak (2)

7. Penjelasan steroid hirupan sebagai obat pengendali


asma
8. Penjelasan penggunaan obat minum dan terapi
inhalasi yang tepat dan benar
9. Mendorong anak mandiri dalam penatalaksanaan asma
10. Menghilangkan persepsi yang salah tentang asma dan
pengobatannya
11. Penjelasan dan cara memakai PFM, inhaler, dan spacer
berkatup
12. Pantau gejala dengan nilai PFM
13. Menerapkan pola hidup sehat
National Heart, Lung, and Blood Institute. National asthma education and prevention program expert panel report 3: guidelines for the59
diagnosis
and management of asthma full report 2007.
Program KIE pada keluarga
1. Membina suasana keluarga
2. Menerapkan pola hidup sehat, misalnya tidak merokok dan
berolahraga
3. Menjaga kesehatan anak dan kesehatan pernapasan anak
4. Mengenali dan mengendalikan faktor pencetus serangan
5. Mengenal tanda-tanda awal serangan asma, antara lain batuk,
mengi (wheezing), rasa dada tertekan, dan napas yang pendek
6. Menyediakan dan memberi obat dengan waktu, cara, dan
lamanya dengan tepat
7. Mengetahui kapan harus membawa ke dokter
8. Memantau kemajuan atau kemunduran asma anaknya dengan
Peak Flow Monitoring
60 dari:
Asthma self-management goals for children 9 years and younger. [Diakses 3 Mei 2013]. Diunduh
http://www.chcs.org/usr_doc/Self_Management_Goals_for_Children.pdf
Program KIE pada sekolah (1)
1. Koordinasi penatalaksanaan asma anak
2. Meminta formulir RAA ketika mendaftar di sekolah
dan menggunakannya
3. Komunikasi antara guru dengan anak yang menderita
asma
4. Pelatihan tentang pengertian asma, penatalaksanaan,
faktor pencetus, serta pengenalan tanda kegawatan
asma kepada pegawai sekolah
5. Kebijakan sekolah yaitu lingkungan bebas asap rokok

Wheeler LS, Bartholomew LK, Boehm R, Brasler M, Constante C, Goldberg E, dkk. Managing asthma a guide for schools. 2003 Maryland State
61
Department of Education Student Services and Alternative Programs Branch. Management of student with asthma in school maryland state
school health services guideline. 2006
Program KIE pada sekolah (2)
6. Protokol kegawatdaruratan untuk anak dengan
gangguan pernapasan jika tidak mempunyai RAA
7. Kebijakan bahwa siswa mempunyai akses cepat
terhadap pengobatannya
8. Penanganan terhadap siswa yang sering absen,
sering ke UKS, kunjungan ke unit gawat darurat,
atau ke rumah sakit akibat asmanya
9. Memunyai akses dengan tenaga kesehatan
10. Meminimalisasi polusi seperti kecoa, tungau debu,
jamur, hewan, penggunaan kapur, debu, parfum
dan bau-bauan yang kuat, kadar ozon yang tinggi,
temperatur ekstrim,dan kadar SO2 yang tinggi

62
Program KIE pada sekolah (3)

11.Lingkungan sekolah bebas makanan alergi


12.Tidak melakukan pembatasan olahraga atau
latihan fisis dengan syarat tetap mengikuti
kaidah:
– Melakukan pemanasan dan pendinginan
– Olahraga yang bersifat aerobik
– Hindari berolahraga di tempat terbuka yang terlalu
dingin, terlalu panas, atau berpotensi alergen

Wheeler LS, Bartholomew LK, Boehm R, Brasler M, Constante C, Goldberg E, dkk. Managing asthma a guide for schools. 2003 Maryland State
63
Department of Education Student Services and Alternative Programs Branch. Management of student with asthma in school maryland state
school health services guideline. 2006
Program KIE pada sekolah (4)
14. Selalu melibatkan anak dalam setiap aktivitas sekolah
15. Memodifikasi aktivitas yang melibatkan anak asma
16. Komunikasi staf sekolah dengan orangtua/petugas
kesehatan yang menangani anak asma tentang
perkembangan penyakitnya
17. Menghindari kolam renang dengan kadar klorin yang
tinggi di tempat tertutup (ventilasi udara harus baik)
18. Menyediakan obat-obatan
19. Melakukan pembatasan olahraga jika anak baru
mengalami serangan asma atau anak yang mengalami
infeksi saluran respiratori
64
Rencana Aksi Asma (RAA)
Asthma Action Plan (AAP)
• Mencapai kemandirian program KIE 
Catatan harian gejala dan penilaian PFM (Peak
Flow Meter) diisi anak atau orang tua
• RAA berisi :
– Instruksi kapan, bagaimana cara, dan lamanya
meningkatkan dosis pengobatan
– Penentuan kapan harus mencari pertolongan
medis

65
Rencana Aksi Asma (RAA) (1)
Rencana Aksi Asma (RAA) (2)
TERIMA KASIH

Você também pode gostar