Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan
oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah
beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan
fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir.
Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.
Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang
baik dan adekuat. Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak
tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan
praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta perawatan pasca operasi.
Penatalaksanaan perioperatif yang baik.
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui
akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak
dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus
terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan
(tembus pandang).
Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat
usus besar dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai
dengan kelainan kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi
dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang
luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang
mudah terinfeksi.
Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa
sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa
cukup dapat direntang untuk memungkinkan penempatan kembali isi
abdomen. Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti
silastic, yang dapat digulung ke atas, sehingga usus dapat didorong masuk
secara bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa minggu.

1
(Pincus Eatzel dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC :
Jakarta).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Omfalokel ?
2. Apa Etiologi terjadinya Omfalokel ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Omfalokel ?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada Omfalokel ?
5. Bagaimana komplikasi pada Omfalokel ?
6. Bagaimana pemeriksaan dignostik pada omfalokel?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Omfalokel ?

C. Tujuan Masalah
1. Mentetahui Definisi Omfalokel ?
2. Mengetahui Etiologi terjadinya Omfalokel ?
3. Mengetahui Patofisiologi dari Omfalokel ?
4. Mengetahui manifestasi klinis pada Omfalokel ?
5. Mengetahui komplikasi pada Omfalokel ?
6. Mengetahui pemeriksaan dignostik pada omfalokel?
7. Mengetahui Penatalaksanaan Omfalokel ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Omfalokel adalah penonjolan isi abdomen melalui dinding abdomen
pada titik sambungan korda umbilicus dan abdomen. (Prillitteri.2002.
Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak Hal. 520).
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi (sembuhan) isi ronnga
perut keluar di sekitar umbilicus,benjolan dan dibungkus dalam suatu
kantong. (Markum,AH.1991.Ilmu Kesehatan Anak hal. 245-246).
Omfalokel adalah hernisi/benjolan isi rongga perut ke dalam dsar tali
pusat. (Behrman,Ricard E.19998.Ilmu Kesehatan Anak. hal. 659).
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui
akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak
dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus
terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan
(tembus pandang).
Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat
usus besar dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai
dengan kelainan kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi
dan diameter beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang
luas. Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang
mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan
bedah bisa sangat sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding abdomen
yang tersisa cukup dapat direntang untuk memungkinkan penempatan
kembali isi abdomen. Penggantinya, cacat ini dapat ditutupi dengan bahan
sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke atas, sehingga usus dapat
didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga . abdomen dalam masa
beberapa minggu.

3
B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai
sekarang.. ada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, disertai oleh kelainan
bawaan lainnya, seperti kelainankromosom, herniadiafragmatika dan kelainan
jantung. ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu
yaitu kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke
bagian tengah dan menetapnya the body stalk selama gestasi 12 minggu.
2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko
tinggi kehamilan seperti :
 Infeksi dan penyakit pada ibu
 Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
 Kelainan genetic
 Defesiensi asam folat
 Hipoksia
 Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
 Asupan gizi yang tak seimbang
Beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan
menimbulkan terjadinya omfalokel diantaranya adalah infeksi,
penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat,
hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan
terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik.
Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan
lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi
dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal

4
Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi
memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus.
Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak
untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.

D. Patofisiologi
Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke
rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga
menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya
prostrusi (sembilan) dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen
melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol
keluar).
Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat
pecah dan terjadi infeksi. Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel,
kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan
kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung. Pada janin usia 5 – 6
minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10
minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari
extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka
akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang
hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion
yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan
ini disebut omfalokel.
Patofisiologi dari omphalokel adalah :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam
dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada
isi usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping
kanan). Ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas
abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.

5
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap
sebagai anomaly.
3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan
dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin.
Akibatnya, usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi
cairan amnion dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek.
Rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan
dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari
tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi,
kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan
sepsis, aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit
koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
7. Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di
rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen
abdomen sehingga usus dari extraperitoneum akan masuk ke rongga
perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal
umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri
dari lapisanperitoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening
sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut
omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus
akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan
amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.

E. Manifestasi Klinis
Omfalokel biasanya tanpa gejala, jarang yang mengeluh nyeri.
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel
bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil,

6
mungkin hanya usus yang menonjol, tetapi jika lubangnya besar, hati juga
bisa menonjol melalui lubang tersebut.
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar.
2. Penonjolan pada isi usus.
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound

F. Komplikasi
Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi
yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan
ventilator yang lama.
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan
lain yang memperburuk prognosis.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis omfalokel meliputi pemeriksaan fisik secara lengkap dan
perlu suatu rontgen dada serta ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel
diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin umbilikus. Defek
tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal
sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau
amnion. Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau
sekitar 4% saat proses kelahiran. Omfalokel raksasa (giant omphalocele)
mempunyai suatu kantong yang menempati hampir seluruh dinding abdomen,
berisi hampir semua organ intraabdomen dan berhubungan dengan tidak
berkembangnya rongga peritoneum serta hipoplasi pulmoner.

7
Menurut A.H. Markum (1991) pemeriksaan diagnostik dari omphalokel:
1. Pemeriksaan Fisik.
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa
hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir. Pada gastro schisis usus
berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis
prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan
MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai
dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan
memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik.
Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung.
Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan
amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau
tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DI


DENGAN OMFALOKEL RUANG NICU RSUD dr. ZUBIR
MAHMUD KABUPATEN ACEH TIMUR

No. Register : 03-90-60 Jam: 12.00 WIB


Masuk RS/Klinik Tgl. Jam : 12 Maret 2018
Dirawat di Ruang : NICU

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny. S Nama : Tn. N
Umur : 26 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia Suku Bangsa : Aceh/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Peureulak Alamat : Peureulak
No. Telp/Hp : No. Telp/Hp :

Data Subjektif
1. Riwayat Antenatal
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam dengan omfalokel
Ibu G3 P3 A0 umur kehamilan 40 minggu
Riwayat ANC : tidak teratur sebanyak 2 kali di klinik oleh bidan
Imunisasi TT : tidak dilakukan
Kenaikan BB : 10 Kg
Keluhan saat hamil : ibu merasa lemas
Penyakit selama hamil : Jantung : tidak ada
Diabetes Mellitus : tidak ada
Gagal ginjal : tidak ada

9
Hepatitis B : tidak ada
Tuberkulosis : tidak ada
HIV Positif : tidak ada
Trauma penganiayaan : tidak ada
Kebiasaan makan : 3 x dalam sehari
Diet/jamu : tidak ada
Merokok : tidak ada
Komplikasi ibu : - hiperemesis : ada
- Abortus : tidak ada
- Perdarahan : tidak ada
- Preeklampsi : tidak ada
- Eklampsi : tidak ada
- Diabetes : tidak ada
- Infeksi : tidak ada
Janin : - polihidramnion : tidak ada
- Obligohidramnion : tidak ada
- Gemeli : tidak ada
- Eklampsi : tidak ada
- Diabetes gestasional : tidak ada
- Infeksi : tidak ada

2. Riwayat Intranatal
Lahir tanggal : 19-03-2018
Jenis persalinan : spontan
Atas indikasi : pembukaan lengkap
Penolong : bidan : RSUD dr. Zubir Mahmud
Komplikasi
a. Ibu : perdarahan
b. Janin : infeksi pada dinding perut
3. Keadaan bayi baru lahir
BB/PB lahir :2000 gram / 40 cm

10
Nilai apgar : - 1 menit :
- 5 menit :
- 10 menit :

No Kriteria 1 Menit 5 Menit 10 Menit


1. Denyut Jantung 1 2 2
2. Usaha Nafas 1 2 2
3. Tenus Otot 0 2 2
4. Reflek 0 1 2
5. Warna Kulit 1 1 2
Total 3 6 10

Caput succedaneum : tidak ada


Cepalhaematoma : tidak ada
Cacat bawaan : cacat umbilicus
Resusitasi : rangsangan : ada
Pengisapan lendir : ada
Ambu bag : tidak
Masase jantung : tidak
Intubasi endotracheal : ada
O2 : ada, 0,5 CC/menit

Data Subjektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Pernafasan : 40x/menit
b. Warna kulit : kemerahan
c. Denyut jantung : lemah
d. Suhu aksiler : 37,5°C
e. Partus dan gerakan : gerakan sedikit
f. Tonus otot/tingkat : baik
g. Kesadaran : composmentis
h. Ekstremitas : baik
i. Kulit : kemerahan

11
j. Tali pusat : 4 cm
k. BB sekarang : 3000 gr
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : ukuran kepala normal dan tidak ada kelainan
bawaan
b. Muka : tidak pucat tidak ada kelainan
c. Mata : tidak ada pengeluaran secret
d. Telinga : ada lubang telinga, tidak ada gangguan
pendengaran
e. Hidung : simetris, terdapat dua lubang hidung
f. Mulut : ada reflek menghisap
g. Leher : tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar
tiroid dan vena jugularis
h. Klavikula : tidak ada fraktur klavikula
i. Lengan tangan : ada gerakan jumlah jari
j. Dada : simetris
k. Abdomen : simetris, dan adanya omfalokel
l. Genitalia : perempuan
m. Tungkai dan kaki :
n. Anus : ada berlubang
o. Punggung :
3. Reflek : Moro : tidak ada karena keadaan banyi sangat
lemah
Rooting : tidak ada, ketika kita sentuh pipinya,
dia tidak mengikuti sentuhan tersebut
Walking :
Graphs : ada tapi genggamannya tidak kuat
Sucking : ada tapi hisapannya melemah
Tonic neck : belum ada respon, untuk mengangkat
leher

12
4. Antropometri : PB : 48 cm
LK : 34 cm
LD : 32 cm
LILA : 11 cm
5. Eliminasi Miksi : 2-3 x dalam sehari
Mekonium : kekuningan
6. Pemeriksaan Penunjang :
- Glukosa darah : 93 mg/dl
- Bilirubin total : 9,48
- Bilirubin dirok : 0,40

Asessment
1. Diagnosa Kebidanan
Nenonatus umur 6 jam dengan omfalokel
2. Masalah
Ada kelainan kongenital di perut si bayi, terdapat usus dan organ perut
lainnya yang menonjol keluar dinding perut di sekitar umbilicus
3. Kebutuhan
- Melindungi kantong omfalokel dengan cairan antiseptik, dan menutup
dengan kain dakron
- Persiapan untuk segera pembedahan untuk menutup omfalokel
4. Diagnosis Potensial
- Sepsis
5. Masalah Potensial
Infeksi pada kantung mudah terjadi pada pembukaan yang telanjang
6. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
Kolaborasi dengan di SP. A untuk melakukan tindakan

Planning (termasuk pendokumentasian dan impelementasi)


Tanggal : Jam : 13.15 WIB
- Memberikan therapy sesuai dengan instruksi dari dokter

13
IUFD Dex 10% - 15 tts/i
Diet ASI/PASI 10-15 CC/3 Jam
O2 – 0,5 CC/1 menit
OGT terpasang
- Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan meletakkan bayi didalam inkubator
untuk menjaga kestabilan suhu tubuh pada si bayi
- Memantau selang oksigen pada bayi supaya tidak tepat
- Menjelaskan kepada ibu bahwa anaknya mempunyai kelainan bawaan yaitu
omfalokel yaitu sebagian isi perut berada di luar dan hanya dilapisi oleh
selaput tipis
- Menutup dofok dengan oklusif plastik yang sebelumnya sudah diolesi oleh
povidone iodine untuk terjadinya penebalan pada selaput
- Merawat tali pusat setiap hari untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali
pusat
- Mengganti popok pada bayi untuk mencegah terjadinya hipoterm
- Menimbang berat badan bayi untuk mengetahui tumbuh kembang bayi
- Mengobservasi keadaan umum dan TTY bayi
- Mengobservasi tanda-tanda infeksi
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan untuk mencegah
terjadinya infeksi
- Setiap melakukan tindakan harus memakai handscoon untuk mencegah
terjadinya infeksi

14
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : Jam : 14.00 WIB
S : resiko infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang
O : Tanda-tanda vital bayi
 HD : 132 x / i
 RR : 49 x / i
 Temp : 36,5°C
- Menangis kuat
- Menghisap lemah
- Gerakan aktif
- OGT terpasang
A : Hari kedua
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
- Kantong omfalokel sudah diolesi povidone dan tutup untuk terjadinya
penebalan pada selaput yang transparan untuk bisa dilakukan pembedahan
- Nutrisi terpenuhi via OGT
P : Memberikan therapy sesuai dengan instruksi dokter
- IUFD Dex 10% - 15 tts/i
- Diet ASI/PASI 10-15 CC/3 Jam
- O2 – 0,5 CC/1 menit
- OGT terpasang
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
- Setiap melakukan tindakan harus memakai handscoon untuk mencegah
terjadinya infeksi
- Olesi povidone iodine ditutup dengan kasa steril diatasnya ditutup lagi
pakai kapas agar terjadi penebalan pada selaput kantong omfalokel
- Mengobservasi keadaan umum dan TTV bayi
- Menjaga tali pusat agar selalu kering
- Memberikan ASI/PASI /3 jam melalui silang OGT
- Menjaga suhu tubuh bayi didalam inkubator

15
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : Jam : 14.20 WIB
S : resiko terjadinya infeksi pada kantong omfalokel sudah sedikit terminilisis
O : Tanda-tanda vital bayi
 HD : 132 x / i
 RR : 40 x / i
 Temp : 36,5°C
- Menangis kuat
- Menghisap sudah mulai agak kuat
- Gerakan aktif
- OGT terpasang
A : Hari ketiga
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
- Nutrisi terpenuhi via OGT
- Suhu tubuh normal
P :
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
- Memberikan therapy sesuai dengan instruksi dokter
- IUFD Dex 10% - 15 tts/i
- Diet ASI/PASI 10-15 CC/3 Jam
- OGT sudah dilepas
- O2 sudah dilepas
- Menutup defek yang sudah diolesi oleh povidone iodine untuk terjadi
penebalan pada selaput kantong omfalokel agar bisa dilakukan
pembedahan
- Menjaga tali pusat agar selalu kering untuk mencegah terjadinya infeksi
pada tali pusat
- Menganjurkan pada ibu untuk memberi ASI pada bayinya dan usia 0-6
bulan tanpa makanan pendamping
- Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin

16
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat, sehingga isi
perut keluar dan dibungkus suatu kantong peritoneum.Penanganannya adalah
secara operatif dengan menutup lubang pada pusat.Kalau keadaan umum bayi
tidak mengizinkan, isi perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru
dioperasi.

B. Saran
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan
pembedahan untuk menutup omfalokel.Sebelum dilakukan operasi, bila
kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan akan terjadi
penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat
ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah
lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan otot
visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang
mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernapasan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner dan


suddarth. Alih. bahasa Agung waluyo,Edisi 8,Jakarta,Egc,2001.

Nanda Internasional,Diagnosis Keperawatan definisi dan Klasifikasi EGC,2009 -


2011

Sudoyo Aru W,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV :2006

http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/06/omfalokel/http://www.herryyud
ha.com/2012/02/o-m-f-l-o-k-e-l.html

http://chellious.wordpress.com/2011/02/20/omfalokel-kelainan-kongenital-pada-
bbl/ di akses pada pukul 17:23 tanggal 17 November 2016

19

Você também pode gostar