Você está na página 1de 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KOLIK URETER


Dosen Pengampu: Ns. Dedep Nugraha,M.Kep
Tugas ini di Buat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkemihan

Oleh :
1. DEWI YUNI A (S16012)
2. FRISKA ANDREAS.N (S16023)
3. INTAN ANJASMARA.P (S16032)
4. MUHAMMAD AMIRUL.R (S16042)
5. KARTINA WIDIASTUTI.P (S16033)
6. RISKA AYU PRATIWI (S16052)
7. VIKA SEPTIA NUR .A (S16062)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA


SURAKARTA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin
dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan
diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal
menuju kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis, dan
intravesikalis. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-
otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik
(berkontraksi) guna mengeluarkan urine ke buli-buli. Secara anatomis terdapat beberapa
tempat yang ukuran diameternya relative lebih sempit daripada di tempat lain Sehingga
batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut. Tempat-tempat
penyempitan itu antara lain adalah :
a. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction
b. Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis
c. Pada saat ureter masuk ke buli-buli
Sistem perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri ginjal,
gonad, dan buli-buli dengan hubungan kolateral kaya sehingaa umumnya perdarahan
tidak terancam pada tindak bedah ureter. Persyarafan ureter bersifat otonom

B. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari kolik ureter
2. Mengetahui etiologi dari kolik ureter
3. Menegetahui patofisiologi kolik ureter
4. Mengetahui manisfestasi klinis kolik ureter
5. Menegetahui pemeriksaan penunjang kolik ureter
6. Mengetahui penatalaksanaan kolik ureter
7. Mengetahui phatway kolik ureter
8. Menegtahui asuhan keperawatan dari kolik ureter
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pngertian
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri luar biasa yang disebut
nyeri kolik dan menyebar ke paha dan genetalia. Pasien merasa ingin berkemih namun hanya sedikit
urine yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat adanya abrasif batu. Keluhan ini yang
disebut dengan kolik ureter (Muttaqin dan Sari, 2011).
Kolik ureter merupakan kondisi yang sering terjadi dalam keadaan emergency
non trauma. Sebagian besar diakibatkan oleh obstruksi pada saluran pencernaan oleh kalkuli. Antara
50% populasi akan menunjukkan adanya batu di saluran perkemihan (Masarani dan Dinneen,
2007).

B. Etiologi
Nyeri pada kolik ureter sering digambarkan sebagai nyeri paling hebat yang
pernah dialami pasien. Kolik ureter terjadi karena obstruksi pada saluran urine oleh
kalkuli; pelviureteric junction (PUJ), berdekatan dengan pelvis yang pada tepi pembuluh darah
iliaka dan penyempitan area dan vesicoureteric junction (VUJ). Lokasi dari nyeri dapat
berhubungan namun tidak dapat menjadi prediksi akut posisi batu di saluran urine. Jika melalui
vesioreteric junction, gejala iritabilitas kandung kemih dapat terjadi (Masarani dan
Dinneen, 2007).
Penyebab sumbatan pada umumnya adalah batu, bekuan darah atau debris yang berasal dari
ginjal yang turun ke ureter. Ada beberapa faktor yang memungkinkan terbentuknya batu pada
saluran kemih, yaitu sebagai berikut (Muttaqin dan Sari, 2011):
a. Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolik paling umum. Beberapa kasusu hiperkalsiuria
berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan penyerapan kalsium (dikaitkan dengan
diet kalsium dan atau mekanisme penyerapan kalsium terlalu aktif), beberapa
kelebihan terkait dengan resopsi kalsium dari tulang (yaitu
hiperparatiroidisme) dan beberapa berhubungan dengan ketidakmampuan dari
tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium dalam filtrat glomerulus (ginjal
kebocoran hiperkalsiuria)
b. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan dan pH urine
c. Lamanya kristal terbentuk di dalam urine dan dipengaruhi mobilisasi rutin
d. Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine
e. Infeksi saluran kemih
f. Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu
g. Idiopatik

C. Patofisiologi
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot pelvikalises
dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk
mengeluarkan batu hingga turun ke kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil
(<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar menimbulkan
obstruksi kronis berupa hidronefrosis dan hidroureter (Muttaqin dan Sari, 2011).
Batu yang terletak pada ureter maupum sistem pelvikalises mampu menimbulkan
obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah
atas. Obstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di
pielum dapat menimbulkan hidronefrosis dan batu di kaliks mayor dapat
menimbulkan kaliektasis pada kaliks yang bersangkutan (Muttaqin dan Sari, 2011).

D. Manisfestasi Klinis
Kolik ureter berasal dari ginjal namun menghasilkan nyeri pada lokasi ureter. Nyeri pada
kolik ureter berjalan secara intensif dan pasien kemungkinan akan mengalami rasa nyeri
sehingga mengubah posisi ke fetal (Masarani dan Dinneen, 2007).
Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri di seluruh area
kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual dan muntah. Diare dan ketidaknyamanan
abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal dapat menyebabkan refleks
retrointestinal dan proksimitas anatomik ureter ke lambung, pankreas dan usus besar
(Muttaqin dan Sari, 2011)
Respon dari nyeri biasanya didapatkan keluhan gastrointestinal meliputi
keluhan anoreksia, mual dan muntah yang memberikan manifestasi penurunan
asupan nutrisi. Kemudian pada kondisi psikososial secara umum akan didapatkan
adanya kecemasan dan perlunya memberikan informasi tentang keperluan intervensi selanjutnya
dan informatif tentang praoperatif (Muttaqin dan Sari, 2011).

E. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Fisik Fokus
Pada pemeriksaan fisik diadaptkan adanya perubuhan TTV sekunder dari nyeri
kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, nyeri ketuk pada daerah
kosto vertebra dan pada beberapa kasusu bisa teraba ureter pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi urine dan sering
miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien mual dan muntah.
B. Pemeriksaan Sendimen Urine
Sedimen urine dapat menunjukkan adanya leukosituria,hematuria dan
dijumpainya kristal-kristal pembentuk batu.
C. Pemeriksaan Fungsi Ureter
Digunakan untuk memonitor fungsi ureter tentang adanya penurunan fungsi,
D. Pemeriksaan Elektrolik
Memungkinkan menunjukkan adanya pertumbuhan dan kuman pemecah urea
E. Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram dan USG untuk menilai posisi,
besar dan bentuk batu pada saluran kemih.

F. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Serangan kolik ureter harus segera diatasi dengan medikamentosa dan terapi
lainnya. Obat-obatan yang sering dipakai untuk mengatasi serangan kolik
ureter adalah antispasmodik, aminofilin, anti inflamasi non steroid, meperin
atau morfin.
2. Dj Sent
Jika pasien mengalami episode kolik yang sulit ditangani maka ditawarkan untuk
pemasangan kateter ureter double J (DJ stent). DJ stent adalah suatu kateter yang
ditinggalkan mulai dari pelvis renalis, ureter hingga bladder.
DJ stent adalah tabung halus yang dimasukkan melalui operasi pembedahan. Tabung ini
memiliki lengkungan pada kedua ujungnya yang didesain untuk mencegah stent
berpindah ke bawah menuju bladder atau ke atas menuju ginjal. Beberapa stent
memiliki benang yang menghubungkan hingga ke uretra. Stent diletakkan di ureter yang
menghubungkan ginjal dengan bladder.
Stent ditempatkan dalam ureter untuk mencegah atau mengurangi hambatan
dalam ureter. Stent mendorong ureter untuk melakukan dilatasi yang dapat
mempermudah batu melewati ureter. Ketika pasien miksi menjelang akhir,
akan terasa kekakuan pada punggung. Jika seseorang terlalu kurus atau
memiliki otot punggung yang lebar, stent dapat mendorong saraf di belakang
abdomen yang menghasilkan sensai terbakar pada daerah punggung atau paha
atas.Minum banyak air agar menjaga warna urine tetap normal dan tidak terjadi
perdarahan.
3. Diuresis
Pasien yang menunjukkan gejala-gejala gangguan sistem saluran cerna (mual-muntah)
sebaiknya masuk rawat inap rumah sakit untuk hidrasi pasien tetap terjaga.
Diuresis pasien harus diperbanyak karena peningkatan diuresis dapat mengurangi frekuensi
serangan kolik.
G. PHATWAY

Sumbatan saluran
ureter (batu ureter)

Respon obstruksi Respon inflamasi Respon Edema

Peningkatan tekanan
Nyeri kolik Respon sistemik
hidrostaltik

Distensi piala ureter


Hematuria Mual
serta ureter

Piuria Muntah Pemeriksaan

Sering Miksi Anoreksia Prognosis pembedahan

Ketidakseimbangan
Nyeri akut Respon psikologis
nutrisi

Gangguan eliminasi
Kecemasan
urine

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian anamnesis kasus
Keluhan yang didapat dari pasien bergantung pada posisi atau letak batu, besar batu dan
penyulit yang telah terjadi. Keluhan utama yang lasim didapatkan adalah nyeri
pada pinggang. Pengkajian nyeri dapat menggunakan pendekatan PQRST:
P Provoking Incident Ti Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan
nyeri, tetapi pada beberapa kasus didapatkan adanya
perubahan posisi yang tiba-tiba dai posisi duduk atau
melakukan fleksi badan
Q uality of Pain K Qualitas nyeri kolik ureter terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos ureter meningkat dalam usaha
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan
perisataltik tersebut menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari
terminal syaraf yang memberikan sensasi nyeri. Bila nyeri
mendadak akut disertai keluhan di seluruh area
kostovertebra dan gastrointestinal seperti mual dan
muntah maka diare dapat terjadi. Gejala
gastronitestinal ini terjadi akibat refleks
retrointestinal dan proksimitas anatomik ginjal ke
lambung, pankreas dan usus bsar.
R Region, Radiation,B Batu ureter menyebabkan keluhan nyeri luar biasa dan
Relief menyebar ke paha hingga genetalia. Urine biasanya
mengandung darah akibat abrasif batu.
S Severity (scale) of Pain P Pasien bisa ditanya dengan rentang 0-4 dan menilai
seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
0 0 = tidak ada nyeri
1 1= nyeri ringan
2 2= nyeri sedang
3- 3=nyeri berat
4 4= nyeri berat sekali/tak tertahankan
Ti Time Si Sifat mula timbulnya, mentukan gejala timbul
mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga.
Menentukan gejala timbul terus-menerus atau hilang
timbul (intermitten). Menanyakan lamana timbul,
tindakan yang dilakukan pasien ketika gejala dan
awal timbul gejala

Pengkajian riwayat penggunaan obat sebelumnya khususnya pasien yang menderita


peradangan sendi akan menggunakan OAINS dan pasca intervensi kemoterapi. Riwayat
penurunan imunitas seperti kanker, luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan dan gagal
ginjal dapat menjadi faktor gejala nyeri.
Pengkajian anamnesis lainnya yang perlu ditanyakan perawat meliputi:
a. Apakah pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual dan muntah?
b. Bagaimana keluhan terjadi? Pada waktu kapan saja?Setelah atau sebelum
makan atau setelah mencerna obat tertentu?
c. Bagaimana cara pasien menurunkan keluhan?
d. Apa ada keluhan yang berhubungan dengan perubahan posisi, beraktivitas, ansietas,
stress, makan dan minum baik?
e. Bagaimana keluhan bisa berkurang?
f. Apakah ada riwayat keluarga dengan gejala atau penyakit saluran perkemihan?
g. Bagaimana riwayat diet yang baru dimakan selama 72 jam?
2. INTERVENSI
Di Diagnosa 1:
N Nyeri kolik berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos ureter dari adanya
batu ureter
T Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau pasien mampu beradaptasi
dengan nyeri
K Kriteria Hasil:
-S Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
-DDapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri
-Eekspresi pasien rileks

Intervensi Rasional
kaji nyeri meliputi lokasi, Mengidentifikasi faktor presipitasi
karakteristik, serangan, durasi, dan aktor pereda nyeri
kualitas, frekuensi.
Catat penyebab yang memungkinkan nyeri akut biasanya terjadi jika
menimbulkan nyeri mengalami trauma, luka, ataupun
proses pembedahan.
Monitor tanda-tanda vital selama Tekanan darah, pernafasan, dan
nyeri nadi biasanya berubah
Observasi isyarat nonverbal adanya Membantu dalam mengenali terjadinya
ketidaknyaman terutama yang nyeri, isyarat yang tidak
tidak dapat diungkapkan. kongruen dengan laporan klien
secara verbal mengindikasikan
perlu evalusi lebih lanjut
Melakukan manajemen nyeri a. Istirahat dengan
menggunakan relaksasi dapat
keperawatan:
menurunkan kebutuhan O2
a. Mendorong pasien jaringan perifer sehingga akan
beristirahat meningkatkan suplai darah ke
b. Manajemen lingkungan yang jaringan
tenang b. Lingkungan yang tenang akan
c. Memberikan kompres hangat menurunkan stimulus
pada pinggang nyerI eskternal
d. Melakukan teknik stimulasi c. vasodilatasi dapat
perkutaneus menurunkan spasme otot
e. Melakukan masase sekitar dan kontraksi otot
nyeri pinggang sehingga
f. Mengajarkan teknik menurunkan stimulus nyeri
relaksasi pernapasan dalam d. Salah satu teknik ditraksi
g. Mengajarkan teknik distraksi untuk menstimulasi
pada saat nyeri pengeluaran endorfin-
h. Meningkatkan pengetahuan ekenfalin yang berguna
tentang sebab nyeri dan sebagai analgetik internal
menghubungkan lama nyeri untuk memblok nyeri
akan berlangsung e. Meningkatkan kelancaran
suplai darah untuk
menurunkan iskemia
f. Meningkatkan suplai 02
sehingga menurunkan nyeri
sekunder
g. Ditraksi pengalihan perhatian
dapat menurunkan
stimulus interna dengan
mekanisme produksi
endorfin dan ekenfalin
yang memblok nyeri untuk
tidak dikirimkan ke
korteks serebral dan
menurunkan persepsi
nyeri
h. Pengetahuan akan membantu
mengurangi nyerinya dan
membantu mengembangkan
kepatuhan pasien kepada
rencana terapeutik
Kolaborasi dokter pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri akan berkurang

D Diagnosa 2
G Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi saluran kemih
T Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi dapat optimal sesuai kondisi klien
Kr Kriteria Hasil:
- Frekuensi miksi dalam batas 5-8 kali/24 jam
- Pasien mampu minum 2.000 cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari cairan yang
mengiritasi kandung kemih

I Intervensi Rasional
Mengkaji pola kemih danM Mengetahui pengaruh kolik ureter dengan
mencatat engkaji pola frekuensi miksi
kemih dan mencatat
M Menganjurkan pasien minumM Membantu mempertahankan fungsi ginjal,
2.000 cc/hari mencegah hidronefrosis dengan pemberian
cairan peroral untuk mendukung aliran urine dan
mendorong mendukung aliran urine dan
mendorong
M Mendorong pasienM Menurunkan iritasi dari minuman yang dapat
menghindari minum kopi, teh, mengiritasi saluran perkemihan
alkohol dan kola
K Kolaboasi pemberianT Terapi medikamentosa ditujukan pada Terapi
mediakmentosa medikamentosa ditujukan pada karena
diharapkan batu dapat keluar secara
spontan. Pemberian diuretikum bertujuan
mengurangi nyeri dan memperlancar aliran
urine dan minum banyak mendorong batu
keluar dari saluran kemih
P Pembedahan pemasangan DJP Memasangan DJ stent dapat membantu dilatasi
stent saluran ureter dan meminimalkan gerakan
peristaltik ureter yang dapat menyebabkan nyeri.
Tujuan utamanya menyebabkan nyeri. Tujuan
utamanya keluar dari saluran kemih
Ti Tindakan ESWLM Membantu memecah batu ureter proksimal
(Extracorporeal tanpa tindakan invasif dan tanpa pembiusan.
Shockwave Lothotripsy) Batu dipecah menjadi fragile kecil dan mudah
dikeluarkan dari saluran kemih
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kolik ureter merupakan kondisi yang sering terjadi dalam keadaan emergency
non trauma. Sebagian besar diakibatkan oleh obstruksi pada saluran pencernaan oleh kalkuli. Antara
50% populasi akan menunjukkan adanya batu di saluran perkemihan.
b. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi
klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi
dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa
keperawatan.
3. Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi
dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita
kolik ureter.
DAFTAR PUSTAKA

Masarani, M dan Dinneen, M. 2007. Ureteric colic: new trends in diagnosis and treatment.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2600100/pdf/469.pdf.
Diakses tanggal 15 mei 2018. Jam 16.10 WIB Metro Urology. 2008. Double J
Stent Instructions.Metro Urology. 2008. Double J Stent Instructions.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala.2011


http://www.metro-urology.com/wp-
content/uploads/pdf/Procedures/Double%20J%20Stent%20Instructions.pdf.
Diakses tanggal 15 mei 2018. Jam 16.13 WIB.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011, Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan
. Jakarta: Salemba Medika

Você também pode gostar