Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Hari raya ini adalah salah satu hari raya bangsa Romawi
Paganis (yang menyembah berhala), bangsa romawi telah
menyembah berhala semenjak 17 abad silam. Jadi hari raya
valentine ini adalah merupakan sebutan kepada kecintaan
terhadap sesembahan mereka.
Perayaan ini telah ada semenjak abad ke-4 SM, yang diadakan pada tanggal 15 februari,
perayaan yang bertujuan untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus, dewa kesuburan,
yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Acara ini berbentuk
upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk mencari pasangan. Dengan menarik
gulungan kertas yang berisikan nama, para gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka
menikah untuk periode satu tahun, sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau
sudah sendiri, mereka menulis namanya untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara
tahun berikutnya.
Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggallah seorang pendeta kristen yang juga dikenal
sebagai tabib (dokter) yang dermawan yang bernama Valentine.
Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat
membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin
semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan.
Karena mereka tidak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat
Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan
militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap
keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk
melaksanakannya.
St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan
yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang
segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan
dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan
tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam
penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.
Sejak kematian Valentine (14 februari), kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu
pelosok pun di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan
nenek mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat
pengkultusan.
Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran
tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih
Sayang, Lupercus. Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu Santo Valentine.
Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15
Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti
tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo
Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo Valentine. Dengan
demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan "Valentine Days"
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma,
diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan
dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah
diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas
diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu
sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang
sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha
yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya
berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi
kaum gereja untuk dirayakan. Agar tidak kelihatan formal, peringatan ini dibungkus dengan
hiburan atau pesta-pesta.
Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium
Biologi
Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan
menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling
berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.
Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja (FIRST AID) adalah usaha pertolongan atau
perawatan darurat pendahuluan di tempat kerja yg diberikan kepada seseorang yg mengalami sakit atau
kecelakaan yg mendadak. Tujuan dari pertolongan pertama ini adalah menyelamatkan jiwa korban,
menciptakan lingkungan yang aman, mencegah terluka atauu sakit menjadi lebih buruk, mencegah
kecacatan, mempercepat kesembuhan atau perwatan penderita setelah dirujuk ke rumah sakit,
melindungi korban yang tidak sadar, menenangkan penderita atau korban yang terluka, mencarikan
pertolongan lebih lanjut. Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di laboratorium biasanya sangat
diperlukan pada saat terjadinya kecelakaan kerja ( keracunan, luka, percikan zat, tumpahnya zat, dan
kebakaran). Selain itu upaya-upaya preventif sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan
kerja agar korban yang ditimbulkan tidak meluas. Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan
kecelakaan dalam laboratorium biologi adalah :
1. Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti ammonia,
karbon monoksida, benzene, kloroform, dan sebagainya. Keracunan dapat berakibat fatal ataupun
gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah yang lebih seringterjadi baik yang dapat diketahui dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka panjang seperti pada penyakit hati, kanker, dan
asbestois, adalah akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus-
menerus.
Pertolongan pertama pada kecelakaan keracunan bahan kimia sebaiknya dilakukan jika dokter belum
juga tiba di lokasi keracunan tersebut. Adapun cara mengatasi keracunan bahan kimia sebagai awal
adalah pencegahan kontak bahan kimia dengan tubuh secepat mungkin. Langkah-langkah untuk
melakukannya adalah sebagai berikut:
Cucilah bahan kimia yang masih kontak dengan tubuh (kulit, mata dan organ tubuh lainnya)
Cara mengatasi keracunan bahan kimia juga dapat dilakukan dengan beberapa langkah lain jika bahan
kimia racun tersebut masuk melalui mulut, kulit atau keracunan akibat adanya gas yang beracum beredar
di sekeliling kita.
Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun masuk melalui mulut :
Jika korban keracunan sedang dalam keadaan pingsan, jangan memasukkan sesuatu (berupa
makanan/minuman) melalui mulutnya
Masukkan jari telunjuk ke dalam mulut korban sambil menggerak-gerakkan jari di bagian pangkal
lidah dengan tujuan agar si korban muntah
Jangan melakukan poin di atas jika korban keracunan minyak tanah, bensin, alkali atau asam
Berilah 1 sendok antidote dan segelas air hangat kepada korban Antidote itu dalam keadaan
serbuk dan terbuat dari 2 bagian arang aktif, 1 bagian magnesium oksida dan 1 bagian asam
tannat.
Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun melalui kulit :
Cucilah bagian tubuh yang terkena dengan air bersih sedikitnya selama 15 menit.
Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat, kecuali untuk keracunan
yang lebih tinggi/tertentu lainnya
Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun berupa gas :
Untuk keracunan bahan kimia berupa gas maka sebaiknya memberikan udara segar sebaik-baiknya. Dan
untuk pencegahan keracunan bahan kimia berupa gas sebaiknya sejak awal menggunakan masker. Sebab
gas berupa klorin, hidrogen sulfida, fosgen, hidrogen sianida adalah bahan kimia gas yang sangat
beracun.
Jadi, sebelum bekerja dengan bahan kimia, sebaiknya harus mengetahu lebih dahulu cara mengatasi
keracunan bahan kimia tersebut untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Luka Bakar
Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-pelarut
organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alkohol, dan sebagainya. Hal yang sama dapat
diakibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.
Bila mungkin segera bawa korban ke rumah sakit, apabila tidak mungkin dilakukan rendam bagian tubuh
yg terbakar dalam wadah berisi air dingin
Bila korban sadar berikan minum larutan garam (1/4 sendok teh tiap gelas 200cc), berikan satu gelas tiap
jam.
Luka bakar akibat zat kimia :
4. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas
yang telah dibasahi asam pikrat.
Terkena bromin
Terkena phospor
2. Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak
berkurang.
3. Luka Kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca ataupun karena tertusuk benda tajam luka
sering terjadi padatangan atau mata karena pecahan kaca.
Dekontaminasi luka
Desinfeksi luka
4. Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi apabila suatu rekasi kimia antara bahan dengan oksigen yang
menghasilkan energi berupa panas dan cahaya (api). Panas akan merambat ke sekelilingnya yang
selanjutnya akan mempercepat pula kebakaran.
Jenis A merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan-bahan “biasa” yang mudah terbakar seperti
kayu, kertas, karet dan plastik (mengandung karbon). Untuk mengatasinya digunakan alat pemadam
kebakaran air, serbuk kering atau selimut api. Jangan menggunakan air jika resiko bahaya listrik.
Jenis B merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan yang mudah terbakar, meliputi cairan, seperti
minyak tanah, bensin, alkohol. Untuk mengatasinya gunakan pemadam kebakaran jenis busa, cairan yang
mudah menguap, karbon dioksida, serbuk kering, selimut api atau pasir. Jangan menggunakan busa bila
ada kemungkinan resiko bahaya listrik, dan jangan sekali-sekali menggunakan air.
Jenis C bahan yang terbakar meliputi gas, misalnya metana, propana, acetilen, dan butana.Untuk
mengatasinya menutup zat yang dapat menimbulkan gas yang mudah terbakar tersebut, dan dapat
menggunakan pemadam kebakaran jenis BCF.
Jenis D kebakaran berasal dari logam (metal) yang mudah terbakar seperti natrium, kalium, dan
magnesium. Untuk cara mengatasinya dengan menggunakan pasir atau selimut api.
5. Sengatan listrik
Terkena sengatan listrik atau kesetrum sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian
seketika. Arus listrik yang melewati tubuh akan merusakkan jaringan tubuh seperti saraf, otot, serta
dapat mengacaukan kerja jantung. Pada korban tersengat (kesetrum) listrik korban sering kali jatuh
pingsan, mengalami henti napas, denyut jantung tak teratur atau bisa jadi malah berhenti sama sekali,
dan mengalami luka bakar yang luas.
Berikut ini yang harus anda lakukan untuk menangani korban yang tersengat listrik adalah :
Pindahkan korban
Jika lokasi kejadian tidak aman, pindahkan korban ke tempat lain, lalu segera bawa korban ke pusat
layanan medis terdekat. Bisa juga dengan menghubungi nomor darurat agar si korban dijemput.
Lakukan perawatan
Sambil menuju atau menunggu bantuan medis datang, baringkan korban dalam posisi telentang. Posisi
kaki diatur agar lebih tinggi dari kepala untuk mencegah terjadinya shock. Periksa pula pernapasan dan
denyut jantungnya. Jika jantung atau napas korban terhenti, Anda bisa melakukan tindakan cardio
pulmonal resuscitation (CPR), dengan catatan Anda menguasai teknik ini.
Ketiga sumber tersebut diatas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada
keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Masing-masing sumber beserta keterkaitannya perlu
dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan setiap kemungkinan bahaya yang mungkin
terjadi sehingga mampu mencegah atau menghindarinya.Selain itu, perlu pula dipahami tentang
alat pelindung diri serta cara penanggulangannya bila terjadi kecelakaan.
4. Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium
4. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau
kapas yang telah dibasahi asam pikrat.
Terkena bromin
2. Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak
berkurang.
Luka pada mata
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau Praktikan, dosen, dan
peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari
berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang
bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang
ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko
tinggi bagi Praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara
dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan . Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman dan kesadaran terhadap keselamatan dan bahaya kerja di
laboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan ataupun menderita luka baik yang
bersifat luka permanen, luka ringan, maupun gangguan kesehatan dalam yang dapat
menyebabkan penyakit kronis maupun akut, serta kerusakan terhadap fasilitas -
fasilitas dan peralatan penunjang Praktikum yang sangat mahal harganya. Semua
kejadian ataupun kecelakaan kerja di laboratorium sebenarnya dapat dihindari dan
diantisipasi jika para Praktikan mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang
aman di laboratorium.
Suatu Percobaan yang dilakukan sering kali menggunakan berbagai bahan kimia baik
yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya, peralatan gelas yang mudah pecah, dan
instrumen khusus yang kesemuanya itu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat ataupun terjadi kesalahan pada saat
peracikan bahan yang akan digunakan. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena
kelalaian atau kecerobohan Praktikan, tentu saja hal ini dapat membuat orang tersebut
cedera, dan bahkan dapat mencelakai orang yang berada disekitarnya. Keselamatan
kerja dilaboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan
kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan dalam bekerja, dan ini berlaku
dalam semua aspek pekerjaan. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan
resiko kecelakaan kerja yang sangat ingin kita hindari dalam melakukkan praktik di
laboratorium, berikut beberapa jenis kecelakaan kerja di laboratorium dan beberapa
cara mengantisipasi kecelakaan kerja tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada saat
melakukan pratikum di Laboratorium?
1.3 Tujuan
Agar tidak terjadi kecelakaan kerja di Laboratorium dan dapat mengantisipasi berbagai jenis kecelakaan
kerja di Laboratorium dengan menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
KSELAMATAN KERJA DI
LABORATORIUM
DI SUSUN OLEH :
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PERMASALAHAN
Bahan kimia B3
Peralatan P3K
Lemari Asam
TNT (Trinitrotoluene)
Masker
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
PENDAHULUAN
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, dan peneliti melakukan
percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari kemungkinan bahaya dari berbagai jenis
bahan kimia dan peralatan yang ada di dalamnya. Karena itu diperlukan pemahaman dan kesadaran
terhadap bahaya di laboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan ataupun menderita luka serta
kerusakan fasilitas kerja yang sangat mahal. Semua kejadian ataupun kecelakaan di laboratorium
sebenarnya dapat dihindari jika mereka selalu mengikuti prosedur kerja yang aman di laboratorium.
Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas dan
instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang
tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat
membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium
merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan
kenyamanan kerja.
Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk
keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan
berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan
Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang pentingnya bekerja
dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu
diperlukan pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut
dapatlebih berhati-hati dan yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia
sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan.
Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk
mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Dengan pengetahuan
singkat tersebut diharapkan setiap individu khususnya para asisten dapat bertanggung jawab untuk
menjaga keselamatan kerja mahasiswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk paya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi bagi Praktikan, tetapi juga dapat mengganggu proses Praktikum secara
menyeluruh.
1.3 Tujuan
BAB II
PERMASALAHAN
Bagaimana Penerapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
saat melakukan pratikum khususnya Praktikum kimia organik .
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Tujuan keselamatan kerja
Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum Kita terlebih dahulu harus
mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium, agar kita
dapat melaksanakan praktikum dengan aman dan lancar. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan penggunaan alat alat Laboratorium, bahan & proses Praktikum, tempat Praktikun &
lingkungannya serta cara-cara melakukan Praktikum.Keselamatan kerja menyangkut segenap proses
Praktikum di laboratorium, sedangjan Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak
diharapkan yang terjadi pada saat Praktikum sedang berlangsung.Oleh karena dibelakang peristiwa itu
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi
kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja),
Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan
dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh
karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut
dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan
kerja di lingkungan Laboratorium.
1) Bahan kimia
Setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa takut bekerja dengan bahan kimia
bila tahu cara yang tepat untuk menanggulanginya. Yang dimaksud berbahaya ialah dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau luka, merusak, menyebabkan
korosi dsb. Jenis bahan kimia berbahaya dapat diketahui dari label yang tertera pada kemasannya.
Dari data tersebut, tingkat bahaya bahan kimia dapat diketahui dan upaya penanggulangannya
harus dilakukan bagi mereka yang menggunakan bahan-bahan tersebut. Kadang-kadang terdapat dua
atau tiga tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia, itu berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan
bahan tersebut harus lebih ditingkatkan. Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah kelompok
bahan oksidator seperti perklorat, permanganat, nitrat dsb. Bahan-bahan ini bila bereaksi dengan bahan
organik dapat menghasilkan ledakan. Logam alkali seperti natrium, mudah bereaksi dengan air
menghasilkan reaksi yang disertai dengan api dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan
padatan anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika menggunakan bahan-bahan
tersebut, hendaknya dijauhkan dari api.
Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan racun kuat, harap bahan-
bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke dalam tubuh. Asam-asam anorganik bersifat oksidator dan
menyebabkan peristiwa korosi, maka hindarilah jangan sampai asam tersebut tumpah ke permukaan
dari besi atau kayu. Memang penggunaan bahan-bahan tersebut di laboratorium pendidikan Kimia tidak
berjumlah banyak, namun kewaspadaan menggunakan bahan tersebut perlu tetap dijaga Peralatan dan
cara kerja. Selain bahan kimia, peralatan laboratorium juga dapat mendatangkan bahaya bila cara
menggunakannya tidak tepat. Contoh sederhana yaitu cara memegang botol reagen, label pada botol
tersebut harus dilindungi dengan tangan, karena label bahan tersebut mudah rusak kena cairan yang
keluar dari botol ketika memindahkan isi botol tersebut.
Semua bahan kimia harus tersimpan dalam botol atau kaleng yang sesuai dan tahan lama. Sebaiknya di
simpan di tempat-tempat yang kecil dan cukup untuk pemakaian sehari-hari.
Tempat persediaan untuk jangka panjang harus tersimpan dalam gudang bahan kimia yang khusus/
gudang dalam tanah misalnya.
Setiap saat bahan kimia harus diperiksa secara rutin, untuk menentukan apakah bahan-bahan tersebut
masih dapat digunakan atau tidak, dan perbaikan label yang biasanya rusak. Bahan-bahan yang tak dapat
digunakan lagi harus dibuang/ dimusnahkan secara kimia.Semua bahan harus diberi tanda-tanda khusus,
diberi label dengan semua keterangan yang diperlukan misalnya.:
o nama bahan
o tanggal pembuatan
o jumlah (isi)
Simbol – simbol yang sering digunakan untuk menandai jenis jenis bahan kimia secara internasional :
terbakar
goncangan
2) Langkah-langkah praktis
Sebagai asisten di laboratorium, yang bertugas membimbing mahasiswa untuk bekerja dengan
baik dan aman, maka perlu persiapan sebelum bekerja. Asisten perlu datang lebih awal untuk
memeriksa lokasi dan cara pakai alat bantu keselamatan kerja. Selanjutnya asisten harus mengetahui
jenis bahan kimia dan peralatan yang akan digunakan pada percobaan hari tersebut dan cara
menanggulangi bila terjadi kecelakaan karena bahan atau peralatan tersebut. Disini kehadiran asisten
mendampingi mahasiswa yang sedang bekerja merupakan tugas mulia dalam menjaga keselamatan
kerja. Pada akhir praktikum, biasakanlah menutup kran air dan gas, mematikan listrik dan api serta
mencuci tangan dan meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih. Ini dilakukan oleh asisten agar
menjadi panutan bagi mahasiswa.
3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku kerja, jenis percobaan,
jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang limbah sisa percobaan.
5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera keringkan dengan lap basah.
7. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya. Jawablah pertanyaan pada penuntun
praktikum untuk menilai kesiapan anda dalam memahami percobaan.
8. Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut percobaan yang dilakukan.
9. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk
melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
10. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.
11. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah melakukan praktikum.
14. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
15. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan Kimia, laporkan segera pada asisten atau
pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter untuk mendapat pertolongan secepatnya.
C. Teknik kerja di laboratorium
1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk
melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah khusus.
4. Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).
1. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.
4. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk mencegah kontaminasi.
2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak memercik.
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori bahan tersebut.
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak melukai orang lian
maupun diri sendiri.
1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.
2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah pemanasan mendadak.
3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air. Maksimum seperampatnya.
2. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk
melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera keringkan dengan lap basah.
9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
10. Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.
11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan sesudah praktikum
selesai.
1. Jangan panik.
4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang mengalami kontak
langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
5. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
Kebakaran
1. Jangan panik.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
Bahan kimia yang mudah terbakar yaitu bahan – bahan yang dapat memicu terjadinya
kebakaran. Terjadinya kebakaran biasanya disebabkan oleh 3 unsur utama yang sering disebut sebagai
segitiga API :
Keterangan :
Gempa bumi
1. Jangan panik.
2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur, lemari.
E. Bahan kimia B3
berikut :
b. Pengoksidasi (oxidizing)
h. Berbahaya (harmful)
i. Korosif (corrosive)
l. Karsinogenik (carcinogenic)
m. Teratogenik (teratogenic)
n. Mutagenik (mutagenic)
F. Peralatan P3K
Plester
Pembalut berperekat
Perban gulung
Perban segitiga
Kain kasa
Pinset
Gunting
Peniti,
G. Lemari Asam
Lemari asam ini digunakan untuk tempat mereaksikan berbagai jenis reaksi kimia, terutama dalam
mereaksikan zat-zat yang berbahaya, beracun, maupun dalam mereaksikan zat-zat yang menghasilkan
zat lain yang mengeluarkan gas berbahaya, hingga percikan api
Lemari asam tidak boleh dijadikan sebagai tempat penyimpanan bahan kimia, karena jika kita
sedang bekerja dan didalam lemari asam tersebut terdapat berbagai jenis bahan kimia, kemungkinan
terjadinya kecelakaan akibat reaksi yang salah semakin berpeluang. Oleh karena itu, lemari asam selain
harus mendapatkan perawatan rutin, juga harus digunakan sesuai dengan kebutuhannya.
H. TNT (Trinitrotoluene)
Trinitrotoluene (TNT, atau Trotyl) adalah kristalin aromatic hydrocarbon berwarna kuning pucat
yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C). Trinitrotoluene adalah bahan peledak yang digunakan
sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT dipersiapkan
dengan nitrasi toluene C6H5CH3; rumus kimianya C6H2(NO2)3CH3, and IUPAC name 2,4,6-
trinitrotoluene.
I. Masker
RC202 : uap/gas organik, kabut dan asap dengan kandungan racun rendah
(organics vapours, mists, and fumes of low toxicity)
RC203 : cat semprot dan uap/gas organik dengan kandungan racun rendah (for
spray painting and organic vapours of low toxicity)
RC205 : gas asam dengan kandungan racun rendah (For acid gases pf low
toxicity
RC206 : organik dan anorganik uap/gas dan gas asam dengan kandungan
racun rendah (For organic, inorganic vapours and acid gases of low toxicity)
RC209 : Untuk pestisida
Print
Email
Cite
Share
Comparative-Historical Linguistics
Joseph Salmons
Historical linguistics is about how and why language changes over time. Comparative linguistics,
in the relevant sense, is the study of linguistic relatedness, that is to say, of genetic or ancestral
connections and related matters of subgrouping extending to the reconstruction of unattested
ancestral languages or proto-languages. Historical linguistics is often regarded as the oldest
branch of modern scientific linguistics. The powerful case put forward by the neogrammarians
for the regularity of sound change allowed comparison of linguistic phenomena to the laws of the
natural sciences, providing a cornerstone to the scientific status of linguistics. Once focused on
the comparison of distinct historical stages (like Latin versus French or Old English versus
Modern English), the field now incorporates much research on language change qua process,
including work on changes now underway. Since all aspects of language change, save for our
cognitive capacity for language, historical linguistics is directly connected to all subfields.
Textbooks
The textbook market in historical linguistics is livelier today than it has been in many years and
several fine options are available depending on the course and the particular needs and
backgrounds of the students. Most of the works cited here are designed expressly for teaching
introductions to the field. They run the general length of university textbooks for a semester-long
course and often include exercises for students (Campbell 2004, Crowley and Bowern 2010,
Millar 2015, for instance) and suggestions for further reading and/or glossaries (Sihler 2000 has
these, along with a glossary of German historical linguistics terms). Others are more theoretically
oriented (especially Ringe and Eska 2013). Hock and Joseph 2009 provides particularly
expansive coverage.
Bybee, Joan. 2015. Language change. Cambridge, UK: Cambridge Univ. Press.
E-mail Citation »
Over her career, Bybee has contributed to central discussions on issues ranging from
frequency effects in sound change to exemplar theory to grammaticalization. This book
draws on those perspectives in the context of a full introduction to language change.
Campbell, Lyle. 2004. Historical linguistics: An introduction. 2d ed. Cambridge, MA:
MIT.
E-mail Citation »
A straightforward and relatively traditional introduction by a leading specialist, clear and
readily accessible even to beginning students. Indo-European data are balanced against
extensive material from the languages of the world, especially Finno-Ugric and
Mesoamerican languages.
Crowley, Terry, and Claire Bowern. 2010. An introduction to historical linguistics. 4th ed.
Oxford: Oxford Univ. Press.
E-mail Citation »
This volume has evolved greatly over its editions, now including, for instance, a chapter
on computational and statistical methods in comparative linguistics, something most texts
lack. It also contains seventeen data sets used in various exercises throughout the book.
Data are drawn especially from Australian languages and languages of the Pacific.
Hock, Hans Henrich, and Brian D. Joseph. 2009. Language history, language change,
and language relationship: An introduction to historical and comparative linguistics. 2d
ed. Berlin: Mouton de Gruyter.
DOI: 10.1515/9783110214307E-mail Citation »
This is one of the more detailed and extensive of the current introductions. It does not
contain exercises or problem sets, though it does have suggestions for further reading.
The balance of data leans toward the Indo-European family.
Millar, Robert McColl. 2015. Trask’s historical linguistics. 3d ed. London: Hodder
Education.
E-mail Citation »
Based on an earlier work by Larry Trask (Historical Linguistics, first published in 1998),
this work is aimed at beginners and accessibly written for that audience. It includes “case
studies” at the end of every chapter to provide students with one example of current
debate and discussion in the field, from Germanic hw in the modern dialects to
Greenbergian multilateral comparison.
Ringe, Don, and Joseph F. Eska. 2013. Historical linguistics: Toward a twenty-first
century reintegration. Cambridge, UK: Cambridge Univ. Press.
DOI: 10.1017/CBO9780511980183E-mail Citation »
The broadest and probably the most successful of numerous efforts over the last decade
to present a broad introduction to historical and comparative linguistics in the context of
contemporary linguistic theory.
Sihler, Andrew L. 2000. Language history: An introduction. Amsterdam: John
Benjamins.
DOI: 10.1075/cilt.191E-mail Citation »
By a leading specialist in Indo-European and especially classical languages, this work is
particularly suited for introducing students of those languages to the full field of
historical linguistics.
back to top
Users without a subscription are not able to see the full content on this page. Please subscribe or
login.
How to Subscribe
Oxford Bibliographies Online is available by subscription and perpetual access to institutions
and individuals. For more information or to contact an Oxford Sales Representative click here.
In any course of historical and comparative linguistics there will be students of different language
backgrounds, different levels of linguistic training, and different theoretical orientation. This textbook
attempts to mitigate the problems raised by this heterogeneity in a number of ways. Since it is
impossible to treat the language or language family of special interest to every student, the focus of this
book is on English in particular and Indo-European languages in general, with Finnish and its closely
related languages for contrast. The tenets of different schools of linguistics, and the controversies among
them, are treated eclectically and objectively; the examination of language itself plays the leading role in
our efforts to ascertain the comparative value of competing theories. This revised edition (1989) of a
standard work for comparative linguists offers an added introduction dealing mainly with a semiotic
basis of change, a final chapter on aspects of explanation, particularly in historical and human
disciplines, and added sections on comparative syntax and on the semiotic status of the comparative
method.
com·par·a·tive lin·guis·tics
noun
noun: comparative linguistics
1. the study of similarities and differences between languages, in particular the comparison
of related languages with a view to reconstructing forms in their lost parent languages.