Você está na página 1de 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

DI RUANG POLI ANAK RST TK II Dr SOEPRAOEN

DI KOTA MALANG TAHUN 2018

ANEMIA

YUDHA WICAKSANA

NIM. 17640738

PROGRAM STUDI ILMU PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

1. PENGERTIAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih

rendah dari normal.

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3

darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume)

dalam 100 ml darah.

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin

(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas

sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan

normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%

pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,

wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang

dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia.

Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan

keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.Secara fisiologis

anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut

oksigen ke jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb

sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk

pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut

oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.

(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)


Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi

hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)

2. PENYEBAB ANEMIA

Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan,

kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya.

Penyebab anemia antara lain sebagai berikut:

1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan,

operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan

menahun:cacingan.

2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena

intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.

3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena

faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel:

intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.

4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum

tulang (kerusakan sumsum tulang).

3. TANDA DAN GEJALA

1. Tanda-tanda umum anemia:

 pucat,

 tacicardi,

 bising sistolik anorganik,

 bising karotis,

 pembesaran jantung.

2. Manifestasi khusus pada anemia:

 Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri,

demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.


 Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat

(Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur

meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak

lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak

sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku.

Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.

 Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

4. PATOFISIOLOGI

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum

(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,

pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah

merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau

dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping

proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan

destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan

bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl

mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami

penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan

muncul dalam plasma (hemoglobinemia).

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma

(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,

hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin

(hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh

penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak

mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:

1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;


2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara

pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya

hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia


5. PATHWAY :
6. KOMPLIKASI

Komplikasi umum akibat anemia adalah:

1. gagal jantung,

2. kejang.

3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )

4. Daya konsentrasi menurun

5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

7. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG

1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar

Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung

trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin

parsial.

2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum

3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis

serta sumber kehilangan darah kronis

8. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah

yang hilang:

1. Anemia aplastik:

 Transplantasi sumsum tulang

 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

2. Anemia pada penyakit ginjal

 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat

 Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala

dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan


penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan

untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi

 Dicari penyebab defisiensi besi

 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan

fumarat ferosus.

5. Anemia megaloblastik

 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila

difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor

intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan

selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi

yang tidak dapat dikoreksi.

 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan

penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan

gangguan absorbsi.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Lakukan pengkajian fisik

2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet

3. Observasi adanya manifestasi anemia

a. Manifestasi umum

 Kelemahan otot

 Mudah lelah

 Kulit pucat

b. Manifestasi system saraf pusat

 Sakit kepala

 Pusing

 Kunang-kunang Peka rangsang

 Proses berpikir lambat

 Penurunan lapang pandang

 Apatis

 Depresi

c. Syok (anemia kehilangan darah)

 Perfusi perifer buruk

 Kulit lembab dan dingin

 Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral

 Peningkatan frekwensi jatung

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten

seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.


2. Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya

kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kurangnya selera makan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler

yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.

Intervensi

 Memonitor tanda tanda vital, pengisian kapiler, wama kulit, membran

mukosa.

 Meninggikan posisi kepala di tempat tidur

 Memeriksa dan mendokumentasikan adanya rasa nyeri.

 Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau

gelisah

 Mengobservasi dan mendokumentasikan adanya rasa dingin.

 Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebu-tuhan

tubuh.

 Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.

Diagnosa. 2.

Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya

kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.

Intervensi

 Menilai kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan

kondisi fisik
 Memonitor tanda tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan

mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut

jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat).

 Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti

melakukan aktivitas jika teladi gejala gejala peningkatan denyut jantung,

peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan).

 Berikan dukungan kepada pasien untuk melakukan kegiatan sehari - hari

sesuai dengan kemampuan pasien

Diagnosa. 3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya

selera makan.

Intervensi

 rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan

pasien meningkat.

 Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi.

 Mengijinkan pasien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan

makanan

 Mengevaluasi berat badan pasien setiap hari.


DAFTAR PUSTAKA

Tucker SM. (1997). Standar Perawatan Pasien. Edisi V. Jakarta, EGC.

Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.

Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.

ACS. (2003). What is Anemia ?. Available (online) http: // www // yahoo /

nurse / leucemia / htm.

Você também pode gostar