Você está na página 1de 22

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

MAKALAH
AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA

Dosen Pengampu :
Nur Laila Yuliani, SE,MSc

Kelas : Akuntansi 15 C
Nama Kelompok :
Tina Arifambayun 15.0102.0148
Ana Isnaini 15.0102.0155
Leny Rosada 15.0102.0167
Nela Sara Damayanti 15.0102.0182
Ria Mahadeka L 15.0102.0191
Erni Wahyuni 15.0102.0213

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. ORGANISASI NIRLABA
Menurut Widodo dan Kustiawan (2001:3) menyatakan organisasi non
profit adalah: “Suatu institusi yang menjalankan operasinya tidak berorientasi
untuk mencari laba”. Namun tidak berarti bahwa organisasi tidak
diperbolehkan menghasilkan keuntungan dalam setiap kegiatan
operasionalnya, akan tetapi jika kegiatan organisasi nirlaba menghasilkan
keuntungan maka keuntungan yang diperoleh tidaklah dibagikan kepada
manajemen tetapi kembali digunakan untuk menutup biaya operasional
kegiatan utama.
Dalam organisasi nirlaba terdapat dua jenis penerimaan sumbangan
(IAI,2009), yaitu Sumbangan terikat bersifat permanen dan temporer, adalah
sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi
sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali dan sumbangan
tidak terikat, adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali. Dalam hal ini Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai
organisasi swasta yang kegiatannya ditujukan untuk membebaskan
penderitaan, memajukan kepentingan kaum miskin, melindungi lingkungan,
menyediakan pelayanan dasar masyarakat, atau menangani pengembangan
masyarakat merupakan bagian dari organisasi nirlaba. Dalam arti luas, istilah
LSM merupakan organisasi yang berbasis nilai yang secara keseluruhan atau
sebagian tergantung pada lembaga donor dan pelayanan sukarela. Prinsip
altruisme dan voluntarisme ditetapkan sebagai definisi karakater kunci LSM.
Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk
keuntungan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau
suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah di bagikan
kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti
bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan,
atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan
proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau
pembubaran entitas.
4. Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas
pemerintahan dan entitas nirlaba non pemerintah. Organisasi nirlaba
dipandang amat berbeda dengan organisasi komersial oleh pelanggan,
donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan
organisasi nirlaba.
Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai
bentuk alat penyampaian pertanggung jawaban pengurus. Para karyawan
profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan setara dengan
karyawan profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karier, jabatan,
dan masa depan.
Bagi mereka akuntansi berguna untuk menginformasikan kesinambungan
hidup organisasi sebagai tempat berkarier. Para anggota diasumsikan secara
serius ikut serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk mencapai suatu visi dan
misi tertentu organisaai bersangkutan yang sejalan dengan aspirasinya. Maka
laporan keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna
memberikan gambaran apakah visi misi tersebut direalisasikan.
Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta
berharap untuk memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu
mendapat informasi mengenai sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut.
Maka laporan keuangan perlu menampilkan manfaat atau hasil yang diraih
yang apabila mungkin didenominasikan dalam besaran uang.
Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi
ketentuan undang-undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi
kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya nasional serta memberi citra
baik bagi bangsa. Di sini, laporan keuangan berfungsi sebagai umpan balik
kepada pemerintah. Apabila ada berbagai harapan dan kepentingan yang
berbenturan, maka laporan keuangan secara seimbang memberi informasi bagi
berbagai pihak yang berkepentingan itu.
Sebagai kesimpulan, sasaran utama laporan keuangan entitas nirlaba
adalah menyajikan informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada
masa berjalan dan pada saat yang akan datang dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional dalam pengalokasian
sumber daya kepada entitas nirlaba.

B. DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA


Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB)
telah menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para
pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak
secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan namun memiliki
kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi
entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government Accounting Stan-
dard Board (GASB) menyusun standar akuntasi dan pelaporan keuangan
untuk pernerintah pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi
Pemerintah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun
terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik entitasnya berbeda.
Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya,
memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu
memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa
peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak
memadai.
International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public
Sector Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector
Accounting Standard (IPSAS). Istilah public sector di sini berarti pemerintah
nasional, pemerintah regional (misalnya negara bagian, daerah otonom,
provinsi, daerah istimewa), pemerintah lokal (misalnya kota mandiri) dan
entitas pernerintah terkait (misalnya perusahaan negara, komisi
khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sektor
publik nonpemerintah.
Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya
didasarkan atas jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah
nonkomersial lebih tepat dari istilah nirlaba. Istilah Not For Profit
Organization (NFPO) telah menggeser istilah nonprofit organization karena
menawarkan resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi
bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan
untuk mengumpulkan laba, namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba
ternyata secara legal bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami
surplus karena aliran kas masuk melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian,
walaupun sama-sama memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto
setelah pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi nirlaba tetap pada
jati dirinya.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala kegiatan
pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak. Sebaliknya,
apabila surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam bentuk tantiern,
gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi pendiri/
pengurus (setara dividen dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil
mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya), maka organisasi
nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk
legal dan bentuk kegiatan. Contoh entitas legal adalah:
1. Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pmerintah,
seperti BUMN Persero; entitas komersial swasta, misalnya CV, NV, Firma,
usaha perorangan, UD;
2. Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba
swasta, misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat.
Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk
kegiatan/ bidang usaha tidak disarankan. Rumah sakit dan museum
pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan museum swasta
mungkin nirlaha atau komersial.
C. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka
konseptual (FASB,1980) mengeluarkan Statements of Financial Accounting
Concepts No.4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi
nonbisnis/ nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness
organizations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4
tersebut adalah:
1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan kepu-
tusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya
untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab
pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, datt
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dar.
kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber
daya tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi
sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai
usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat
menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
6. Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pemba-
yaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempe-
ngaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.
D. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) Nomor
45
PSAK No.45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba diterbitkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba
non pemerintah. Dalam PSAK karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan
perolehan sumbangan untuk sumber daya utama (aset), penyumbang bukan
pemilik entitas dan tak berharap akan hasil, imbalan, atau keuntungan
komersial.
Seperti organisasi pada umumnya, organisasi non-profit tidak berbeda jauh
dalam hal misi, ukuran,modus operasi dan dampaknya, khususnya dalam arti
lintas-nasional. Beberapa lebih dekat dengan model lembaga pemerintah; ada
yang menyerupai perusahaan bisnis; dan yang lain mungkin sedikit lebih dari
mirp dengan sebuah jaringan informal (Anheier, 2000). Organisasi nirlaba
meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik,
organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan,
organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institute, riset,
museum, dan beberapa para petugas pemerintah (Korompis, 2014).
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis.
Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi nirlaba
memperoleh sumber daya dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun
dari organisasi tersebut (Hendrawan, 2011).
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari
jasa yang diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud
untuk memperoleh laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah
membagi laba dalam bentuk apapun kepada pendiri/ pemilik entitas laporan
keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan
menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk
pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas (Arus
Kas), dan Laporan Aktivitas.
Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto,
sedang pendapatan investasi disajikan secara neto setelah dikurangi beban
investasi. Informasi tercapainya program amat penting dalam laporan
keuangan, yang menggambarkan efektivitas beban dan manfaat yang
dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas amat penting menggambarkan
kualitas prrtanggung jawaban manajemen keuangan di mata para donatur.
Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu
dipaparkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), yang memberi
harkat khusus CALK dalam laporan keuangan nirlaba setara dengan Neraca
dan laporan Kegiatan.
Tujuan utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyediakan
informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan pemberi sumber daya
yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur dan
pihaklain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba (Nurlaela dan
Mutmainah, 2014).
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Nirlaba Di Indonesia, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) mengeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 sebagai standar khusus
pelaporan keuangan entitas nirlaba. PSAK No. 45 yang digunakan saat ini,
adalah PSAK No. 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas
Nirlaba yang telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada
tanggal 8 April 2011 menggantikan PSAK No. 45 tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba yang telah dikeluarkan pada tanggal 23
Desember 1997. PSAK No. 45 (Revisi 2011) ini efektif diterapkan oleh entitas
untuk laporan keuangan periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2012.Penerapan dini diperkenankan.
Tujuan dibuatnya PSAK No. 45 ini adalah untuk mengatur pelaporan
keuangan entitas nirlaba, sehingga dengan adanya pedoman pelaporan
diharapkan laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami,
memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi (IAI, 2011: 45.2).
Unsur-Unsur Laporan Keuangan Entitas Nirlaba Pernyataan Standar
Akuntansi (PSAK) No. 45 (revisi 2011), laporan keuangan entitas nirlaba
meliputi komponen-komponen berikut ini. 1. Laporan Posisi Keuangan Tujuan
laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai asset,
liabilitas, dan asset neto serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-
unsur tersebut pada waktu tertentu. 2. Laporan Aktivitas Tujuan utama laporan
aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan
peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto; hubungan antar
transaksi dan peristiwa lain; dan bagaimana penggunaan sumber daya dan
pelaksanaan berbagai program atau jasa. 3. Laporan Arus Kas Tujuan utama
laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Penyajian laporan arus kas harus
digolongkan ke dalam 3 kategori yaitu sebagai berikut: a. aktivitas Operasi; b.
aktivitas Investasi; dan c. aktivitas Pendanaan.
E. ORGANISASI NIR LABA (ORGANISASI ZAKAT)
Organisasi Zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak
organisasi zakat yang bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup
mendasar adalah bagaimana agar organisasi zakat dapat diaudit dengan benar,
sehingga akuntabilitas dan transparansinya terjamin. Apalagi sampai saat ini
belum ada standar akuntansi zakat yang sah dan diakui Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), sebagai pihak yang mempunyai keabsahan untuk meng audit.
Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan
memudahkan pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman
akuntansi bagi organisasi pengelola zakat. Penyusunan ini dilakukan karena
semakin besamya tuntutan masyarakat akan akuntabilitas organisasi pengelola
zakat.
Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan
keuangan serta audit terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak
pemakai laporan keuangan dan auditor tidak mengetahui dasar acuan yang
digunakan untuk membaca, menganalisis atau melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi pengelola
zakat memiliki acuan yang beragam dalam membuat laporan keuangannya.
Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna
laporan keuangan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu,
pedoman akuntansi yang sama akan melahirkan tingginya tingkat komparasi
antarorganisasi pengelola zakat. Dengan demikian bisa dipastikan kinerja
antara organisasi pengelola zakat yang satu dengan yang lainnya dalam
penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana.
Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialiasi untuk
mendapatkan tanggapan dan masukan. Telah ada berbagai masukan seperti
Dewan Syariah Nasional (DSN) maupun Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), baik
dari aspek-aspek syariah maupun teknis akuntansi baik berupa nama-nama
akun maupun format penyajiannya. Masukan tersebut akan diselaraskan
dengan susunan draf yang telah ada. Selanjutnya, sebelum draf ini menjadi
pedoman akuntasi zakat yang berlaku umum maka akan ada dua review yang
ditempuh pihaknya, baik melalui DSN maupun IAI.
Seyogianya pedoman akuntansi zakat mengacu pada standar yang
ditetapkan oleh IAI yang tertuang daiam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk
menyiasati persoalan di atas, organisasi zakat dapat menggunakan standar
akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan organisasi Nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka
organisasi zakat harus membuatLaporan Posisi Keuangan, Laporan
Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Pernyataan atas Laporan keuangan. Teten
Kustiawan dari Institut Manajemen Zakat (IMZ) menambahkan satu laporan
yaitu laporan Dana Termanfaatkan. Tambahan ini diperlukan, karena dalam
lampiran PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan organisasi zakat
untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk komputer, maka tidak perlu
dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan
organisasi zakat.
F. ORGANISASI NIRLABA (ORGANISASI PENDIDIKAN TINGGI/
UNIVERSITAS)
Pada umumnya suatu universitas berdiri dalam naungan suatu yayasan.
Dalam hal keuangan, seluruh keuangan yang dikelola universitas pada
hakikatnya adalah milik yayasan. Pengelolaan dana universitas tersebut
dilakukan oleh Rektor, yang selanjutnya diaudit oleh kantor akuntan publik
yang di tunjuk yayasan. Pada akhirnya, pertanggung jawahan rektor kepada
yayasan khususnya dalam hal pengelolaan keuangan harus dilakukan setiap
tahun.
1. Sistem Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Universitas
Pada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistem pelaporan
pengelolaan keuangan dan pertanggungjawaban suatu universitas yang
dapat di jadikan sebagai acuan bagi sistem akuntansi suatu perguruan
tinggi. Sistem ini sudah dicoba diterapkan dalam pengelolaan keuangan
suatu universitas di Indonesia. Dalam hal pembuatan laporan keuangan,
pihak universitas mencoba untuk melakukan standarisasi dengan mengacu
pada PSAK Nomor 45.
2. Karakteristik Pengelolaan Keuangan Universitas
Seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah
milik yayasan. Keuangan universitas bersumber pada:
a. Uang penyelenggaraan pendidikan dan uang sumbangan pendidikan
yang diperoleh dari mahasiswa;
b. Usaha-usaha lain yang sah terkait dengan tridharma perguruan tinggi
c. Subsidi Pemerintah, sumbangan, dan bantuan lain baik dari dalam
negeri maupun luar negeri yang tidak mengikat
d. Hasil usaha yayasan
Tahun anggaran yang digunakan dimulai dari tanggal 1
September sampai dengan 31 Agustus tahun berikutnya. Setiap tahun
anggaran, rektor dengan pertimbangan dan persetujuan senat universitas,
mengajukan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas
kepada yayasan guna mendapat persetujuan dan pengesahan.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang telah
disetujui yayasan, menjadi panduan dan acuan seluruh subsistem
universitas dalam menjalankan kegiatannya. Pada tiap pertengahan tahun
anggaran, rektor dengan pertimbangan senat universitas dan persetujuan
yayasan dapat melakukan perubahan/revisi Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Universitas yang sedang berjalan. Selambat-lambatnya tiga
bulan setelah berakhirnya setiap tahun anggaran, rektor harus sudah
menyampaikan laporan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Universitas tahun yang lalu kepada yayasan untuk disahkan, setelah
mendapat pertimbangan senat universitas.
3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas
Laporan keuangan Universitas mengacu kepada laporan keuangan
organisasi nirlaba seperti yang telah distandarkan dalam PSAK
45. Laporan Keuangan terdiri dari:
a. Laporan Posisi Keuangan.
b. Laporan Aktivitas.
c. Laporan Arus Kas.
d. Catatan Atas Laporan Keuangan.
1) Laporan Posisi Keuangan
Sisi sebelah kiri menyajikan kekayaan (aktiva) universitas.
Penyajian di urutkan berdasarkan tingkat likuiditas dari yang
paling likuid yaitu Kas dan Setara Kas sampai dengan yang paling
tidak likuid yaitu Aktiva Tetap.
Sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban (utang) dan aktiva
bersih universitas. Kewajiban disajikan sesuai dengan urutan jatuh
temponya. Sedangkan aktiva bersih disajikan sesuai dengan urutan
tidak terikat, terikat sementara dan terikat permanen.
2) Laporan Aktivitas
Sisi pendapatan menyajikan seluruh penerimaan universitas dari
sumber akadcmik dan nonakademik. Sisi pengeluaran menyajikan
seluruh pengeluaran universitas dalam satu periode akuntansi yang
terdiri dari pengeluaran akademik dan nonakademik. Perbedaan
pendapatan dan pengeluaran merupakan perubahan aktivita bersih
pada periode tersebut.
3) Laporan Arus Kas
Arus Kas operasional universitas menyajikan Kas masuk dan
Kas keluar untuk operasional universitas. Diklasifikasikan sebagai
Arus Kas akademik dan nonakademik.Arus Kas investasi
menyajikan Arus Kas keluar untuk investasi (pembelian dan
pembangunan aktiva tetap). Arus Kas pendanaan menyajikan Arus
Kas aktivitas pendanaan (sumbangan dsb.).
4. Kebijakan Akuntansi Universitas
Berikut ini kebijakan-kebijakan akuntansi penting yang
dapat digunakan universitas dalam menyusun laporan keuangan, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan disusun dengan dasar akrual dan dinilai dengan
harga perolehan. Periode laporan dari tanggal 1 September 20x0
hingga 31 Agustus 20x1 yang juga merupakan tahun Anggaran
Universitas. Laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas dan laporan arus kas bersama dengan catatan atas
laporan keuangan yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.
Laporan aktivitas disusun berdasarkan klasifikasi tidak
terikat, terikat sementara dan terikat permanen. Laporan arus kas
disusun dalam klasifikasi aktivitas akademik, nonakademik, investasi,
dan pendanaan dengan menggunakan metode langsung
b. Transaksi dalam Mata Uang Asing
Kebijakan dalam transaksi mata uang asing ditetapkan menganut
sistem kurs tengah Bank Indonesia. Pengakuan transaksi dalam mata
uang asing dikonversikan ke dalam nilai Rupiah dengan menggunakan
kurs yang berlaku pada saat transaksi terjadi.
Aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing
dikonversikan ke dalam Rupiah berdasarkan nilai tukar dari kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan Posisi Keuangan.
Selisih lebih atau kurang yang timbul dari transaksi sepanjang
tahun atas penjabaran aktiva dan kewajiban moneter pada akhir tahun
diakui sehagai pendapatan atau pengeluaran nonakademik lainnya pada
laporan aktivitas.
c. Investasi Jangka Pendek
Merupakan bentuk deposito pada Bank, dicatat berdasarkan nilai
uang yang didepositokan. Bunga yang diperoleh dari deposito diakui
sebagai pendapatan nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
d. Piutang Akademik dan Nonakademik.
Piutang akademik dan nonakademik disajikan dalam jumlah yang
dapai direalisasikan Penghapusan piutang yang tak tertagih dilakukan
setelah memperoleh kepastian bahwa piutang tersebut tidak akan dapat
ditagih lagi dan diakui sebagai pengeluaran akademik dan
nonakademik lainnya dalam laporan aktivitas.
e. Perlengkapan
Perlengkapan merupakan barang habis pakai yang dipergunakan
dalam kegiatan akademik dan nonakademik. Perlengkapan yang
dipergunakan sebagai bagian dari layanan akademik, terdiri atas alat
tulis kantor dan bahan praktikum dinilai dengan harga
perolehan. Perlengkapan yang dipergunakan untuk kegiatan
nonakademik diakui sebagai pengeluaran administrasi dan umum pada
laporan aktivitas. Sedangkan pemakaian perlengkapan untuk kegiatan
akademik dihitung dengan diakui sebagai pengeluaran administrasi
akademik pada laporan aktivitas.
Penilaian perlengkapan menggunakan metode rata-rata yang
merupakan penyesusaian pada akhir tahun. Penyisihan atas
perlengkapan usang dan rusak ditentukan berdasarkan estimasi per
jenis perlengkapan dari pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya dan
diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan
aktivitas.
f. Aktiva Terikat untuk Investasi
Aktiva terikat untuk investasi adalah alokasi Kas dan setara Kas
untuk akuisisi aktiva (cash restriced for assets acquisition).
g. Aktiva Tetap
Aktiva tetap diakui dan dicatat berdasarkan harga perolehan dan
disajikan berdasarkan harga perolehan aktiva tersebut dikurangi
akumulasi penyusutan.
Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap yang
memperpanjang masa manfaat ekonomis dalam bentuk peningkatan
kapasitas, mutu layanan atau peningkatan standar kerja dikapitalisasi
pada aktiva yang bersangkutan.
Aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau sumbangan dinilai
sebesar harga pasar wajar pada saat tanggal transaksi.
Koleksi kepustakaan sesuai dengan pemanfaatannya secara
ekonomis disusutkan sepanjang masa manfaat ekonomis selama 2
tahun dengan metode saldo menurun berganda. Kecuali untuk tanah
seluruh aktiva tetap disusutkan sepanjang masa manfaat ekomis
dengan metode garis lurus dengan tarif sebagai berikut:
Masa manfaat -per Tari per tahun
Bangunan 20 tahun 5%
Taman 10 tahun 10%
Instalasi 5 tahun 20%
Kendaraan 5 tahun 20%
Peralatan 4 tahun 25%
Perabot 4 tahun 25%
Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi
akademik dan pengeluaran administrasi dan umum (nonakademik)
didasarkan pada analisis manfaat.
Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan
teknologi, atau sebab-sebab lainnya sebelum masa manfaat
ekonomisnya berakhir dikeluakan dari laporan keuangan sebesar buku.
Selisih kurang yang timbul dari pelepasan ini dicatat dalam
pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.
h. Aktiva dalam Penyelesaian
Merupakan penambahan bangunan beserta taman instalasi yang
masih dalam tahap pembangunan. Pembangunan tersebut bisa didanai
dari pihak intemal atau pihak ketiga, melalui Uang Sumbangan
Pendidikan (USP) yang diperoleh dari mahasiswa baru.

Pembangunan aktiva tetap yang didanai dari pihak internal atau


pihak ketiga yang sudah selesai dibangun dan diserah terimakan dari
Panitia Pembangunan kepada Universitas, dipindahkan sebagai aktiva
tetap dan mulai diperhitungkan penyusutannya.
i. Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)
HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara
eksklusif oleh pemerintah atas pruduk-pruduk yang dihasilkan dan
aktivitas penelitian dan pengembangan kelembagaan universitas yang
diatas namakan Universitas. HaKI diakui berdasarkan harga
perolehannya dan diamortasikan secara periodik selama jangka waktu
berlakunya HaKI atau selama-lamanya 20 tahun (5%) dengan metode
garis lurus.
HaKi disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi amortasi
umur aktiva tersebut. Amortasi aktiva diakui sebagai pengeluaran
administrasi akademik atau pengeluaran administrasi dan umum
(nonakademik) pada laporan aktivitas.
j. Jaminan Kepada Pihak Ketiga
Merupakan surat jaminan (Bank garansi) yang diberikan kepada
Dirjen Dikti untuk pendirian program studi baru dan akan dinetralisir
apabila jaminan diterima kembali.
Aktiva dicatat sebesar nilai jaminan yang diberikan dan dihapuskan
dari laporan keuangan saat berakhirnya masa jaminan tersebut.
k. Jaminan yang Diterima
Merupakan jaminan yang diterima dari mahasiswa yang mengikuti
wisuda dan akan dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan
setelah memenuhi kewajiban pengembalian toga. Kewajiban dicatat
sebesar jaminan yang diterima pada tanggal transaksi.
l. Perpajakan
Kebijakan perpajakan yang terkait dengan penghasilan mengacu
pada Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-87/PJ/1995 tanggal 10 Oktober
1995 tentang Pengakuan Penghasilan dan Biaya Atas Dana
Pembangunan Gedung dal, Prasarana Pendidikan Bagi Yayasan atau
Organisasi yang Sejenis yang Bergerak di Bidang Pendidikan.
Sedang kewajiban yang terkait dengan pemotongan pajak
penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji karyawan tetap dan honorarium
tetap dilakukan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang dan
dilakukan penyetoran ke Kas Negara. Jumlah pajak kini yang belum
dibayar diakui sebagai kewajiban dan dikompensasikan dengan jumlah
pajak yang telah dibayar pada periode kini dan sebelumnya.

m. Utang kepada Lembaga Keuangan


Merupakan utang kepada Bank yang dipergunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan Universitas. Pembayaran bunga
atas kewajiban tersebut diakui sebagai pengeluaran nonakademik
lainnya pada laporan aktivitas.
n. Tunjangan Hari Tua.
Merupakan kewajiban yang berasal dari pemotongan gaji
karyawan untuk tunjangan hari tua yang belum direalisasikan selama
karyawan yang bersangkutan masih aktif di universitas. Kewajiban
dicatat pada setiap akhir bulan saat pembayaran gaji karyawan.
Realisasi dari pembayaran tunjangan hari tua bagi karyawan yang telah
pensiun diakui sebagai pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan
Arus Kas.
o. Aktiva Bersih
Merupakan selisih dari aktiva terhadap kewajiban yang
mencerminkan seluruh sumber daya yang tersedia dan dimiliki secara
independen pada suatu saat tertentu oleh organisasi tanpa terikat atau
terikat sementara maupun permanen.
Aktiva bersih tidak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap
kewajiban yang pemanfaatannya tidak dibatasi oleh syarat atau
kewajiban tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva terhabap
kewajiban yang pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban
dalam jangka waktu tertentu dari pihak donor.
Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva terhadap
kewajiban yang pemanfatannya dibatasi secara permanen oleh syarat
atau kewajiban dari pihak donor.
p. Pendapatan
Merupakan kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang
berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban yang
telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pendapatan
diklasifikasikan sebagai pendapatan akademik dan nonakademik.
Pendapatan akademik adalah pendapatan yang diterima dari aktivitas
tridharma perguman tinggi.
Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar
dari aktivitas akademik. Pendapatan akademik yang diperoleh dari
mahasiswa diakui secara profesional pada saat realisasi jasa.
Sedangkan pendapatan yang berasal dari sumbangan dan hibah diakui
pada saat penerimaan sumbangan dan hibah.
Pendapatan nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan
konsultasi diakui pada saat realisasi jasa telah terpenuhi sesuai nilai
kontrak atau perjanjian dengan pihak ketiga.
q. Pengeluaran
Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban yang telah
terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pengeluaran diklasifikasikan
sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik. Pengeluaran
akademik adalah pengeluaran yang timbul dari aktivitas di luar
aktivitas akademik. Pengeluaran nonakademik adalah pengeluaran
yang aktivitas di luar aktivitas akademik.
BAB III
KESIMPULAN
Organisai nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal
yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik,
rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dlam hal
perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Organisasi nirlaba
memperoleh sumberdaya dari sumber para anggota dan para penyumbang lain
yang tidak mengharapkan imbalanapapun dari organisasi tersebut.
Adapaun ciri-ciri organisasi nirlaba adalah sumber daya entitas berasal
dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atas
manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
Menghasilkan barang atau jasa tanpabertujuan memupuk laba dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut. tidak ada kepemilikan seperti lainnya pada
organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalamorganisasi nirlaba tidak
dapat dijual, dialihkan atau ditebus kembali atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau
pembubaran entitas.
DAFTAR PUSTAKA
Rian, Ignasius Gultom dan Agus T. Poputra, 2015. Analisis Penerapan Psak
No.45 Tentang Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Dalam Mencapai
Transparansi Dan Akuntabilitas Kantor Sinode Gmim. Jurnal EMBA,
Vol.3, No.4, Hal. 527-537, jurnal ISSN 2303-1174.
Kristinawati, Yunita dan Bambang Suryono, 2014. Pelaporan keuangan
organisasi nirlaba. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 3, No.1.

Você também pode gostar