Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dalam 50 tahun terakhir, di sektor logistik telah tersedia banyak pilihan jenis atau moda
transportasi untuk mendukung aktivitas kunci dalam manajemen rantai pasok
perusahaan. Manajer transportasi memiliki banyak pilihan dalam keputusan
manajemen transportasi, baik dari pilihan jenis moda transportasi, penyedia jasa
transportasi, maupun pilihan tingkat pelayanan yang diberikan.
Aktivitas transportasi mengacu pada pergerakan produk dari satu lokasi ke lokasi lain
dalam rantai pasokan. Kebutuhan akan pentingnya transportasi telah berkembang
dengan meningkatnya globalisasi dalam rantai pasokan serta pertumbuhan e-
commerce.
Transportasi merupakan aktivitas yang paling mudah dilihat sebagai kegiatan utama
logistik. Pelanggan akan dengan mudah melihat pergerakan barang dari suatu lokasi
ke lokasi lain baik menggunakan truck, kereta api, kapal laut, atau pesawat udara.
Dalam konteks manajemen rantai pasok, fungsi penting transportasi memberikan solusi
layanan logistik: pergerakan produk (product movement) dan penyimpanan barang
(product storage).
Aktivitas transportasi akan mengkonsumsi sumber daya keuangan, waktu, dan sumber
daya lingkungan. Selain itu, dalam konteks manajemen berbasis aktivitas (value-based
management), aktivitas transportasi termasuk aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah. Mengapa? Aktivitas transportasi berakibat pada peningkatan sediaan barang
dalam transit (in-transit inventory). Sistem logistik yang efektif dan efisien harus dapat
mengurangi in-transit inventory ini seminimal mungkin. Penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi akan dapat dilakukan perbaikan secara signifikan dalam akses in-
transit inventory dan status kedatangan kiriman barang secara akurat baik lokasi
maupun waktu pengirimannya (delivery time).
Selain fungsi transportasi dalam pergerakan produk, aspek lain yang jarang dilihat dari
fungsi transportasi adalah penyimpanan produk. Transportasi berperan dalam
penyimpanan produk, terutama penyimpanan sementara dari lokasi asal pengiriman ke
lokasi tujuan. Fungsi penyimpanan sementara ini lebih ekonomis dilakukan dalam
kegiatan transportasi, terutama untuk pemenuhan sedian barang-barang yang terjawal
dengan waktu pengiriman dalam beberapa hari. Biaya-biaya yang mungkin terjadi
seperti biaya muat barang (loading), pergudangan, dan bongkar barang (unloading) dari
penyimpanan sementara produk mungkin lebih besar bila dibandingkan dengan biaya
penggunaan kendaraan yang difungsikan untuk penyimpanan sementara.
Pihak-pihak dalam transportasi
Pemerintah (government).
Hampir semua infrastruktur transportasi dimiliki dan dikelola sebagai barang atau
layanan publik. Untuk itu, kebijakan transportasi diarahkan untuk menciptakan
lingkungan usaha yang fair dan kompetitif, mencegah monopoli, keseimbangan
lingkungan dan hemat energi.
ICT diperlukan untuk menyediakan informasi yang akurat dan real-time antara
pelanggan dan pemasok atau antara pengirim dan penerima. Perkembangan ICT
transportasi mencakup aplikasi Transportation Management System (TMS)
dan Fleet Management System(FMS) yang berbasis web atau cloud.
Masyarakat (public).
Pihak terakhir dalam sistem transportasi adalah publik. Publik berkepentingan terhadap
kebutuhan transportasi yang dapat dijangkau dengan mudah, biaya yang murah, aman,
selamat, dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Secara tidak langsung, publik
menciptakan permintaan jasa transportasi dengan cara pembelian produk-produk.
Moda transportasi
Berbagai moda transportasi dapat digunakan, mulai dari transportasi darat (in-land
transportation) yang menggunakan transportasi jalan raya (rail road) dan kereta api
(railway), transportasi laut (sea freight), transportasi udara (air freight), dan penggunaan
pipa (pipeline).
Kereta api
Moda kereta api tepat untuk transportasi barang-barang yang memerlukan kapasitas
besar, berat, densitas tinggi, dan jarak jauh. Kelemahan moda kereta api terletak pada
kekakuan dalam pengaturan lokasi asal dan tujuan, waktu muat dan bongkar barang,
dan waktu singgah.
Truck
Bisnis transportasi truk terdiri dari dua segmen utama, yaitu TL (truckload) dan LTL
(less-than-truckload). Untuk jarak jauh, trucking lebih mahal dari kereta api, tapi
menawarkan keuntungan fleksibilitas pengiriman door-to-door dan waktu pengiriman
yang lebih pendek. Selain itu, trucking tidak memerlukan transfer antar pickup dan
pengiriman.
Umumnya TL untuk pengangkutan barang-barang dengan total lebih dari 6 ton yang
tidak memerlukan pemberhentian antara dari lokasi asal ke lokasi tujuan. Sementara
LTL umumnya digunakan untuk segmen angkutan barang yang kurang dari 6 ton yang
mengharuskan konsolidasi agar dicapai kapasitas maksimal dari truk yang
digunakan. Isu-isu kunci untuk industri LTL mencakup lokasi pusat konsolidasi, tingkat
beban truk, dan penjadwalan dan penentuan rute pickup dan pengiriman. Tujuannya
adalah untuk meminimalkan biaya operasional melalui konsolidasi tanpa mengorbankan
waktu pengiriman dan keandalan.
Pipeline
Sea Freight
Air Freight
Operator transpotasi udara (air freight) menawarkan layanan transportasi yang sangat
cepat, namun dengan biaya transportasi yang mahal. Penggunaan air freight lebih
tepat untuk barang-barang ukuran relatif kecil dan bernilai tinggi atau pengiriman
barang yang memerlukan waktu cepat dan jarak yang jauh. Isu-isu penting dalam
pengelolaan air freight ini antara lain: lokasi dan jumlah hub, rute pesawat, pengaturan
jadwal pemeliharaan pesawat, penjadwalan kru, dan strategi penetapan harga.
Selain moda transportai seperti yang telah dibahas di atas, pilihan lain transportasi
barang menggunakan jasa pos dan kurir (package carriers).
Perusahaan jasa pos dan kurir seperti Pos Indonesia, JNE, TIKI, FedEx, UPS, dan
USPS, yang mengantarkan paket dengan berat kurang dari 30 kilogram. Perusahaan
jasa pos dan kurir menggunakan transportasi udara, truk, dan kereta api untuk
mengangkut paket.
Layanan utama yang mereka tawarkan ke pengirim adalah pengiriman cepat dan dapat
diandalkan. Pengirim menggunakan operator paket untuk pengiriman barang dengan
volume kecil dan waktu yang sensitif. Package carrier juga menyediakan layanan
bernilai tambah lainnya yang memungkinkan pengirim untuk mempercepat aliran
persediaan dan melacak status pesanan. Dengan melacak status pesanan, pengirim
dapat secara proaktif menginformasikan kepada pelanggan tentang status paket
mereka.
Isu-isu kunci dalam industri ini termasuk lokasi dan kapasitas titik transfer serta
kemampuan informasi untuk memudahkan dan aliran jejak lacak paket. Untuk
pengiriman akhir ke pelanggan, pertimbangan penting adalah penjadwalan
dan routing truk pengiriman.
Intermodal
Transportasi intermoda adalah penggunaan lebih dari satu moda transportasi untuk
memindahkan kiriman ke tujuan. Masalah-masalah utama dalam industri intermodal
melibatkan pertukaran informasi untuk memfasilitasi transfer pengiriman antara moda
transportasi yang berbeda karena transfer ini sering melibatkan penundaan yang cukup,
dan mengorbankan kinerja waktu pengiriman.
Contoh:
Suatu perusahaan menjual hasil produksinya ke tiga daerah pemasaran, yaitu Bandung,
Semarang dan Surabaya. Perusahaan tersebut memilki tiga buah pabrik yang terletak di
Tangerang, Cirebon dan Tegal. Diketahui kapasitas produksi untuk pabrik Tangerang, Cirebon
dan Tegal masing-masing adalah 30 ton, 40 ton, dan 50 ton. Sedangkan permintaan pasar untuk
daerah bandung, Semarang dan Surabaya masing-masing adalah: 60 ton, 40 ton, dan 20 ton.
Sedangkan biaya pengangkutan per-ton dari masing-masing pabrik ke masing-masing daerah
pemasarn adalah sbb:
Tabel 1
Dari
Tangerang 15 3 18
Cirebon 17 8 30
Tegal 18 10 24
Dari data tersebut tentukan bagaimana alokasi pengiriman yang optimal.
Jawab;
Tabel 2
Alokasi I
T T1 T2 T3 Kapasitas
S1 30 X X 30
S2 30 10 X 40
S3 X 30 20 50
Demand 60 40 20 120
Pada alokasi ini dikeluarkan biaya trnsportasi sebesar: 30 (Rp 15.000,-) + 30 (Rp 17.000,-) + 10
(Rp 8.000,-) + 30 (Rp 10.000,-) + 20 (Rp 24.000,-) = Rp 1.820.000,-
Alokasi I tersebut kemudian dilanjutkan pada tahap II (tahap uji optimasi). Uji optimasi bisa
dilakukan dengan Stepping Stone atau dengan MODI.
2. Dengan MODI
T1 = 15 T2 = 6 T3 = 20
S1 = 0 15 -3 -2
S2 = 2 17 8 8
S3 = 4 -1 10 24
Ri + Kj = Cij
Ri = Nilai baris I
Kj = Nilai Kolom j
Sedangkan ij = Cij - Kj
Terlihat pada uji optimasi dengan menggunakan stepping stone maupun dengan menggunakan
MODI, hasilnya masih menunjukkan ada nilai negatifnya. Dengan demikian alokasi I diatas
menunjukkan belum optimal. Karena alokasi belum optimal, maka perlu diadakan perubahan,
yaitu dengan memebuat alokasi baru.
2. Dari posisi S1T2 ini, maka dibuatlah segi empat air atau segi enam air dan seterusnya bila
tidak memungkinkan dibuat segi empat air. Dari posisi S1T2 ini bisa dibuat segi empat air
yaitu S1T2S1T1S2T1S2T2.
3. Karena segi empat air tersebut dimulai S1T2, maka nilai:
S1T2 adalah positif ()
4. Mengidentifikasikan nilai negatif pada segi empat air di atas. Nilai negatif di sini adalah S1T1
dan S2T2. Besarnya alokasi pada S1T1 = 30 ton dan S2T2 = 10 ton. Kedua alokasi ini
kemudian dipilih yang terkecil/minimal. Alokasi yang terkecil ini adalah 10 ton.
5. Nilai 10 ton tersebut akan menjadi penambah atau pengurang bagi alokasi pada segi empat
air. Bila nilainya positif, maka ditambah dengan 10 ton, sebaliknya bila nilainya negatif,
maka dikurangi 10 ton. Sehingga jadilah re-alokasi I seperti pada tabel 3 diatas.
Tabel 3
Re-alokasi I
T T1 T2 T3 Kapasitas
S1 20 10 30
S2 40 40
S3 30 20 50
Demand 60 40 20 120
T1 = 15 T2 = 3 T3 = 17
S1 = 0 15 3 1
S2 = 2 17 3 11
S3 = 7 -4 10 24
Terlihat bahwa hasil uji optimasi masih menunjukkan nilai negatif. Jadi re-alokasi I belum
optimal, dengan demikian perlu dibuat alokasi yang baru (re-alokasi II) sebagai berikut:
Tabel 4
Re-alokasi II
T T1 T2 T3 Kapasitas
S1 30 30
S2 40 40
S3 20 10 20 50
Demand 60 40 20 120
2. Dengan MODI
T1 = 11 T2 = 3 T3 = 17
S1 = 0 4 3 1
S2 = 6 17 -1 7
S3 = 7 18 10 24
Terlihat bahwa hasil uji optimasi masih menunjukkan nilai negatif. Jadi re-alokasi II belum
optimal, dengan demikian perlu dibuat alokasi yang baru (re-alokasi III) sebagai berikut:
Tabel 5
Re-alokasi III
T T1 T2 T3 Kapasitas
S1 30 30
S2 30 10 40
S3 30 20 50
Demand 60 40 20 120
2. Dengan MODI
T1 = 12 T2 = 3 T3 = 18
S1 = 0 3 3 0
S2 = 5 17 8 7
S3 = 6 18 1 24
Terlihat pada uji optimasi dengan menggunakan metode Stepping stone maupun MODI, semua
nilai sudah menunjukkan positif. Demikian re-alokasi III sudah optimal. Alokasi yang optimal ini
mengeluarkan biaya transportasi sebesar: 30(Rp 3.000,-) + 30(Rp 17.000,-) + 10(Rp 8.000,-) +
30(Rp 18.000,-) + 20(24.000,-) = Rp 1.700.000,-