Você está na página 1de 10

1.

Apa yang anda ketahui sistem pelestarian kehutanan/ agroforestri,


strategi apa yang diambil paling sesuai untuk pengembangan agroforesti
di Indonesia dan meningkatkan penggunaan sumber daya alam?
2. Pengambilan energy alternative sangat penting untuk tidak terlalu
bergantung pada sumber sumber konvensional seperti minyak bumi dan
gas bumi, langkah langkah praktis upaya yang harus dilakukan oleh
pemerintah swasta, dan masyarakat untuk merealisasikan pengembangan
energy alternative tersebut!
3. Sebutkan factor factor manusia yang menentukan pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup
4. Jelaskan hubungan positif dan negative antara persediaan sumber daya
perikanan dan pertumbuhan ekonomi
5. Jelaskan masalah masalah apa saja yang dihadapi di Indonesia dan
pembangunan berkelanjutan.

Jawaban :

Nomor 1 :

Agroforestry merupakan ilmu baru yang ditemukan tetapi merupakan teknik


pertanian lama. Teknik ini bukan dari penelitian tetapi perilaku petani yang
memanfaatkan lahannya dengan menanam banyak tanaman yang berbeda dan
terdapat tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Agroforestry merupakan
gabungan dari ilmu kehutanan dan agronomi yang memadukan usaha kehutanan
dengan usaha tanaman produksi untuk menciptakan keselarasan antara intesifikasi
pertanian dan pelestarian hutan. Semua itu berjalan seiring waktu dan tidak pernah
ada yang mencatat proses dan hasilnya teknik agroforestry ini.
Arah Pengembangan Agroforestri

Praktek agroforestri sudah dilaksanakan petani berabab-abad lamanya, namun


agroforestri sebagai ilmu pengetahuan masih relatif baru. Karenanya pemahaman
ilmiah tentang agroekosistem kompleks seperti praktek agroforestri tradisional ini
masih lemah. Akan tetapi sudah disadari bahwa petani dan masyarakat lokal yang
mengelola berbagai macam agroekosistem telah banyak belajar dan menghasilkan
pengetahuan yang kompleks, canggih dan tepat guna untuk kondisi pertanian
setempat.

Dalam pengembangan sistem agroforestri beberapa hal penting yang harus


diketahui adalah kapasitas petani dalam memahami lingkungan biofisik dan budaya
setempat untuk meramalkan dan menjelaskan hasil suatu percobaan. Oleh karena
itu untuk menciptakan sistem bertani yang berwawasan lingkungan dibutuhkan
kerjasama yang erat dengan para petani. Pengetahuan indigenous merupakan
pelengkap (complement) penting bagi pengetahuan lmiah formal. Seperti yang
dinyatakan oleh Grandstaff and Grandstaff (1986), para petani memang tidak punya
pengetahuan ilmiah untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi, akan tetapi tak
seorangpun mampu lebih baik dalam memahami kondisi lokal mereka selain
mereka sendiri.

Dalam pengembangan sistem agroforestri tersebut, petani tidak hanya


menyumbang pengetahuan ekosistem lokal saja, tetapi pengalaman melakukan
percobaan dan adaptasi teknologi dalam kondisi setempat juga sangat penting dan
membantu mempercepat proses adopsi. Inovasi yang dihasilkan para petani dalam
menghadapi masalah dan menyikapi peluang baru memberikan indikasi perbaikan
potensial penting sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan bio-fisik yang harus
mereka hadapi.
Meningkatkan sumber daya alam yang berkualitas dalam masa era globalisasi .

Perseroan terus berkomitmen untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia


(SDM) yang unggul dan kompetitif dalam rangka menciptakan karyawan yang
profesional dan kompeten dengan harapan Perusahaan dapat tumbuh, berkembang
serta mampu bersaing dalam era globalisasi.

Di era globalisasi saat ini, sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor yang paling
penting dalam perkembangan Perusahaan. Untuk membentuk SDM yang
berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan
global tertentunya tidak dapat dilakukan secara instan, dalam hal ini, peran semua
pihak di jajaran Perseroan sangat dibutuhkan. Diperlukan kerjasama yang baik di
seluruh jajaran Perusahaan untuk memperbaiki SDM yang ada saat ini.

Semua ini bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab dari pihak manajemen
saja tetapi juga karyawan. Sehingga dibutuhkannya kerjasama yang baik seluruh
jajaran Perusahaan untuk bekerja keras bahu-membahu dalam membangun SDM
yang berkualitas dan memiliki keterampilan dengan harapan kinerja Perusahaan
dan tercapai secara maksimal.

Nomor 2 :
a) Pembiayaan untuk menentukan arah/pola pendidikan, sains, riset, dan
perkembangan teknologi yang tepat dan serasi.
b) Menambah angkatan kerja dan kesukaran dalam bidang pengembangan
industri.
c) Mengurangi masalah pengadaan dan permintaan akan bahan-bahan dasar
seperti bahan mineral, baja, dan bahan energi.
d) Membuat kebijakan pengelolaan sumber daya alam, energi, dan
lingkungan hidup.
e) Penciptaan teknologi tepat guna sehingga perlu dilakukan oleh ahli
teknologi dari pihak asing ke tangan ahli Indonesia.
f) Menambah peran lembaga-lembaga dalam pengembangan teknologi tepat
guna.
g) Meningkatkan pendidikan kejuruan dan kurangnya kesadaran akan arti
penting dari keterampilan dan keahlian dalam memanfaatkan teknologi.

Nomor 3 :
Perubahan ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh
perilaku masyarakat yang kurang baik dalam pemanfaatan sumber-sumber daya
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan
adanya perubahan ekosistem. Perubahan ekosistem suatu lingkungan terjadi
dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan
sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya
pertambahan jumlah penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan membawa
dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu ekosistem. Selain itu kerusakan
hutan yang terjadi karena adanya penebangan dan kebakaran hutan dapat
mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah. Padahal hutan
merupakan sumber kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai
penghasil oksigen, tempat penyedia makanan dan obat-obatan.
Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung
lama jika dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan
terhadap ekosistem lingkungan. Dampak dari perubahan ekosistem akan
berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu
ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan hanya pada
keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat mmbawa pengaruh lain
terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi. Selain itu
kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah yang semakin
banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam yang
sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula
disebabkan dari pembuangan limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap
penggunaan air panas yang dapat menimbulkan laut menjadi tercemar.
Nomor 4 :
sektor perikanan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi. Berikut beberapa manfaat ekonomi sektor perikanan :

1. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Ikan merupakan lauk


sumber protein hewani yang bak bagi perkembangan tubuh manusia. Juga
mengandung omega 3 yang aik bagi perkembangan otak manusia. Sehingga
keberadaannya sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan gizi tersebut. Demi
generasi penerus bangsa yang sehat dan pintar.
2. Memberikan penghasilan bagi masyarakat terutama mereka yang hidup di
daerah dekat perairan. Masyarakat di daerah pesisir atau perairan mayoritas
menggantungkan hidupnya pada hasil menangkap ikan (nelayan). Mereka
menangkap ikan dan menjualnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Menaikkan derajat ekonomi rakyat. Penghasilan yang diperoleh masyarakat
dari penjualan ikan adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Jika
penjualan tersebut memberikan hasil yang besar, akan terjadi lonjakan
pemenuhan kebutuhan. Dari pemenuhan kebutuhan primer, menjadi kebutuhan
sekunder bahkan tersier. Hal ini dikarenakan derajat ekonomi yang meningkat.
4. Membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi rakyat yang
baik (pada poin 3) secara otomatis memengaruhi pertumbuhan ekonomi
nasional yang baik pula.
5. Membantu pemenuhan pangan dunia sebagai pemasok (ekspor) perikanan.
Seperti halnya masyarakat Indonesia, penduduk dunia pun membutuhkan ikan
untuk pemenuhan pangan dan gizinya. Apabila di dalam negerinya tidak
tercukupi, tentu mereka akan mengimpor. Di sinilah kesempatan baik
Indonesia untuk memasok (mengekspor) ikan-ikan pada negara-negara yang
memerlukan.
6. Meningkatkan devisa negara. Dari hasil ekspor perikanan pada poin 5 (lima)
secara otomatis akan memberikan (meningkatkan) devisa bagi negara.
dampak negatif :

1. Mengakibatkan perubahan ekosistem perairan dan hampir semua alat


tangkap ikan dapat menyebabkan kerusakan habitat
2. limbah pakan bisa merusak ekosistem
3. bisa menutupi cahaya matahari di laut, sehingga terumbu karang susah utk
fotosintesis
Nomor 5 :
Berikut dibahas mengenai tiga masalah yang merupakan hambatan dalam
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan yaitu masalah kemiskinan,
masalah kualitas lingkungan hidup dan masalah keamanan dan ketertiban.
1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu contoh ketidakadilan yang
dialami suatu kelompok (masyarakat pra sejahtera), dan terdapat di mana-
mana, baik di Negara maju maupun di Negara-negara yang sedang
berkembang. Ketidakadilan itu terlihat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan mereka untuk bertahan hidup dalam kesehatan yang baik,
sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat, air bersih,
pengelolaan sampah ) rumah sehat, RTH, pelayanan pendidikan dan
sebagainya. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak adanya akses kepemilikan
hak atas tanah yang mereka huni. Sebagai akibat itu semua, sulit bagi
mereka untuk mendapat akses ke pekerjaan yang baik dan stabil.
Ketidakadilan itu menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan
mengancam proses pembangunan yang berkelanjutan. Kerusakan
lingkungan, kondisi permukiman buruk atau kumuh dalam suatu kawasan
memperlihatkan bahwa kawasan tersebut sedang dalam proses tidak
berkelanjutan.
Krisis ekonomi yang menyebabkan naiknya harga kebutuhan bahan
pokok telah menimbulkan berbagai kerusuhan. Kerusuhan ini bahkan telah
menembus sampai kawasan pedesaan atau kawasan pinggiran kota. Hal ini
disebabkan desa telah kehilangan daya tahan menghadapi krisis. Kultur
agraris yang menjadi basis pertahanan ekonomi desa telah hilang maupun
ditinggalkan, diganti dengan pola modern yang tergantung pada industri.
Dementara industry yang diharapkan mampu menopang sektor pertanian,
kondisinya sangat rentang dan keropos, karena ketergantungannya pada
bahan baku impor.
Kebijakan tegas untuk meninggalkan kultur agraris, karena ada
pandangan bahwa pola pertanian yang ada selama ini tidak memberikan
nilai tambah, sangatlah naif. Nilai tambah yang dimaksud dalam konteks
tersebut adalah yang bisa memberikan konstribusi devisa, bukan dalam
pengertian mampu memberikan daya hidup pada komunitas desa. Bahkan
kecenderungannya adalah mengubah kawasan pedesaan yang mampu
mandiri berbasis pertanian keanekaragaman hayati, sebagai ajang konversi,
menjadi kawasan industri dan kawasan permukiman perkotaan.
Ketahanan kita akan kebutuhan bahan pokok sangatlah kurang,
karena investasi yang ada selama ini bukan untuk pembangunan industri
yang berbasis sumber daya alam hayati (agroindustry). Tempe, yang
merupakan makanan Indonesia sejak dahulu kala, ternyata kita belum
mampu menjadi produsen bahan baku kedelainya hingga kini. Kedelai
hingga kini masih harus diimpor. Semuanya itu disebabkan kita belum
pernah mengadakan penelitian bioteknologi, yang dapat mendukung pola
agraris yang kita miliki agar efisien. Penelitian yang ada selama ini bukan
membumi, tetapi menuju ke langit. Untuk itu, dalam rangka peningkatan
ketahanan akan kebutuhan bahan pokok, diperlukan upaya pembangunan
daerah yang berbasis keanekaragaman hayati setempat
Penelitian – penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemiskinan
tidaklah statis. Orang miskin bukanlah orang yang pasif. Ia adalah manajer
seperangkat asset yang ada di seputar diri dan lingkungannya. Keadaan ini
terjadi pada orang yang miskin yang hidup di Negara yang tidak
menerapkan sistem Negara kesejahteraan (welfare state). Sistem yang dapat
melindungi warganya menghadapi kondisi-kondisi yang memburuk yang
mampu ditangani oleh dirinya sendiri. Kelangsungan hidup individu dalam
situasi seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama
dengan jaringan sosial membantu para anggotanya dengan pemberian
bantuan keuangan, tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya.
Pendekatan kemiskinan yang berkembang selama ini perlu dilengkapi
dengan konsep keberfungsian sosial yang lebih bermatra demorasi-sosial
ketimbang neo-liberalisme. Rebounding atau pelurusan kembali makna
keberfungsian sosial ini akan lebih memperjelas analisis mengenai
bagaimana orang miskin mengatasi kemiskinannya, serta bagaimana
struktur rumah tangga, keluarga kekerabatan, dan jaringan sosial
mempengaruhi kehidupan orang miskin. Paradigma baru lebih menekankan
pada “apa yang dimiliki si miskin ” ketimbang ” apa yang tidak dimiliki si
miskin ”.
Pada akhirnya kebijakan pengurangan kemiskinan yang selama ini
yaitu pendekatan top-down dalam perencanaan kebijakan yang sekarang
dilakukan, yaitu pemerintah dan para pakar menganggap dirinya yang
paling mengetehaui tentang proses-proses yang terjadi dimasyarakat, perlu
diganti dengan pendeketanbottom-up, yaitu melibatkan partisipasi
masyarakat melalui dialog-dialog yang demokratis, menghargai perbedaan-
perbedaan, keadilan dan kesetaraan jender. Ilmu pengetahuan modern
antroposentris sebagai dasar perencanaan kebijakan publik untuk mengelola
kehidupan masyarakat dan lingkungan perlu diganti dengan ilmu
pengetahuan yang bersifat non-antroposentris, menghargai etika dan nilai-
nilai yang ada di masyarakat dan di lingkungan alam.
2. Masalah Kualitas Lingkungan Hidup
Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan lingkungan, yaitu
mengurangi resiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat lingkungan.
Sejak berabad tahun yang lalu nenek moyang kita telah merubah hutan
menjadi daerah pemukiman dan pertanian. Perubahan hutan menjadi sawah
merupakan usaha untuk memanfaatkan lahan untuk produksi bahan
makanan dibawah kondisi curah hujan yang tinggi dan juga untuk
mengurangi resiko erosi di daerah pegunungan. Hingga sekarang
pencetakan sawah masih berjalan terus. Dengan perubahan hutan atau tata
guna lahan lain menjadi sawah berubahlah pula keseimbangan lingkungan.
Jadi jelaslah keserasian bukanlah suatu hal yang kekal, melainkan berubah-
ubah menurut umur orang atau golongan, tempat dan waktu. Karena itu
melestarikan keserasian bertentangan dengan hakekat hidup yang
menginginkan perubahan. Melestarikan keserasian akan berarti meniadakan
kebutuhan dasar untuk dapat memilih. Karena itu akan berarti menurunkan
mutu lingkungan dan dengan itu mutu hidup.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada
hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan manusia itu sendiri.
Manusia merupakan subjek sekaligus objek pembangunan. Manusia berada
pada posisi sentral sahingga pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilya
tidak boleh mengabaikan dimensi manusianya. Untuk dapat melakukan hal
tersebut, diperlukan pendekatan pembangunan yang menitikberatkan pada
segi manusia. Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan mutu hidup manusia. Di lain pihak, pembangunan yang makin
meningkat akan memberikan dampak negatif, berupa resiko pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup, yang mengakibatkan rusaknya struktur
dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan. Kerusakan
ini pada akhirnya akan menjadi beban yang malah menurunkan mutu hidup
manusia, sehingga apa yang menjadi tujuan pembangunan akan sia-sia.
Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup merupakan
kepentingan manusia, sehingga menuntut tanggung jawab dan perannya
untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Keberlanjutan pembangunan harus memadukan
lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, serta
pengembangan sumber daya buatan, dan menjadi sarana untuk mencapai
keberlanjutan pembangunan, serta menjadi jaminan bagi kesejahteraan serta
mutu hidup generasi masa kini dan generasi mendatang.
3. Masalah Keamanan dan Ketertiban
Beberapa teror bom yang terjadi di beberapa kota di Indonesia akhir-
akhir ini, sperti di Bali, Jakarta dan lain-lain telah menimbulkan keresahan
bagi masyarakat dan mengganggu jalannya perekonomian. Selain itu,
beberapa kota di Indonesia juga mengalami penurunan kualitas kehidupan
dengan banyaknya terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh konflik antar
kelompok masyarakat, seperti di Poso, Palu, Ambon, Banda Aceh dan
sebagainya.
Permasalahan ini diperberat dengan masalah ketertiban Karena tidak
disiplinnya masyarakat. Hal ini tercermin dengan jelas antara lain dalam
disiplain berlalu lintas. Saat ini juga semakin sering terjadi demonstrasi
yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan
pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah, terutama di kota-kota
besar. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal seperti tidak adanya
sosialisasi dari pemerintah, kurangnya pelibatan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, kurangnya pemamhaman akan hak-hak dan tanggung
jawab masyarakta dalam pembangunan dan lain sebagainaya.

Você também pode gostar