Você está na página 1de 12

Asuhan Keperawatan kanker Serviks

I. Konsep medis ca cervix


A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks
merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan bagi wanita, sebab
penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi “mesin pembunuh” di
kalangan kaum wanita. Kasus kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka
kejadiannya menunjukkan trend meningkat.
B. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar data
epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual.
Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat
menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker
serviks.Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa
menjadi infeksi persisten yang dapat berkembang menjadi kanker serviks (Cunningham,
2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi
meski tidak melalui hubungan seksual dan HPV dapat bertahan dalam suhu panas
(Cunningham, 2010).
C. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, namun
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting
meliputi:
1. Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama
pada usia muda (<16 tahun),Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction)
wanita ini berada diluar OUE (osteum uteri eksternum), sehingga mudah terkena infeksi
serviks (Wiknjosastro, 2006).
2. Tingginya paritas (lebih dari dua anak), Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks
pada wanita ini sering menggalami infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering
dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks (Wiknjosastro,2006)
3. Berganti-ganti pasangan seksual,
4. Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5. Kebiasaan merokok,
6. Higiene seksual yang buruk,
7. Status sosial ekonomi yang rendah,
8. Kontrasepsi oral
D. Stadium Pada Kanker Serviks
Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan
jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan.
Menurut Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi
yang dianjurkan oleh Federation International of Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu
sebagai berikut :
1. Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih dangkal,
hanya tumbuh dilapisan sel serviks.
2. Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun,
stadium ini dibedakan menjadi:
a. Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop, kedalamannya
kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
b. Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya
antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
c. Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak
lebih besar dari 4 cm.
d. Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih
besar dari 4 cm.
e. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul.
Stadium II dibagi menjadi :
1) Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke
jaringan yang lebih dalam dari vagina.
2) Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks,
namun belum sampai ke dinding panggul.
3) Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan
serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin
ke kandung kemih.
4) Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh,
seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
5) Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung
kemih dan rektum.
6) Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti
paru-paru.
E. Efek pada Maternal dan Neonatus
Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi, sehingga dianjurkan untuk mengangkat
lesi besar yang tumbuh keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula terjadi pada
abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma
tersebut. Kematian janin dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan kanker,
persalinan kala satu mengalami hambatan. Ada kalanya tumornya lunak dan hanya terbatas
pada sebagian serviks, sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak lahir spontan.
Selain itu, dapat pula teradi ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam masa nifas sering
terjadi infeksi. Dahulu disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat
dan menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan
sendiri tidak mempengaruhi kanker serviks (Cunningham, 2010).
Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan pada wanita, nantinya akan
menjadi beban biaya yang cukup besar. Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya
yang diakibatkan oleh perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan invasif untuk
menunjukkan jumlah biaya yang dialokasikan untuk masalah ini. Oleh karena itu, selain
memberikan efek langsung pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh terhadap
keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi pasien.
F. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH
vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK,
yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara
epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia
dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan
seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ
adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi
membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah
Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS
terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk
displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi,
yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan
berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap
potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan,
2009)
G. Tanda dan Gejala
Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes Pap
Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi
kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-
sembuh
2. Perdarahan vagina yang tidak normal,perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang
reguler; Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan
setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul; Perdarahan pada wanita usia
menopause.
3. Rasa sakit saat hubungan seksual
4. Cepat lelah
5. Kehilangan berat badan
6. Anem
7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggu
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di
berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.Apabila kanker serviks tidak
ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks dan melibatkan jaringan di
rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki,
hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa
penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit
berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat
menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua
ureter (Wiknjosastro, 2006).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test
untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir
tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah
berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear
secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim.
Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang
dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-
sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama
dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode
pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak
normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter
menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop menggunakan cahaya terang
dan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke
dalam vagina,Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau klinik.
Biopsi : Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek
dokter Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop
untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
Punch Biops : Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil jaringan
serviks.
LEEP : Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis
dari jaringan serviks.
Endoservikal : Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk mengikis
contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin
menggunakan kuas tipis lembut, bukan kuret.
Conization : Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah
conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah
ada sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para
dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan anestesi / bius
total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini
biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan
kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit
(Bryant, 2012).

I. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1. Bedah krio
2. Elektrokauter
3. Laser
4. LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5. Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan (histerektomi),radiasi (limfadenektomi
bilateral) atau pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan radiasi saja.
Pemberian kemoterapi, zat-zat radio sensitif, oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan
bersamaan dengan terapi radiasi (Gale, 2000).
Wanita hamil dengan pap smear yang abnormal diperiksa lebih lanjut dengan kolposkopi
dan biopsi. Wanita dengnan stadium IA dapat dipantau dengan pap-smear, kolposkopi dan
biopsi. Pada kasus kanker invasif terapi harus dilakukan segera. Bagia wanita dengan usia
kehamilan kurang dari 24 minggu, kehamilan segera diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi
radiasi dapat dipakai sebagai terapi primer (Gale, 2000).

II. Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks

A. Pengkajian
A. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan
tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas, keringat malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen
lingkungan, tingkat stress tinggi.
B. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal
diagnosis, perasaan putus asa.
C. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi
urinarius misalnya : nyeri.
D. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak,
aditif, bahan pengawet, rasa).
E. Neurosensor
Gejala : pusing, sinkope
F. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
G. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
H. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
I. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari
usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
J. Interaksi social
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi/tanggung
jawab peran.
K. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya (Doenges, 2000).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan
femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
2. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis
saraf.
4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
5. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi
dan pembedahan

C. Intervensi Keperawatan
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker.
Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan
pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep
berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta
kesalaahn konsep tentang diagnostik.
3) Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan
tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat
keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
4) Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada
peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan
pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
5) Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk
tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
6) Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase
pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek
kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama
periode ini.
7) Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk
pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada
berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
8) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam
jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
9) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan
berkemih.
10) Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis
pubis menunjukkan retensi urine
11) Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom,
penyiraman air hangat pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya
berkemih.
12) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
13) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter
intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien
mempunyai jahitan parineal.
14) Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan
kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
15) tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas
(skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
16) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan
aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
17) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan
terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa
kontrol nyeri
18) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan
indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual
berbeda-beda.
19) Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
20) Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikas
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
21) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan
adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan

D. Evaluasi
a. Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
b. Ansietas pasien berkurang
c. Meningkatkan harga diri pasien
d. Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
e. Nyeri hilang/berkurang
f. tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
g. pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).
E. Daftar Pustaka
Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england.
British Journal of Nursing , Volume 21, s4-s10.

Você também pode gostar