Você está na página 1de 13

1.

Kenali Lawan Bicaramu

Kamu berargumen dengan siapa. Ayah? Teman? Orang baru kenal? Atau belum
kenal? Kalau sudah tahu, jadi lebih gampang pendekatannya. Misalnya sama yang
senior, kata-kata perlu diperhalus biar gak dikira menggurui. Kalau sama teman
boleh dicampur humor biar gak terlalu berkesan kaku dan kalau sama pacar bisa
dicoba sambil ngerayu.

2.Cari Sela Dan Momen Yang Tepat


Pokoknya pinter-pinternya kamu cari sela dan momen yang pas. Kalau yang diajak
ngomong lagi suntuk atau habis diputusin sama pacarnya mending cari waktu lain aja.
Kalau pas jam 12 siang, atau pas jam-jam orang tidur juga jangan dipaksain. Cari
waktu yang kira-kira hati lawan bicara lagi enak, mungkin dengan basa-basi terlebih
dahulu supaya kita tahu gimana kondisi perasaannya waktu itu.

3.Kenali Topik Pembicaraan


Pahami benar-benar topik yang sedang dibicarakan. Jangan sampai kamu mati-
matian mempertahankan pendapat bahwa 3+4=5, padahal cuman tahu dari buku
catatan temenmu. Jadi, pastikan juga pendapat kamu itu bukan berdasarkan gosip
semata tapi ada hal yang jelas mendasarinya.

4.Pastikan Sudut Pandangnya Sama


Yang satu bilang kue lemper itu bentuknya bulat, yang satu lagi bilang persegi
panjang. Jelas sama benernya dan sama salahnya kan? Karena yang satu lihat kue
lemper dari atas, yang satunya lagi lihat dari samping. Debat yang seperti ini gak
akan ada penyelesaiannya. Kalau sudut pandangnya bisa disamakan, kue lemper itu
bisa terlihat berbentuk silinder, ya kan? Kalau sudag seperti ini semua masalah jadi
lebih jelas ke mana arahnya.

5.Pendengar Yang Baik


Kalau ada yang menanggapi pendapatmu, cobalah dengarkan dulu sampai selesai.
Kamu mesti bisa jadi pendengar yang baik kalau mau pendapatmu didengarkan orang
lain. Kalau kamu bisa menyimak apa yang diungkap oleh lawan bicaramu, kamu bisa
tahu orang tersebut maunya menentang, mengkoreksi atau cuma nambahin hal yang
kurang lengkap dari pendapatmu. Jangan sekali-kali memotong pembicaraan orang,
karena hal itu bisa mengurangi rasa hormat orang lain terhadap kita. Kita juga yang
rugi.
6.Kontrol Nada Suara
Sabar aja.......kalau kamu yakin pendapatmu benar, nggak usah ngotot ntar juga
kelihatan siapa yang benar. Juga jangan terlalu pelan, ntar kamu dikira ndongeng
dan bikin ngantuk. Karena nada suara ternyata berpengaruh ke perasaan seseorang
dan juga nada suara kita dipengaruhi oleh perasaan kita. Kalau kamo emosi pasti
kelihatan dari nada suaramu. Mengontrol nada suara berarti juga mengontrol emosi.

7.Meruncing, Bukan Melebar


Biasanya adu argumen merambat kesana kemari, akhirnya tambah gak jelas. Kalau
mau dicari, memang banyak sih yang bisa dikait-kaitkan sama topik yang sedang
dibahas, tapi hasilnya nanti malah nggak jelas. Usahakan kamu buat batasan yang
jelas, kalau lawan bicara mulai keluar jalur bahasan, ingatkan dia untuk kembali ke
topik yang semula, supaya gak terkesan cuma cari-cari kesalahan si lawan bicara.
Jadi kalau kamu ngomongin tentang lemper tadi, jangan merembet ke pipa paralon
yang bentuknya sama-sama silinder tapi panjang, jelas beda kan? Lemper empuk dan
pipa keras.

8.Keep The Faith(Menjaga Keyakinan)


Kalau kamu yakin pendapatmu benar berdasarkan pengetahuan yang kamu miliki,
baguslah! Kamu memang harus mempertahankan itu. Tapi ingat, cukup kamu bisa
membuat orang lain mengerti maksud kamu itu sudah bagus, Syukur kalau dia bisa
mengakui hal itu benar, ajaib kalau dia mau mengikuti pendapatmu. Tapi, meyakinkan
orang lain itu tidaklah mudah. Seandainya kamu kesusahan, kamu bisa mundur
sejenak, yang penting kamu sendiri masih menyimpan keyakinan itu dalam hati kamu.
Yakinlah, kamu nggak bisa merubah dunia jadi lebih baik, tapi kamu bisa membuat
diri kamu jadi lebih baik. Minimal kamu tahu mana yang terbaik buat kamu.

9.Nobody Wins

Perlu di ingat bahwa berargumen bukan untuk mencari menang atau kalah, tapi
mencari solusi yang bisa disepakati bersama. Yang pendapatnya diterima gak boleh
sombong dan yang ditolak harus berlapang dada, itu kan sudah biasa......

Dan jelas ini semua memang perlu waktu dan kesabaran untuk dapat
mewujudkannya. Berargumentasi juga membutuhkan latihan yang baik sehingga kamu
gak di permalukan oleh lawanmu !
oke sekian dan terimakasih.........
Setiap pekerjaan atau tugas bersama dengan tim tentu akan ada saatnya dimana kita akan
mengemukakan ide, pendapat atau gagasan. Dan kita selalu berharap banyak dari mereka yang
menyetujui dan akhirnya mengikuti apa yang kita ajukan. Tapi menjadi seorang yang menang
dalam setiap argumen tentu bukan hal yang mudah. Sekalipun kita yakin bahwa ide yang kita
miliki cukup hebat, pasti akan ada saat dimana kita akan kalah dari orang lain. Nah, berikut ini
adalah cara rahasia yang bisa digunakan agar argumen kita bisa dalam diskusi:

1. Jangan Mengkonversi

Lupakan tentang bagaimana cara kita mencoba untuk mengubah pendapat lawan agar sama
dengan kita. Jangan membuat mereka untuk tunduk dan minta maaf atas kesalahan kecil yang
diperbuat. Tugas kita adalah untuk meningkatkan keraguan atas kebijaksanaan pandangan
mereka.

2. Dengarkan mereka

Jadilah pendengar yang baik. Pastikan kita mendengar dan memahami apa yang disampaikan
oleh lawan beragumen kita. Pelajari bagaimana cara mendengar yang baik dan bagaimana
memberikan mereka tanggapan.

3. Memperjelas maksud kita

Jika kita tidak yakin atas apa yang lawan katakan, kita berhak meminta mereka untuk
menjelaskan kembali. Dalam panasnya argumen, kita sering melakukan serangan balik secara
refleks tanpa memastikan bahwa kita telah mendengar pihak lain. Dan ini justru membuang –
buang waktu dan membuat kita terlihat buruk.

4. Tetap tenang

Jadilah pribadi yang sadar akan emosi diri sendiri. Ketika kita marah dan ada perasaan takut
tersaingi, itu saat dimana kita sebenarnya sedang lemah. Jadilah orang yang bersemangat,
ekspresif, tapi tetap tenang dan melanjutkan aktivitas dengan baik. Amarah membuat kita kurang
menarik.

5. Kontrol diri

Ada kalanya juga kita harus mengontrol diri untuk tidak terlalu memberi banyak perhatian pada
setiap agenda perdebatan. Mereka yang mampu mendefinisikan masalah dan menetapkannya
menjadi prioritas adalah mereka yang menggunakan cara untuk menang.

6. Dapatkan kepercayaan dari audiens

Penting untuk kita dalam berusaha mencapai kemenangan berargumen adalah dapat meyakinkan
audiens tentang pendapat kita. Ungkapkan pendapat tersebut dalam setiap pertemuan, sekalipun
tidak selalu menjadi pembahasan utama. Ini akan membuat kita terlihat memegang komitmen
atas apa yang kita katakan.

7. Jangan takut karena ragu

Saat berdebat atau berargumen tentu kita pernah merasa ragu dengan apa yang kita usulkan dan
kita debatkan. Tapi tugas kita adalah bagaimana menarik mereka untuk bisa mendapatkan
keuntungan dari ide yang kita usulkan dan dari kelemahan lawan. Kita bisa mendapatkan
kepercayaan dari keraguan mengakui bahwa ide kita tidak sempurna, tapi tetap mencari alternatif
pemecahan masalahnya.

8. Tetap rendah hati

Dalam setiap sesi perdebatan, kita akan dihadapkan dalam 2 pilihan: Memilih untuk
mendapatkan perhatian yang luas untuk semua orang, memberikan mereka kompromi dan
menjadi lebih sederhana dan terkendali dalam setiap persentasi. Atau menjadi fokus pada suatu
hal tertentu, bahkan dengan resiko diasingkan oleh orang lain.

9. Membuat konsesi

Ketika kita dapat mengakui suatu hal tanpa merusak sikap kita, maka itu adalah salah satu seni
besar untuk memenangkan argumen. Sebagai seorang debater, Abraham Lincoln mengakui
bahwa suatu negara memiliki hak atas warga negaranya, tapi tidak berhak untuk memperbudak
atau memperbudakkan mereka ke negara lain.

10. Memberi gambaran

Analogi adalah cara yang ampuh dan persuasif untuk membawa pulang poin, terutama ketika
suatu analogi menghubungkan subjek pada masalah pengalaman pribadi audiens. Tapi tetap
berhati – hati dengan analogi. Gunakan mereka untuk porsi yang kecil, tentu saja tujuannya
untuk mengembangkan dan mempertahankan validasi yang kita gunakan.

11. Jangan pernah mengutuk

Jangan pernah mengutuk lawan untuk setiap tujuan atau dasar dari ide yang mereka usulkan.

12. Jadilah sebuah gunung es

Pelajari lebih lanjut tentang topik yang akan dibicarakan, daripada hanya membayangkan dapat
diterapkan atau tidak dalam acara. Tapi ada kalanya menunjukkan penguasaan fakta – fakta
dapat meningkatkan otoritas kita dan malah seperti mengintimidasi lawan.
13. Mengatahui lawan

Memahami posisi musuh atau lawan berdebat secara jelas akan membuat kita menjadi mudah
untuk menang. Karena mengetahui posisi diri sendiri hanya terhitung setengah menang dalam
pertempuran.

14. Sederhana

Tetap menjadi sederhana, bersungguh – sungguh dan jangan mencoba untuk terlalu terlihat
mengesankan. Periksa terlebih dahulu emosi yang kita miliki, dan berusaha untuk menjelaskan
kepada audiens secara menyeluruh, karena ini merupakan usaha untuk mendekatkan diri kepada
mereka.
Saya sebenarnya malas membuat tulisan ini karena merasa bahwa hal seperti ini tidak usah
ditanggapi. Tetapi kalau kita tau mana yang benar dan tidak mengatakannya, maka kebodohan
akan merajalela, apalagi kebodohan itu menyembunyikan diri dibalik jargon pendebat hebat atau
the debaters. Istilah yang membuat banyak orang cukup terkesima, sehingga ada kemungkinan
banyak orang yang akan terpengaruh dengan kebodohan yang dilakukan. Karena itu saya
memutuskan untuk membuat tulisan ini.

Tanggal 19 Juni yang lalu ada seorang yang yang mengaku Kristen (dan saya percaya dia
seorang Kristen) bernama Johanes Stepen masuk di Grup Facebook yang saya adalah salah satu
adminnya. Si Stepen masuk dengan komentar sebagai berikut (semua kesalahan penulisan tidak
saya perbaiki):

“salam semuanya, saya merasa beruntung bisa masuk sini

Saya pengagum Pdt Budi asali, dan Pak Esra, sebab saya ingat mereka menelepon saya wkatu
saya dulu mau debat sama MOKOGILO, itu adalah penampilan perdana saya, beliau-beliau ini
lah yang menguatkan saya

tapi bagaimana pun satu saat mungkin kita akan beda pendapat, saya sudah diapkandiri untuk
itu, dan saya hanya akan bicara berdasarkan argumen, agar diantara kita tidak ada dendam
dll, ini hanya maslaah waktu saja”

Perhatikan secara khusus kalimat yang ditebalkan hurufnya! Kalau kita membaca tulisan seperti
itu, maka satu-satunya yang diharapkan dari orang seperti ini adalah bahwa dia paham tentang
seluk-beluk argumentasi dan sebagai implikasinya paham tentang logika. Karena
argumentasi/argumen mempranggapkan kemampuan orang menilai validitas argumen lawan dan
argumen dapat dinilai validitasnya kalau kita paham logika. Jadi saat awalnya, saya menganggap
dia akan menjadi seorang yang pantas berdiskusi. Saya pun menyambutnya dengan baik.

Namun tidak lama setelah itu dia mengomentari sebuah thread yang sudah ditutup karena yang
empunya thread tidak berdiskusi melainkan datang hanya untuk pasang status dan setelah itu
melarikan diri. Thread itu dumulai oleh Yudi Hermawan tanggal 18 Juni. Untuk mempermudah
yang mau mencari thread tersebut, saya copas bunyi awal thread tersebut:

“harus mau makan daging manusia seperti firman berikut: YOHANES 6:53

Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak
makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam
dirimu.”

Dia mengemukakan sebuah komentar yang masih ada hubungan dengan apa yang saya lakukan
terhadap si Yudi Hermawan dengan menyarankan untuk meniru sebuah Grup tertentu yang
hanya menendang orang yang berbahasa kotor. Saya membalas dengan mengatakan bahwa di
Group yang saya jadi admin tersebut, kemampuan berargumentasi adalah standar. Jadi
implikasinya adalah saya tidak menerima sarannya dia. Bagi kami di group tersebut kebodohan
tetaplah kebodohan walaupun disampaikan dengan sopan. Setelah itu bukannya berbicara
tentang topik yang relevan, si Johanes memuat komentar berikut:

“oh..gitu ya, apa kira-kira kalim yang baik ya untuk saya ungkapkan

BEGINI TERNYATA PAULUS SUDAH DI PERMALUKAN PARA USKUP, PENDETA dkk,


LIHATLAH AYAT INI

1 Korintus 1:13 Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau
adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?

PAULUS HANYA BISA GIGIT JARI, KERENA KRISTEN SUDAH TERBAGI-BAGI”

Perhatikan bagaimana komentar ini tidak ada kait mengait sama sekali dengan postingan si Yudi
maupun diskusi tentang apa yang saya lakukan terhadap si Yudi. Karena itu saya menanyakan
hubungan antara postingan si Yudi dengan topik yang dibahas dan mengatakan bahwa kalau dia
gagal menunjukkan hubungannya dengan hal yang sedang dibahas, maka dia melakukan sesat
pikir Red Herring. Perhatikan bahwa saya tidak melarang dia berbicara tentang topik yang sudah
mati karena toh kami sedang membahas thread itu. Kalau saya melarang untuk membahas thread
lama, maka sejak pertama saya sudah larang dia. Saya katakan bahwa kalau dia mau buka topik
baru maka dia harus buka di thread baru.

Dia menjawab bahwa dia membuka diskusi karena yang mengangkat topik sudah dikick dan
karena dia sudah dikick, si Johanes boleh seenaknya berbicara tentang hal yang tidak ada
hubungan sama sekali. Saya katakan bahwa kalau dia mau buka topik, dia dapat membuka thread
baru dan tidak dicammpur-aduk dengan thread lama. Dia bukannya menerima tetapi mengatakan
itu aneh. Saya katakan bahwa itu tidak aneh dan meminta dia untuk membuka thread baru kalau
membahas hal baru, dan bukan menumpang di thread orang lain yang tidak ada hubungan
dengan hal yang dia angkat karena itu namanya Red Herring.

Bukan menerima, dia kembali melakukan Red Herring dengan mengatakan bahwa saya melarang
dia memberi komentar pada thread yang sudah mati. Saya jelaskan apa yang saya larang dan
mengatakan bahwa di thread lain saya sudah katakan padanya bahwa sesat pikir merupakan
sesuatu yang sangat dibenci di group tersebut dan saya meminta dia tidak melakukan sesat pikir
lagi. Kejadian berikutnya mengungkap bahwa harapan saya yang tinggi akan kemampuannya
berargumentasi adalah sesuatu tidak benar. Menanggapi komentar saya tersebut dia menyamakan
antara ‘sesat’ dan ‘sesat pikir’ lalu protes karena hanya karena Red Herring saya menganggapnya
sudah sesat. Saya terus menjelaskan perbedaan antara ‘sesat’ dan ‘sesat pikir’ kepada si Johanes,
tetapi dia terus melakukan Red Herring dan menyamakan ‘sesat’ dengan ‘sesat pikir’ dan malah
kutip-kutip ayat Alkitab yang berbicara tentang sesat. Sesat pikir yang sama terus dia lakukan
(Red Herring) dan saya memperingatkan dia.

Tetapi dia bukannya mengakui kebodohannya yang tidak memahami perbedaan antara ‘sesat’
dan ‘sesat pikir’ tetapi dengan desperate mengatakan “yah sutralah….. anda menang… emang
kenapa?” Ini sebuah indikasi bahwa dia adalah orang yang tidak bisa mengakui kalau dia salah
dan perlu memperbaiki diri. Sudah berkoar-koar tentang fokus pada argumentasi, tetapi ternyata
kemampuannya sangat rendah dalam berargumentasi. Istilah sesat pikir saja dia tidak tau.
Padahal itu adalah istilah teknis dalam argumentasi. Setelah diperingatkan dan dia tidak paham
juga, saya mengambil keputusan untuk mengeluarkan dia. Patut dicatat bahwa semua diskusi ini
terjadi pada thread yang tadi sudah mati. Yang membaca silahkan putuskan sendiri apakah saya
menendang dia karena dia membahas topik yang sudah mati ataukah karena dia sendiri yang
bodoh dan tidak paham argumentasi!

Nah, setelah dia ditendang, supaya orang tidak bertana-tanya mengapa dia ditendang, saya
memuat sebuah komentar pada thread yang disebut pada awal tulisan ini. Bunyi komentar saya
adalah sebagai berikut:

“Rupanya si Johanes hanya menipu diri sendiri dengan mengatakan dia sedang mengutamakan
argumentasi. Diskusi dengan saya menunjukkan bahwa dia tidak paham argumentasi sama
sekali. Saat diungkap sesat pikirnya, dia menyamakan itu dengan sesat. Padahal itu adalah dua
hal berbeda. Dan setelah itu terus-terus melakuka sesat pikir yang akhirnya berkulminasi pada
sebuah pengeluaran dengan tidak hormat dari sini!“

Si Johanes rupanya sewot dengan komentar tersebut dan meminta pertemanan dengan saya. Saya
terima pertemanan tersebut, dan dia menyerang saya dengan kata-kata kasar di wall saya sendiri.
Dia menantang saya debat. Namun dengan kemampuan argumentasi seperti ini, tidak akan ada
debat yang sehat. Setelah saya tanggapi postingannya di wall saya dan dia tidak punya argumen
lagi, dia mengeluarkan diri dari pertemanan dengan saya. Beberapa saat kemudian diapun
menyerang saya di wall pak Esra Soru. Sebuah perilaku yang sangat tidak mencerminkan
seorang Kristen (Kalau orang Kristen dipahami sebagai orang yang mengikuti Kristus termasuk
dalam hal argumentasi). Saya hanya berharap bahwa dengan dikeluarkannya dia dari group, dia
melihat kebodohannya dan belajar. Saat ini memang dia masih sangat tinggi hati untuk mengakui
kebodohannya. Kiranya Roh Kudus membuat dia melihat kebodohannya tersebut. Amin!

Update
Dalam komentar terakhir di wall pak Esra Soru, si Johanes bertanya-tanya mengapa diskusinya
tidak diposting seluruhnya. Dia melihat ini sebagai indikasi bahwa saya sengaja menutup-nutupi
sesuatu. Buat yang berminat membaca diskusinya dapat mengklik link-link di atas. Saya tidak
suka mereproduksi sampah-sampah di blog saya karena di sini bukan tempat daur ulang. Saya
hanya melakukannya kalau terpaksa..

Update 2
Dalam komentar-komentar terakhir ini setelah tidak punya argumen terhadap apa yang saya
katakan, si Johanes memprotes kebijakan saya berkomentar terhadap thread yang dia mulai
walaupun dia sudah tidak ada di grup. Well, pertama tentunya di grup adalah kebijakan admin
grup. Masa grup orang dia yang atur? Kedua, entah saya berkomentar saat dia ada di grup
ataupun tidak, tidak berpengaruh terhadap apa yang terjadi. Toh dia tidak paham apa itu diskusi!
Dia hanya berkomentar yang mengandung sesat pikir Red Herring. Berdiskusi dengan seorang
yang tidak paham diskusi sama saja dengan berbicara sendiri, tidak masalah dia ada di grup
ataupun tidak.
Pernahkah Anda merasa buntu dalam berdiskusi? Lawan Anda terlalu cerdas sehingga Anda selalu kalah
dalam diskusi?

Pernahkah Anda merasa menghadapi argumen yang kokoh bagaikan gunung, dan tak tembus seperti
benteng Tentara Salib sekian abad lalu? Argumen tersebut demikian logis, kokoh, dan masuk akalnya
sehingga pendapat Anda begitu kerdil dan lemah di hadapannya. Tak ada jalan keluar — Anda
sepertinya sudah pasti akan kalah dalam debat tersebut.

Tapi, jangan menyerah!! Ketika Anda berhadapan dengan argumen sehebat apapun, selalu ada jalan
keluar. Ikuti penjelasan berikut ini, dan jadilah pemenang!!

Cara Pertama: Cari Kelemahan Lawan Bicara Anda, dan Jatuhkan Dia dengan Itu

Istilah kerennya, Argumentum ad Hominem.

Semua orang pasti punya kelemahan. Punya rasa malu. Punya sisi buruk dalam hidup. Nah, sekarang
saatnya Anda mengeksploitasi semua kelemahan tersebut. Jangan biarkan lawan bicara Anda
menertawakan Anda dan memandang Anda seperti kutu di sol sepatunya.

Lawan bicara Anda mungkin selalu meneror Anda dengan pertanyaan menjengkelkan — misalnya,
pertanyaan legendaris “bener nggak sih, agama kita melarang umatnya berpacaran?” Padahal agama
mazhab Anda jelas-jelas menyatakan demikian. Kebenarannya sudah terbukti, lintas generasi, dari
ulama terdahulu hingga zaman sekarang. Tak seharusnya hal itu diperdebatkan!! Orang itu pasti salah!!
:cool:

Sekarang, Anda cari segala kelemahannya. Ah, ada! Orang itu ternyata hanyalah seorang mahasiswa
biasa. Mahasiswa ngerti apa urusan agama? Omongannya pasti salah!!

Itu dia kelemahannya — nyatakan dia sebagai seorang mahasiswa kesurupan, agar lebih afdhol. Maka,
jawaban Anda idealnya akan seperti berikut:

“Saya nggak perlu dengerin ocehan mahasiswa kesurupan macem ente.”

Maka, rekan Anda itu akan jengkel sendiri mendengarnya. Dan Anda pun sukses menyarangkan satu
argumentasi dengan telak!! :mrgreen:

Nggak nyambung? Ah, memang iya. Tapi itu tetap kebenaran kan? Fakta bahwa ia mahasiswa kesurupan
memang tidak berhubungan dengan “hukumnya berpacaran” yang ia tanyakan — tapi Anda tetap bisa
memenangkan diskusi kok.
Logika? Apa itu? :roll:

(+) “Maaf Pak, kayaknya keyakinan bahwa matahari mengelilingi bumi itu perlu direvisi, deh.”

(-) “Ah, mana mungkin. Kamu ini ngerti apa dibandingkan ulama saya yang tinggal di Timteng?“

(+) “Demi Allah, Teleskop NASA sudah menunjukkan bahwa tata surya itu mengelilingi matahari Pak!!”

(-) “Kamu lebih percaya sama teleskop NASA, daripada sama ulama!!??”

Cara Kedua: Jatuhkan Dia dengan Argumennya sendiri!

Sebetulnya tidak persis seperti judulnya, tapi bisa dibayangkan seperti ini.

(+) “Seharusnya kita mempelajari dulu teologi agama lain secara detail, daripada langsung mengkafirkan
mereka tanpa tedeng aling-aling.

(-) “Apa? Bicara apa kamu? Jangan-jangan kamu ini antek liberal ya?”

Dengan demikian, si pembicara pertama langsung jadi ‘tertuduh’. Mungkin dia cuma berusaha belajar
obyektif, tapi itu kan bukan urusan Anda. Pokoknya™, Anda menang!! :lol:

Cara Ketiga: Serahkan pada yang Ahli

Kalau Anda sudah mengerahkan semua kemampuan Anda, dan ternyata Anda tetap terpojok dalam
diskusi, ada jalan keluar yang cukup mudah. Serahkan saja pada ahlinya! Anda bebas dari masalah, dan
lawan diskusi Anda (mungkin) bisa mendapat masukan yang bagus, langsung dari ‘ahlinya’.

Contohnya bisa diringkas seperti ini.

(+) “Saya yakin itu benar. Kalau ente nggak percaya, silakan debat langsung pada kiai saya. Biar dia yang
jelaskan.”

Jelas ini cara yang paling jitu. Pertama, Anda tak perlu capek-capek berpikir. Kedua, Anda tak perlu
capek-capek menjawab. Dan, ketiga — Anda mendapat kesempatan menyebarkan kepiawaian guru
Anda pada orang lain!!

Berbakti pada guru itu perbuatan mulia, betul? ;)


Cara Keempat: Berkaca Pada Sejarah

Lawan bicara Anda meneror Anda dengan pertanyaan berat. Katanya, agama Anda adalah agama besar
di dunia, dengan jumlah penganut sekitar dua milyar jiwa. Tetapi, mengapa banyak pemeluknya yang
tinggal di negara miskin? Mengapa pemeluknya sendiri bolak-balik dicap radikal, teroris dan
kampungan? Sementara, yang kaya malah asyik berfoya-foya laiknya pangeran Arab di negeri modern.

Nah, lawan bicara Anda bertanya. Semengenaskan itukah kondisi umat Anda, yang, katanya, merupakan
‘umat terbaik’ ?

Anda kehabisan ide. Bingung? Tak usah khawatir! Ingatlah akan kebesaran umat Anda di masa lalu!!
Langsung muntahkan sebagai serangan balik!!

(+) “Kalian, umat Muslim, sungguh aneh. Kalian memiliki seperangkat hukum yang lengkap, dan
penganut yang banyak. Bahkan, kalian menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia dan Afrika.
Tetapi, mengapa kalian justru seolah tenggelam di kancah dunia?”

(-) “Sebenarnya tidak begitu. Di masa lalu, umat kami pernah sangat berkuasa, dan juga sangat maju di
bidang IPTEK. Pencapaian itu sangat hebat — kami memiliki ilmuwan semacam Al-Khwarizmi, Ibnu Sina,
dan lain-lain, yang sulit dicari tandingannya di dunia Barat.”

Ah, betapa indahnya masa lalu. Anda bahkan bisa menangkis keburukan masa kini dengan segala
kenangan indah tersebut — sampai-sampai Anda bisa lupa bangun dari mimpi indah itu. :)

Cara Kelima: Ambil Pendapat dari Para Ahli, dan Lontarkan

Ini berlaku terutama pada pembahasan yang mencakup sosial, politik, dan agama. Di dunia yang sifatnya
tidak eksak itu tidak seperti matematika, fisika, dan elektronika, pendapat para ahli bisa saja berbeda
daripada kenyataan aslinya.

Ada kelebihan jika Anda memakai cara ini. Pertama, Anda menyandarkan pendapat Anda pada orang
yang memang “ahlinya”, sehingga lawan bicara Anda tidak bisa mendebat lebih lanjut. Kedua, Anda
akan dianggap cerdas karena dapat mengutip dengan persis ucapan ahli yang berkompeten!!

Contoh penerapannya seperti berikut ini:

(+) “Umat Islam kok sekarang pada eksklusif ya? Banyak yang sibuk ibadah sendiri, dan tidak mau
membaur ke masyarakat dan tetangga.”

(-) “Menurut Ulama X, seharusnya tidak begitu. Beliau sendiri menekankan pentingnya berbuat baik
pada tetangga, karena begitulah teladan dari Rasul. Ditambah lagi, tetanggalah yang akan menjadi
penolong pertama kita di kala sulit.”

(+) “Tapi, mengapa keluarga Y di ujung sana itu begitu tertutup? Suaminya sering pergi,sementara
istrinya mengurung diri saja di rumah.”

Tidak mengubah kenyataan sih; tapi setidaknya bisa melegakan perasaan Anda — bahwa umat Anda
sebenarnya dianjurkan untuk tidak berbuat demikian. :mrgreen:

Padahal, perbuatan itu jauh lebih bermakna daripada kata-kata, betuuul?? ;)

***

… dan disinilah akhirnya. Anda sudah menerapkan semua cara di atas. Tetapi, semuanya mentah —
ANDA GAGAL!!

Lawan bicara Anda berhasil mementahkan semua argumen Anda. Maka, inilah saatnya Anda
mengeluarkan sebuah jurus terakhir. Jurus yang paling dahsyat, dan merupakan kombinasi dari semua
trik di atas…

Cara Terakhir: Bantai Babi Buta!!!

Anda mungkin kalah telak. Semua argumen Anda gagal. Anda tak bisa menerima kenyataan bahwa umat
terbaik kebanggaan Tuhan Anda ternyata terpuruk bagaikan buih di lautan.

Lawan Anda bangga dan menertawakan Anda, yang cuma bisa copy-paste dari internet — tanpa bisa
menulis pendapat Anda sendiri dengan runtut. Bagaimana caranya melarikan diri dari masalah ini?

Tak ada cara lain: bantai secara membabi buta!! Nyambung nggak nyambung, peduli amat!!

(+) “Katanya umat terbaik? Kok sekarang masih gini-gini aja sih?”

(-) “Masih mendingan umat gue kali yee… seenggaknya nggak main bikin murtad orang. Lagian ni agama
keluar paling terakhir, udah pastilah jadi yang paling sempurna….!!!”

Mungkin belakangan umat Anda bakal mendapat sebutan sebagai umat bodoh dan keras kepala, tapi
peduli amat. Dalam keadaan gawat, semua bisa jadi halal kan? :mrgreen:
***

Dan, demikianlah akhirnya pembahasan kita kali ini. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi yang
membacanya.

Semoga Allah selalu memberi hidayah pada kita semua — dari yang segala tersurat maupun yang
tersirat; dari yang tegas maupun yang halus, dan dari yang terang-terangan maupun yang satire dan
ironik.

Você também pode gostar

  • Tugas Indah Mutia
    Tugas Indah Mutia
    Documento13 páginas
    Tugas Indah Mutia
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Peremajaan Kopi
    Peremajaan Kopi
    Documento5 páginas
    Peremajaan Kopi
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Argu Men
    Argu Men
    Documento13 páginas
    Argu Men
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Bagan J
    Bagan J
    Documento1 página
    Bagan J
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2
    Bab 2
    Documento24 páginas
    Bab 2
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • F. Rendering: Tutorial Autocad Pos Jaga
    F. Rendering: Tutorial Autocad Pos Jaga
    Documento47 páginas
    F. Rendering: Tutorial Autocad Pos Jaga
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento31 páginas
    Bab I
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Pelabuhan 1
    Pelabuhan 1
    Documento2 páginas
    Pelabuhan 1
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Desain Tulangan
    Desain Tulangan
    Documento3 páginas
    Desain Tulangan
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Aspek Legal 1
    Aspek Legal 1
    Documento15 páginas
    Aspek Legal 1
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Fisika 2
    Fisika 2
    Documento37 páginas
    Fisika 2
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Materi Faragraf
    Materi Faragraf
    Documento12 páginas
    Materi Faragraf
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Tafaul
    Tafaul
    Documento9 páginas
    Tafaul
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Euro
    Euro
    Documento3 páginas
    Euro
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Euro
    Euro
    Documento3 páginas
    Euro
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Euro
    Euro
    Documento3 páginas
    Euro
    Hairil
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Kimia
    Tugas Kimia
    Documento18 páginas
    Tugas Kimia
    Hairil
    100% (1)