Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Isolasi social adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993). Terjadinya dipengaruhi oleh factor
predisposisi dan antara lain perkembangan dan social budaya. Kegagalan dapat menyebabkan
individu tidak percaya pada diri, dan orang lain, ragi, takut, salah, spesimis, putus asa terhadap
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginana dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari-hari terabaikan.
Etiologi Shizofrenia Katatonik sama sebagaimana gejala shizofrenia secara umum yaitu :
1. Keturunan
2. Sistem endokrin
3. Sistem metabolisme
4. Susunan saraf pusat
5. Teori Adolf Meyer
6. Teori Sigmund Freud
7. Eugen Bleuler
8. Shizofrenia sebagai satu sindroma
9. Shizofrenia suatu gangguan psikosomatik
Pengobatan :
Prinsip pengobatan shizofrenia katatonik sama pengobatan shizzofrenia secara umum yaitu :
1. Farmakoterapi
2. Terapi elektorkonvulsi
3. Psikoterapi dan rehabilitasi
4. Hobotomi pre frontal.
ASUHAN KEPERAWATAN TN. S DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI PADA
SHIZOPRENIA KATATONIK SUB STUPOR DI RUANG JIWA C RSUD DR SOETOMO
SURABAYA.
A. Pengkajian Kasus.
I. Identitas
N a m a : TN. S No. Reg. 10166130
U m u r : 25 tahun Tgl. MRS : 24-5-2002
Jenis kelamin : Laki-laki Tgl Pengkjian : 31—5-2002
Agama : Islam
Informasi : Ny. R
Alamat : Wonosari Lor 116 B Surabaya.
2. Alasan MRS : Sejak 1 minggu sebelum pasien MRS, pasien tidak mau bicara, sulit tidur,
makan/minum hanya sedikit, pasien tidak mau keluar rumah, sering menyendiri dikamar, tidak
mau kerja dan tidak mau Bantu orang tua.
3. Faktor predisposisi. Pernah mengalami sakit jiwa 1 tahun yang lalu sepulang dari Bali (diajak
teman-teman hanya satu hari saja). Sejak saat itu pasien lebih banyak diam, tidak mau keluar
rumah. Saat sakit tidak berobat ke Pelkes(RS) hanya berobat kedukun (para normal) dengan
harapan agar dapat sembuh. Klien saat ini dirawat pertama kali di ruang jiwa C RSUD Dr
Soetomo Surabaya oleh karena tidak manpan berobat pada dukun (paranormal). Anggota
keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa.
4. Faktor Presipitasi : Keterangan dari ibu klien pernah mendapatkan pekerjaan yaitu pelayaran antar
pulau, tapi tidak sesuai dengan keinginannya yaitu ingin kerja dikantor, tapi tidak tercapai.
Akhirnya pasien lebih banyak waktu luangnya dirumah, sejak itu klien lebih banyak mengeluh
tentang keadaanya.
5. Pemeriksaan fisik : Tanda vital : T : 120/80 mmhg N : 80x/mt
S : 36,50 C R : 18x/mt
6. Psikososial
GENOGRAM :
Keteranga
n :
:
laki-laki
: perempuan
: klien
: meninggal
7. Konsep diri.
buh : Klien mengatakan badanya kurus dan tak tahu tentang keadaanya.
as diri : Klien belum jelas menyebutkan nama, menyatakan sudah tidak bekerja.
c. Peran : Anak ke 7 dari 7 bersaudara, karena terakhir maka sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya.
i : Klien mengatakan ingin pulang kerumah ingin kumpul lagi bersama keluarga.
diri : Klien tidak suka bergaul dengan teman-teman sebayanya atau dengan tetangganya.
8. Hubungan social : Orang terdekat adalah ayah/ibu, klien tidak pernah terlibat dalam kegiatan
social. Klien akhir-akhir ini lebih banyak diam dirumah dan menyendiri dikamar.
9. Spiritual : Klien beragama Islam dan percaya bahwa Tuhan itu ada. Kegiatan ibadah akhir-
akhir ini jarang dilaksanakan, hanya sering memakai penutup kepala.
10.Status mental.
a. Penampilan sehari-hari : klien penampilan sehari-hari rapih dan postur tubuh agak kurus, mandi
kadang bila dibantu, rambut tersisir rapih, berpakaian sesuai.
b. Pembicaraan : Nada bicara lambat, klien menjawab pertanyaan dengan singkat.
c. Aktifitas motorik : Klien tampak lemah dan sering duduk sendirian
kadang-kadang duduk ditempat tidur, psikomotor menurun (Negativisme +).
d. Alam perasaan : Sedih, pandangan kosong, berdiam diri dan tampak ekspresi wajah lemah.
e. Afek/Emosi : dangkal.
f. Interaksi Selama wawancara : Saat diajak bicara kontak mata tidak ada, sering menunduk,
jawabanya singkat hanya sesuai apa yang ditanyakan, komunikasi verbal sangat minimal & tak
lancar.
g. Persepsi sulit dievaluasi oleh karena mutisme.
h.Arus pikir : daya ingat klien masih baik, mampu jawab pertanyaan walaupun terbatas/tidak
lancar.
i. Isi pikir : Tidak terjadi waham, hanya saja mengeluh badannya lemah dan tak bertenaga, ludah
keluar terus sampai terasa mual.
j. Tingkat kesadaran berubah, orientasi daya ingat sulit dievaluasi oleh karena mutisme.
k. Memori/daya ingat baik, klien ingin pulang karena rindu keluarga dirumah.
l. Kemampuan penilaian masih bias membedakan antara hal yang bersih dan kotor.
m. Intelegensia sulit dievaluasi oleh karena mutisme
n. Kemauan sulit dievaluasi oleh karena mutisme.
Pendengaran)
DX.
Tanggal Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Kep
3-Juni NO. 2 Umum :
2002 Pasien dapat Ekspresi wajah bersahabat Bina hubungan saling percaya
dengan orang lain Menunjukan rasa sayang, dengan mengungkapkan prinsip
secara optimal. senang, ada kontak mata, mau komunikasi terapeutik:
Khusus : berjabat tangan, mau menjawab 1. Sapa klien dengan ramah
1.Klien dapat pertanyaan, duduk 2.Perkenalkan diri dengan sopan
membina hubungan berdampingan atau berhadapan 3.Tanyakan nama lengkap klien
saling percaya dan nama panggilan
4.Jelaskan tujuan
2. Klien dapat Klien dapat mengidentifikasi 5. Berikan perhatian pada
mengidentifikasi kemampua dan aspek positif kebutuhanya
kemampuan yang yang dimiliki
dimiliki 1. Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien
2. Berikan pujian bila benar
3. Klien dapat 3. Benarkan dengan baik bila salah
menilai Klien dapat mampu menilai 4. Hindari mecoba/menilai negatif
kemampuan yang kemampuan yang dapat 5. Ajak diskusi tentang kemampuan
digunakan digunakan yang dimiliki klien.