Você está na página 1de 10

Tugas Hukum Lingkungan

“Analisis Kasus Pencemaran Teluk Buyat”

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Oleh:

Anita Miasari Putri Nongtji D 101 07 478


Suedarman
Ince Patih
Irawati Landegawa
Irna Wahyuni

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas segala Rahmat dan Karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul “Kasus Pencemaran Teluk Buyat” yang ditulis dengan
tujuan agar para pembaca mendapatkan sedikit pemahaman tentang dampak-dampak
yang telah ditimbulkan dari pencemaran teluk Buyat oleh limbah pabrik PT. Newmont.
Juga ditinjau dari sisi yuridisnya
Karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari bahwa
hasil dari penyusunan makalah ini belumlah sempurna dan memiliki banyak sekali
kekurangan.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang sudah membantu penulisan makalah ini sampai selesai, yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.

Palu, 08 May 2009

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………...1

KATA PENGANTAR……………………………………………...………..2

DAFTAR ISI…………………………………………………………...……3

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah…………...…………………...…………4

Tujuan ………………………………………….………..…….….4

BAB 2 PENJELASAN

Korban Pencemaran Lingkungan Teluk Buyat……………...…… 5

Penyakit Minamata…..……………………...….……………..…..6

Hasil penelitian kasus Buyat dan Tinjauan yuridisnya..…………..6

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan ………………………..…….………………………. 9

DAFTAR PUSTAKA ………………….………………….……..………. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kasus pencemaran merkuri di sekitar Teluk Buyat yang terjadi pada tahun 2004
yang lalu, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara telah menetaskan banyak pro dan
kontra antara pemerintah dengan masyarakat pemerhati lingkungan. Pemerintah dengan
sikapnya yang arogan mempertontonkan kepada masyarakat bahwa di sana tak terjadi
pencemaran dengan suatu adegan “dagelan yang tak lucu” makan ikan dari teluk yang
diduga telah tercemar logam berat. Tak lucu karena dengan makan ikan satu kali saja dari
laut yang tercemar tentu belum berdampak negatif bagi kesehatan. Berbeda dengan
rakyat kecil dan miskin yang tinggal di sana yang setiap hari dalam rentang waktu lama
mengonsumsi ikan yang sudah tercemar, sudah barang pasti dalam darahnya terdapat
logam berat merkuri.
Sedangkan seperti yang kita ketahui bersama bahwa logam berat jenis merkuri
merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup terutama
manusia. Hal ini yang kemudian mendorong penulis untuk kemudian mengangkat tema
tentang “Kasus Pencemaran Teluk Buyat”.

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar kita dapat lebih mengetahui dampak-
dampak yang telah ditimbulkan dari pencemaran teluk Buyat oleh limbah pabrik PT.
Newmont. Juga ditinjau dari sisi yuridisnya.
Hal ini penulis maksudkan agar suatu saat tidak akan ada lagi kasus-kasus serupa
seperti kasus pencemaran teluk Buyat ini.

4
BAB II

PENJELASAN

Sejak 1986 – 2003, PT Newmont Minahasa Raya meninggalkan beban derita


terhadap warga Teluk Buyat dan kerusakan lingkungan hidup yang tergolong berat.
Puncaknya terjadi pada tahun 2004 silam.
Tak kurang dari 10 orang warga Teluk Buyat menjadi korban dari keteledoran PT
Newmont Minahasa Raya (NMR). Selain itu, kerusakan lingkungan juga terjadi. Antara
lain adalah pencemaran air sumur gali yang mengandung logam berat Arsen (As) dan
Mangan (Mn). Selain itu, terjadi kerusakan ekosistem laut akibat kesalahan prosedur
pembuangan limbah, serta gangguan kesehatan masyarakat Buyat akibat air minum dan
ikan mengandung logam berat (As dan Mn), Juga menunjukkan penurunan kualitas
lingkungan hidup dan kesehatan di kawasan itu.

A. Korban Pencemaran Lingkungan Teluk Buyat

Sejak mulai kisruhnya masalah pencemaran lingkungan di Teluk Buyat ini, tak
kurang dari 4 orang mengalami sakit yang ditimbulkan oleh banyaknya kandungan logam
berat merkuri dalam darah mereka yang diakibatkan karena seringnya mengkonsumsi
ikan dan meminum air yang telah tercemar oleh logam berat merkuri tersebut.
Kempat korban penyakit Minamata di Teluk Buyat, Desa Buyat, Kecamatan
Ratatatok, Minahasa, Sulawesi Utara tersebut telah menjalani uji DNA
(Deoxyribonucleic Acid) di klinik Eijkman, dan uji kadar logam berat di Laboratorium
Kesehatan Daerah Pemda DKI, ke empat korban itu antara lain adalah Masna Stirma (39
tahun), Sri Fika (1,9 tahun), Juriah (42 tahun) dan Rasyid (38 tahun). Mereka adalah
bagian dari 230 warga desa Buyat yang selama ini mengkonsumsi hasil laut dari Teluk
Buyat yang telah terkontaminasi Mercuri.

5
Mereka mengalami gangguan mata, sakit kepala dan psing, serta banyak pula yang
mengeluhkan gatal-gatal di sekujur tubuhnya.

B. Penyakit Minamata

Penyakit Minamata di Teluk Buyat, diakibatkan logam berat jenis Mercuri yang
berasal dari limbah yang diduga dibuang oleh PT Newmont Minahasa Raya (NMR).
Logam tersebut bersama logam-logam berat berbahaya lainnya tercampur di laut
sehingga meracuni ikan dan biota laut di Teluk Buyat. Masyarakat yang mengonsumsi
ikan hasil tangkapan di seputar Teluk Buyat ikut terkena dampaknya sehingga menderita
berbagai penyakit aneh yang dikenal dengan nama Minamata.
Kata "Minatama" sendiri berasal nama teluk di Jepang. Teluk ini pernah tercemar
limbah berat pada tahun 1970-an sehingga biota laut dan ikan pun mengandung merkuri
dan logam berat lain. Warga di sekitar Teluk Minamata mengalami gangguan mata, sakit
kepala dan gata-gatal setelah belasan tahun mengkonsumsi hasil laut. Gejala penyakit ini
kemudian dikenal dengan sebutan penyakit Minatama

C. Hasil penelitian Kasus Buyat dan tinjauan yuridisnya

Penyebab pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara makin jelas. Rabu (15/12),
Tim Terpadu Kasus Buyat yang baru pulang dari Teluk Buyat menyimpulkan bahwa air
teluk tercemar logam berat arsen (As). Hasil penelitian selama Agustus sampai
September 2004 juga memastikan arsen atau arsenik itu berasal dari pembuangan tailing
atau limbah tambang PT Newmont Minahasa Raya (NMR).Ketua Tim Terpadu Kasus
Buyat, Masnellyarti Hilman menjelaskan, pencemaran teluk akibat pembuangan tailing di
bawah termoklin atau lapisan di perairan di mana terjadi perubahan suhu yang cepat pada
arah kedalaman atau vertikal. Limbah tailing PT NMR dibuang ke pembuangan yang
kedalamannya hanya 82 meter dari permukaan perairan. Padahal sesuai analisa dampak
lingkungan, lokasi pembuangan limbah harus sedalam 110 meter di bawah termoklin.

6
Dampaknya, limbah mencemari biota laut dan lingkungan di sekitar Teluk
Buyat.Masnellyarti menambahkan, empat dari enam sumur milik warga Buyat
mengandung arsen sebesar 0,07 mikrogram. Kandungan ini dinilai lebih dari standar
baku mutu air minum sesuai ketetapan Departemen Kesehatan, yaitu 0,01 mikrogram.
Hasil yang dipublikasikan oleh Tim Terpadu Kasus Buyat berbeda dengan kesimpulan
penelitian tim yang dibentuk pada masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri
Namun, hasil penelitian tim tersebut kini bisa dimentahkan kembali. Sebab, beberapa
waktu silam, pemerintah juga telah menyatakan Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok
mengalami pencemaran lingkungan. Di kedua teluk ini terdapat kandungan arsenik atau
arsen melebihi ambang batas yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan
biota laut .
Tak pelak, hal ini mendorong WALHI untuk menggugat PT Newmont Minahasa
Raya dengan tuduhan merusak lingkungan dan meresahkan masyarakat. Adapun
indikatornya adalah sebagai berikut:
1 Prosedur dan lokasi Sistem Pembuangan Tailing Dasar Laut (SPDTL) yang
berada di lapisan awal zona termoklin yaitu pada kedalaman 82 (delapan puluh
dua) meter, tidak berada dibawah lapisan termoklin (kedalaman 150 meter).
Sehingga tailing terdispersi dan dapat ditemukan pada kedalaman 20 (dua puluh)
meter serta sudah tersebar pada radius 3,5 km dari mulut pipa pembuangan
tailing;
2 Pembuangan tailing yang salah, menyebabkan kerusakan ekosistem laut berupa:
(a) kekeruhan yaitu pada zona euphotic, di mana pada zona tersebut terdapat
lingkungan fitoplankton (produsen) yang butuh sinar matahari sebagai
proses fotosintesis;
(b) Penurunan jumlah dan kualitas keberadaan terumbu karang di Teluk Buyat;
(c) Bioakumulasi (penumpukan terus menerus di dalam tubuh mahkluk hidup)
dari sedimen pada biota laut di daerah euphotic;
(d) Penurunan kandungan bentos dan plankton (fitoplankton dan zooplankton)
akibat tingginya kadar Arsen (As) pada sedimen di Teluk Buyat; dan
(e) Kematian ikan dalam jumlah lebih dari 100 (seratus) ekor di sekitar pipa
pembuangan tailing di Teluk Buyat maupun terdampar di pantai;

7
3 Kesehatan masyarakat Buyat yang menurun dan berbagai macam penyakit
menyerang tubuh mereka, akibat konsumsi air minum dan ikan yang mengandung
logam berat (As dan Mn); dan
4 Tidak adanya surat ijin dari Kementerian Lingkungan HIdup dalam pembuangan
limbah ke laut maupun pengolahan limbah (B3).

Dalam gugatan legal standing ini, WALHI menuduh PT Newmont Minahasa Raya telah
melakukan perbuatan melawan hukum atas pasal 41 (1) junto pasal 45,46,47 Undang-
undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pencemaran Llingkungan, Peraturan Pemerintah No
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Uniknya, dalam
proses persidangan, tepatnya pada tanggal 12 Juni 2007, PT Newmont Minahasa Raya
menggugat balik WALHI senilai US$ 100.000 (setara Rp 9 Miliar, dengan asumsi 1 US$
= Rp 9.000).

Menanggapi gugatan balik PT Newmont Minahasa Raya, WALHI menyatakan


bahwa gugatan legal standing-nya merupakan ikhtiar konkret penegakan hukum demi
melindungi warga dari kerusakan lingkungan. Kematian Andini (6 bln), Abdul Rizal
Modeong (14 thn), Ny Fatma, dan penyakit yang diderita oleh warga lainnya di dusun
Buyat Pante dan Kampung Buyat, adalah fakta yang tidak bisa disangkal, bahwa
penderitaan mereka bukanlah penyakit biasa, dan terkait erat dengan pencemaran
lingkungan yang dilakukan oleh PT Newmont Minahasa Raya.

BAB III

8
KESIMPULAN

Bercermin pada pencemaran merkuri di Teluk Buyat,


pemerintah harus menempatkan pembangunan berkelanjutan
menjadi tema sentral guna mengusung perbaikan keamanan
pangan. Jalur merkuri, selain lewat udara pernapasan dan kulit
(jenis krim pemutih), logam berat ini dapat bersemayam dalam
tubuh kita melalui makanan dan minuman.
Pemerintah Indonesia sepatutnya dapat belajar dari
pencemaran merkuri di Teluk Minamata, mengingat dahsyatnya
pengaruh yang ditimbulkan terhadap keamanan pangan. Mulai dari
dampak buruknya terhadap kesehatan hingga perdagangan
internasional. Dengan makin ketatnya belakangan ini persyaratan
untuk memproleh izin ekspor produk pangan olahan, Indonesia tak
bisa lagi mengabaikan isu lingkungan demi investasi. Bukti sudah
menunjukkan banyak produk pangan ekspor dari Indonesia seperti
ikan, udang dan kerang, sering ditolak hanya karena tercampur
sehelai rambut atau bulu burung, antibiotik dan logam-logam berat
seperti merkuri tersebut.

Daftar pustaka

9
Eka Dharmaputra. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia.
Jakarta: Delta Pamungkas.
Posman Sibuea. 2004. Harian Sinar Harapan.
Jakarta: Sinar Harapan.

Dokumen website:

www.detik.com
www.wikipedia.com
blog ikatan sarjana oceanologi Indonesia

10

Você também pode gostar