Você está na página 1de 29

Laju Reaksi

Pengertian Laju Reaksi

Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi dari reaktan ataupun produk per satu
satuan waktu. Untuk reaksi dengan reaktan A dan B menghasilkan produk C dan D
seperti pada rumus persamaan reaksi berikut, seiring waktu jumlah molekul
reaktan A dan B akan berkurang dan jumlah molekul produk C dan D akan
bertambah, dan rumus laju reaksi (v) yaitu:

Tanda negatif pada laju


perubahan konsentrasi reaktan A dan B (reaktan) ditujukan agar nilainya positif,
sebagaimana laju reaksi adalah besaran yang nilainya harus selalu positif.
Satuannya adalah M s-1 atau mol L-1 s-1.

Lihat juga materi lainnya:


Titrasi Asam Basa
Reaksi Redoks

Teori Tumbukan

Teori tumbukan menyatakan bahwa partikel-partikel reaktan harus saling


bertumbukan untuk bereaksi. Tumbukan antar partikel reaktan yang berhasil
menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif. Energi minimum yang harus
dimiliki oleh partikel reaktan untuk bertumbukan efektif disebut energi aktivasi
(Ea). Pada dasarnya, laju reaksi bergantung pada:

1. Orientasi (arah) tumbukan partikel

Pada reaksi umumnya, partikel harus dalam orientasi yang tertentu ketika
bertumbukan agar tumbukan yang terjadi efektif menghasilkan reaksi. Sebagai
contoh, perhatikan beberapa tumbukan yang mungkin terjadi antara molekul gas
NO dan molekul gas NO3 dalam reaksi:

NO(g) + NO3(g) → 2NO2(g)

Ilustrasi pentingnya orientasi dari tumbukan


(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter
and Change (5th edition). New York: McGraw Hill)

2. Frekuensi terjadinya tumbukan partikel

Semakin sering terjadinya tumbukan partikel (frekuensi tumbukan tinggi) maka


semakin besar peluang terjadinya tumbukan efektif sehingga laju reaksi juga
menjadi semakin cepat.

3. Energi partikel reaktan yang bertumbukan

Energi partikel reaktan yang bertumbukan harus melampaui energi aktivasi, yakni
energi penghalang terjadinya reaksi, sehingga reaksi dapat terjadi. Bila energi
aktivasi semakin rendah, maka laju reaksinya akan semakin cepat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain:

1. Konsentrasi Reaktan
Semakin tinggi konsentrasi reaktan, semakin banyak jumlah partikel reaktan yang
bertumbukan, sehingga semakin tinggi frekuensi terjadinya tumbukan dan lajunya
meningkat. Sebagai contoh, dalam reaksi korosi besi di udara, laju reaksi korosi
besi lebih tinggi pada udara yang kelembabannya lebih tinggi (konsentrasi reaktan
H2O tinggi)

2. Wujud Fisik Reaktan

Jika reaktan yang bereaksi dalam wujud fisik (fasa) yang sama, semuanya gas atau
semuanya cair, maka tumbukan antar partikel didasarkan pada gerak acak termal
dari partikel. Jika reaktan yang bereaksi berbeda wujud fisik (fasa), tumbukan
yang efektif hanya terjadi pada bagian antarfasa. Jadi, reaksi dengan reaktan-
reaktan berbeda fasa dibatasi oleh luas permukaan kontak reaktan. Oleh karena
itu, semakin luas permukaan kontak reaktan per unit volum, maka semakin tinggi
frekuensi terjadinya tumbukan partikel reaktan dan laju reaksi meningkat. Sebagai
contoh, pada reaksi pembakaran kayu, akan lebih mudah dan cepat membakar
kayu gelondongan yang telah dipotong menjadi balok-balok kecil dibanding
dengan langsung membakar kayu gelondongan tersebut.

3. Temperatur

Semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi energi kinetik dari partikel
reaktan, sehingga frekuensi tumbukan dan energi tumbukan meningkat. Oleh
karena itu, semakin tinggi temperatur, laju reaksi juga semakin cepat. Sebagai
contoh, pada reaksi glowing stick menyala (reaksi chemiluminescence), glowing
stick menyala lebih cepat dan terang di dalam air panas dibanding dalam air
dingin.

4. Keberadaan Katalis

Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa terkonsumsi di
dalam reaksi tersebut. Katalis menyediakan alternatif jalur reaksi dengan energi
aktivasi yang lebih rendah dibanding jalur reaksi tanpa katalis sehingga reaksinya
menjadi semakin cepat.
Hukum Laju

Hukum laju (persamaan laju) menyatakan hubungan antara laju reaksi dengan
konsentrasi dari reaktan dipangkatkan bilangan tertentu. Untuk reaksi:

aA + bB → cC + dD

Hukumnya adalah:

di mana nilai konstanta laju, k dan nilai x dan y ditentukan berdasarkan


eksperimen, bukan berdasarkan koefisien stoikiometri persamaan reaksi setara.
Untuk reaksi tersebut, dikatakan reaksi orde ke-x terhadap A, orde ke-y terhadap
B, dan orde reaksi total sama dengan x + y.

Contoh soal:

Laju reaksi awal (M [NO2] awal


Eksperimen s-1) (M) [CO] awal (M)

1 0,005 0,10 0,10

2 0,080 0,40 0,10

3 0,005 0,10 0,20

Berdasarkan data eksperimen reaksi di atas, tentukan:

1. orde reaksi terhadap NO2

2. orde reaksi terhadap CO

3. orde reaksi total

4. konstanta laju
5. laju reaksi ketika [NO2] = 0,40 M dan [CO] = 0,40 M

Jawab:

Pertama, asumsikan bahwa hukum laju dari reaksi ini yaitu:

a. Untuk menghitung nilai x pada [NO2]x, kita perlu membandingkan data


eksperimen 1 dan 2, di mana [NO2] bervariasi namun [CO] konstan.

atau

Diperoleh 16 = (4)x, dengan demikian x = 2. Jadi, orde reaksi terhadap NO2 = 2.

b. Untuk menghitung nilai y pada [CO]y, kita perlu membandingkan data


eksperimen 1 dan 3, di mana [CO] bervariasi namun [NO2] konstan.

atau

Diperoleh 1 = (2)y, dengan demikian y = 0. Jadi, orde reaksi terhadap CO = 0.

c. Hukum laju reaksi ini yaitu . Orde reaksi keseluruhan = x + y = 2 + 0


=2

d. Untuk menghitung konstanta laju, digunakan salah satu data eksperimen di


atas, misalnya eksperimen 1.

e.

Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia terjadi pada reaksi kimia yang reversibel. Reaksi reversibel
adalah reaksi yang di mana produk reaksi dapat bereaksi balik membentuk
reaktan. Kesetimbangan kimia tercapai ketika laju reaksi maju sama dengan laju
reaksi balik dan konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk tidak
berubah lagi.

Lihat juga materi lainnya:


Ikatan Hidrogen
Gas Mulia

Untuk persamaan reaksi reversibel yang berada dalam kesetimbangan pada


temperatur tertentu berikut,

aA + bB ⇌ cC +dD

konstanta kesetimbangan, K, dapat dinyatakan sebagai rasio dari perkalian


konsentrasi reaktan-reaktan dibagi perkalian konsentrasi produk-produk, di mana
konsentrasi dari masing-masing substansi dipangkatkan
koefisien stoikiometri dalam persamaan reaksi setara.

Dalam perhitungan konstanta kesetimbangan reaksi homogen (semua substansi


dalam reaksi berfasa sama), konsentrasi substansi dalam sistem larutan dapat
dinyatakan dalam konsentrasi molar, sehingga K dapat juga ditulis Kc. Untuk reaksi
homogen dalam fasa gas, konsentrasi substansi dalam wujud gas dapat
dinyatakan sebagai tekanan parsial substansi, dan simbol konstanta
kesetimbangannya menjadi Kp. Sebagai contoh, hukum kesetimbangan kimia
untuk reaksi berikut dapat ditulis dalam 2 bentuk:

N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)

atau

atau
Hubungan antara Kp dan Kc adalah:

di mana, R = tetapan gas universal, T = temperatur, dan Δng = jumlah mol produk
gas – jumlah mol reaktan gas.

Dalam perhitungan konstanta kesetimbangan reaksi heterogen (reaksi di mana


terdapat lebih dari 1 fasa) yang melibatkan substansi dalam wujud cairan murni
atau padatan murni, konsentrasi substansi cair dan padat tersebut diabaikan dan
tidak ikut diperhitungkan. Contohnya:

CaCO3(s) ⇌ CaO(s) + CO2(g)


=>

P4(s) + 6Cl2(g) ⇌ 4PCl3(l)


=>

Untuk mengetahui apakah reaksi telah mencapai kesetimbangan dan


memprediksikan arah reaksi, ditentukan nilai dari kuosien reaksi, Qc, dengan
mensubstitusikan nilai konsentrasi masing-masing substansi (produk dan reaktan)
pada keadaan setimbang pada konstanta kesetimbangan kimia, Kc, dengan nilai
konsentrasi awal masing-masing substansi pada keadaan reaksi tersebut.

Qc = Kc , reaksi telah mencapai kesetimbangan. Jika Qc = Kc, reaktan ⇌ produk

Qc < Kc , reaksi akan berlangsung dari arah kiri ke kanan (pembentukan produk)
hingga mencapai kesetimbangan kimia (Qc = Kc). Jika Qc < Kc, reaktan → produk

Qc > Kc , reaksi akan berlangsung dari arah kanan ke kiri (pembentukan reaktan)
hingga mencapai kesetimbangan kimia (Qc = Kc). Jika Qc > Kc, reaktan ← produk

Berikut beberapa hubungan Q dan hubungan K dari reaksi-reaksi yang berkaitan.


Contoh soal Kesetimbangan Kimia

Pada temperatur 430°C, tetapan kesetimbangan Kc untuk reaksi H2(g) + I2(g) ⇌


2HI(g) adalah 54,3. Diketahui pada eksperimen dengan temperatur yang sama,
konsentrasi awal H2, I2, dan HI berturut-turut adalah 0,00623 M, 0,00414 M, dan
0,0224 M. Hitunglah konsentrasi masing-masing spesi pada keadaan setimbang.

Jawab:

[H2]0 = 0,00623 M

[I2]0 = 0,00414 M

[HI]0 = 0,0224 M

Kc = 54,3

Pertama, kita tentukan nilai kuosien reaksi, Qc, untuk mengetahui apakah sistem
telah setimbang atau belum, dan ke arah mana reaksi berlangsung jika belum
setimbang.
Karena Qc (19,5) < Kc (54,3), reaksi akan berlangsung dari arah kiri ke kanan hingga
mencapai kesetimbangan. Jadi, konsentrasi H2 dan I2 akan berkurang dan
konsentrasi HI akan bertambah sampai reaksi setimbang.

Selanjutnya, asumsikan bahwa konsentrasi H2 berkurang sebanyak x hingga reaksi


setimbang, lalu kita buat persamaan stoikiometri dengan MRS (Mula-mula,
Reaksi, Setimbang).

Dengan menyelesaikan persamaan kuadrat dalam bentuk dengan


rumus diperoleh: x = 0,0114 M atau x = 0,00156 M.

Penyelesaian x = 0,0114 M tidak mungkin karena nilainya lebih besar dari


konsentrasi awal H2 dan I2. Jadi, penyelesaian yang benar adalah x = 0,00156 M.

Jadi, pada kesetimbangan kimia tersebut, konsentrasi masing-masing spesi yaitu:

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia


Asas Le Châtelier menyatakan bahwa bila pada sistem kimia yang berada dalam
kesetimbangan diberi gangguan, maka sistem akan menggeser posisi
kesetimbangan ke arah reaksi yang dapat menghilangkan efek dari gangguan
tersebut. Faktor-faktor (gangguan) yang dapat mempengaruhi kesetimbangan
kimia antara lain:

Polimer

Pengertian Polimer

Polimer adalah senyawa molekul besar berbentuk rantai atau jaringan yang
tersusun dari gabungan ribuan hingga jutaan unit pembangun yang berulang.
Plastik pembungkus, botol plastik, styrofoam, nilon, dan pipa paralon termasuk
material yang disebut polimer.
Unit kecil berulang yang membangun polimer disebut monomer. Sebagai contoh,
polipropilena (PP) adalah polimer yang tersusun dari monomer propena.

Lihat juga materi lainnya:


Bilangan Kuantum
Reaksi Redoks

Jenis-jenis Polimer

Jenis polimer berdasarkan sumbernya

 Polimer alam,

yaitu polimer yang terdapat di alam. Contoh:

 Polimer sintetis,

yaitu polimer yang tidak terdapat di alam. Contoh:


Jenis polimer berdasarkan monomer penyusunnya

 Homopolimer,

yaitu polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Contoh: polietilena (etena),
polipropilena (propena), polistirena (stirena), PVC (vinil klorida), PVA (vinil asetat),
poliisoprena (isoprena), dan PAN (akrilonitril).

 Kopolimer,

yaitu polimer yang tersusun dari dua jenis atau lebih monomer. Contoh: nilon 6,6
(heksametilendiamina + asam adipat), dakron (asam tereftalat + etilena glikol),
SBR (stirena + butadiena), dan ABS (akrilonitril + butadiena + stirena).

Jenis polimer berdasarkan sifatnya

1. Termoplas

yaitu polimer yang melunak jika dipanaskan, dan dapat dicetak kembali menjadi
bentuk lain. Sifat ini disebabkan oleh struktur termoplas yang terdiri dari rantai-
rantai panjang dengan gaya interaksi antar molekul yang lemah. Sifat-sifat lain
dari termoplas adalah ringan, kuat, dan transparan. Contoh termoplas adalah
polietilena, polipropilena, PET, dan PVC.

2. Termoset

yaitu polimer yang memiliki bentuk permanen dan tidak menjadi lunak jika
dipanaskan. Sifat ini disebabkan oleh ada banyaknya ikatan kovalen yang kuat
antara rantai-rantai molekul. Pemanasan termoset pada suhu yang terlalu tinggi
dapat memutuskan ikatan-ikatan tersebut dan bahkan membuat termoset
menjadi terbakar. Contoh termoset adalah bakelit dan melamin.

3. Elastomer

yaitu polimer yang elastis; bentuknya dapat diregangkan, namun dapat kembali
ke bentuk semula setelah gaya tariknya dihilangkan. Elastisitas ini disebabkan
oleh struktur elastomer yang terdiri dari rantai-rantai yang saling tumpang tindih
dengan adanya ikatan silang (cross-link) yang akan menarik kembali rantai-rantai
tersebut kembali ke susunan tumpang tindihnya. Contoh elastomer adalah karet
alam (poliisoprena) dan karet sintetis SBR.

Reaksi Polimerisasi

Reaksi pembentukan polimer dari monomernya disebut reaksi polimerisasi.


Reaksi polimerisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Polimerisasi adisi

Polimerisasi adisi umumnya terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan


rangkap. Umumnya monomer yang direaksikan dalam polimerisasi adisi adalah
senyawa alkena dan turunannya. Dari reaksi polimerisasi adisi dihasilkan polimer
adisi sebagai produk tunggal. Contoh reaksi polimerisasi adisi:

a. Pembentukan polietilena (PE) dari etena

b. Pembentukan PVC dari vinil klorida

c. Pembentukan poliisoprena dari isoprena


Polimerisasi kondensasi

Polimerisasi kondensasi merupakan penggabungan monomer dengan reaksi kimia


yang terjadi antara dua gugus fungsi berbeda dari masing-masing monomer.
Polimerisasi ini terjadi pada monomer yang masing-masing mempunyai
setidaknya dua gugus fungsi reaktif. Dari hasil polimerisasi kondensasi dihasilkan
polimer dan juga molekul-molekul kecil, seperti H2O, HCl, dan CH3OH. Polimer
seperti poliester, poliamida, polikarbonat, dan poliuretana disintesis melalui
reaksi polimerisasi kondensasi. Contoh reaksi polimerisasi adisi:

a. Pembentukan poliester: PET dari dimetil tereftalat dan etilena glikol

b. Pembentukan poliamida: nilon 66 dari asam adipat dan heksametilendiamina


Aplikasi Polimer Sintetis

1. PVC

Poli(vinil klorida) (PVC) yang bersifat lunak digunakan untuk selang air, jas hujan,
dan insulasi listrik. Sedangkan, PVC yang bersifat kaku digunakan untuk pipa dan
pelapis lantai.

2. PS

Polistirena (PS) memiliki beberapa macam bentuk. Polistirena yang berbentuk


kaku dan mudah pecah digunakan untuk kotak kaset, peralatan makan—sendok,
garpu, dan pisau—plastik. Polistirena berbentuk foam, yakni styrofoam, memiliki
sifat insulator panas yang baik. Oleh karena itu, styrofoam banyak digunakan
untuk wadah makanan/minuman dan juga gabus penahan benturan dalam
kemasan alat elektronik.

3. PE (LDPE dan HDPE)

Polietilena (PE) memiliki beragam bentuk. HDPE (high-density polyethylene)


adalah polietilena dengan sifat lebih kuat dan kaku yang banyak digunakan untuk
botol plastik dan mainan. LDPE (low-density polyethylene) adalah polietilena
dengan sifat lebih plastis dan titik leleh lebih rendah dibanding HDPE. LDPE
banyak digunakan untuk plastik lembaran, kantong plastik, dan pembungkus
kabel.

4. PP

Polipropilena (PP) digunakan untuk botol plastik, tali, karung plastik, karpet,
peralatan laboratorium, dan mainan.

5. PTFE
Politetrafluoroetilena (PTFE) yang dikenal juga dengan nama dagang Teflon,
memiliki sifat kuat, tidak reaktif, dan tahan panas. PTFE digunakan sebagai gasket,
pelapis tangki bahan kimia, dan pelapis panci anti lengket.

6. PMMA

Poli(metil metakrilat) (PMMA) yang dikenal juga dengan nama dagang Plexiglas
atau Lucite atau Perspex, memiliki sifat kuat, keras, ringan, dan transparan.
PMMA digunakan untuk alat optik, kaca jendela pesawat terbang, furnitur, dan
glove box.

7. PET

Poli(etilena tereftalat) (PET) yang dikenal juga dengan nama dagang Dacron atau
Terylene, banyak digunakan sebagai serat tekstil. Selain itu, PET juga banyak
digunakan sebagai botol minuman. Dalam bentuk film tipis, PET dengan nama
dagang Mylar bersifat kuat dan tahan terhadap robekan, sehingga digunakan
untuk pita perekam magnetik, layar perahu, dan kemasan barang.

8. Nilon

Nilon merupakan polimer berbentuk serat yang bersifat kuat, ringan, dan tahan
terhadap tegangan. Oleh karena itu, nilon banyak digunakan untuk membuat tali,
jala, parasut, tenda, jas hujan, karpet, dan sebagainya.
Contoh Soal Polimer dan Pembahasan

Soal 1

Tentukan struktur monomer penyusun polimer berikut:

Pembahasan:

Dari struktur polimer tersebut, terdapat tiga unit struktur yang berulang. Polimer
tersebut tergolong polimer adisi, sebagaimana tidak terdapatnya ikatan ester,
amida, karbonat, ataupun uretana pada rantai utama. Struktur monomer dari
polimer adisi umumnya hampir sama dengan satu unit struktur yang berulang.

Jadi, struktur monomer dari polimer tersebut yaitu:

Soal 2

Di antara polimer berikut:

a. bakelit
b. nilon
c. teflon
d. dakron
e. styrofoam

yang termasuk polimer kondensasi adalah …


a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 3 dan 5
d. 1, 2, dan 3
e. semua jawaban di atas salah

Jawab:

b. 2 dan 4

Nilon dan dakron keduanya disintesis melalui polimerisasi kondensasi. Nilon


merupakan poliamida, dan dakron (PET) merupakan poliester.

Soal 3

Senyawa berikut yang bukan monomer dari polimer alam adalah …

a. isoprena
b. glukosa
c. asam amino
d. akrilonitril
e. nukleotida

Jawab:

d. akrilonitril

Akrilonitril merupakan monomer dari polimer sintetis PAN (poliakrilonitril).


RESUME

LAJU REAKSI

KESETIMBANGAN KIMIA

POLIMER

DIsusun oleh:

2 MEI BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


PERSAMAAN LAJU REAKSI DAN ORDE REAKSI

Reaksi kimia:

A2 + B2 → 2 AB

Persamaan laju reaksi: V = k [A2]x[B2]y

Dimana:

V = laju reaksi (Ms-1)

k = konstanta laju reaksi

[A2] = konsentrasi zat A (M)

[B2] = konsentrasi zat B (M)

x = orde reaksi zat A

y = orde reaksi zat B

x + y = orde reaksi total

Orde reaksi:

 Orde reaksi 0 : laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi

Persamaan reaksi yang berorde 0 : V = k [A]0

 Orde reaksi 1 : laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi


Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya pun akan dua kali
lebih cepat dari semula, dst.
Persamaan laju reaksi: V = k [A]

 Orde reaksi 2: Pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaski akan sebanding
dengan kenaikan konsentrasi pereaksi pangkat dua. Bila konsentrasi
pereaksi dinaikkan dua kali maka laju reaksinya akan naik menjadi empat
kali lipat dari semula.

Persamaan laju reaksi : V = k [A]1 [B]1 ; V = k [A]2 ; V = k [B]2

Dengan demikian, jika konsentrasi suatu zat


dinaikkan a kali, maka laju reaksinya menjadi b kali; sehingga orde reaksi terhadap
zat tersebut adalah:

dimana x = orde reaksi

Contoh soal mengenai laju reaksi dan orde reaksi:

1.Persamaan kecepatan reaksi H2 + I2 → 2 HI adalah V = k [H2][I2]. Tentukan orde


reaksi total dari persamaan reaksi tersebut!

Jawab:
orde reaksi zat H2 = 1 orde reaksi zat I2 = 1 orde reaksi total persamaan
diatas adalah 1+1 = 2

2.Tabel di bawah ini merupakan data dari reaksi P + Q →R + S

Dari data tersebut, tentukan:

a. orde reaksi P

b. orde reaksi Q

c. orde reaksi total

d. persamaan laju reaksi

Jawaban:

a. Untuk mencari orde reaksi P pilih data konsentrasi Q yang sama. (data 1 dan 3).
Perhatikan penentuan orde reaksi P berdasarkan data 1 dan 3.
b. untuk
mencari orde reaksi Q pilih data konsentrasi P yang sama. (data 1 dan 4).
Perhatikan penentuan orde reaksi Q berdasarkan data 1 dan 4.

c. x + y =
2+0=2

d. v = k [P]2 [Q]0

v = k [P]2 1

v = k [P]2

3. Pada penentuan kecepatan reaksi : A + B → C + D


Data di atas
tentukan:

a. orde reaksi x

b. orde reaksi y

c. orde reaksi total

d. persamaan laju reaksi

e. ketetapan laju reaksi

Jawaban:

a. Untuk mencari orde reaksi A pilih data konsentrasi B yang sama. (data 1 dan 2).
Perhatikan penentuan orde reaksi A berdasarkan data 1 dan 2.

b. Untuk mencari orde reaksi B pilih data konsentrasi A yang sama. (data 3 dan 4).
Perhatikan penentuan orde reaksi B berdasarkan data 3 dan 4.
c. x + y = 2 + 1 = 3

d. V = k [A]x[B]y = k [A]2 [B]1

e. k ..?

 Ambil salah data percobaan. (misal data 1). Dari data 1 diket: [A] =0.1 M [B]
= 0.2 M dan V= 0.02 M/s.

 Masukan ke persamaan laju reaksi yg telah diperoleh (d).

V = k [A]2[B]1

0.02 M/s = k [0.1 M]2[0.2 M]1

0.02 M/s = k 1×10-2 M2 2×10-1 M

0.02 M/s = k 2×10-3M3

K = 1×101 M-2s-1 = 10 M-2s-1

4. Laju reaksi untuk reaksi: P + Q → R + S adalah V = k [P] [Q]2. Bila laju reaksi
berlangsung 12 kali lebih cepat dari semula, maka tentukan perubahan
konsentrasi P dan Q!
Jawaban:

V1 = k [P] [Q]2 ==> laju reaksi semula (V1), dimisalkan [P] = 1 dan [Q] = 1 dan
harga k konstan, sehingga dapat diabaikan.

Maka V1 =[P] [Q]2 ===> V1 =[1] [1]2 ===> V1 = 1

V2 = [P] [Q]2 ==> laju reaksi 12 x semula maka V2 = 12 V1 = 12 (1) = 12

12 = [3] [2]2

12 = 12, maka [P] x 3 semula dan [Q] x 2 semula.

5. Persamaan kecepatan reaksi: H2 + I2 → 2 HI, V = k [H2][I2].

Jika konsentrasi H2 dinaikkan 2x dan I2 dinaikkan 3x, maka laju reaksi menjadi?

Jawaban:

V = k [H2][I2] ==> laju reaksi awal V1 dimisalkan [H2] = a [I2] = a, harga k konstan,
sehingga dapat diabaikan. Maka V1 = k [H2][I2] ===> V1 = [a][a] = a2

Bila [H2] dinaikkan 2x ==> [H2] = 2a, [I2] dinaikkan 3x ==> [I2] = 3a

V2 = k [H2][I2] ==> laju reaksi V2 = [2a][3a] = 6a2, V2 =6a2 sedangkan V1 = a2

V2 = 6V1 ,maka laju reaksi menjadi 6x semula.

Cara cepat:

Jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju reaksinya menjadi b kali;
sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut adalah:

dimana x = orde reaksi

[H2] [I2] = b

[2] [3] = 6 (maka laju reaksi menjadi 6 kali semula).


6. Reaksi antara NO(g) dan O2 (g) adalah reaksi berorde dua terhadap NO(g)dan
berorde dua untuk O2 (g). Jika konsentrasi kedua pereaksi dijadikan 3 kali
konsentrasi semula. Tentukan laju reaksinya dibandingkan dengan laju semula!

Jawaban:

Reaksi berorde dua terhadap NO = [NO]2

Reaksi berorde dua terhadap O2 = [O2]2

Persamaan laju reaksinya : V = k [NO]2[O2]2

V = k [NO]2[O2]2 ==> laju reaksi awal V1 dimisalkan [NO] = a [O2] = a, harga k


konstan, sehingga dapat diabaikan. Maka V1 = k [NO]2[O2]2 ==> V1 = [a]2[a]2 = a4

Bila [NO] dinaikkan 3x ==> [O2] = 3a, [O2] dinaikkan 3x ==> [I2] = 3a

V2 = k [NO]2[O2]2 ==> laju reaksi V2 = [3a]2[3a]2 = 81a4, V2 =81a4 sedangkan V1= a4

V2 = 81 V1 ,maka kecepatan reaksi menjadi 81x semula.

Cara cepat:

Jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju reaksinya menjadi b kali;
sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut adalah:

dimana x = orde reaksi

[NO]2 [O2]2 = b

[3]2 [3]2 = 81 (maka laju reaksi menjadi 81 kali semula


KESETIMBANGAN KIMIA

A. Konsep Kesetimbangan Dinamis

keadaan kesetimbangan dinamis, kita perhatikan reaksi penguraian (dissosiasi)


gas N2O4 sebagai berikut :

N2O4 (g) –> 2 NO2 (g)

Tak berwarna merah-coklat

Mula–mula laju reaksi disosiasi N2O4 berlangsung relatif lebih cepat daripada laju
reaksi pembentukan N2O4. Namun laju reaksi pembentukan N2O4 juga makin lama
makin bertambah besar sesuai dengan pertambahan jumlah NO2yang terbentuk.

B. Reaksi Bolak Balik (reversible)

Perhatikanlah kertas yang terbakar. Apakah hasil pembakaran kertas dapat


diubah menjadi kertas seperi semula? Pengalaman menunjukkan bahwa proses
itu tidak dapat dilakukan, bukan? Reaksi seperi itu kita golongkan sebagai reaksi
yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik (Irreversible).

Proses-proses alami umumnya berlangsung searah, tidak dapat balik. Namun, di


laboratorium maupun dalam proses industri, banyak reaksi yang dapat balik.
Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi reversible.

C. Azas Le Chatelier

Henri Louis Le Chatelier (1884) berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar


tehadap kesetimbangan dalam suatu azas yang dikenal dengan azas Le Chatelier
sebagai berikut:

“ Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka


sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi
tersebut. “

Secara singkat, azas Le Chatelier dapat dinyatakan sebagai:


Reaksi = – Aksi

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

Pergeseran kesetimbangan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain


temperatur, konsentrasi, tekanan dan volume, penambahan zat lain.

 Pengaruh temperatur
Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika suhu atau temperature suatu sistem
kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan temperatur,
kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (ke
pihak reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm.

Você também pode gostar