Você está na página 1de 16

1.

Trauma mata merupakan masuknya benda asing yang keras atau tidak keras dimana
benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat, yang pada umumnya
dari akibat tindakan sengaja atau tidak sengaja yang menimbulakan perlakuan mata yang
terjadi pada pria dan wanita dan akhirnya dapat menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata (Ilyas S. , Ilmu Penyakit Mata, 2002).
Trauma mata disebabkan oleh faktor pekerjaan, kimia, dan umur. Penyakit trauma mata
lama kelamaan bisa menimbulkan kebutaan sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari
(Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, 2004).
Salah satu upaya penanggulangan trauma mata ialah dengan menghindari cedera yang
dapat menimbulkan trauma pada mata. Untuk itu setiap orang harus menjaga keselamatan diri
dalam bekerja dan beraktivitas agar penderita trauma mata menjadi rendah. Penanganan
medisnya dengan jalan dioperasi (Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, 2004).
Trauma mata ialah tindakan tidak sengaja yang menimbulkan perlukaan pada mata baik
ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.
Trauma mata ialah masuknya benda asing yang keras atau tidak keras dimana benda
tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat (Ilyas S. , 2002).
2. Manifestasi Klinis
2.3.1 Gejala yang timbul menurut (Ilyas S. , 2004) :
1. Tajam penglihatan menurun
2. Tekanan bola mata rendah
3. Bilik mata dangkal
4. Bentuk dan letak pupil yang berubah
5. Terlihatnya ada ruptur pada kornea dan sklera
6. Terdapat jaringan yang proplaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina
7. Konjungtiva kemotis
2.3.2 Gejala yang tak biasa pada mata menurut (Suzanne C. Smeltzer, 2002):
1. Nyeri pada mata
2. Nyeri kepala menetap
3. Nyeri disertai mata memerah, bengkak, atau kluar cairan (inflamasi dan cairan dari mata)
4. Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan,
kilatan cahaya.
5. Percikan atau bintik di depan ma

2.1 Anatomi Fisiologi

Mata adalah salah satu alat indra yang di miliki manusia yang mana dapat secara konstan
manyesuaikan jumlah cahaya yang masuk,memusatkan perhatian pada obyek yang dekat dan
jumlah serta menghasilkan gambar yang kontinu yang langsung di hantarkan ke otak.

Anatomi mata meliputi sklera,konjungtiva,kornea,pupil,iris,lensa,retina saraf optikus,humor


aqueus serta humor vitreus dimana masing-masing di atas memiliki fungsi dan tugasnya
fisiologisnya sendiri-sendiri.

 Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang di lapisi fibrous yang
elastis,berwarna putih dan bagian depan sklera tertutup oleh konjungtiva.
 Konjungtiva: selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
 Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
 Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
 Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
 Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
 Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
 Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi
segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea;
dihasilkan oleh prosesus siliaris.
 Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).

Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang
masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Lingkungan
yang maka cahaya yang masuk akan lebih banyak namun lingkungan terang, maka cahaya yang
masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan
menutup iris.

Lensa terdapat di belakang iris.Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke


retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi,
sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh,
maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan
pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi
berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang.
Keadaan ini disebut presbiopia.

Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah.Bagian retina yang paling sensitif
adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf.Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan
gambaran visuil yang tajam.Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang
oleh saraf optikus dibawa ke otak.

Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf
menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di
bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf
tersebut akan bergabung kembali.

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

 Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan
sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2
bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris
sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu
melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran
yang terletak ujung iris.
 Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor
vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakkan
mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga
mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :

 Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
 Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
 Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita.
 Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.Pembuluh
darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Struktur Pelindung Mata

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala
arah.Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-
bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih
bisa masuk.adapun struktur pelindung mata, meliputi:

 Orbita : Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
 Kelopak Mata : Kelopak mata melindungi mata dari benda asing yang mampu secara
refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya
yang sangat terang.Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke
seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban
permukaan mata.Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan
tidak tembus cahaya.Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang
juga membungkus permukaan mata.
 Bulu mata : berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier
(penghalang).Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang
mencegah penguapan air mata dan dapat juga manyebankan iritasi pada kornea apabila
bulu matanya panjang dan tidak beraturan.

Kelenjar lakrimalis : berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan
membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi
yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

2.1.1 Definisi

Trauma mata merupakan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga
orbita.kerusakan pada mata dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga
menggangu fungsi penglihatan (Ilyas,2008). Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak
yang menimbulkan perlukaan mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut :

1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus
3. Tauma kimia
4. Trauma radiasi

2.1.2 Klasifikasi Trauma Mata

Trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan non mekanik

2.1.2.1 Trauma Mekanik

1. Trauma tumpul yaitu trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif
besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Trauma tumpul dapat menyebabkan cedera
perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna
(orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva, kornea, iris atau badan silier, lensa,
korpus vitreus, retina dan nervus optikus (N.II).
2. Trauma tajam yaitu trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk
ke dalam bola mata (Mansjoer, Arif, 2002).

2.1.2.2 Non Mekanik

1. Trauma Kimia

 Trauma kimia asam yaitu trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.
 Trauma kimia basa yaitu trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.

1. Trauma Fisis

 Trauma termal misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
 Trauma bahan radioaktif misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.

2.1.3 Etiologi Trauma Mata

2.1.3.1 Mekanik, meliputi:

1. Trauma oleh benda tumpul, misalnya:

Terkena tonjokan tangan, terkena lemparan batu, terkena lemparan bola, terkena jepretan
ketapel, dan lain-lain.

1. Trauma oleh benda tajam, misalnya:

Terkena pecahan kaca, terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu, terkena kail, lempengan
alumunium, seng, alat mesin tenun.

2.1.3.2 Non Mekanik, meliputi:

1. Trauma oleh bahan kimia:

Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras, coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon, bahan
pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih.

1. Trauma fisis
1. Trauma termik (hipermetik) misalnya terkena percikan api dan terkena air panas.
2. Trauma radiasi misalnya terkena sinar ultra violet, sinar infra merah, sinar ionisasi
dan sinar X(Ilyas, Sidarta, 2008).

2.1.4 Trauma Tumpul pada Mata


Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang kera atau benda yang tidak keras,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) atau lambat.

1. Hematoma kelopak

Hematoma palpebra yang merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit
kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma kelopak merupakan kelainan
yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat akibat pukulan tinju atau benda
keras lainnya.

1. Trauma tumpul konjungtiva

Hematoma konjungtiva

Hematoma yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat
akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranil.

1. Trauma tumpul kornea

Edema kornea

Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea.
Edema kornea dapat menimbulkan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar
bola lampu atau sumber cahaya terlihat.

Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh
gesekan keras pada epitel kornea. Erosi terjadi karena cedera membran basal.

Erosi kornea rekuren

Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak
metaherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah lepas kendali di waktu bangun pagi.
Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea.

1. Hifema

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan
blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun.

1. Trauma tumpul pada lensa

Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya
zonula zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.

Subluksasi lensa

Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa berpindah tempat.
Akibat peregangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung.
Dan mata akan menjadi miopik. Lensa yang menjadi sangat cembung akan mendorong iris ke
depan sehingga sudut bilik mata tertutup.

Katarak trauma

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah
beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior
ataupun posterior.

1. Trauma tumpul retina dan koroid

Edema retina dan koroid

Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina, penglihatan akan sangat
menurun. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya
melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab.

Ruptur koroid

Perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur terletak di polus
posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik.

2.1.5 Trauma Tembus Bola Mata

Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Trauma dapat
mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda
asing masuk ke dalam bola mata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti :

1. Tajam penglihatan yang menurun


1. Tekanan bola mata rendah
2. Bilik mata dangkal
3. Bentuk dan letak pupil yang berubah
4. Terlihatnya ruptur pada kornea atau sklera
5. Terlihat adanya jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca,
atau retina
6. Konjungtiva kemotis
2.1.6 Trauma Kimia

Trauma mata akibat bahan kimia bisa disebabkan oleh zat asam, basa, detergen, larutan, bahan
perekat, dan bahan iritan, seperti gas air mata. Trauma mata yang disebabkan oleh zat basa lebih
berbahaya dibandingkan dengan asam. Basa dapat berpenetrasi ke jaringan mata yang lebih
dalam dengan menghancurkan struktur protein dan sel, sehingga menyebabkan kematian
jaringan.

Gejala yang bisa ditimbulkan seperti: mata berair, kekakuan kelopak mata, dan nyeri hebat.
Sedangkan asam hanya menyebabkan kematian jaringan superfisial, sehingga tidak bisa
berpenetrasi ke jaringan yang lebih dalam.

2.2 Penatalaksanaan

1. Luka bakar kimia pada konjungtiva dan kornea harus diirigasi dengan larutan garam
meleta fisiologis atau air dalam jumlah banyak segera. Cara paling mudah dan cepat
untuk membilas mata adalah dengan menyuruh pasien memegang kepalanya di bawah
keran air dan mengalirkan air kemata untuk mencucinya. Cara lain, pasien disuruh
meletakkan mukanya dalam air dan mengjap-ngejapkan matanya. Namun biasanya yang
paling memuaskan adalah dengan cara membilas mata dengan spuit, bila ada, hati –hati
jangan sampai mengkontaminasi mata yang sehat bila belum terkena. Pembilasan terus
menerus paling tidak 30 menit (lebih lama lebih baik) dengan air aqua minimal 2000
ml.Ukur dengan kertas pH meter untuk mengetahui telah terjadi netralisasi. pH normal air
mata + 7.3
2. Beri antibiotika tetesmata dan debribement
3. Sikloplegik bila terdapat iritasi untuk mencegah sinekkia posterior
4. Beta bloker dan asetasolamid untuk mengatasi glaucoma
5. Steroid diberikan secara hati-hati. Topikal atau sistemik pada minggu pertama. Diberikan
untuk menekan radang akibat denaturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea dan
konjungtiva. Diberikan deksametason 0,1%
6. Vitamin C perluuntuk pembentukan jaringan kolagen
7. Air matabuatan
8. Kerato plasti dilakukan bila terjadi kekeruhan kornea sangat mengganggu penglihatan.
Prognosis kerato plasti pada kelainan kornea tidak begitu baik

2.2.1 Prognosis Trauma Kimia

Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjang dan
rasa tidak enak pada mata. Prognosisnya ditentukan oleh bahan alkali penyebab trauma tersebut.
Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada matauntuk menganalisis kerusakan dn beratnya
kerusakan.
Klasifikasi Huges

Ringan Sedang Berat


1. Prognosis baik
2. Terdapat erosi epitel
kornea
3. Pada kornea terdapat
kkeruhan yang ringan
4. Tidak terdapat iskemia
dan nekrosis kornea
ataupun konjungtiva
5. Prognosis baik
6. Terdapat kekeruhan
kornea sehingga sulit
melihat iris dan pupil
secara terperinci
7. Terdapat iskemia dan
nekrosis enteng pada
kornea dan
konjungtiva
8. Prognosis buruk
9. Akibat kekeruhan
kornea pupil tidak
dapat melihat
10. Konjungtiva dan
sklera pucat

Klasifikasi Thoft

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4


Terjadi hipertermi Terjadi hipertermi Terjadi hipertermi Konjungtiva
konjungtiva sdisertai konjungtiva diserti disertai dengan nekrosis perilimal
dengan keratitis hilangnya epitel kornea konjungtiva dan nekrosis
pungtata lepasnya epitel kornea sebanyk 50%

2.3 Komplikasi

Secaraumumkomplikasi yang dapat di timbulkanakibat trauma padamataantaralain,


sebagaiberikut :

 · Infeksi struktur okuler


 · Ablasio retina
 Hypertensi intraokuler/ Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan
oleh darah pada sudut kamera okuli anterior.
 Pembentukan katarak sekunder
 Perforasi bola mata
 Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea,
sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Riwayat
1. Keluhan Utama : Klien mengeluh mata kabur atau tajam penglihatan menurun,
nyeri pada mata, fotophobia (silau), penglihatan ganda, kilatan cahaya, gatal pada
mata
2. Riwayat penyakit:
1. Riwayat penyakit dahulu : riwayat yang terjadi pada mata sebelumya,
pernah operasi mata, riwayat trauma pada mata, konsumsi obat yang
mempengaruhi fungsi pada mata, penyakit yang berkaitan dengan mata
(gloukoma,dll)
2. Riwayat penyakit sekarang : Jenis, bahan, jumlah, dan lama terkena
rudapaksa, tindakan yang telah dilakukan oleh klien sebelum dibawa ke
rumah sakit.
3. Psikososial : Pekerjaan yang dijalani, aktivitas yang dilakukan saat terkena
trauma.
4. Pengkajian Umum
1. Tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh)
2. Kulit, reaksi alergi atau terbakar pada anggota tubuh yang lain
3. Gangguan pernapasan yang mungkin timbul
4. Kerusakan mukosa hidung, mulut , dan wajah
5. Reaksi syok anafilatik akibat efek samping zat kimia atau syok
septik akibat perdarahan hebat akibat trauma lain selain struktur
mata
6. Pengkajian khusus Mata
1. Adanya perdarahan perubahan struktur konjungtiva warna
dan memar
2. Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita
3. Pelebaran pembuluh darah perikornia
4. Hifema
5. Robek kornea
6. Perdarahan dari orbita
7. Blefarospasme
8. Pupil tidak bereaksi terhadap cahaya, struktur pupil robek
9. Tes floresens positif
10. Edema kornea
11. Nekrosis konjungtiva / sklera
12. Katarak

Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata

Subjektif :

Menyatakan nyeri pada mata

Objektif :

Wajah tegang, meringis

Tujuan :

Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol

Kriteria hasil :

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri


2. Klien menyebutkan faktor – faktor yang dapat meningkatkan nyeri
3. Klien mampu melakukan tindakan mengurangi nyeri

Intervensi keperawatan untuk diagnosis nyeri

Intervensi Rasional
Kaji derajat nyeri setiap hari atau Nyeri trauma umumnya menjadi keluhan utama, terutama
sesering mungkin jika diperlukan. nyeri akibat kerusakan kornea.

Terangkan penyebab nyeri dan Nyeri disebabkan oleh efek kimiawi atau fisik benda dan
faktor / tindakan yang dapat nyeri dapat meningkat akibat provokasi :
memprovokasi nyeri.
- Menekan mata terlalu kuat

- Gerakan mata tiba – tiba


Lakukan kompres pada jaringan Kompres dingin mungkin diperlukan pada trauma fisik akit
sekitar mata. dan kondisi stabil (agak lama), dapat digunakan teknik
kompres hangat (jika tidak ada perdarahan).

Analgesik berfungsi untuk meningkatkan ambang nyeri.


Kolaborasi pemberian analgesik.

Mengurangi nyeri dengan manipulasi psikkologis


Ajarkan tindakan distraksi relaksasi
pada klien.

1. Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi)

Subjektif :

1. Mengatakan terkena benda asing


2. Mengatakan nyeri
3. Mengatakan ingin selalu memegang daerah yang luka

Objektif :

1. Memeganf daerah sekitar mata


2. Meringis dan wajah tegang
3. Pemeriksaan terdapat kerusakan struktur mata atau terdapat benda asing pada mata
(edema kornea, ablasi kornea, dll)

Tujuan :

Tidak terjadi kerusakan struktur yang berlanjut

Kriteria hasil :

1. Klien berpartisipasi dalam perawatan


2. Tidak timbul gejala yang menunjukan kerusakan lebih dalam

Intervensi keperawatan untuk diagnosis risiko perluasan cedera.


Intervensi Rasional
Kaji kondisi luka yang terjadi dan identifikasi Cedera fisik umumnya menetap, tidak akan
penyebab cedera. Kaji tanda – tanda atau merusak struktur lain kecuali ada manipulasi
keluhan yang mungkin muncul atau rudapaksa berikutnya. Sementara itu,
trauma kimia mungkin akan terus berlanjut
hingga beberapa saat setelah mata terpajan zat
kimia.

Anjurkan klien untuk tidak melakukan Zat kimia dapat menyebabkan pelunakan
penekanan pada mata, kecuali pada cedera organ. Penekanan fisik yang kuat dapat
dengan perdarahan. memperarah kerusakan mata.

Lakukan irigasi pada mata yang mengalami Irigasi merupakan penanganan utama
trauma kimia, atau pada mata dengan terpenting pada trauma kimia untuk mencegah
perdarahan yang dicurigai terdapat benda yang kerusakan lebih lanjut. Usahakan irigasi
tertinggal. dilakukan dengan airr garam fisiologis, atai air
biasa bila tidak ada. Irigasi minimal dilakukan
dengan menggunakan satu liter air dan pada
trauma kimia alkali minimal dilakukan segera
hingga selama 60 menit pascatrauma.

Tutup mata dengan perban penekan bila terjadi Luka yang mengalami perdarahan cukup besar,
perdarahan. Tameng mata dapat digunakan disamping ditutup dengan plester, penekan
pada anak – anak yang agak besar. dengan bebat diharapkan dapat menghentikan
perdarahan. Pada anak yang kurang kolaboratif
dan cenderung mengucek mata sebaiknya di
pasang temeng.

Anjurkan klien untuk melaporkan setiap Perubahan gejala yang lebih parah menunjukan
perubahan gejala awal kerusakan meluas. Blefarospasme, nyeri hebat,
dan fotobia serta kekaburan,. Penurunan tajam
penglihatan dan pandangan ganda serta
kehilangan lapang dada parsial (perifer)
maupun totoal mungkin menunjukan kerusakan
yang lebih dalam (pada lensa dan retina).
Hifema menunujukan perdarahan dalam bilik
mata depan.
1. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis.

Subjektif :

1. Menyatakan takut / khawatir terjadi kerusakan mata


2. Mengatakan takut tidak bisa melihat lagi

Objektif :

1. Wajah tegang
2. Tanda vital meningkat

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan

Kriteria Hasil :

1. Klien mengungkapkan kecemasan minimal / hilang


2. Klien berpartisipasi dalan kegiatan pengobatan

Intervensi keperawatan untuk diagnosis ansietas

Intervensi Rasional
Kaji derajat kecemasan, faktor yang Umumnya faktor yang menyebabkan
menyebabkan kecemasan, tingkat pengetahuan kecemasan adalah kurangnya pengetahuan dan
dan ketakutan klien akan penyakit ancaman aktual terhadap diri. Pada klien
dengan glaukoma, rasa nyeri dan penurunan
lapang penglihatan menimbulkan ketakutan
utama

Meningkatkan pemahaman klien akan Orientasi tentang penyakit yang dialmi klien,
penyakit. Jangan memberikan keamanam palsu prognosis dan tahapan perawatan yang akan
seperti mengatakan penglihatan akan pulih atau dijalani klien
nyeri akan segera hilang. Gambarkan secara
objektif tahap pengobatan, harapan proses
pengobatan, dan orientasi pengobatan masa
berikutnya.

Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya
klien tentang penyakitnya
Beri dukungan psikologis Dukungan psikologis dapat berupa penguatan
tentang kondisi klien, keaktifan klien dalam
melibatkan diri dalam perawatan maupun
mengorientasikan bagaimana kondisi penyakit
yang sama menimpa klien yang lain.

Terangkan setiap prosedur yang dilakukan, Mengurangi rasa ketidaktahuan dan kecemasan
jelaskan tahap perawatan yang akan dijalani yang terjadi.

1. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan


kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.

Subjektif :

Menyatakan tidak tahu cara merawat mata

Tujuan :

Perawatan rumah berjalan efektif

Kriteria hasil :

1. Klien mampu mengidentifikasi kegiatan perawatan rumah (lanjutan) yang diperlukan


2. Keluarga menyatakan siap untuk mendampingi klien melakukan perawatan.

Intervensi keperawatan untuk diagnosis resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen


terapeutik.

Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang Sebagai modalitas dalam pemberian pendidikan
perawtan pascahospitalisasi. kesehatan tentang perawatan pulang.

Terangkan berbagai kondisi yang perlu Kondisi yang harus segera dilaporkan :
dikonsultasikan.
- Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala
menetap

- Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat


pengurang nyeri

- Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar


cairan ; inflamasi dan cairan dari mata, ada pendarahan
(hifema)

- Demam tinggi

- Perubahan ketajaman penglihatan, kabur,


pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan, atau
kehilangan sebagian / seluruh lapang penglihatan.

Klien mungkin mendapatkan obat tetes atau salep


(topikal).

Meningkatkan rasa percaya, rasa aman, dan


mengeksplorasi pemahaman dan hal-hal yang mungkin
belum dipahami klien.
Terangkan cara penggunaan obat-
obatan.

Respon verbal untuk meyakinkan kesiapan klien dalam


perawatan pascahospitalisasi.
Berikan kesempatan bertanya.

Kesiapan keluarga melipurti orang yang bertanggung


jawab dalam perrawatan pembagian peran dan tugas
serta penghubung klien dan institusi pelayanan
kesehatan.

Tanyakan kesiapan klien untuk


perawatan pascahospitalisasi.

Identifikasi kesiapan keluarga dalam


perawatan diri klien pascahospitalisasi.

Você também pode gostar