Você está na página 1de 4

AKSIOLOGI MANAJEMEN TENTANG PERTIMBANGAN NILAI DAN AKSI

FUNGSIONAL MANAJEMEN

Susanto (2011) dalam buku Filsafat Ilmu, Latif M (2014:231) mengatakan ada dua

kategori dasar aksiologi : Pertama, objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang

dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai. Kedua, subjectivism, yaitu penilaian

terhadap sesuatu di mana dalam proses penilaian terhadap unsur intuisi (perasaan). Dari sini

muncul empat pendekataan etika, yaitu

1. Teori Nilai Intuitif (The Intuitif Theory of Value)


Menurut teori ini, sangat sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk

mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Nilai ditemukan melalui intuisi

karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai yang

eksis sebagai piranti objek atau menyatu dalam hubungan antar objek, dan validitas

dari nilai tidak bergantung pada eksistensi perilaku manusia. Setelah seseorang

menemukan dan mengakui nilai intuitif melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk

mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.


2. Teori Nilai Rasional (The Rational Theory of Value)
Menurut teori ini, janganlah percaya pada nilai yang bersifat objektif dan

murni independen dari manusia, dimana nilai ini ditemukan dari hasil penalaran

manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan sesuatu yang benar ketika ia tahu dengan

nalarnya bahwa itu benar sebagai fakta bahwa hanya orang jahat atau yang lalai dalam

melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu Tuhan. Jadi, dengan

nalar atau peran Tuhan nilai objektif absolut yang seharusnya mengarahkan perilaku.
3. Teori Nilai Alamiah (The Naturakistic Theory of Value)
Menurut Teori ini, nilai diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan dan

hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, atrefak manusia yang

diciptakan, dipakai, diuji, oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan

membimbing perilaku manusia. Pendekataan naturalis mencakup teori nilai


instrumental di mana keputusan nilai tida absolut, tetapi bersifat relatif. Nilai secara

umum hakikatnya bersifat subjektif, bergantung pada kondisi manusia.


4. Teori Nilai Emotif (The Emotive Theory of Value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status

kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah

keputusan factual melainkan hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai

tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverifikasi, sekalipun diakui bahwa

penelitan menjadi bagian penting dari tindakan manusia.


Dalam Encyclopediaof Phylosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dngan

Value dan Valuation. Ada tiga bentuk value and valuation (Asmal, B,2004:164).
1) Nilai digunkaan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih

sempit seperti, baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang

lebih luas mencakupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran

dan kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas, mencakup seluruh macam

kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang lain dan

berbeda dengan fakta. Teori nilai dan aksiologi adalah bagian dari etika. Lewis

menyebutkan nilai sebagai alat untuk mencapai beberapa tujuan, sebagai nilai

instrumental atau menjadi baik sebagai nilai inheren atau kebaikan seperti

estetis dari sebuah karya seni, sebagai nilai intrinsic atau menjadi baik dalam

dirinya sendiri, ataupun sebagai nilai contributor atau nilai yang merupakan

pengalaman yang memberikan kontribusi


2) Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata nilai – nilai,

ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai. Kemudian

dipakai untuk sesuatu yang memiliki nilai sebagai mana berlawanan dengan

sesuatu yang tidak dianggap baik.


3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai,

dan dinilai. Menilai umunya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut
secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan hal

tentang menilai, ia berarti menghargai dan mengevaluasi.


Menurut Budidarjo (dalam Syamsir Torang, 2014:112) nilai – nilai

organisasi sebaiknya disosialisasikan dan dibudayakan agar mudah diterima oleh

para anggotanya. Organisasi yang berkualitas, harus memiliki tujuh nilai yaitu

integrity, professionalism, customer orientation, innovation, learning, team work,

dan service excellent. Budidarjo (dalam Syamsir Torang, 2014:114) menyebutkan

terdapat delapan fokus nilai budaya organisasi antara lain :


1. Pelanggan
Organisasi berorientasi pada nilai – nilai customer satisfaction,

customer oriented, customer focus, customer value, dan empaty for

clients.
2. Pelayanan dan Kualitas
Pelayanan yang diberikan organisasi berorientasi pada nilai – nilai :

service oriented, service awareness, service excellent dan quality.


3. Orientasi Kelompok
Kelompok dalam organisasi tidak bisa diabaikan, oleh sebab itu

organisasi harus berorientasi pada nilai – nilai kelompok. Team work,

people oriented, respect for other, cooperation, dan collaboration.

4. Orientasi Manusia
Organisasi juga harus memperhatikan sumber daya manusia yang

dimiliki dengan berorientasi pada nilai – nilai : commitment for human

development, caring, employee development, humanism, empowerment,

dan people development.


5. Inovatif
Nilai – nilai inovatif yang harus dimiliki oleh organisasi, yaitu :

continuous improvement, creativity, continuous pursuit of excellent,

knowledge based, technobasic integrity, champion spirit dan

competitive.
6. Strategik
Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh strategi yang digunakan

dalam mencapai tujuannya. Nilai – nilai strategik yang harus dimiliki

organisasi, yaitu : strategic alliance, good leadership, continuous

learning, networking, professionalism, performance oriented,

professional excellent, winning together, visionary dan word class.


7. Prestasi
Prestasi merupakan harapan organisasi, oleh sebab itu nilai prestasi yang

harus dimiliki organisasi, yaitu : achieving, adaptenes, agility, caring,

competent people, confident, dedication, discipline, hardworking,

reliable, initiative, openness, perseverance, responsible, strive for

excellent and synergy .


8. Moral atau Etika
Nilai – nilai moral atau etika merupakan nilai yang sangat signifikan

yang harus dimiliki organisasi, antara lain : etical, good attitude,

fairness, honesty, humanism, peace of main, social responsibility, trust

dan equality.
Dalam fungsi – fungsi manajemen, yaitu planning, oraginizing,

actuating, dan controlling, seluruh bentuk nilai sangat bermanfaat untuk

setiap keputusan yang akan dibuat dalam rangka meningkatkan

efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya.

Dalam kaitannya dengan manajemen, bagaimana seorang manajer

merencanakan suatu kegiatan kemudian pengorganisasian rencana –

rencana tersebut, mengimplementasikan rencana dan yang terakhir

melakukan pengawasan sehingga serangkaian fungsi manajemen

tersebut dapat memberi nilai pada perusahaan.

Você também pode gostar