Você está na página 1de 22

PERJANJIAN ANJAK PIUTANG

perjanjian anjak piutang ini maka dapat dilihat dari tiga serangkai hukum yaitu :

 Subyek hukum dari perjanjian anjak piutang itu tentau saja adalah Penjual, Pembeli
dan Perusahaan anjak piutang. Namun penamaan tersebut dirubah disesuaikan dengan
hakekat anjak piutang. Perusahaan anjak piutang atau dikenal sebagai factor adalah
badan usaha yang menawarkan anjak piutang lihat pengertian di atas. Klien adalah
pihak yang menggunakan jasa dari anjak piutang (mudahnya adalah pihak yang
menjual piutang kepada factor). Penjual atau supplier masuk dalam pengeritan klien.
Sementara nasabah atau konsumen merupakan pihak yang mengadakan transaksi
dengan klien.

 Obyek Hukum. Obyek hukum dalam perjanjian ini jelas adalah piutang itu sendiri.
Baik itu dijual atau dialihkan atau di urus oleh pihak lain.

 Peristiwa hukum atau hubungan hukumnya adalah perjanjian anjak piutang, yaitu
perjanjian antara perusahaan anjak piutang dengan klien.

Berikut peragaan skema anjak piutang (factoring)


Mekanisme Pembiayaan Lembaga Keuangan Anjak Piutang (Factoring)
Transaksi anjak piutang biasanya diawali dengan negosiasi antara perusahaan (klien)
dengan lembaga anjak piutang (factoring) yang disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan dan dengan fasilitas yang disediakan perusahaan anjak piutang. Apabila
perusahaan sudah mengetahui kebutuhannya sejak awal maka akan lebih mempermudah
dan mempercepat transaksi anjak piutang.
Beberapa fasilitas anjak piutang yang ditawarkan:
a.Undisclosed/ Non Notification Factoring
b.Disclosed/ Notification Factoring

Mekanisme transaksi Disclosed


 Terjadi penjualan secara kredit kepada pelanggan (klien)
 Negosiasi dan kontrak factoring antara perusahaan (klien) dengan lembaga anjak
piutang dimana perusahaan menyerahkan faktur penagihan dan dokumen terkait
lainnya (dokumen asli).
 Perusahaan memberitahu kepada debitur kalau piutang dan penagihan sudah dialihkan
ke lembaga anjak piutang.
 Lembaga anjak piutang memberikan pembiayaan maksimum 80% dari nilai faktur.
 Pada saat jatuh tempo lembaga anjak piutang melakukan penagihan kepada debitur.
 Pelanggan (debitur) membayar tagihan kepada anjak piutang.
 Lembaga anjak piutang menyerahkan sisa dan (20% Nilai faktur) kepada perusahaan
(klien) setelah sebelumnya dikurangi biaya administrasi.

Mekanisme transaksi Undisclosed


 Terjadi transaksi penjualan secara kredit kepada pelanggan (klien)
 Negosiasi dan kontrak anjak piutang antara perusahaan (klien) dengan lembaga anjak
piutang (factoring) dimana perusahaan menyerahkan kopi faktur penagihan piutang
dan dokumen terkait lainnya sedangkan dokumen asli tetap dipegang perusahaan.
 Lembaga anjak piutang memberikan pembiayaan maksimal 80% dari nilai faktur.
 Pada saat jatuh tempo perusahaan akan menagih kepada debitur/pelanggan.
 Perusahaan akan mengembalikan pinjaman dana kepada factoring ditambah dengan
biaya anjak piutang (service charge/discount charge).

Contoh Perusahaan Anjak Piutang


 PT SINARMAS
 PT NIAGA MULTIFINANCE
 PT IFS CAPITAL INDONESIA
 PT ADITAMA FINANCE
 PT BII FINANCE
 PT MANDIRI

AKUNTANSI ANJAK PIUTANG DARI SISI KLIEN


Perlakuan akuntansi untuk transaksi anjak piutang saat ini telah diatur secara khusus dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 1997 PSAK No. 43 tentang Akuntansi Anjak
Piutang. Adapun perlakuan akuntansi yang dimaksud dan yang berlaku untuk klien dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Anjak Piutang Non-Financing dari sisi klien
Dalam transaksi anjak piutang non-financing, factor biasanya mengenakan factoring
charge atau disebut juga service charge. Factoring charge/service charge akan
dibebankan sebagai biaya. Apabila biaya dimaksud dikenakan secara tahunan, maka biaya
tersebut akan diamortisasi selama masa kontrak.

2. Anjak Piutang tanpa Recourse dari sisi klien


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuntansi anjak piutang jenis ini adalah:
a Anjak piutang tanpa recourse diperlakukan sebagai penjualan dari klien kepada
factor, dimana selisih antara piutang yang dijual dan jumlah advanced limit yang
diterima ditambah retensi diakui sebagai kerugian atas transaksi anjak piutang.
b Kerugian atas transaksi anjak piutang dibebankan pada saat transaksi, dilakukan dan
disajikan dalam laporan sebagai biaya/beban operasi.
c Retensi yang ditahan oleh factor, dicatat sebagai piutang retensi ajak piutang dalam
neraca serta dikategorikan sebagia harta lancar.
3. Anjak Piutang Recourse
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuntansi anjak piutang jenis ini adalah:
a Anjak piutang dengan recourse diakui sebagai kewajiban anjak piutang sebesar nilai
piutang yang dialihkan, di mana selisih antara nilai piutang yang dialihkan dan
advanced payment yang diterima ditambah adalah beban bunga yang belum
diamortisasi.
b Beban bunga yang belum diamortisasi akan dialkokasikan secara konsisten sebagai
biaya bunga tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pembebanan berkala.
c Kewajiban anjak piutang disajikan dalam neraca sebesar nilai piutang yang dialihkan
dikurangi retensi dan beban bunga yang belum diamortisasi.
d Retensi yang ditahan factor dicatat sebagai pengurang kewajiban anjak piutang.

Adapun pengungkan transaksi anjak piutang dengan recourse, dilaporkan dalam neraca
dengan rincian sebagai berikut:

Kewajiban Anjak Piutang Rp xxx


Retensi ( Rp xxx )
Bunga yang belum diamortisasi ( Rp xxx ) +
Kewajiban Anjak Piutang bersih Rp xxx

Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada bab delapan mengenai contoh perlakuan akuntansi
transaksi anjak piutang ini.

PERPAJAKAN ANJAK PIUTANG DARI SISI KLIEN


Perlakuan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku saat ini khusus untuk
klien atas transaksi anjak piutang yang dilakukannya adalah sebagai berikut:

1. Pajak Penghasilan dari sisi klien


Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Pajak No. S-78/PJ311/1996 tanggal 19 april perihal
Pembebasan PPh Pasal 23 atas Penghasilan yang diperoleh Perusahaan Anjak Piutang,
ditegaskan bahwa penghasilan dari perusahaan anjak piutang yang dilakukan oleh
perusahaan pembiayaan baik yang diterima berupa diskon, service charge dan provisi
tidak dikenakan pemotongan PP Pasal 23 oleh perusahaan yang membayarkan.
Hal ini berarti klien tidak boleh memotong pajak penghasilan pasal 23 yang terutang
oleh factor serta bagi klien peraturan ini tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

2. Pajak Pertambahan Nilai dari sisi klien


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keungan No. 202/ KMK.04/1996 tanggal 18 April
tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak, disebutkan bahwa Penyerahan Jasa
Anjak Piutang terutang Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%x5%xJumlah seluruh
imbalan yang diterima berupa service charge, provisi, dan diskon

AKUNTANSI ANJAK PIUTANG DARI SISI FACTOR

Perlakuan akuntansi transaksi anjak piutang telah diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Tahun 1997 PSAK No. 43 tentang Akuntansi Anjak Piutang.
Adapun perlakuan akuntansi yang diterapkan untuk factor dapat kami kemukakan sebagai
berikut.

1. Anjak Piutang Non-Financing dari Sisi Factor


Perlakuan akuntansi dalam anjak piutang non-financing tidak terlepas dari seberapa
banyak kerja yang dikerjakan oleh factor terhadap klien. Semakin banyak beban kerja
yang dilakukan, semakin besar factoring fee yang akan didapat oleh factor. Pendapatan
factoring fee yang diterima sehubungan dengan transaksi anjak piutang non-financing
diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.

2. Anjak Piutang Financing dari Sisi Factor


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam akuntansi anjak piutang jenis ini adalah:

a Penanaman bersih anjak piutang financing dinyatakan sebesar nilai bersihnya. Jumlah
penanaman bersih tersebut terdiri dari jumlah tagihan/piutang yang akan diterima oleh
factor dikurangi dengan piutang/tagihan yang tidak dibiayai oleh factor (retensi)
ditambah pendapatan anjak piutang yang belum diakui.
b Selisih antara jumlah tagihan/piutang yang diterima factor setelah dikurangi dengan
retensi ditambah nilai pembayaran kepada klien diperlakukan sebagai pendapatan anjak
piutang yang masih belum diakui.
c Pendapatan anjak piutang yang belum diakui dan dialokasikan secara konsisten sebagai
pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingakt pengembalian berkala.
d Perhitungan rugi laba disajikan sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan dilaporkan
dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya. Pendapatan Anjak piutang harus
dilaporkan sebagai komponen utama dalam kelompok pendapatan.
Sedangkan pelaporan dan pengungkapan transaksi anjak piutang financing dari sisi factor
dapat dikemukakan sebagai berikut:

Tagihan Anjak Piutang Rp xxx

Pendapatan Anjak Piutang yang masih Ditangguhkan (Rp xxx)

Retensi (Rp xxx)

Penyisihan Piutang Ragu-ragu (Rp xxx) (+)

Penanaman Netto Anjak Piutang Rp xxx

System akuntansi anjak piutang bagi factor yang kami kemukakan di atas, baik untuk
anjak piutang secara recourse maupun tanpa recourse tidak mempengaruhi penyajiannya
di neraca. Yang membedakan adalah substansi pembelian utang dan penanggungan
terhadap kolektibilitas piutang.

PERPAJAKAN ANJAK PIUTANG DARI SISI FACTOR


Pemerintah saat ini telah mengatur perlakuan perpajakan dari transaksi anjak piutang
walau belum secara khusus. Adapun perlakuan perpajakan transaksi anjak piutang yang
berlaku di Indonesia, baik ditinjau dari Pajak Penghasilan maupun Pajak Pertambahan
Nilai, adalah sebagai berikut:

1. Pajak Penghasilan dari Sisi Factor


Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Pajak No.S-78/PJ-311/1996 tanggal 19 April 1996
perihal Pembebasan PPh Pasal 23 atas Penghasilan yang diperoleh Perusahaan Anjak
Piutang, ditegaskan bahwa penghasilan dari perusahaan anjak piutang yang dilakukan
oleh perusahaan pembiayaan, baik yang berupa diskon, service charge, dan provisi, tidak
dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 oleh perusahaan yang membayarkan.

2. Pajak Pertambahan Nilai dari Sisi Factor


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.202/KMK.04/1996 tanggal 18 April
1996 tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak, disebutkan bahwa Penyerahan
Jasa Anjak Piutang terutang Pajak Pertambahan Nilai adalah sebesar 10% x 5% x jumlah
seluruh imbalan yang diterima berupa service charge, provisi, dan diskon.

Adapun sifat dari pajak pertambahan nilai yang diperlakukan pada transaksi anjak piutang
adalah pajak pertambahan nilai yang tidak dapat dikreditkan sebagai pajak masukan.
Sehingga jumlah pajak terutang wajib langsung disetorkan ke kas negara.
CONTOH PERLAKUAN AKUNTANSI

TRANSAKSI ANJAK PIUTANG

Dalam bab ini akan kita bahas penerapan sistem akuntansi, khususnya untuk
transaksi anjak piutang financing baik dari sisi factor maupun dari sisi client.Misalnya PT
ABC Sukses Mandiri telah menandatangani perjanjian anjak piutang dalam rangka
mendapatkan fasilitas anjak piutang financing dari PT Multi Finance Company dengan
syarat dan kondisi pembiayaan sebagai berikut :

1)Factor :PT Multi Finance Company

2)Client :PT ABC Sukses Mandiri

3)Piutang yang Dapat Dialihkan :Rp 1.000.000.000

4)Piutang yang Dapat Dibiayai :90%

5)Retensi :10%

6)Customer :

a)PT Adi Wiragraha maks pembiayaan Rp 450 juta

b)PT Duta Sukses maks pembiayaan Rp 200 juta

c)PT Sarana Lintas maks pembiayaan Rp 150 juta

d)PT Bumi Katulistiwa maks pembiayaan Rp 200 juta

7) Bunga : 25% p.a


8) Biaya Administrasi : Rp 150.000/ penarikan
9) Jenis Pembayaran : Anjak Piutang With Recourse
10) PPN : 0,5% ditanggung oleh client
11) Metode Pembyaran : Bunga Dibayar di Muka secara True Discount

Untuk tahap pertama, client pada tanggal 24 September 1999 bermaksud akan mencairkan
fasilitas anjak piutang yang diterimanya dengan kondisi sebagai berikut:
Nilai Tagihan : Rp 400.000
Customer : PT Adi Wiragraha
Jatuh tempo Tagihan : 07 Desember 1999
Retensi dikembalikan : 1 hari setelah jatuh tempo tagihan.

Berdasarkan data – data tersebut di atas, maka akan didapatkan perhitungan – perhitungan
anjak piutang sebagai berikut:

1) Tagihan yang dialihkan : Rp 400.000.000


2) Tagihan yang tidak dibiayai : Rp 40.000.000
3) Tagihan yang dibiayai : Rp 360.000.000
4) Jangka Waktu : 74 hari
5) Biaya Administrasi : Rp 150.000

Selanjutnya factor akan membuat perhitungan bunga yang akan dibebankan kepada client
sebagai berikut:

1. Bunga yang akan dikenakan oleh factor kepada client

Tagihan yang Dibiayai X


Bunga : Tagihan yang dibiayai _ 365
365 + (R% X N)

Rp 360.000.000 X 365
Bunga : Rp 360.000.000 _
365 + (74 X 25%)
Bunga : Rp 360.000.000 – Rp 342.633.638
Bunga Rp 17.366.362

2. Besarnya pengakuan pendapatan untuk factor dan/atau biaya bunga untuk client didapat
dengan cara sebagai berikut:

a) September 1999 : 06/74 X Rp 17.366.362 = Rp 1.408.083


b) Oktober 1999 : 31/74 X Rp 17.366.362 = Rp 7.275.097
c) November 1999 : 30/74 X Rp 17.366.362 = Rp 7.040.417
d) Desember 1999 : 07/74 X Rp 17.366.362 = Rp 1.642.765

3. Jumlah yang akan diterima oleh client atas pencairan pertama fasilitas anjak piutang adalah
sebagai berikut:
a) Tagihan yang dialihkan : Rp 400.000.000
b) Tagihan yang tidak dibiayai : (Rp 40.000.000)
c) Tagihan yang dibiayai : Rp 360.000.000
d) Bunga : (Rp 17.366.362)
e) Biaya Administrasi : (Rp 150.000)
f) PPN : (Rp 87.582)

g) Jumlah yang diterima client : Rp 342.396.056

PPN yang dikenakan didapat dari 0,5% dikalikan dengan (Bunga + Biaya Administrasi)
sehingga didapat sebesar Rp 87.582.

Berdasarkan data – data tersebut di atas, maka jurnal transaksi yang akan dilakukan oleh
masing – masing perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Jurnal yang dilakukan oleh factor


Db. Tagihan Anjak Piutang : Rp 400.000.000
Cr. Cash/Bank : Rp 342.396.056
Cr. Pendapatan Anjak Piutang ditangguhkan : Rp 17.366.362
Cr. Pendapatan Biaya Administrasi : Rp 150.000
Cr. Utang PPN : Rp 87.582
Cr. Retensi : Rp 40.000.000

2. Jurnal yang dilakukan oleh client


Db. Cash/Bank : Rp 342.396.056
Db. Bunga yang belum diamortasi : Rp 17.453.194
Db. Biaya Administrasi : Rp 150.750
Db. Retensi : Rp 40.000.000
Cr. Kewajiban Anjak Piutang : Rp 400.000.000
Berdasarkan data transaksi pada tanggal 24 September 1999, maka tampilan neraca masing –
masing perusahaan adalah sebgai berikut:

PT MULTI FINANCE COMPANY


NERACA
24 September 1999

Aktiva
Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000
Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 17.366.362)
Pembiayaan Anjak Piutang Bersih Rp 342.633.638

Pasiva

Utang PPN Rp 87.582

Catatan :
Sedangkan Biaya Administrasi yang didapat dari client sebesar Rp 150.000 dibukukan
langsung sebagai pendapatan biaya administrasi.
PT ABC Sukses Mandiri
NERACA
24 September 1999

Aktiva
Cash/bank : Rp 342.396.056

Pasiva
Kewajiban anjak piutang : Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamortisasi : (Rp 17.366.362)
Retensi : (Rp 40.000.000)

Kewajiban Anjak Piutang Bersih Rp 342.633.638

Catatan :
Untuk membayar biaya administrasi sebesar Rp 150.000 dan PPN dapat langsungdibebankan
sebagai biaya dalam laporan rugi laba perusahaan.

3. jurnal Pembayaran Utang Pajak Penambahan Nilai Oleh Factor

Db. Utang PPn Rp. 87.582


Cr. Cash/Bank Rp. 87.582

Adanya pembayaran utang Pajak Penambahan Nilai yang dilakukan oleh factor, maka posisi
neraca factor akan jadi sebagai berikut :
PT MULTI FINANCE COMPANY
NERACA
Setelah Pembayaran Utang PPN

Aktiva
Tagihan anjak piutang : Rp. 400.000.000
Retensi : (Rp. 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan : (Rp. 17.366.362)

Pembayaran anjak piutang bersih : Rp. 342.633.638

4. Memorial Jurnal Pengakuan Pendapatan dan Biaya tanggal 30 September 1999


 Memorial Jurnal yang akan dibuat oleh factor :

Db. Pendapatan anjak piutang yang ditangguhkan Rp 1.408.083


Cr. Pendapatan bunga anjak piutang Rp 1.408.083

 Memorial Jurnal yang akan dibuat oleh client

Db. Biaya bunga anjak piutang Rp 1.408.083


Cr. Bunga anjak piutang ditangguhkan Rp 1.408.083

Berdasarkan transaksi ini, maka posisi neraca masing-masing perusahaan menjadi sebagai
berikut :
PT MULTI FINANCE COMPANY
NERACA
30 SEPEMBER 1999

Aktiva
Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000
Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 15.598.279)

Pembiayaan anjak piutang bersih Rp 344.041.721

Catatan :
Penurunan pendapatan anjak piutang ditanggung sebesar Rp 1.408.083 adalah karena
pengakuan pendapatan yang langsung dimasukan sebagai pendapatan bunga anjak piutang
bulan berjalan.

PT ABC Sukses Mandiri


NERACA
30 September 1999

Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056

Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamortisasi (Rp 15.958.279)
Retensi (Rp 40.000.000)

Kewajiban anjak piutang bersih Rp 344.041.721


Catatan:
Penurunan biaya bunga anjak piutang ditanggung sebesar Rp 1.408.083 adalah akibat dari
pembebanan biaya bunga anjak piutang pada bulan berjalan. Hal yang sama akan dilakukan
oleh masing-masing perusahaan untuk akhir bulan Oktober 1999 dan akhir bulan November
1999.

5. Memorial Jurnal Pengakuan Pendapatan dan Biaya tanggal 31 Oktober 1999

 Memorial jurnal yang akan dibuat oleh factor.

Db. Pendapatan anjak piutang ditangguhkan Rp 7.275.097


Cr. Pendapatan bunga anjak piutang Rp 7.275.097

 Memorial yang akan dibuat oleh client

Db. Biaya bunga anjak piutang Rp 7.275.097


Cr. Bunga anjak piutang ditanggung Rp 7.275.097

Berdasarkan transaksi ini, maka posisi neraca masing-masing perusahaan sebagai berikut :

PT MULTI FINANCE COMPANY


NERACA
31 Oktober 1999

Aktiva
Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000
Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 8.683.182)

Pembiayaan anjak piutang bersih Rp 351.316.818


PT BCA Sukses Mandiri
NERACA
31 Oktober 1999

Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056

Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamotisasi (Rp 8.683.182)
Retensi (Rp 40.000.000)

Kewajiban anjak piutang bersih Rp 351.316.818

5. Memorial Jurnal Pengakuan Pendapatan dan Biaya tanggal 30 November 1999

a. Memorial jurnal yang akan dibuat oleh factor.

Db. Pendapatan anjak piutang ditangguhkan Rp 7.040.417


Cr. Pendapatan bunga anjak piutang Rp 7.040.417

b. Memorial yang akan dibuat oleh client

Db. Biaya bunga anjak piutang Rp 7.040.417


Cr. Bunga anjak piutang ditangguhkan Rp 7.040.417
Berdasarkan transaksi ini maka posisi neraca masing-masing perusahaan menjadi sebagai
berikut :
PT MULTI FANANCE COMPANY
NERACA
30 November 1999

Aktiva
Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000
Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 1.642.765)

Biaya anjak piutang bersih Rp 358.357.235

PT ABC Sukses Mandiri


NERACA
30 November 1999

Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056

Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamotisasi (Rp 1.642.765)
Retensi (Rp 40.000.000)

Kewajiban anjak piutang bersih Rp 358.572.235


6. jurnal pada tanggal 7 Desember 1999

a. Jurnal yang dilakukan oleh factor.

Db. Bank/cash Rp 400.000.000


Db. Pendapatan bunga anjak piutang ditangguhkan Rp 1.642.763
Cr. Tagihan anjak piutang Rp 400.000.000 Cr.
Pendapatan bunga anjak piutang Rp 1.642.763

b. Memorial yang akan dibuat oleh client.

Db. Biaya bunga anjak piutang ditangguhkan Rp 1.642.763


Cr. Biaya bunga anjak piutang Rp 1.642.763

Berdasarkan transaksi yang terjadi pada tanggal 7 Desember 1999, maka posisi neraca factor
dan client adalah sebagai di bawah ini :

PT MULTI FANANCE COMPANY


NERACA
7 Desember 1999

Aktiva
Cash/bank Rp 400.000.000

Tagihan anjak piutang Rp 0


Retensi (Rp 40.000.000)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 0)

Biaya anjak piutang bersih (Rp 40.000.000)


PT ABC Sukses Mandiri
NERACA
7 Desember 1999

Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056

Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Bunga yang belum diamotisasi (Rp 0)
Retensi (Rp 40.000.000)

Kewajiban anjak piutang bersih Rp 360.000.000

7. jurnal pada tanggal 8Desember 1999 (saat pengembalian retensi)

 Jurnal yang dilakukan oleh factor

Db. Retensi Rp 40.000.000


Cr. Cash/bank Rp 40.000.000

 Jurnal yang dilakukan oleh client

Db. Cash/bank Rp 40.000.000


Db. Kewajiban anjak piutang Rp 400.000.000
Cr. Retensi Rp 40.000.000
Cr. Piutang dagang/piutang wesel Rp 400.000.000

Berdasarkan transaksi yang terjadi pada tanggal 8 Desember 1999, mak posisi Neraca factor
dan Client adalah seperti dibawah ini :
PT MULTI FANANCE COMPANY
NERACA
8 Desember 1999

Aktiva
Cash/bank Rp 360.000.000

Tagihan anjak piutang Rp 0


Retensi (Rp0 0)
Pendapatan anjak piutang ditangguhkan (Rp 0)
Pembiayaan anjak piutang bersih (Rp 0)

PT ABC Sukses Mandiri


NERACA
8 Desember 1999

Aktiva
Cash/bank Rp 342.396.056
Cash/bank Rp 40.000.000
Pasiva
Kewajiban anjak piutang Rp 0
Bunga yang belum diamotisasi (Rp 0)
Retensi (Rp 0)

Kewajiban anjak piutang bersih Rp 0


KESIMPULAN

Berdasarkan transaksi anjak piutang diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :


1. client mendapatkan kembali tagihan yang dialihkan melalui transaksi anjak piutang
sebesar Rp 382.396.056 dari total tagihan Rp 400.000.000 sehingga pada periode
anjak piutang tersebut client mengeluarkan biaya-biaya anjak piutang sebesar Rp
17.603.944.
2. factor selama membiayai transaksi anjak piutang di atas mendapat penghasilan
sebesar Rp 17.603.944 di kurangi PPN sebesar Rp 87.582 sehingga didapatkan angka
sebesar Rp 17.516.362.
3. client wajib melakukan analisis cost and benefit ratio, terutama membandingkan biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 17.603.944 dengan manfaat yang didapatkan dari
advance payment sebesar Rp 342.396.056, sebagai contoh diskon yang didapatkan
dari pembelian bahan baku dari dana yang didapat dari advance payment.
4. apakah nilai diskon yang didapat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan maka
pembiayaan yang didapat dari anjak piutang yang didapat menguntungkan client.

Denikian ilustrasi anjak piutang yang bersifat financing, di mana contoh diatas tidak
bersifat buku tetapi dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing perusahaan karena
kebijakan perusahaan anjak piutang bisa saja berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/ryandsaputri/anjak-piutang

Ismawati Linna. 2002. Anjak Piutang Sebagai Alternatif Pembiayaan untuk memperlancar
arus kas. Makalah . Bandung

Veithzal Rivai , Andria Permata Veithzal , Ferry N idroes . Bank and Financial Institution
Management , conventional & syariah

Você também pode gostar