Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Panas bumi
Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 2.1), yaitu kulit bumi (crust),
selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian terluar dari bumi.
Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan
(continent) lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan
ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5
kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density
sekitar 2.7 - 3 gr/cm 3.
Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi (mantel)
yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 km. Bagian teratas dari selubung bumi
juga merupakan batuan keras. Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang
mempunyai ketebalan sekitar 3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan
yang sangat tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan
mempunyai density sekitar 10.2 - 11.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur pada pusat bumi dapat
mencapai sekitar 60000F. Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian
dinamakan litosfir (80 - 200 km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah litosfir
merupakan batuan lunak tapi pekat dan jauh lebih panas. Bagian dari selubung bumi ini
kemudian dinamakan astenosfer (200 - 300 km). Di bawah lapisan ini, yaitu bagian bawah dari
selubung bumi terdiri dari material-material cair, pekat dan panas, dengan density sekitar 3.3 -
5.7 gr/cm3.
Litosfer sebenarnya bukan merupakan permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah
lempeng-lempeng tipis dan kaku.
Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan bumi
menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut hingga ke pemukaan. Hal ini
menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari bawah hingga ke permukaan, dengan gradien
temperatur rata-rata sebesar 30°C/km. Di perbatasan antara dua lempeng (di daerah penujaman)
harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal ini menyebabkan
gradien temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari gradien tempetatur rata-rata,
sehingga dapat mencapai 70-80°C/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (Canary Island)
besarnya gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan dalam
°C/km tetapi dalam °C/cm. Pada dasarnya sist em panas bumi terbentuk sebagai hasil
perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan
secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber
panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy).
Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi
apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas
sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini
menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke
bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya Ada tiga lempengan
yang berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng
Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan
peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia.
Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah
utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di bawah Pulau
Jawa-Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau
Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal
dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman
jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang
dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih
tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan
menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir
panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik, sedangkan
reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada
kedalaman yang lebih dangkal.
Sistim panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu sistim entalpi
rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya
tidak berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat
entalphi adalah fungsi dari temperatur. Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan klasifikasi sistim
panasbumi yang biasa digunakan.
Klasifikasi Batuan beku
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks
warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam
jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
Tabel hamblin ini tidak jauh berbeda dengan tabel rosenbusch karena sama-sama berdasarkan
komposisi mineral dan tekstur batuan, bedanya adalah pada tabel hamblin tekstur batuan kurang
spesifik karena hanya berdasarkan ukuran butir sedangkan tabel rosenbusch berdasarkan ukuran
butir, derajat kristalisasi dan keseragaman butir.
Adapun tekstur batuan beku pada tabel hamblin ini adalah sebagai berikut :
a) Faneritik, pada tekstur ini terdapat kristal besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
b) Porfiritik-faneritik tekstur, tekstur ini dikarakteriskan oleh 2 kristal, yang keduanya bisa
dilihat dengan mata telanjang.
c) Afanitik, pada tekstur ini kristal-kristalnya sangat kecil sehingga tidak bisa dideteksi tanpa
bantuan mikroskop.
d) Porfiritik-afanitik, tekstur ini adalah salah satu yang mana fenokris berkumpul dalam
matriks afanitik.
e) Seperti kaca, tekstur ini mirip dengan kaca biasa. Hal ini mungkin dalam unit yang besar.
f) Fragmental, tekstur ini terdiri dari pecahan kaku yang mengeluarkan material beku yang
berkisar dari blok-blok besar hingga debu halus.
Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% – 66%. Contohnya adalah
dasit.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% – 52%. Contohnya adalah gabro.
Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
D. Menurut S.J. Shand (1943)
Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
GABRO
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik atau bertekstur porfiritik dengan masa dasar
afanitik. Terbentuk dalam celah-celah atau retak-retak kulit bumi, pada jalan magma menuju
permukaan bumi. Batuan gang sering disebut juga batuan hypoabisik dan struktur kristalnya
adalah holkristalin dan porfir atau amorf. Contoh batuannya adalah diorite porfiri dan granit
porfiri.
GRANIT PORFIR
Bertekstur afanitik, yaitu individu mineralnya tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Terbentuk
melalui pembekuan tiba-tiba ketika magma sampai ke permukaan bumi dan berubah menjadi
lava yang langsung menjadi padat karena pendinginan dari lingkungan. Sedangkan batuan
lelehan memiliki struktui kristal yang kecil-kecil atau bahkan tidak mempunyai bentuk Kristal
(amorf). Contoh batuannya adalah batu riolit dan obsidian.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau
kelompok yaitu :
keluarga granit –riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali felsparnya melebihi
plagioklas.
keluarga granodiorit –qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dalam
komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar
keluarga syenit –trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dominant tapi
hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak
hadir
keluarga monzonit –latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam jumlah
kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar
keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar melebihi
plagioklas
keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan plagioklas
(asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar, plagioklas
melimpah
keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), sedikit Qz
dan K-felspar
keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felspatoid
(nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir
keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat
sedikit atau absen.
Formasi Batuan
Formasi Batuan merupakan suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri
geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan maupun beragam jenis batuan.
Sedangkan Batuan didefinisikan sebagai massa yang terdiri dari satu atau lebih macam mineral
yang mempunyai komposisi kimia atau mineral tertentu yang membentuk satuan terkecil dari
kulit bumi sehingga dengan jelas dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan asal-
usul batuan pada umumnya batuan formasi dibedakan menjadi batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf.
1. Batuan Beku
Batuan Beku merupakan batuan yang berasal dari hasil pembentukan magma dibawah
permukaan bumi atau hasil dari pembekuan lava dipermukaan. Pada umumnya batuan beku
memilik sifat atau ciri kristalin, masif, dan interlocking batuannya rapat. Komposisi mineral dari
batuan beku terdiri dari silika yang dijelaskan dari “Bowen Reaction Series”.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat litifikasi hasil reaksi kimia tertentu dari
hancuran batuan lain yang diendapkan dalam kenampakan berlapis pada permukaan lithosfer dan
pada kondisi tekanan dan temperatur rendah. Batuan sedimen terdiri dari batupasir, karbonat dan
lempung.
-Batupasir
Batupasir merupakan bagian dari batuan sedimen klastik detritus dan sebetulnya yang dimaksud
batupasir disini adalah batuan detritus pada umumnya berkisar dari lanau sampai konglomerat.
Ukuran butir batupasir bekisar 1/16 - 2 mm. Batupasir digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu
orthoquartizes, greywacke, dan arkose.
-Karbonat
Batuan karbonat merupakan batuan yang terjadi akibat proses pengendapan atau sedimentasi
kimia dan biokimia yang berupa karbonat, sulfat, silikat, phospat dan lain-lain. Batuan karbonat
dikelompokan lagi menjadi limestone dan dolomit.
-Lempung
Batuan lempung/ shale merupakan batuan yang tersusun dari mineral clay. Jenis clay yang sering
terdapat dalam formasi hidrokarbon, yaitu Montmorillonite, Illite dan Kaolinite.
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan hasil ubahan dari batu asal (batuan beku, sedimen atau
metamorf) akibat perubahan temperatur, tekanan, atau keduanya. Proses ubahan tersebut terjadi
dalam suasana padat melalui proses isokimia, dimana susunan batuan tidak berubah, tetapi yang
berubah hanya susunan mineralogi sehingga terbentuk mineral baru.
Banyak istilah yang menggunakan kata formasi. misalkan dalam sepak bola ada formasi 4-4-2.
namun berbeda lagi di bidang geologi. dalam dunia geologi, terdapat istilah formasi batuan.
apakah itu? formasi batuan adalah suatu unit batuan yang tersusun secara lateral yang memiliki
suatu karakteristik tertentu sehingga bisa dibedakan dengan formasi yang lain.
biasanya suatu formasi terdapat dalam suatu cekungan pengendapan. di bawah cekungan tersebut
terdapat batuan dasar. batuan dasar tersebut bisa berupa batuan beku, metamorf, atau batuan
sedimen. suatu formasi, dasarnya bisa berupa batuan dasar atau formasi lainnya yang lebih tua.
bila suatu formasi basement-nya adalah batuan dasar, maka formasi tersebut adalah yang paling
tua di cekungan tersebut.
Dalam suatu formasi, belum tentu mengandung satu jenis satuan batuan. karena dalam suatu
formasi bisa berupa lebih dari satu satuan batuan. dalam satu formasi juga bisa lintas umur.
maksudnya bisa dalam rentang yang sangat panjang. bisa juga sangat pendek tergantung
bagaimana karakteristik yang menentukan formasi tersebut.
Tekstur pada batuan beku merupakan pencerminan mineralogi dan proses pembekuan magma
atau lava pada tempat pembentukannya. Tekstur fanerik adalah hasil pembekuan yang lambat,
sehingga dapat terbentuk kristal yang kasar. Umumnya terdapat pada batuan plitonik. Tekstur
afanitik atau berbutir halus, umumnya terdapat pada batuan ekstrusif, yang merupakan hasil
pembekuan yang bertahap, dari proses pendinginan yang lambat, dan sebelum keseluruhan
magma membeku, kemudian berubah menjadi cepat. Tekstur vesikuler merupakan ciri aliran
lava, dimana terjadi lolosnya gas pada saat lava masih mencair, menghasilkan rongga-rongga.
Tekstur gelas terjadi karena pendinginan yang sangat cepat tanpa disertai gas, sehingga larutan
mineral tidak sempat membentuk kristal (amorf). tekstur ini umumnya terdapat pada lava.
Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile dan merupakan senyawa oksida dalam
magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma , sehingga merupakan mayor
element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas
CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor element
seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
Dally 1933, Winkler berpendapat lain yaitu magma asli (primer) adalah bersifat basa yang
selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi magma yang bersifat lain.
Bunsen mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis magma primer, yaitu basaltis dan granitis dan
batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai
komposisi lain.
EVOLUSI MAGMA
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebegai berikut :
v Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang berlainan
jenisnya.
v Sinteksis :Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan samping.
v Anateksis : Proses pambentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang sangat
besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi magma.
Diferensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal yang
homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi yang bervariasi.
Fragsinasi ialah pemisahan kristal dari larutan magma,karena proses kristalisasi berjalan
tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu pendinginan tidak dapat mengikuti
perkembangan. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya
perubahan temperatur dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
Crystal Settling/Gravitational Settling adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari
kristal-kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian dasar waduk.
Disini mineral silikat berat akan terletak dibawah mineral silikat ringan.
Liquid Immisibility ialah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah
menjadi larutan yang masing-masing akan membeku membentuk bahan yang heterogen.
Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium yang
akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.
Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO2,
SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembung-gelembung
gas dan membawa serta komponen volatile Sodium (Na) dan Potasium(K).
Difussion ialah bercampurnya batuan dinding dengan magma didalam waduk magma
secara lateral
Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua)
lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan
menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara
kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan,
ditambah dengan penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul
oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar berikut):
Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan
magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma
yang bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma
seperti itu didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan
dengan pemisahan litosfir.
Massa Batuan
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan
secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran,
dan engineering judgement.
Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk:
• Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat massa batuan.
• Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan sifat dan
kualitas.
• Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa batuan.
• Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu tempat dengan
kondisi massa batuan di tempat lain.
• Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.
• Menyediakan dasar acuan untuk komuniukasi antara geologist dan engineer.
Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari
hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan. Banyak dari metode-metode
tersebut telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk penelitian
awal atau bahkan untuk desain akhir. Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini
adalah:
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)
2. Klasifikasi stand-up time
3. Rock Quality Designation (RQD)
4. Rock Structure Rating (RSR)
5. Rock Mass Rating (RMR)
6. Q-system
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat, akan tetapi metode ini
tidak memperhitung factor orientasi bidang diskontinu, material pengisi, dll, sehingga metode ini
kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
Konsep RSR ini selangkah lebih maju dibandingkan konsep-konsep yang ada sebelumnya. Pada
konsep RSR terdapat klasifikasi kuantitatif dibandingkan dengan Terzaghi yang hanya klasifikasi
kulitatif saja. Pada RSR ini juga terdapat cukup banyak parameter yang terlibat jika
dibandingkan dengan RQD yang hanya melibatkan kualitas inti terambil dari hasil pemboran
saja. Pada RSR ini juga terdapat klasifikasi yang mempunyai data masukan dan data keluaran
yang lengkap tidak seperti Lauffer yang hanya menyajikan data keluaran yang berupa stand-up
time dan span.
RSR merupakan penjumlahan rating dari parameter-parameter pembentuknya yang terdiri dari 2
katagori umum, yaitu:
• Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis bidang lemah, sesar, geseran,
dan lipatan, sifat material; pelapukan, dan alterasi.
• Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian, metode penggalian
RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga
baja tetapi tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt
dan beton.
Pada penggunaan sistim klasifikasi ini, massa batuan dibagi kedalam daerah struktural yang
memiliki kesamaan sifat berdasarkan 6 parameter di atas dan klasifikasi massa batuan untuk
setiap daerah tersebut dibuat terpisah. Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan
dengan kenampakan perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan
perubahan jenis batuan. RMR ini dapat digunakan untuk terowongan. lereng, dan pondasi.
6. Q-system
Q-system diperkenalkan oleh Barton et al pada tahun 1974. Nilai Q didefinisikan sebagai:
Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar
Jr adalah nilai kekasaran kekar
Ja adalah nilai alterasi kekar
Jw adalah faktor air tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan
• RQD/Jn merepresentasikan struktur massa batuan
• Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bidang kekar stsu material
pengisi
• Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja
• Berdasarkan nilai Q kemudian dapat ditentukan jenis penyanggaan yang dibutuhkan untuk
terowongan.