Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH:
KELOMPOK IV
JURUSAN KIMIA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
nikmat, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami kelompok 4 dapat
menyusun makalah yang berjudul “Analisis Kualitatif Kation Golongan IV”.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah kimia analitik karena telah
memberikan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan juga kepada
teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motifasi dan semangat kepada kami.
Dengan makalah ini kami harap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk membuat makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia analisa adalah ilmu yang mempelajari cara-cara penganalisaan zat kimia yang
terdapat di dalam suatu campuran atau larutan, yang akan di analisa jenis maupun kadarnya
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kimia analisa sangat erat kaitan nya dalam
kehidupan sehari-hari khususnya dalam bidang industry karena menganalisa adalah cara yang
baik untuk mengetahui komposisi dari suatu zat.
Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Dan analisa kualitatif
merupakan cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia unsur serta ion-ionnya dalam
larutan. Dalam metode analisa, analisis kualitatif dapat digunakan beberapa pereaksi
diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk
mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui unsur yang terdapat dalam kation golongan empat dan
indetifikasi kation golongan empat.
2. Untuk menjelaskan proses pemisahan dan identifikasi kation golongan empat?
BAB II
PEMBAHASAN
2. . Stronsium (Sr)
Strontsium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat. Strontium
lebur pada 771oC. Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.
Strontium merupakan logam lunak seperti timah dan, ketika baru dipotong,
memiliki kilau keperakan. Strontium dengan cepat bereaksi di udara untuk
berubah warna kekuningan; Oleh karena itu, Strontium harus dilindungi dari
oksigen untuk penyimpanan. Strontium tidak terjadi di alam bebas. Meskipun
secara luas bersenyawa dengan kalsium, hanya ada dua bijih utama strontium saja,
Celestine (SrSO4) dan strontianite (SrCO3). Secara umum, sifat kimia strontium
sangat mirip dengan kalsium. Dalam senyawanya strontium memiliki keadaan
oksidasi +2 eksklusif, sebagai ion Sr2 +. Logam adalah agen pereduksi aktif dan
mudah bereaksi dengan halogen, oksigen, dan sulfur untuk menghasilkan halida,
oksida, dan sulfida.
Strontium memiliki menggunakan mirip dengan kalsium dan barium, tetapi
jarang digunakan karena biaya tinggi. Penggunaan utama dari senyawa strontium
dalam kembang api, untuk merah cemerlang di kembang api dan flare peringatan
dan gemuk. Sedikit digunakan sebagai getter dalam tabung vakum untuk
menghapus jejak-jejak terakhir udara.
Kebanyakan strontium digunakan sebagai karbonat dalam gelas khusus untuk
layar televisi dan unit tampilan visual. Meskipun strontium-90 adalah isotop
radioaktif berbahaya, itu adalah berguna produk sampingan dari reaktor nuklir
dari yang menghabiskan bahan bakar diekstrak.Radiasi berenergi tinggi yang
dapat digunakan untuk menghasilkan arus listrik, dan untuk alasan ini dapat
digunakan dalam kendaraan ruang angkasa, stasiun cuaca terpencil dan
pelampung navigasi.
3. Kalsium (Ca)
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Yang melebur pada
845oC ia terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab, pada reaksi ini
terbentuk kalsium oksida dan kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air
dengan membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen.
Kalsium merupakan paduan yang digunakan dalam produksi aluminium,
berilium, tembaga, timah, timbal, dan magnesium.Kalsim juga lazim digunakan
sebagai campuran semen untuk tujuan konstruksi. Kalsium oksida, CaO,
diproduksi melalui dekomposisi termal mineral berkarbonasi dalam tungku
pemanas untuk menghasilkan gamping (kapur).
Kalsium oksida, Ca (OH)2, memiliki banyak aplikasi yang memerlukan ion
hidroksil.Kalsium silikat, CaSi, yang disiapkan dalam oven listrik dari kapur,
silika, dan reduktor berkarbonasi, berguna sebagai agen deoxidizing baja.Kalsium
karbida, CaC2, diproduksi ketika campuran kapur dan karbon dipanaskan hingga
3000 ºC dalam oven listrik dan merupakan asetilat yang menghasilkan asetilena
melalui proses hidrolisis.Asetilena adalah bahan dasar dari sejumlah besar bahan
kimia penting bagi industri kimia organik.
Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca2+, dalam larutan-larutan air.
Garam-garamnya biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tak
bewarna, kecuali bila anionnya berwarna. Kalsium klorida padat bersifat
higroskopis dan sering digunakan sebagai zat pengiring. Kalsium klorida dan
kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol atau dalam campuran 1+1 dari
etanol bebas-air dan dietil eter. kalsium adalah reaktif dan lunak untuk suatu
logam (namun dianggap lebih keras dari Timbal, ia dapat dipotong dengan pisau
dengan susah payah). Kalsium, unsur seperti perak yang harus diekstrak melalui
elektrolisis dari garam yang menyatu seperti kalsium klorida. Sekali diproduksi,
kalsium dengan mudah membentuk oksida putih-abu-abu dan nitrida yang
melapisi ketika terkena udara. Dalam bentuk curah, logam ini agak susah dibakar,
malah potongan magnesium lebih mudah menyala ketika dibakar, tetapi ketika
menyala, logam ini langsung terbakar di udara dengan intensitas cahaya merah-
jingga yang sangat brilian.
Logam kalsium bereaksi dengan air, yang melepaskan gas hidrogen dengan
laju yang cukup cepat, tetapi pada suhu kamar tidak cukup cepat menghasilkan
banyak panas. Namun, dalam bentuk serbuk, reaksi dengan air sangat cepat,
seperti menambah luas permukaan dari serbuk itu yang mempercepat reaksinya
dengan air.
Kelambanan reaksi kalsium – air akibat dari logam itu yang sebagian
terlindung oleh kalsium hidroksida putih yang tidak larut. Dalam larutan air asam,
dimana garam ini larut, kalsium bereaksi dengan cepat.
Kalsium, dengan densitas 1,55 gr/cm3, lebih ringan dari logam-logam alkali
tanah; magnesium (berat jenisnya 1,74) dan berillium (1,84) adal;ah lebih padat,
meskipun massa atomnya lebih ringan. Dari Stronsium ke depan, logam alkali
tanah menjadi lebih padat dengan bertambahnya berat atom. Kalsium mempunyai
dua alotrop.
Kalsium mempunyai daya tahan listrik lebih tinggi daripada tembaga atau
aluminium, sehubungan dengan densitasnya yang yang jauh lebih rendah. Unsur
ini merupakan konduktor yang rada lebih baik ketimbang yang mana pun. Namun,
penggunaannya dalam aplikasi terestrial biasanya dibatasi oleh reaktivitasnya
yang tinggi terhadap udar.
1. Barium
• Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau
hidroksida. Barium melebur pada 710oC. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu
ruang, membentuk Barium hidroksida dan hidrogen.
• Larutan amonium karbonat : endapan putih barium karbonat, yang larut dalam
asam asetat dan dalam asam mineral encer.
Ba2+ + CO32- → BaCO3 ¯
Endapan larut sedikit dalam larutan garam-garam amonia dari asam-asam kuat; ini
disebabkan karena ion amonium, sebagai suatu asam kuat, bereaksi dengan basa,
yaitu ion karbonat, CO32-, dengan mengakibatkan terbentuknya ion hidrogen
karbonat, HCO3-, maka konsentrasi ion karbonat dari larutan menjadi berkurang.
NH4+ + CO32- →NH3 ¬ + HCO3-
atau
NH4+ + BaCO3 ¯ →NH3 ¬ + HCO3- + Ba2+
Jika jumlah endapan barium karbonat sangat kecil, ia bisa larut dengan baik dalam
garam amonium yang berkonsentrasi tinggi.
• Asam sulfat encer : endapan putih barium sulfat BaSO4 hampir tak larut
dalam asam encer dan dalam larutan amonium sulfat, dan larut cukup baik dalam
asam sulfat pekat mendidih. Dengan mengendapkan dalam larutan yang mendidih,
atau lebih baik lagi dengan menambahkan pula amonium asetat, diperoleh bentuk
yang lebih mudah disaring:
Ba2++ SO42- à BaSO4 ¯
BaSO4 ¯ + H2SO4 (pekat) à Ba2+ + 2HSO4-
Jika barium sulfat dididihkan dengan larutan natrium karbonat pekat, terjadi
transformasi parsial menjadi barium karbonat yang kurang larut, menurut
persamaan :
BaSO4 ¯ + CO32- « BaCO3 ¯ + SO42-
Karena reaksi ini reversibel, transformasi ini tak sempurna. Jika campuran
disaring dan dicuci ( jadi menghilangjkan natrium sulfat) dan residu dididihkan
dengan sejumlah larutan natrium karbonat yang baru saja dibuat, lebih banyak lagi
barium sulfat akan berubah menjadi karbonat yang bersangkutan.
• Larutan kalsium sulfat jenuh : endapan segera dari barium sulfat putih.
Fenomena yang serupa terjadi jika dipakai reagensia strontium sulfat jenuh.
Penjelasan atas reaksi-reaksi ini adalah sebagai berikut : dari ketiga alkali tanah
sulfat, barium sulfatlah yang paling sedikit larut. Dalam larutan kalsium atau
strontium sulfat jenuh, konsentrasi ion sulfat cukup tinggi untuk menimbulkan
pengendapan dengan barium yang berjumlah agak banyak, karena hasil kali
konsentrasi-konsentrasi ion melampaui nilai hasil kali kelarutannya:
SO42- + Ba2+ « BaSO4 ¯
• Larutan kalium kromat : endapan kuning barium kromat, yang praktis tak larut
dalam air (3,2 mg/ liter, Ks = 1,6 x 10-10).
Ba2+ + CrO42- →BaCrO4 ¯
Endapan tak larut dalam asam asetat encer (perbedaan dari strontium dan kalsium)
tetapi dapat larut dengan mudah dalam asam mineral.
Penambahan asam pada larutan kalium kromat menyebabkan warna kuning dari
larutan berubah menjadi jingga-kemerahan, disebabkan terbentuknya dikromat:
2CrO42- + 2H+ « Cr2O72- + H2O
Dengan penambahan basa (misalnya ion-ion OH-) kepada larutan dikromat, reaksi
atom berlangsung dari kanan ke kiri karena ion hidrogen hilang diikat oleh ion
OH , maka kromat akan terbentuk.
• Etanol bebas air dan eter : campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini melarutkan
barium nitrat anhidrat atau barium klorida (perbedaan dari strontium dan kalsium).
Garam-garam ini harus dipanaskan 180oC sebelum pengujian, untuk
menghilangkan semua air kristal. Uji ini bisa dipakai untuk memisahkan barium
dari strontium dan atau kalsium.
2. Stronsium
• Larutan amonia : tak ada endapan.
• Larutan amonium karbonat: endapan putih strontium karbonat :
Sr2+ + CO32- →SrCO3 ¯
Strontium karbonat agak kurang larut dibanding barium karbonat; lain daripada
ini; ciri-ciri khasnya (kelarutan yang sedikit dalam garam-garam amonium terurai
oleh asam), adalah serupa dengan ciri-ciri khas barium karbonat.
Kelarutan endapan tak dapat diabaikan (0,097 gr/L, Ks = 2,8 x 10-7). Endapan tak
larut dalam larutan amonium sulfat bahkan dengan mendidihkan sekalipun
(perbedaan dari kalsium), dan larut sedikit dalam asam klorida mendididh. Ia
hampir sempurna diubah menjadi karbonat yang bersangkutan, dengan
mendidihkan larutan karbonat pekat:
SrSO4 + CO32- « SrCO3 ¯ + SO42-
Strontium karbonat kurang larut dibanding strontium sulfat (kelarutan 5,9 mg
SrCO3 L-1; Ks = 1,6 x 10-9 pada suhu ruang)
Setelah menyaring larutan, endapan dapat dilarutkan dalam asam klorida, jadi ion-
ion strontium dapat dipindahkan ke dalam larutan itu.
• Etanol bebas air dan ete : campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini, tidak
melarutkan strontium nitrat anhidrat, tetapi melarutkan strontium klorida anhidrat.
3. Kalsium
Reaksi-reaksi :
1. Larutan amonia: tak ada endapan, karena kalsium hidroksida larut cukup
banyak. Dengan zat pengendap yang telah lama dibuat, mungkin timbul
kekeruhan karena terbentuknya kalsium karbonat.
Dengan mendidihkan, endapan menjadi berbentuk kristal. Endapan larut dalam air
yang mengandung asam karbonat berlebihan (misalnya, air soda yang baru
dibuat), karena pembentukan kalsium hidrogen karbonat yang larut :
CaCO3↓ + H2O + CO2 ↔ Ca2+ + 2HCO-3
Dengan mendidihkan, endapan muncul lagi karena karbondioksida keluar selama
proses itu sehingga reaksi berlangsung kearah kiri. Ion-ion barium dan sromtium
bereaksi serupa. Endapan larut dalam asam, bahkan dalam asam asetat :
CaCO3 ↓ + 2H+ → Ca2+ + H2O + CO2↑
CaCO3↓ + 2CH3COOH à Ca2++ H2O + CO2↑+ 2CH3COO-
Kalsium karbonat larut sedikit dalam larutan garam-gaaram amonium dari asam
kuat.
CaSO4 larut cukup berarti dalam air (0,61 gram Ca2+, 2,06 gram CaSO4 atau 2,61
gram CaSO4.2H2O l-1, Ks = 2,3 x 10-6) yaitu larut lebih banyak dari pada barium
Skema Pemisahan dengan Metode sulfat
1) Endapan dari BaCO3, SrCO3, dan CaCO3 dicuci dengan sedikit air panas dan buang air cucian.
2) Kemudian tambahkan 1 mL larutan K2CrO4 tetes demi tetes kedalam larutan yang hampir
mendidih, maka terjadi reaksi:
Untuk memisahkan endapan BaCrO4↓ dari larutan SrCrO4 dan CaCrO4 menggunakan kertas saring.
Diperoleh hasil sebai berikut:
Panaskan sisa larutan sampai hampir mendidih dan tambahkan larutan K2CrO4 sedikit berlebih
(sampai pengendapan sempurna dan terjadi perubahan warna kuning).
Kemudian disaring endapan tersebut (jangan dibuang sisa larutannya) lalu cuci endapan tersebut
dengan sedikit air panas.
Gabungkan sisa larutan dengan air cucian (jika tidak ada endapan, maka tidak ada Ba di dalam
endapan yang sudah disaring).
v Untuk memisahkan filtrat perlu diendapkan kembali dengan penambahan amonium karbonat.
a. Filtrat yang panas dan air cucian jadikan basa dengan larutan NH3 dan tambahkan larutan
(NH4)2CO3 sedikit berlebih atau lebih baik ditambahkan pula sedikit Na2CO3 padat.
b. Letakkan larutan tersebut kedalam tabung uji di atas penangas air mendidih selama 5 menit. Jika
terbentuk endapan putih menunjukkan adanya SrCO3 atau CaCO3.
c. Cuci endapan dengan air panas dan larutkan kedalam 4 mL asam asetat panas 2M. (Didihkan
untuk menghilangkan CO2 berlebih).
1) Memasukkan 2 mL larutan yang mengandung Sr2+ dang Ca2+ dingin kedalam gelas kimia
berukuran 5 mL, tambahkan dengan 2 mL larutan (NH4)2SO4 jenuh.
3) Panaskan dalam gelas kimia berisi air mendidih selama 5 menit dan diamkan selama 1-2 menit.
Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
5) Untuk memastikan residu yang didapatkan adalah Sr2+ dan filtrat yang didapatkan adalah Ca2+
maka dapat dilakukan uji konfirmasi.
2. Skema Pemisahan dengan metode nitrat
1) Endapan dari BaCO3, SrCO3, dan CaCO3 dicuci dengan sedikit air panas dan buang air cucian.
2) Kemudian tambahkan 1 mL larutan K2CrO4 tetes demi tetes kedalam larutan yang hampir
mendidih, maka terjadi reaksi:
Untuk memisahkan endapan BaCrO4↓ dari larutan SrCrO4 dan CaCrO4 menggunakan kertas saring.
Diperoleh hasil sebai berikut:
a. Panaskan sisa larutan sampai hampir mendidih dan tambahkan larutan K2CrO4 sedikit berlebih
(sampai pengendapan sempurna dan terjadi perubahan warna kuning).
b. Kemudian disaring endapan tersebut (jangan dibuang sisa larutannya) lalu cuci endapan tersebut
dengan sedikit air panas.
c. Gabungkan sisa larutan dengan air cucian (jika tidak ada endapan, maka tidak ada Ba di dalam
endapan yang sudah disaring).
1) Saring dan cuci karbonat yang diendapkan dengan air panas sampai air cucian menjadi tak
berwarna lalu buang air cucian.
2) Pindahkan endapan ke dalam gelas kimia, tambahkan dengan hati-hati 15-20 mL HNO3 83%,
aduk selama 3 sampai 4 menit dengan batang kaca, maka karbonat diubah menjadi nitrat-nitrat.
Untuk memisahkan endapan Sr(NO3)2↓ dari larutan Ca(NO3)2 menggunakan kertas saring.
Diperoleh hasil sebai berikut:
3) Untuk memastikan residu yang didapatkan adalah Sr2+ dan filtrat yang didapatkan adalah Ca2+
maka dapat dilakukan uji konfirmasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kation golongan IV tidak dapat bereaksi dengan reagensia golongan I,II,III. Kation-kation ini
membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation ini adalah Barium, Stronsium, dan Kalsium.
Dalam analisis golongan kation golongan IV ini beberapa sistem klasifikasi golongan
meniadakan pemakaian amonium klorida disamping amonium karbonat sebagai reagensia
golongan, dalam hal ini Magnesium harus juga dimasukan kedalam golongan ini. Tetapi
dalam pengerjaan analisis yang sistematis, amonium klorida akan terdapat banyak sekali
ketika kation-kation golongan IV hendak diendapkan adalah lebih logis untuk tidak
memasukan Magnesium kedalam golongan IV.Endapan-endapan yang dihasilkan berupa
endapan berwarna putih yang terbentuk dengan reagensia golongan yaitu antara lain Barium
karbonat (BaCO3), Stronsium karbonat (SrCO3), dan Kalsium karbonat (CaCO3).
DAFTAR PUSTAKA