Você está na página 1de 9

PEMBUSUKAN DAUN-DAUNAN DENGAN BANTUAN CACING TANAH

(Lumbricus sp.) ATAU VERMICOMPOSTING SEBAGAI PUPUK ORGANIK

OLEH

RAI JUNI ARTINI_1513041028_VB

ABSTRAK
Sampah merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan dapat diakibatkan oleh sampah anorganik maupun sampah organik.
Salah satu dampak nyata dari pencemaran yang disebabkan oleh sampah adalah bau yang
tidak sedap. Bau ini disebabkan oleh sampah dari bahan organik, salah satu alternatif
pengelolaan sampah dari bahan organik yaitu vermicomposting. Cacing tanah (Lumbricus sp.)
memiliki kemampuan untuk membusukkan sampah organik, hal tersebut dikarenakan sistem
pencernaan pada cacing tanah sudah lengkap serta dibantu oleh getah pencernaan yang
dimiliki oleh cacing tanah. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah (1) Mengetahui
karakteristik cacing tanah (Lumbricus sp.), (2) Mengetahui sistem pencernaan pada cacing
tanah (Lumbricus sp.), dan (3) Mengetahui pengolahan sampah organik dengan bantuan
cacing tanah (Lumbricus sp.) atau vermicomposting. Materi atau subjek dari penelitian ini
adalah cacing tanah. Penulisan artikel menggunakan metodde eksplorasi kepustakaan yang
diperoleh dari beberapa sumber seperti buku, jurnal, internet, maupun artikel lain yang terkait
dengan materi dan sudah dipublikasikan. Dari penulisan artikel dapat ditarik simpulan yaitu :
(1) Tiap jenis cacing tanah mempunyai karateristik yang berbeda-beda, bahan organik tanah
cukup dan Lumbricus sp. bersifat “Litter feeder” (pemakan serasah) untuk mengolah
(mendekomposisi) sampah. (2) Cacing tanah memiliki getah pencernaan yang dikeluarkan
secara ekstrasel. Dapat mencerna senyawa organik menjadi molekul sederhana dan dapat
diserap oleh tubuhnya, kemudian sisa pencernaan akan dikeluarkan melalui anus. Secara
fisiologis bagian depan kerongkongan cacing tanah agak membesar disebut faring yang
berfungsi mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lender. Di sekeliling
kerongkongan terdapat tiga pasang kelenjar yg menghasilkan zat kapur untuk menetralkan
sifat asam makanannya. (3) Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil
perombakan bahan bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan
campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya
cacing tanah.

Kata Kunci : Sampah Organik, Cacing Tanah (Lumbricus sp.), Pencernaan, Vermikompos.

ABSTRACT
Waste is one of the causes of environmental pollution. Environmental pollution can be
caused by inorganic waste and organic waste. One of the real effects of pollution caused by
garbage is the unpleasant smell. This odor is caused by waste from organic materials, one of
the alternative waste management from organic materials is vermicomposting. Earthworm
(Lumbricus sp.) Has the ability to decompose organic waste, it is because the digestive system
in the earthworm is complete and assisted by the digestive juice owned by earthworms. The
purpose of writing this article is (1) Knowing the characteristics of earthworm (Lumbricus
sp.), (2) Knowing the digestive system in earthworm (Lumbricus sp.), And (3) Knowing the
processing of organic waste with the help of earthworm (Lumbricus sp. ) or vermicomposting.

1
The material or subject of this research is the earthworm. Writing articles using a library
exploration methodology, obtained from several sources such as books, journals, internet, or
other articles related to the material and have been published. From the writing of the article
can be drawn conclusions are: (1) Each type of earthworms has different characteristics, soil
organic matter enough and Lumbricus sp. is a "Litter feeder" (waste, litter) to process
(decompose) waste. (2) Earthworms have extracellular extracted digestive sap. Can digest
organic compounds into simple molecules and can be absorbed by the body, then the rest of
the digestion will be excreted through the anus. Physiologically, the front of the esophagus of
a slightly enlarged earthworm is called a pharynx that serves to suck food from the mouth and
moisten it with the lender. Around the esophagus are three pairs of lime-producing glands to
neutralize the acidic properties of the food. (3) Vermicompost is a compost produced from the
result of an organic food supplement made by earthworms.Vemicompost is a mixture of
earthworm worm (casting) with the rest of the media or feed in the cultivation of earthworms.
Keywords: Organic Waste, Earthworm (Lumbricus sp.), Digestion, Vermicompost.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan dapat diakibatkan oleh sampah anorganik maupun sampah
organik. Salah satu dampak nyata dari pencemaran yang disebabkan oleh sampah
adalah bau yang tidak sedap. Bau ini disebabkan oleh sampah dari bahan organik,
karena sampah organik pada rentang waktu dan kondisi tertentu dapat mengalami
proses pembusukan. Proses pembusukan pada sampah dapat dibantu oleh
mikroorganisme maupun cacing tanah sehingga sampah organik dapat hancur dan
digunakan sebagai penyubur tanaman. (Pratiwi : 2013)
Salah satu alternatif pengelolaan sampah dari bahan organik yaitu
vermicomposting. Vermicomposting adalah proses pengomposan yang selain
mikroorganisme juga menggunakan cacing tanah dalam menguraikan bahan organik.
Menurut Gaddie dan Douglas (1975), metode ini tidak hanya berperan sebagai
pengolah limbah otomatis dan membantu mengurangi permasalahan lingkungan dari
proses pembakaran ataupun bentuk pengolahan lainnya, akan tetapi juga
menghasilkan pupuk yang baik yaitu kascing (vermicompost). Pada prinsipnya
metode vermicomposting hanyalah salah satu alternatif pengelolaan limbah padat
berupa sampah organik yang dapat dilakukan. Akan tetapi, metode ini dipilih karena
tidak jauh berbeda dengan mekanisme alamiah, yang merupakan tantangan bagi
suatu teknologi pengelolaan limbah padat (Tchobanoglous et al., 1993). Dinyatakan
tidak jauh berbeda dengan mekanisme alamiah dikarenakan metode ini menggunakan

2
cacing tanah, yang menurut Darwin sejak dulu mempunyai peranan penting
terhadap alam yaitu membentuk tanah-tanah pertanian secara alamiah.
Cacing tanah (Lumbricus sp.) memiliki kemampuan untuk membusukkan
sampah organik, hal tersebut dikarenakan sistem pencernaan pada cacing tanah sudah
lengkap serta dibantu oleh getah pencernaan yang dimiliki oleh cacing tanah.
Kelebihan yang dimiliki oleh cacing tanah tersebut kurang diketahui oleh masyarakat
karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang keuntungan yang diberikan.
Terlepas dari hal tersebut, penelitian mengenai pembusukan daun-daunan atau
sampah organik dengan bantuan cacing tanah atau vermicomposting sebagi pupuk
organik perlu dipublikasikan. (Sucipta : 2015)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari artikel ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah karakteristik cacing tanah (Lumbricus sp.)?
1.2.2 Bagaimanakah sistem pencernaan pada cacing tanah (Lumbricus sp.)?
1.2.3 Bagaimanakah pengolahan sampah organik dengan bantuan cacing tanah
(Lumbricus sp.) atau vermicomposting?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui karakteristik cacing tanah (Lumbricus sp.).
1.3.2 Mengetahui sistem pencernaan pada cacing tanah (Lumbricus sp.).
1.3.3 Mengetahui pengolahan sampah organik dengan bantuan cacing tanah
(Lumbricus sp.) atau vermicomposting.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan artikel ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Dapat mengetahui karakteristik cacing tanah (Lumbricus sp.).
1.4.2 Dapat mengetahui sistem pencernaan pada cacing tanah (Lumbricus sp.).
1.4.3 Dapat mengetahui pengolahan sampah organik dengan bantuan cacing tanah
(Lumbricus sp.) atau vermicomposting.

3
2. MATERI DAN METODE
Materi dari penulisan artikel ini ialah subjek yang dibahas yaitu cacing tanah
(Lumbricus sp.), khususnya pada sistem pencernaannya sehingga dapat membantu proses
pembusukan sampah organik. Artikel ini tidak menggunakan penelitian secara langsung,
namun menggunakan ekslporasi kepustakaan dari buku, jurnal, internet, maupun artikel
lain yang terkait dengan materi dan sudah dipublikasikan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Karakteristik Cacing Tanah (Lumbricus sp.)

Cacing tanah merupakan hewan dengan filum Annelida. Habitat hewan ini ada
di dalam tanah. Cacing tanah merupakan organinsme tanah yang melakukan fungsi
ekologis dan dalam ekosistem tanah. Cacing sangat berperan dalam kehidupan
manusia, terutama untuk menyuburkan tanah. Cacing tanah adalah hewan dari Filum
Annelida, Kelas Oligochaeta, Famili Lumbricidae, Genus Lumbricus, Spesies
Lumbricus sp. (Sucipta : 2015)
Cacing tanah (Lumbricus sp.) adalah hewan kecil panjang, sempit, berbentuk
silinder, simetrik bilateral, bersegmen, dan tidak memiliki kerangka (tulang).
Biasanya masa hidup cacing tanah berkisar antara 3 hingga 7 tahun, bergantung
kepada spesies dan situasi ekologinya. Cacing tanah memiliki berjuta pemfiksasi
nitrogen dan mikroba dekomposer di dalam saluran pencernaannya. (Sucipta : 2015)
Cacing tanah (Lumbricus sp.) memiliki kemoreseptor yang membantunya
mendapatkan makanan. Cacing tanah (Lumbricus sp.) hidup di berbagai habitat,
khususnya di habitat yang gelap dan lembab. Cacing tanah dapat bertoleransi pada
kisaran temperatur 5°C hingga 29°C. Temperatur optimal untuk cacing tanah
melangsungkan hidupnya adalah pada 20°C hingga 25°C dan kelembaban 60-75%.
Cacing tanah (Lumbricus sp.) bereproduksi dengan sangat cepat. Beberapa penelitian
mengindikasikan bahwa cacing tanah menggandakan jumlahnya setiap 60-70 hari.
(Sucipta : 2015)
Pada kondisi lingkungan yang optimum, cacing tanah dapat melipat gandakan
jumlahnya menjadi 28 atau 256 ekor cacing setiap 6 bulan dari satu individu cacing.
Setiap 256 ekor cacing yang dihasilkan tersebut melipat gandakan kembali
jumlahnya pada proporsi yang serupa sehingga menghasilkan biomassa cacing yang
sangat besar dalam jangka waktu yang pendek. Total siklus hidup cacing tanah
lumbricus rubellus berkisar selama 220 hari. Mereka memproduksi 300-400

4
keturunan dalam satu siklus hidupnya. Cacing tanah melanjutkan perkembangbiakan
selama hidupnya. (Sucipta : 2015)
Tiap jenis cacing tanah mempunyai karateristik yang berbeda-beda, bahan
organik tanah cukup dan Lumbricus sp. bersifat “Litter feeder” (pemakan serasah)
berasal dari Eropa, sekarang merupakan paling banyak dibudidayakan di Indonesia
untuk mengolah (mendekomposisi) sampah (Listyawan et al., 1998). Lumbricus sp.
adalah cacing anesis, artinya ketika berada dalam lubang dia akan naik ke permukaan
untuk makan, ini berbeda dengan kebiasaan sebagian besar cacing yakni menggali
tanah untuk makan. Sebuah kebiasaan yang tidak wajar dari spesies ini adalah
menarik daun ke mulut lubang yang sebagian membusuk sebelum dimakan.
Sementara mereka umumnya memakan bahan tanaman, telah diamati bahwa mereka
memakan serangga mati dan kotoran. (Sucipta : 2015)

3.2 Sistem Pencernaan Pada Cacing Tanah (Lumbricus sp.)


Cacing tanah merupakan organisme perombak yang mampu mengubah sampah
dan butiran tanah menjadikan tanah subur. Organ pencernaan pada cacing tanah
terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, tembolok, empedal, usus, dan anus.
Makanan dan butiran tanah masuk ke mulut menuju faring. Makanan dan faring
melalui kerongkongan akan dibasahi lendir kemudian masuk ke tembolok sebagai
penyimapanan sementara. Tembolok makanan masuk empedal dan terjadi
pencernaan secara mekanik. Selanjutnya masuk ke usus untuk diserap sari-sari
makanannya akhirnya sisa makanan dikeluarkan melalui anus. (Sucipta : 2015)
Cacing tanah memiliki getah pencernaan yang dikeluarkan secara ekstrasel.
Makanannya adalah daun-daunan atau sampah organik yg sudah lapuk, cacing tanah
dapat mencerna senyawa organik menjadi molekul sederhana dan dapat diserap oleh
tubuhnya, kemudian sisa pencernaan akan dikeluarkan melalui anus. Secara
fisiologis bagian depan kerongkongan cacing tanah agak membesar disebut faring
yang berfungsi mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lender. Di
sekeliling kerongkongan terdapat tiga pasang kelenjar yg menghasilkan zat kapur
untuk menetralkan sifat asam makanannya. Pencernaan pada cacing tanah sudah
lengkap: mulai dari mulut  kerongkongan  lambung  usus  anus.
(Kusumawati : 2011).

5
3.3 Pengolahan Sampah Organik Dengan Bantuan Cacing Tanah (Lumbricus sp.)
Atau Vermicomposting

Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan


bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan campuran
kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing
tanah. Oleh karna itu vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah
lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain
yang kita kenal selama ini. (Prayitno : 2013)

A. Keunggulan Vermikompos
• Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman
seperti N, p, K, Ca, Mg, S. Fe, Mn, AI. Na, Cu. Zn, Bo dan Mo tergantung pada
bahan yang digunakan.
• Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya
nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan
menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat
meningkatkan kesuburan tanah, vermikompos juga dapat membantu proses
penghancuran limbah organic.
• Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu
menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan
pH tanah.
• Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini
karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu
menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.
• Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing tanah
berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan
bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut
terdapat di dalam vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk
dibawa ke seluruh bagian tanaman.
• Vermikompos banyak mengandung humus yang berguna untuk meningkatkan
kesuburan tanah. Humus merupakan suatu campuran yang kompleks, terdiri atas
bahan-bahan yang berwarna gelap yang tidak larut dengan air (asam humik,
asam fulfik dan humin) dan zat organik yang larut (asam-asam dan gula).
Kesuburan tanah ditemukan oleh kadar humus pada lapisan olah tanah. Makin

6
tinggi kadar humus (humic acid) makin subur tanah tersebut. Kesuburan seperti
ini dapat diwujudkan dengan menggunakan pupuk organik berupa vermikompos,
karena vermikompos mengandung humor sebesar 13,88%.
• Vermikompos mengandung hormon tumbuh tanaman. Hormon tersebut tidak
hanya memacu perakaran pada cangkokan. tetapi juga memacu pertumbuhan
akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting-ranting baru pada
batang dan cabang pohon, serta memacu pertumbuhan daun.
• Vermikompos mengandung banyak mikroba tanah yang berguna, seperti
aktinomisetes 2,8 x 106 sel/gr BK, bakteri 1,8 x 10 8 sel/gr BK dan fungi 2,6 x
105 sel/gr BK. Dengan adanya mlkroorganisme tersebut berarti vermikompos
mengandung senyawa yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan
tanah atau untuk pertumbuhan tanaman antara lain bakteri Azotobacter sp. yang
merupakan bakteri penambat N2 non simbiotik yang akan membantu
memperkaya N di dalam vermikompos. Di samping itu Azotobacter sp. juga
mengandung vitamin dan asam pantotenat. Kandungan N vermikompos berasal
dari perombakan bahan organik yang kaya N dan ekskresi mikroba yang
bercampur dengan tanah dalam sistem pencernaan cacing tanah. Peningkatan
kandungan N dalam bentuk vermikompos selain disebabkan adanya proses
mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin
yang dihasilkan dan ekskresi mukus dari tubuhnya yang kaya N.
• Vermikompos mempunyai struktur remah, sehingga dapat mempertahankan
kestabilan dan aerasi tanah. Vermikompos mengandung enzim protease,amilase,
lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik.
Vermikompos juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran permukaan.
Pada saat tanah masuk ke dalam saluran pencernaan cacing. maka cacing akan
mensekresikan suatu senyawa yaitu Ca-humat. Dengan adanya senyawa tersebut
partikel-partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan (agregat) yang akan
dieksresikan dalam bentuk casting. Agregatagregat itulah yang mempunyai
kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah. (Kusumawati ; 2011)

B. Cara Pembuatan Vermikompos


Bahan untuk pembuatan vermikompos berasal dari bahan organik
seperti jerami padi kotoran ternak (sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, kuda
dan isi rumen), sampah pasar dan limbah rumah tangga. Sebelum digunakan
sebagai media atau pakan cacing tanah bahan organik tersebut di fermentasi
7
terlebih dahulu selama tiga minggu. Setelah bahan media di fermentasi dan
kondisinya telah sesuai dengan persyaratan hidup bagi cacing tanah maka
cacing tanah dapat mulai dibudidayakan. Jenis cacing tanah yang dapat
digunakan adalah Lumbricus sp. Budidaya dilakukan selama 40 hari, setelah
itu dapat dilakukan panen cacing tanah, vermikompos dan kokon (telur).
(Rohim : 2012)

4 PENUTUP
4.1 Simpulan
4.1.1 Tiap jenis cacing tanah mempunyai karateristik yang berbeda-beda, bahan
organik tanah cukup dan Lumbricus sp. bersifat “Litter feeder” (pemakan
serasah) berasal dari Eropa, sekarang merupakan paling banyak
dibudidayakan di Indonesia untuk mengolah (mendekomposisi) sampah.
4.1.2 Cacing tanah memiliki getah pencernaan yang dikeluarkan secara
ekstrasel. Dapat mencerna senyawa organik menjadi molekul sederhana
dan dapat diserap oleh tubuhnya, kemudian sisa pencernaan akan
dikeluarkan melalui anus. Secara fisiologis bagian depan kerongkongan
cacing tanah agak membesar disebut faring yang berfungsi mengisap
makanan dari mulut dan membasahinya dengan lender. Di sekeliling
kerongkongan terdapat tiga pasang kelenjar yg menghasilkan zat kapur
untuk menetralkan sifat asam makanannya..
4.1.3 Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan
bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan
campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan
dalam budidaya cacing tanah.

4.2 Saran
Saran bagi pembaca agar lebih memperbanyak wawasan dengan membaca
referensi-referensi lain tentang pencernaan pada cacing tanah dan vermikompos
yang sangat bermanfaat dalam penyuburan tanah dan sebagai pupuk organik yang
berkualitas.

8
DAFTAR RUJUKAN
Anwar. 2009. Efektivitas Cacing Tanah Pheretima hupiensis, Edrellus sp. dan Lumbricus sp.
dalam Proses Dekomposisi Bahan Organik. Jurnal Tanah Tropika. Vol.14, No. 2,
2009 : 149-158.
Gaddie, E.R & Douglas, D.E. 1975. Earthworms for Ecology and Profit. Book Worm
Publishing Company. California.
Kusumawati Nita. 2011. Evaluasi Perubahan Temperatur, Ph Dan Kelembaban Media Pada
Pembuatan Vermikompos Dari Campuran Jerami Padi Dan Kotoran Sapi
Menggunakan Lumbricus Rubellus. Jurnal Inovasi dan Aplikasi Teknologi. Vol. 15,
No. 1, 20011.
Listyawan B., Aprianto, D.A. Siddik, Z. Badruzzaman, dan Sudrajat. 1998. Teknologi VAP
BL. Bandung: PT Vermi Alam Prima Lestari.
Pratiwi, I. W. Dana Atmaja, N. N Soniari. 2013. Analisis Kualitas Kompos Limbah
Persawahan dengan Mol Sebagai Dekomposer. Jurnal of Tropical Agroecotechnology.
Vol. 2, No.4, 2013.
Prayitno. 2013. Pembuatan Vermikompos Menggunakan Limbah Fleshing Di Industri
Penyamakan Kulit. JurnalMajalah Kulit, Karet, Dan Plastik. Vol. 29, No. 2, 2013.
Rohim Madjid. A. Napoleon. M. S. Imanuddin. 2012. Pengaruh Vermikompos terhadap
Perubahan Kemasaman (pH) dan P-tersedia Tanah. Artikel Eprints UNSRI.
Sucipta Pratiwi, N.L. Kartini, N.N Soniairi. 2015. Pengaruh Populasi Cacing Tanah dan
Jenis Media Terhadap Kualitas Pupuk Organik. Jurnal of Tropical
Agroecotechnology. Vol. 4, No.3, 2015.
Tchobanoglous, G. 1993. Integrated Solid Waste Management. Mc Graw-Hill, Inc.

Você também pode gostar