Você está na página 1de 37

ANGGARAN DASAR

BARISAN PELITA NUSANTARA

Polemik terkait perbedaan pandangan yang terjadi akhir-akhir ini masuk pada titik yang
mengkhawatirkan dimana berpotensi menciptakan disintegrasi bangsa. Perbedaan dari dua kubu
baik itu yang pro terhadap pemerintah serta mereka yang memilih menjadi oposisi membuat
masing-masing pihak berada dalam posisi yang berhadap-hadapan.
Kebuntuan komunikasi antara sesama anak bangsa terkoyak oleh dua pandangan yang saling
bertolak belakang sehingga menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Sementara hal yang lebih
penting terkait perkembangan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat menjadi
terlewatkan.
Tidak adanya pihak yang mencoba menjembatani perbedaan tersebut menjadi penyebab bangsa
ini kehilangan momentum terbaik untuk melakukan lompatan besar sebagai sebuah negara
bangsa.
Dimana ciri negara bangsa adalah negara yang terdiri dari berbagai macam perbedaan baik itu
suku Ras, Agama, kelompok namun memiliki sinergitas dalam persatuan sebagai suatu bangsa.
Apresiasi serta kritisi yang berlebihan membuat permasalahan urgen yang seharusnya segera
ditangani menjadi bias dimana energi para elit politik negeri dihabiskan untuk komunikasi yang
kontraproduktif dalam semangat kebersamaan membangun bangsa.
Diperlukan media netral dan acceptable yang menjembatani dua perbedaan masyarakat di level
akar rumput lewat gerakan menyuarakan aspirasi masyarakat yang terpinggirkan karena
kegaduhan tersebut.
Keprihatinan itulah yang mendorong lahirnya Barisan Pelita Nusantara dimana dalam
implementasinya akan bermitra dengan lembaga-lembaga mulai dari lembaga desa hingga
lembaga pemerintah, oposisi serta lembaga lain yang memiliki semangat yang sama dalam
pembangunan bangsa baik itu dalam sektor ekonomi, pangan, hukum, sosial, teknologi serta
politik.
Kerjasama kemitraan ini akan meliputi inventarisasi informasi terkait permasalahan yang terjadi di
masyarakat dan apresiasi sekaligus memvisualisasikannya dalam bentuk feature atau dokumenter
untuk memberikan gambaran yang nyata terhadap stakeholder pemegang kebijakan baik itu yang
berada di level eksekutif maupun legislatif.
Memberikan bantuan hukum bagi masyarakat yang hak-haknya belum terakomodir oleh pihak
penguasa maupun oposisi politik sehingga tercipta kedaulatan terhadap masyarakat sebagai
pemilik negeri.
Barisan Pelita Nusantara mendorong kebijakan pro rakyat mulai dari peraturan desa hingga level
legislasi tingkat Nasional ataupu dalam ranah mahkamah konstitusi demi melindungi hak-hak
rakyat semesta.

Berdasarkan pertimbangan tersebut dan dilandasi visi untuk mewujudkan organisasi yang
berkontribusi terhadap pembangunan bangsa lewat gerakan rakyat dari level akar rumput secara
Nasional.
Barisan Pelita Nusantara yang disingkat BATARA dibentuk pada tanggal 1 April 2018 di Jakarta.
Maka dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, ditetapkanlah Anggaran Barisan Pelita Nusantara
sebagai berikut :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian

1. Barisan Pelita Nusantara yang disingkat sebagai BATARA adalah organisasi sosial yang
bergerak menjembatani perbedaan pandangan yang ada di masyarakat sekaligus
menyuarakan aspirasi masyarakat yang tersekat birokrasi partisan ataupun kepentingan
kelompok atau golongan.

2. Menyuarakan aspirasi masyarakat lewat penggalangan informasi serta data yang valid terkait
problematikan yang ada di masyarakat sekaligus menjadi wadah mereka yang ingin
mengapresiasi kerja pemerintah sehingga BATARA dapat diterima semua pihak sebagai
gerakan murni masyarakat yang terpecah karena perbedaan pandangan politis.

3. Organisasi ini adalah Barisan Pelita Nusantara, disingkat BATARA

4. Barisan Pelita Nusantara adalah perkumpulan / himpunan masyarakat yang bekerjasama


antara masyarakat dan beberapa pihak terkait yang mempunyai tujuan yang sama.

5. Musyawarah adalah forum tertinggi pada masing-masing tingkatan organisasi.

6. Rapat adalah forum organisasi yang dilaksanakan secara berkala pada masing-masing
tingkatan organisasi.

7. BATARA Kecamatan adalah organisasi yng mempunyai daerah kerja di tingkat Kecamatan.

8. BATARA Kabupaten/Kota adalah organisasi yang mempunyai daerah kerja di tingkat


Kabupaten/Kota.

9. BATARA Provinsi adalah organisasi yang mempunyai daerah kerja di tingkat Provinsi dan
daerah-daerah lainnya yang kedudukannya disamakan dengan Provinsi.

10. BATARA Pusat adalah induk organisasi yang mempunyai daerah kerja meliputi seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

11. Sektor yang menjadi ruang kerja BATARA antara lain menjembatani perbedaan pandangan
yang mengancam disintegrasi bangsa, mendorong kebijakan yang pro rakyat, menjembatani
aspirasi rakyat, mendokumentasikan dan memvisualkannya, advokasi hukum masyarakat
serta mendorong kebijakan yang membumi.

12. BIDANG adalah bagian tugas Dewan Pimpinan BATARA tingkat Pusat untuk Nasional

13. BIROadalah bagian tugas Dewan Pimpinan BATARA tingkat Wilayah untuk Provinsi.

14. DIVISI adalah bagian tugas Dewan Pimpinan BATARA tingkat Daerah untuk Kabupaten/Kota.
15. Kecamatan dan kelurahan yang secara khusus menangani masalah pada bagian yang
strategis dalam daerah kerja masing-masing.

16. Badan Kelengkapan Organisasi adalah dibentuk berdasarkan AD/ART BATARA dan atau
keputusan organisasi di setiap tingkatan dengan sebutan Tim, Badan dan atau lembaga atau
nama apapun yang serupa adalah organisasi internal BATARA dengan tujuan fungsi dan tugas
tertentu dalam rangka pengembangan aktifitas BATARA dan meningkatkan kompetensi baik di
tingkat Internasional, Nasional, Provinsi atau Kabupaten / Kota, Kecamatandan Kelurahan
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi.

17. Kepengurusan adalah perangkat organisasi yang dibentuk berdasarkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga pada setiap tingkatan yang terdiri dari Dewan Pertimbangan dan
Dewan Pimpinan.

18. BATARA diperkenankan untuk bekerjasama dengan pihak lain guna mencapai visi dan misi
yaitu membangun masyarakat yang berkeadilan.

BAB II
NAMA, BENTUK, SIFAT, WAKTU, DAERAH KERJA, SERTA TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 2
Nama

Perkumpulan ini bernama “Barisan Pelita Nusantara” disingkat BATARA, dalam bahasa Inggris
disebut “ cordon of lights (human life) the archipelago society ”.

Pasal 3
Bentuk dan Sifat

Barisan Pelita Nusantara berbentuk perkumpulan yang beranggotakan masyarakat, elit politik,
pemangku kebijakan dari tingkat desa hingga pusat, pengusaha dan atau perusahaan yang
berdomisili di Indonesia, bersifat demokratis, bebas, mandiri dan bertanggungjawab, yang
menangani berbagai kegiatan dalam peningkatan nilai kesejahteraan dalam arti yang luas.
Memfasilitasi aspirasi masyarakat dan menyampaikannya secara bertanggung jawab.

Pasal 4
Waktu

Barisan Pelita Nusantara, yang pada waktu didirikan tanggal 1 April 2018.

Pasal 5
Daerah Kerja dan Tempat Kedudukan

1. BATARA Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia mempunyai daerah kerja
di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, dan dapat membentuk perwakilan di negara
lain
2. BATARA Wilayah berkedudukan di Ibukota Provinsi yang bersangkutan atau di salah satu kota
pusat kegiatan ekonomi di Provinsi yang bersangkutan, yang mempunyai daerah kerja di
tingkat Provinsi
3. BATARA Daerah berkedudukan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan mempunyai daerah
kerja di tingkat Kabupaten/Kota.
4. BATARA Cabang berkedudukan di kecamatan yang bersangkutan mempunyai daerah kerja di
tingkat kecamatan.
5. BATARA Anak Cabang berkedudukan di Kelurahan yang bersangkutan mempunyai daerah
kerja di tingkat Kelurahan.

BAB III
VISI DAN MISI

Pasal 6
Visi

1. Membangkitkan semangat membangun bangsa dalam kerangka persatuan dan kesatuan yang
ber-Bhinneka.
2. Membangun Indonesia menjadi salah satu negara bangsa yang demokratis dan berkeadilan.

Pasal 7
Misi

1. Menyalurkan aspirasi masyarakat baik itu berupa apresiasi ataupun evaluasi terhadap kerja
pemerintah.
2. Menciptakan iklim politik yang kondusif yang dapat mendorong pembangunan bangsa.
3. Mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah yang membumi bagi seluruh kawasan negara
kesatuan Republik Indonesia.
4. Membangun kemitraan terhadap semua pihak yang memiliki komitmen yang sama dalam
membangun bangsa yang berkeadilan.

BAB IV
AZAS, LANDASAN, TUJUAN DAN USAHA

Pasal 8
Azas

Barisan Pelita Nusantara berazaskan Pancasila.

Pasal 9
Landasan

Barisan Pelita Nusantara berlandaskan :


a. Pancasila (*Tap MPR no. 22)
b. UUD 1945 sebagai landasan konstitusional.

Pasal 10
Tujuan
Barisan Pelita Nusantara bertujuan untuk :
1. Terciptanya iklim demokrasi yang sehat.
2. Terciptanya jembatan yang memediasi masyarakat yang berbeda pandangan serta asal
golongan.
3. Terciptanya tingkat sosial ekonomi yang berkeadilan.
4. Terciptanya hubungan kemitraan yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan kesetaraan.

Pasal 11
Usaha

Dalam rangka mencapai tujuan, BATARA melakukan usaha-usaha sebagai berikut :


1. Menggalang kerjasama antara masyarakat dengan para pelaku usaha dan para pelaku
hubungan ekonomi kerakyatan, industri, perdagangan dan Pariwisata, baik di dalam maupun
di luar negeri.
2. Membangun jejaring (network) dalam rangka peningkatan mutu pada umumnya dan
profesionalisme manajemen Sumber Daya Manusia dalam lingkup dunia usaha pada
khususnya.
3. Memberikan pelayanan kepada para masyarakat yang kreatif berupa :
a. Perlindungan : menjaga kelangsungan, perkembangan dan pertumbuhan kegiatan usaha.
b. Pemberdayaan : memberikan informasi, pelatihan dan penelitian tentang perkembangan
bidang hubungan ekonomi kreatif, industry kreatif, perdagangan, pendidikan, kesehatan,
seni, budaya, sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, pariwisata dan dalam
arti yang seluas-luasnya
c. Pembelaan : memberikan saran, bimbingan dan atau advokasi dalam masalah yang
berhubungan dengan ekonomi kreatif dalam arti yang luas.

4. Mengupayakan terciptanya peluang kreatif yang seluas – luasnya di Indonesia.


5. Melakukan usaha - usaha lain yang sah dan bermanfaat bagi masyarakat.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 12
Anggota

1. Anggota Biasa adalah masyarakat yang berkewarganegaraan Republik Indonesia.


2. Anggota Luar Biasa adalah perusahaan tertentu baik berskala Nasional atau Internasional
yang terdaftar langsung pada Dewan Pimpinan Pusat dan Wilayah.
3. Anggota Khusus adalah organisasi Usaha Sektoral atau Usaha Sejenis.
4. Anggota Kehormatan yaitu perorangan yang berjasa kepada Geraknas dan ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Pusat atau Dewan Pimpinan Wilayah atas kesediaan yang bersangkutan.

Pasal 13
Persyaratan Keanggotaan

Persyaratan Keanggotaan diatur lebih lanjut di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)

Pasal 14
Hak dan Kewajiban Anggota

1. Anggota biasa
a. Hak Anggota Biasa adalah :
a.1. Memilih dan dipilih untuk menjadi anggota Kepengurusan dan Badan
Kelengkapan organisasi.
a.2. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.
a.3. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
a.4. Mendapatkan pelayanan dari organisasi.
a.5. Membela diri terhadap sanksi organisasi.

b. Anggota Biasa mempunyai kewajiban :


b.1. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi.
b.2. Menjaga nama baik organisasi.
b.3. Membangun nama baik organisasi.
b.4. Membayar uang pangkal dan iuran anggota.

2. Anggota Luar Biasa


a. Hak Anggota Luar Biasa adalah :
a.1. Memilih dan dipilih untuk menjadi pengurus dan badan kelengkapan
organisasi lainnya.
a.2. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.
a.3. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
a.4. Mendapatkan pelayanan khusus dari organisasi yang diatur tersendiri.
a.5. Membela diri dan pembelaan terhadap sanksi organisasi.

b. Anggota Luar Biasa mempunyai kewajiban :


b.1. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi.
b.2. Menjaga nama baik organisasi.
b.3. Membangun nama baik organisasi.
b.4. Membayar uang pangkal, iuran dan kontribusi khusus keanggotaan yang
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan Wilayah

3. Anggota Khusus
a. Hak Anggota Khusus adalah :
a.1. Dipilih untuk menjadi pengurus dan badan kelengkapan organisasi lainnya.
a.2. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.
a.3. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
a.4. Mendapatkan pelayanan khusus dari organisasi yang diatur tersendiri.
a.5. Membela diri dan pembelaan terhadap sanksi organisasi.

b. Anggota Khusus mempunyai kewajiban :


b.1. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi.
b.2. Menjaga nama baik organisasi.
b.3. Membangun nama baik organisasi.
b.4. Membayar uang pangkal, iuran dan kontribusi khusus keanggotaan yang
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan.
4. Anggota Kehormatan
a. Anggota kehormatan mempunyai hak untuk :
a.1. Mengajukan pendapat dan saran bagi kemajuan organisasi.
a.2. Mengikuti kegiatan BATARA yang diatur oleh Dewan Pimpinan Pusat dan Wilayah.

b. Anggota kehormatan mempunyai kewajiban untuk :


b.1. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi.
b.2. Menjaga nama baik organisasi.
b.3. Membangun nama baik organisasi.

BAB VI
JENJANG DAN PENGURUSAN

Pasal 15
Jenjang

Jenjang Organisasi :
1. Organisasi di tingkat Nasional adalah BATARA Pusat.
2. Organisasi di tingkat Provinsi adalah BATARA Wilayah.
3. Organisasi di tingkat Kabupaten/Kota adalah BATARA Daerah.
4. Organisasi di tingkat kecamatan adalah BATARA Cabang

Pasal 16
Kepengurusan

Kepengurusan terdiri dari Dewan Pendiri, Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan :
1. Kepengurusan tingkat Nasional terdiri dari Dewan Pendiri, Dewan Pertimbangan Pusat dan
Dewan Pimpinan Pusat.
2. Kepengurusan tingkat Propinsi terdiri dari Dewan Pertimbangan Wilayah dan Dewan
Pimpinan Wilayah.
3. Kepengurusan tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari Dewan Pertimbangan Daerah dan Dewan
Pimpinan Daerah.

Pasal 17
Dewan Pendiri

1. Dewan Pendiri adalah semua orang yang dapat menjadi anggota BATARA dan turut serta
menandatangani deklarasi pendirian Geraknas.
2. Pimpinan Dewan Pendiri dipilih oleh anggota Dewan Pendiri.
3. Dewan Pendiri dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada MUNAS.
4. Hak Dewan Pendiri adalah memiliki hak veto dalam keputusan MUNAS, rapat Pleno tahunan,
Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar Biasa/Munassus.
5. Tugas dan wewenang Dewan Pendiri :
a. Memantau pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan
MUNAS dan Kinerja Dewan Pimpinan di tingkat Pusat.
b. Menilai dan mengusulkan penyempurnaan dan penelitian lebih lanjut atas laporan kerja,
keuangan dan pembendaharaan yang diajukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
c. Menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Dewan Pimpinan Pusat, baik diminta atau
tidak diminta mengenai hal-hal yang menyangkut ruang lingkup usaha anggota dan
pelaksanaan program serta tugas-tugas organisasi.
d. Menyampaikan pertimbangan dan saran sebagai bahan untuk menyusun rancangan
program organisasi kepada MUNAS.
e. Menyelenggarakan rapat gabungan Dewan Pendiri, Dewan Pertimbangan dan Dewan
Pimpinan untuk membahas dan mengambil keputusan tentang langkah dan/atau tindakan
yang perlu demi menjaga kinerja dan nama baik serta kehormatan organisasi.
6. Dewan Pendiri bekerja secara kolektif yang tata caranya di tetapkan oleh dan dalam rapat
pleno Dewan Pendiri.
7. Dewan Pendiri menyelenggarakan rapat Pleno tahunan sebelum diselenggarakan Rapat Kerja
Nasional, Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar Biasa/Munassus untuk
menyusun saran-saran dan masukan yang akan diajukan pada Rapat Kerja Nasional,
Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa/Munassus.
8. Rapat Dewan Pendiri serta rapat-rapat lain selain Rapat Pleno tahunan diselenggarakan
sewaktu-waktu diperlukan.
9. Rapat Pleno dan rapat-rapat Dewan Pendiri dinyatakan mencapai kourum dan sah jika dihadiri
lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota dan keputusan sah bisa mengikat jika disepakati
oleh suara terbanyak dari anggota yang hadir.

Pasal 18
Dewan Pertimbangan

1. Pada Tingkat Pusat, Wilayah dan Daerah dibentuk oleh Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan
Pertimbangan Wilayah dan Dewan Pertimbangan Daerah.
2. Dewan Pertimbangan Pusat adalah Perangkat organisasi BATARA Nasional yang terdiri dari
sejumlah anggota yang dipilih dan diangkat dalam MUNAS/MUNASLUB melalui pemilihan
sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
3. Dewan Pertimbangan Pusat dipimpin sekurang-kurangnya oleh seorang Ketua dan seorang
Sekretaris yang dipilih diantara anggota Dewan Pertimbangan Pusat.
4. Yang dapat dipilih menjadi Pimpinan Dewan Pertimbangan Pusat adalah mantan Ketua
Umum, Ketua Dewan Pimpinan Pusat dan Sekretaris Umum.
5. Yang dapat dipilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat adalah mantan Pengurus
Pusat dan Pengawas Dewan Pimpinan Pusat yang berjasa kepada organisasi.
6. Dewan Pertimbangan Pusat dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada
MUNAS.
7. Tugas dan wewenang Dewan Pertimbangan Pusat :
a. Memantau pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan
MUNAS dan Kinerja Dewan Pimpinan di tingkat Nasional.
b. Menilai dan mengusulkan penyempurnaan dan penelitian lebih lanjut atas laporan kerja,
keuangan dan pembendaharaan yang diajukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
c. Menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Dewan Pimpinan Pusat baik diminta atau
tidak diminta mengenai hal-hal yang menyangkut ruang lingkup usaha anggota dan
pelaksanaan program serta tugas-tugas organisasi.
d. Menyampaikan pertimbangan dan saran sebagai bahan untuk menyusun rancangan
program organisasi kepada MUNAS.
e. Menyelenggarakan rapat gabungan Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan untuk
membahas dan mengambil keputusan tentang langkah dan/atau tindakan yang perlu demi
menjaga kinerja dan nama baik serta kehormatan organisasi.
8. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagai mana dimaksud ayat 7, Dewan
Pertimbangan Pusat dapat membentuk komisi-komisi dari dan diantara anggota Dewan
Pertimbangan Pusat yang menjadi mitra kerja Dewan Pimpinan Pusat.
9. Dewan Pertimbangan Pusat bekerja secara kolektif yang tata caranya di tetapkan oleh dan
dalam rapat pleno Dewan Pertimbangan Pusat.
10. Dewan Pertimbangan Pusat menyelenggarakan rapat Pleno tahunan sebelum
diselenggarakan Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar
Biasa/Munassus untuk menyusun saran-saran dan masukan yang akan diajukan pada Rapat
Kerja dan Konsultasi Nasional, Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar
Biasa/Munassus.
11. Rapat Komisi Dewan Pertimbangan Pusat serta rapat-rapat lain selain Rapat Pleno tahunan
diselenggarakan sewaktu-waktu diperlukan.
12. Rapat Pleno dan rapat-rapat Dewan Pertimbangan Pusat dinyatakan mencapai kourum dan
sah jika dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota dan keputusan sah bisa mengikat
jika disepakati oleh suara terbanyak dari anggota yang hadir.
13. Ketentuan mengenai fungsi, tugas, struktur dan rapat-rapat Dewan Pertimbangan Wilayah dan
Daerah dengan Dewan Pertimbangan Pusat.
14. Persyaratan dan tata cara pemilihan Dewan Pertimbangan Pusat, Wilayah dan Daerah diatur
didalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

Pasal 18
Hak dan Kewajiban Dewan Pimpinan

1. Hak Dewan Pimpinan adalah mengelola organisasi sesuai dengan tingkat dan daerah kerja
masing-masing.
2. Kewajiban Dewan Pimpinan adalah melaksanakan tugas dan kegiatan serta mempertanggung
jawabkannya kepada anggota melalui Musyawarah.
3. Dewan Pimpinan berkewajiban mengindahkan pengarahan, petunjuk, pertimbangan, saran
dan nasehat dari Dewan Pertimbangan Geraknas
4. Pelaksanaan hak dan kewajiban sebagaimana ayat 1 (satu) dan 2 (dua) diatas, sesuai dengan
tingkat dan daerah kerja Dewan Pimpinan masing-masing.

Pasal 19
Dewan Pimpinan Pusat

1. Pengurus ditingkat Nasional adalah Dewan Pimpinan Pusat (DPP).


2. Dewan Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi ditingkat Nasional yang dipilih
oleh Musyawarah Pusat.
3. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dicalonkan oleh pengurus tingkat Pusat
4. Susunan, fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Pusat diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART).

Pasal 20
Dewan Pimpinan Wilayah
1. Pengurus ditingkat Provinsi adalah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW).
2. Dewan Pimpinan Wilayah adalah pimpinan tertinggi organisasi di tingkat Provinsi yang dipilih
oleh Musyawarah Wilayah.
3. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dicalonkan oleh pengurus tingkat Provinsi dan Peserta
Musyawarah Wilayah yang mempunyai hak suara.
4. Susunan, fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Wilayah diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

Pasal 21
Dewan Pimpinan Daerah

1. Kepengurusan ditingkat Kabupaten/Kota adalah Dewan Pimpinan Daerah (DPD).


2. Dewan Pimpinan Daerah adalah pimpinan tertinggi organisasi ditingkat Kabupaten/Kota yang
dipilih oleh Musyawarah Daerah.
3. Ketua Dewan Pimpinan Daerah dicalonkan oleh Pengurus tingkat Kabupaten/Kota dan
Peserta musyawarah Daerah yang mempunyai hak suara.
4. Susunan, fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Daerah diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

Pasal 22
Dewan Pembina dan Dewan Penasehat

1. Pada tingkat Wilayah dan Daerah bila dianggap perlu dapat dibentuk Dewan Pembina dan
Dewan Penasehat
2. Ketentuan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan Pembina dan Dewan
Penasehat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

Pasal 23
Masa Bakti Kepengurusan

1. Masa bakti Kepengurusan disetiap jenjang organisasi adalah 5 (lima) tahun


2. Tata cara pergantian antar waktu kepengurusan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB VII
KEKUASAAN ORGANISASI

Pasal 24

1. Kekuasaan organisasi berada ditangan anggota dan dilaksanakan dalam Musyawarah


Nasional, Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Daerah.
2. Musyawarah Nasional merupakan pelaksanaan kekuasaan tertinggi organisasi.

BAB VIII
MUSYAWARAH

Pasal 25
Musyawarah Nasional, Musyawarah Wilayahi dan Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Wilayah (Muswil) dan Musyawarah Daerah


(Musda), diadakan 2 (dua) tahun sekali, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berakhirnya masa
bakti kepengurusan.
2. Setelah batas waktu sebagaimana tersebut ayat (1) musyawarah tidak terlaksana maka
kepengurusan dinyatakan beku kecuali ada alasan kuat yang dapat diterima.
3. Kepengurusan satu tingkat di atasnya mengambil alih dan wewenang kepengurusan yang
dinyatakan beku, termasuk memprakarsai pelaksanaan musyawarah yang tidak terlaksana
sebagaimana ayat 2 (dua).
4. Apabila kepengurusan pada tingkat Pusat beku maka dibentuk caretaker yang diprakarsai oleh
lebih dari setengah jumlah Dewan Pimpinan Wilayah
5. Pengambilalihan tugas dan wewenang sebagaimana dalam ayat 4 (empat) pasal ini tidak
menggugurkan kewajiban Dewan Pimpinan yang bersangkutan untuk mempertanggung
jawabkan kepengurusannya dalam musyawarah

Pasal 26
Musyawarah Luar Biasa

1. Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dapat diselenggarakan sewaktu-waktu atas


permintaan tertulis dari sedikitnya 2/3 (dua pertiga) GeraknasWilayah.
2. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswilub) dapat diselenggarakan sewaktu-waktu atas
permintaan tertulis dari sedikitnya 2/3 (dua pertiga) GeraknasDaerah di Provinsi tersebut.
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa,Musyawarah Wilayah Luar Biasa, dan Musyawarah Nasional
Luar Biasa, dilaksanakan apabila kinerja organisasi dan/atau kepengurusan tidak memenuhi
ketentuan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
4. Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) dapat diselenggarakan sewaktu waktu atas
permintaan tertulis dari sedikitnya 2/3 (dua pertiga) Anggota Biasa Kabupaten/Kota tersebut.
5. Apabila dalam tenggang waktu 60 (enam puluh) hari Musyawarah Luar Biasa, atas permintaan
yang sah, tidak dapat dilaksanakan maka pelaksanaan dan penyelenggaraannya diambil alih
oleh pihak yang mengusulkan namun tanggungjawabnya tetap berada pada Dewan Pimpinan
yang bersangkutan.

Pasal 27
Musyawarah Nasional Khusus

1. Musyawarah Nasional Khusus (Munassus) untuk menetapkan :


a. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b. Pembubaran Organisasi.
2. Munassus diselenggarakan atas permintaan sedikitnya 2/3 (dua pertiga) dari Dewan Pimpinan
Provinsi.
3. Teknis Pelaksanaan Musyawarah Nasional Khusus tentang Perubahan AD/ART selanjutnya
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
4. Pimpinan Musyawarah Nasional Khusus dipilih oleh dan dari Peserta Munassus yang
mempunyai hak memilih dan dipilih.

BAB IX
RAPAT KERJA
Pasal 28
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)

1. Rapat Kerja Nasional merupakan forum koordinasi antara Kepengurusan Pusat dengan
Kepengurusan Wilayah.
2. Rapat Kerja Wilayah merupakan forum koordinasi antara Kepengurusan Provinsi dengan
Kepengurusan Kabupaten/Kota.
3. Pada tingkat Daerah diselenggarakan Rapat Kerja yang dihadiri oleh kepengurusan kab/kota
dan Anggota
4. Pelaksanaan dan kewenangan Rapat Kerja Nasional (Rakernas), Rapat Kerja Wilayah
(Rakerwil) dan Rapat Kerja Daerah(Rakerda) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB X
KORUM, KEPUTUSAN DAN SANKSI ORGANISASI

Pasal 29
Korum dan Keputusan

1. Musyawarah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah dari jumlah peserta yang
berhak hadir dan mempunyai hak suara
2. Pengambilan keputusan dalam sidang atau rapat-rapat organisasi adalah sah apabila disetujui
oleh lebih dari setengah dari jumlah utusan yang hadir dan mempunyai hak suara
3. Teknis pelaksanaan musyawarah selanjutnya diatur dalam Tata Tertib Musyawarah.

Pasal 30
Sanksi Organisasi

Sanksi Organisasi terhadap anggota dan sanksi terhadap anggota kepengurusan diatur didalam
Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 31
Pengelolaan Kekayaan Organisasi dan Pertanggungjawaban

1. Keuangan BATARA diperoleh melalui :


a. Uang pendaftaran anggota.
b. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat serta yang diperoleh dengan cara yang tidak
bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pendapatan lain yang sah.

2. Pengelolaan Kekayaan Organisasi dan pertanggung jawabannya diatur dalam Anggaran


Rumah Tangga (ART).

BAB XII
SEKRETARIAT ORGANISASI
Pasal 32
Sekretariat

1. Dalam menjalankan aktivitas sehari hari kepengurusan organisasi dilengkapi dengan


Sekretariat.
2. Ketentuan tentang Sekretariat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB XIII
PEMBUBARAN

Pasal 33
Ketentuan tentang Pembubaran

1. Pembubaran Organisasi hanya dapat dilakukan dengan keputusan Musyawarah Nasional


Khusus untuk pembubaran BATARA
2. Ketentuan tentang pembubaran diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB XIV
PENUTUP

Pasal 35
Penutup

Anggaran Dasar ini ditetapkan dan disahkan pada tanggal ………………….. dihadapan Wakil
Notaris ………………. dengan akte No. ……………… sebagai Barisan Pelita Nusantara yang
dibuat di hadapan Notaris …………….. dengan akte No. ……………… tertanggal, Jakarta
…………….. yang terdiri dari,(Ketua), (Wakil Ketua), (Sekretaris), (Anggota), (Anggota),
(Anggota), (Anggota), (Anggota), (Anggota), (Anggota), dan dinyatakan berlaku sejak ditetapkan.
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I
LAMBANG DAN ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 1
Lambang

1. Lambang Organisasi BATARA dengan warna dasar bagian atas berwarna merah dan bagian
bawah berwarna putih, bertuliskan BARISAN PELITA NUSANTARA pada bagian atas
dengan BATARA dibagian bawah yang merupakan adalah singkatan dari Barisan Pelita
Nusantara yang sudah disepakati dan sebuah Perisai Pancasila dibagian tengah yang
menunjukkan kelima sila dari Pancasila yang ber-isi-kan sebagai berikut dibawah ini :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan tulisan berwarna hitam dan juga
adanya symbol Peta Indonesia keemasan melambangkan kekayaan budaya dan potensi
alam.:

logo

2. Logo tersebut mencerminkan hubungan Masyarakat seluruh Republik Indonesia dan


Pemerintahan,. .
Pasal 2
Atribut

1. Bendera BATARA :
Berbahan kain warna putih yang berukuran 90 cm x 72 cm dengan berlogokan lambang
BATARA ditengah yang berdiameter 45 cm

2. Seragam BATARA :
*. Akan dijelaskan dalam pasal penambahan

3. Stempel BATARA :
Bersystem otomatis dengan 2 garis lingkaran yang bertuliskan BARISAN PELITA
NUSANTARA berwarna hitam ditengahnya dengan logo bintang berwarnakan merah, dan
dibawah nya terdapat gambar jabat tangan sebagai lambang “Kesepahaman”

4. Kop Surat BATARA :


Berukuran A4 berwarna putih polos dengan list tepi hitam yang terdapat logo BATARA dan
bertuliskan “BARISAN PELITA NUSANTARA”, dan alamat kantor sekretariat berikut alamat
email mengikuti tingkat wilayah dan daerah masing- masing
*. Akan dijelskan dalam pasal Penambahan

5. Kartu Tanda Anggota (KTA) BATARA :


Berisikan tentang identitas diri, jabatan, keterangan wilayah berdasarkan daerah masing-
masing (sesuai gambar di bawah ini)
*. Akan dijelskan dalam pasal Penambahan

6. Kartu Identitas BATARA


Berisikan tentang Nama, jabatan, nomor keanggotaan dan keterangan wilayah
berdasarkan daerah masing-masing (sesuai gambar dibawah ini
*. Akan dijelskan dalam pasal Penambahan

7. Pin BATARA
Sesuai logo dengan berukuran 44 mm

BAB II
SYARAT DAN TATA CARA MENJADI ANGGOTA

Pasal 3
Syarat Menjadi Anggota

1. Anggota Biasa :
a. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan pempinan
Daerah.
b. Membayar uang pendaftaran sesuai ketentuan yang ditetapkan

2. Anggota Luar Biasa :


a. Perusahaan berbentuk persekutuan atau badan hukum Milik Negara, Milik Swasta berskala
Besar, holding company dan / atau group usaha yang memiliki kantor pusat serta membuka
cabang/perwakilan di daerah serta memenuhi ketentuan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Mendaftar sebagai Anggota Luar Biasa (ALB) melalui Dewan Pimpinan Pusat dan /atau
Dewan Pimpinan Wilayah.
c. Membayar uang pendaftaran dan kontribusi khusus sesuai ketentuan yang ditetapkan.

3. Anggota Khusus :
a. Organisasi / Asosiasi Usaha Sektoral atau Usaha Sejenis yang dibentuk secara resmi dan
sah memiliki AD/ART serta memiliki anggota dan kepengurusan, aktif menjalankan
kegiatan sesuai maksud dan tujuan organisasi.
b. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan
Daerah sesuai dengan tempat, kedudukan dan statusnya.
c. Membayar pendaftaran sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Anggota Kehormatan :
a. Perseorangan yang dinilai mempunyai jasa luar biasa dalam membentuk,
mengembangkan, membina dan / atau memajukan Geraknas baik ditingkat PusatWilayah
maupun Daerah
b. Diusulkan oleh Dewan Pertimbangan, Dewan PimpinanPusat, Dewan Pimpinan Wilayah,
Dewan Pimpinan Daerah.
c. Menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi Anggota Kehormatan.

Pasal 4
Tata Cara Menjadi Anggota

1. Masyarakat yang akan menjadi Anggota Biasa BATARA mendaftar di Sekretariat Dewan
Perwakilan ditempat mereka berada.
2. Masyarakat yang mendaftar menjadi Anggota Biasa Geraknas, terlebih dahulu mengisi
formulir keanggotaan yang disediakan oleh Sekretariat Dewan Perwakilan yang bersangkutan.
3. Masyarakat mengembalikan formulir yang telah di-isi dengan baik dan benar kepada
Sekretariat Dewan Pimpinan BATARA yang bersangkutan, dengan disertai kelengkapan
sebagaimana disyaratkan.
4. Apabila dalam pengisian formulir persyaratan tersebut belum lengkap, maka BATARA
bersangkutan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerimanya wajib
mengembalikan kepada pemohon untuk dilakukan perbaikan seperlunya dan selanjutnya
diserahkan kembali ke sekretariat Dewan Pimpinan BATARA yang bersangkutan.
5. Masyarakat yang akan menjadi Anggota Luar Biasa BATARA mendaftar di Dewan Pimpinan
Pusat atau di Dewan Pimpinan Wilayah.

Pasal 5
Tanda Bukti Keanggotaan
1. Setiap anggota yang terdaftar akan diberikan kartu keanggotaan
2. Penomoran Keanggotaan BATARA menganut format khusus, di dalamnya memuat :
a. Identitas diri
b. Nomor Urut Anggota
c. Kode Provinsi
d. Kode Kabupaten/Kota
e. Bulan dan Tahun Pertama Kali Terdaftar
f. Kode barcode

Pasal 6
Masa Berlaku dan Berakhirnya Keanggotaan

1. Masa berlakunya keanggotaan aktif sama dengan masa pendaftaran..


2. Keanggotaan berakhir karena salah satu sebab dibawah ini :
a. anggota menyatakan mengundurkan diri secara tertulis.
b. Diberhentikan keanggotaannya oleh BATARA karena melanggar ketentuan AD/ART
BATARA
c. Anggota kehormatan yang meninggal dunia.

Pasal 7
Uang Pendaftaran

Nilai uang Pendaftaran sebesar Rp 60.000,00 ( enam puluh ribu rupiah), yang akan dibagikan
kepada 5 (lima) tingkat kepengurusan ( DPP, DPW, DPD, DPC dan DPAC) dengan rincian
sejumlah Rp 12.000,00 (dua belas ribu rupiah) setiap tingkatan, yang akan difungsikan menjadi
Rp 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) sebagai biaya kas operasional, Rp 1.000,00 (seribu rupiah)
sebagai dana donasi social dan Rp 1.000,00 (seribu rupiah) sebagai dana pajak.

BAB III
KEPENGURUSAN

Pasal 8
Sifat Hubungan Struktur Kepengurusan

Sifat Hubungan antara Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah adalah :
1. Kemandirian daerah, artinya memberikan kewenangan bagi Pengurus Kabupaten/Kota
maupun Pengurus Provinsi untuk mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai visi dan
misi BATARA sebagaimana diatur dalam AD/ART.
2. Partisipatif, artinya hubungan yang memberikan ruang bagi keterlibatan segenap jajaran
BATARA dalam menentukan kebijakan yang menyangkut dirinya.
3. Koordinatif adalah pola hubungan yang terkomunikasikan dengan baik dan bersinergis.
4. Bertanggung jawab adalah pola hubungan yang tetap mengedepankan aturan-aturan
organisasi yang tertuang dalam AD/ART.

Pasal 9
Persyaratan Menjadi Pengurus
Syarat menjadi Pengurus :
1. Anggota Kepengurusan pada Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan
Pimpinan Daerah ialah mereka yang dipilih dalam musyawarah pada tingkat wilayahnya
masing masing.
2. Anggota BATARA hanya boleh diwakili oleh 1 (satu) orang untuk duduk dalam kepengurusan
BATARA
3. Pengurus pada Dewan Pimpinan disemua tingkatan tidak dibenarkan merangkap jabatan.
4. Para Anggota Kepengurusan BATARA harus memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut :
a. Warga Negara Republik Indonesia.
b. Masyarakat yang telah menjadi anggota BATARA
c. Mempunyai keahlian, kemampuan kepemimpinan dan integritas pribadi.
d. Bersedia mengabdikan diri, tenaga dan pikirannya untuk kepentingan organisasi serta mau
menandatangani pernyataan kesediaan.
e. Bagi semua pengurus disemua tingkatan dapat diberikan Kartu Tanda Pengurus, teknis
administrasi diatur dalam Peraturan Organisasi (PO)

Pasal 10
Sifat Pertanggungjawaban Kepengurusan

Dewan Pendiri, Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah, dan
Dewan Pimpinan Cabang bersifat kolektif - kolegial. Dalam arti semua kebijakan organisasi
ditentukan bersama, dilaksanakan dengan prinsip saling mengisi dan sesuai dengan ketentuan
pembidangan tugas serta dipertanggung jawabkan bersama.

Pasal 11
Kepengurusan Tingkat Pusat

1. Susunan Kepengurusan Pusat terdiri dari :


a. Dewan Pelindung
b. Dewan Pembina.
c. Dewan Penasehat
d. Dewan Pleno.
e. Dewan Pleno
f. Dewan Pertimbangan Wilayah
g. Dewan Pendiri

2. Susunan Dewan Pimpinan Harian terdiri dari :


a. Ketua Umum
b. Sekretaris Jenderal
c. Bendahara Umum
d. Ketua Bid. Hubungan Masyarakat dan Informasi
e. Ketua Bid. KetahananPangan dan Ekonomi Kerakyatan
f. Ketua Bid. Kebencanaan
g. Ketua Bid. Strategi, Politik & hubungan kerjasama
h. Ketua Bid. Kaderisasi
i. Ketua Bid. Advokasi Hukum
j. Ketua Bid. Pendidikan, Riset & Teknologi
k. Ketua Bid. Lingkungan Hidup
l. Ketua Bid. Kemahasiswaan
m. Ketua Bid. Kesehatan
n. Metua Bid. Seni, Budaya, dan Pariwisata

3. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari :


a. Dewan Pimpinan Harian.
b. Para Pengurus Bidang.

4. Kegiatan Dewan Pimpinan Harian dilaporkan didalam Rapat Pleno.

Pasal 12
Kepengurusan Tingkat Wilayah

1. Susunan Kepengurusan Wilayah terdiri dari :


a. Dewan Pelindung
b. Dewan Pembina.
c. Dewan Penasehat
d. Dewan Pleno
e. Dewan Pertimbangan Wilayah
f. Dewan Pendiri

2. Susunan Dewan Pimpinan Wilayah terdiri dari :


a. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah
b. Sekretaris Wilayah
c. Bendahara Wilayah
d. Ketua Biro. Hubungan Masyarakat dan informasi
e. Ketua Biro. Ketahanan Pangan dan Ekonomi Kerakyatan
f. Ketua Biro. Kebencanaan
g. Ketua Biro. Strategi, Politik & Hubungan Kerjasama
h. Ketua Biro. Kaderisasi:
i. Ketua Biro. Advokasi Hukum
j. Ketua Biro. Pendidikan, Riset & Teknologi
k. Ketua Biro. Lingkungan Hidup
l. Ketua Biro. Kemahasiswaan
m. Ketua Biro. Kesehatan
n. Ketua Biro. Seni, Budaya dan Pariwisata

3. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari :


a. Dewan Pimpinan Wilayah.
b. Para Pengurus Biro.

4. Kegiatan Dewan Pimpinan wilayah dilaporkan didalam Rapat Pleno.


Pasal 13
Kepengurusan Tingkat Daerah

1. Susunan Kepengurusan Daerah terdiri dari :


a. Dewan Pelindung
b. Dewan Pembina.
c. Dewan Penasehat
d. Dewan Pleno

2. Susunan Dewan Pimpinan Daerah terdiri dari :


a. Ketua Dewan Pimpinan Daerah
b. Sekretaris Daerah
c. Bendahara Daerah
d. Ketua Devisi. Hubungan Masyarakat dan informasi
e. Ketua Devisi. Ketahanan Pangan dan Ekonomi Kerakyatan
f. Ketua Devisi. Kebencanaan
g. Ketua Devisi. Strategi, Politik & Hubungan Kerjasama:
h. Ketua Devisi. Kaderisasi
i. Ketua Devisi. Advokasi Hukum
j. Ketua Devisi. Pendidikan, Riset & Teknologi
k. Ketua Devisi. Lingkungan Hidup
l. Ketua Devisi. Kemahasiswaan
m. Ketua Devisi. Kesehatan
n. Ketua Devisi. Seni, Budaya dan Pariwisata

3. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari :


a. Dewan Pimpinan Daerah.
c. Para Pengurus Devisi.

4. Kegiatan Dewan Pimpinan Daerah dilaporkan didalam Rapat Pleno.

Pasal 14
Kepengurusan Tingkat Cabang

5. Susunan Kepengurusan Cabang terdiri dari :


e. Dewan Pelindung
f. Dewan Pembina.
g. Dewan Penasehat
h. Dewan Pleno

6. Susunan Dewan Pimpinan Cabang terdiri dari :


a. Ketua Dewan Pimpinan Cabang
o. Sekretaris Cabang
p. Bendahara Cabang
q. Kasi. Hubungan Masyarakat dan informasi
r. Kasi. Ketahanan Pangan dan Ekonomi Kerakyatan
s. Kasi. Kebencanaan
t. Kasi. Strategi, Politik & Hubungan Kerjasama:
u. Kasi. Kaderisasi
v. Kasi. Advokasi Hukum
w. Kasi. Pendidikan, Riset & Teknologi
x. Kasi. Lingkungan Hidup
y. Kasi. Kemahasiswaan
z. Kasi. Kesehatan
aa. Kasi. Seni, Budaya dan Pariwisata

7. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari :


a. Dewan Pimpinan Cabang.
d. Para Pengurus Kasi.

Kegiatan Dewan Pimpinan Cabang dilaporkan didalam Rapat Pleno.

Pasal 15
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Pusat

1. Fungsi Dewan Pimpinan Pusat :


a. Memimpin dan mengarahkan segenap potensi dan jajaran BATARA dalam melaksanakan
tugas pokok, yaitu mencapai tujuan organisasi BATARA sesuai dengan Visi dan Misi
Organisasi BATARA
b. Merencanakan, menjabarkan dan melaksanakan Program Umum Organisasi BATARA
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu
dalam rangka pencapaian tujuan, pelaksanaan tugas pokok dan pengembangan organisasi
yang berkelanjutan.

2. Dewan Pimpinan Pusat dalam menjalankan tugas pokok organisasi senantiasa :


a. Membina dan meningkatkan peran serta Dewan Pimpinan BATARA Wilayah.
b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi
dan organisasi lain yang terkait, baik dalam negeri maupun luar negeri.
c. Mengupayakan terciptanya situasi dan kondisi yang baik bagi investasi sesuai dengan
Sektor Usaha.
d. Menumbuh kembangkan dan mengarahkan investasi di daerah-daerah sesuai dengan
potensinya masing-masing.

3. Wewenang Dewan Pimpinan Pusat :


a. Menganulir dan mengkoreksi kebijakan Dewan Pimpinan Wilayah, Daerah dan Cabang
yang tidak sesuai dengan AD/ART maupun Program Umum Organisasi.
b. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program BATARA dalam lingkup
Nasional sebagaimana diatur dalam Program Umum BATARA
c. Mewakili Organisasi BATARA tingkat Nasional baik keluar maupun ke dalam organisasi.
d. Mewakili organisasi ditingkat International.
e. Merekomendasikan keanggotaan dalam badan dan lembaga perekonomian, dunia
usaha/industri dan lembaga ketenagakerjaan yang berunsur tripartit di tingkat Nasional.
f. Mengambil alih untuk sementara wewenang dan tugas Dewan Pimpinan Wilayah sesuai
ketentuan organisasi.

4. Dewan Pimpinan Pusat bertanggung jawab kepada Musyarawah Nasional yang disampaikan
oleh Ketua Umum.

Pasal 16
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Wilayah

1. Fungsi Dewan Pimpinan Wilayah adalah :


a. Perencanaan program kerja dalam lingkup daerah Provinsi berdasarkan aspirasi dari
Pengurus BATARA Kabupaten/Kota didaerahnya dan Program Kerja Nasional BATARA
b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan berbagai kepentingan yang ada didaerah Provinsi
yang bersangkutan.

2. Tugas Dewan Pimpinan Wilayah dalam menjalankan tugas pokok yang ada di daerah Provinsi
adalah :
a. Membina dan meningkatkan peran serta Dewan Pimpinan BATARA Daerah.
b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi
dan organisasi lain yang terkait.
c. Menyediakan data yang lengkap dan komprehensif tentang kondisi dan situasi daerahnya
masing-masing yang relevan bagi investasi demi terciptanya lapangan kerja seluas-
luasnya.
d. Mengadakan kegiatan proaktif demi tumbuh kembangnya investasi di daerahnya masing-
masing baik bagi investasi yang sudah ada maupun bagi investasi yang perlu diciptakan.

3. Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Wilayah:


a. Menganulir dan mengkoreksi kebijakan Dewan Pimpinan Daerah yang tidak sesuai dengan
AD/ART maupun Program Umum Organisasi.
b. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program BATARA dalam lingkup
Provinsi sebagaimana diatur dalam Program Umum BATARA
c. Melakukan hubungan sektoral maupun antar sektoral ditingkat Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.
d. Mewakili Organisasi BATARA tingkat Provinsi baik keluar maupun ke dalam organisasi.
e. Mengambil alih untuk sementara wewenang dan tugas Kabupaten/Kota sesuai ketentuan
organisasi.
f. Merekomendasikan keanggotaan di dalam badan dan lembaga perekonomian, dunia
usaha/industri dan secara khusus di dalam lembaga ketenagakerjaan yang berunsur
tripartit di tingkat Provinsi.
g. Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap anggota unsur pengusaha
dalam lembaga kreatifitas yang bersifat tripartit di tingkat Provinsi.

4. Dewan Pimpinan Wilayah bertanggung jawab kepada musyarawah Wilayah (Muswil) yang
disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.

Pasal 17
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Daerah
1. 1.Fungsi Dewan Pimpinan Daerah :
a. Perencanaan program kerja dalam lingkup Kabupaten/Kota.
b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan berbagai kepentingan yang ada di Kabupaten/Kota
yang bersangkutan dengan Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Pusat.
c. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja skala
Kabupaten/Kota.

2. Tugas Dewan Pimpinan Daerah dalam menjalankan tugas pokok organisasi senantiasa :
a. Membina dan meningkatkan peran serta pengusaha anggota.
b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi
dan organisasi lain yang terkait.
c. Melayani dan meningkatkan peranan dari perusahaan – perusahaan anggota biasa
BATARA guna mendukung investasi di daerah Kabupaten/Kota masing - masing.

3. Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Daerah :


a. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program BATARA dalam lingkup
Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam program umum BATARA
b. Melakukan hubungan sektoral maupun antar sektoral di tingkat Kabupaten/Kota.
c. Mewakili organisasi BATARA tingkat Kabupaten/Kota, baik keluar maupun ke dalam
organisasi.
d. Merekomendasikan keanggotaan di dalam badan dan lembaga perekonomian, dunia
usaha/industri dan secara khusus didalam lembaga kreatifitas yang berunsur tripartit di tingkat
Kabupaten/Kota.

4. Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap anggota dalam lembaga


Kreatifitas yang bersifat tripartit di tingkat Kabupaten/Kota.

5. Dewan Pimpinan Daerah bertanggung jawab kepada musyarawah Daerah (Musda/kab) yang
disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah.

Pasal 18
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Cabang

2. 1.Fungsi Dewan Pimpinan Cabang :


d. Perencanaan program kerja dalam lingkup Kecamatan.
e. Mengkoordinasikan dan mensinergikan berbagai kepentingan yang ada di Kecamatan yang
bersangkutan dengan Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Pusat.
f. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja skala
Kecamatan.

3. Tugas Dewan Pimpinan Cabang dalam menjalankan tugas pokok organisasi senantiasa :
d. Membina dan meningkatkan peran serta pengusaha anggota.
e. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi
dan organisasi lain yang terkait.
f. Melayani dan meningkatkan peranan dari perusahaan – perusahaan anggota biasa
BATARA guna mendukung investasi di daerah Kecamatan masing - masing.

4. Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Cabang :


e. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program BATARA dalam lingkup
Kecamatan sebagaimana diatur dalam program umum BATARA
f. Melakukan hubungan sektoral maupun antar sektoral di tingkat Kecamatan.
g. Mewakili organisasi BATARA tingkat Kecamatan, baik keluar maupun ke dalam organisasi.
h. Merekomendasikan keanggotaan di dalam badan dan lembaga perekonomian, dunia
usaha/industri dan secara khusus didalam lembaga kreatifitas yang berunsur tripartit di tingkat
Kecamatan.

6. Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap anggota dalam lembaga


Kreatifitas yang bersifat tripartit di tingkat Kecamatan.

7. Dewan Pimpinan Cabang bertanggung jawab kepada musyarawah Cabang (Muscab) yang
disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Cabang.

Pasal 19
Ketentuan Pembentukan dan Fungsi Dewan Pembina ditingkat Pusat dan Wilayah

1. Ketentuan Pembentukan :
a. Pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota bila dipandang perlu dapat dibentuk Dewan
Pembina melalui Musyawarah pada setiap tingkatan organisasi.
b. Anggota Dewan Pembina adalah para pejabat daerah ditingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
c. Penetapan Dewan Pembina dilakukan atas kesediaan yang bersangkutan untuk waktu
selama masa bakti Kepengurusan.
d. Orang yang sama dapat ditetapkan kembali sebagai Pembina untuk masa bakti berikutnya.
e. Dewan Pembina dapat menyampaikan saran dan pendapat baik lisan maupun tertulis
kepada Kepengurusan yang menyangkut pengembangan organisasi.

2. Susunan Dewan Pembina terdiri dari :


a. Seorang Ketua
b. Beberapa orang anggota

3. Fungsi Dewan Pembina adalah :


a. Meningkatkan kinerja organisasi terkait dengan regulasi.
b. Mempertahankan eksistensi organisasi.
c. Membantu penguatan organisasi.
d. Dewan Pembina dapat memberikan masukan-masukan kepada Dewan Pimpinan, baik
diminta maupun tidak diminta.

Pasal 20
Ketentuan Pembentukan dan Fungsi Dewan Penasehat ditingkat Wilayah dan Daerah

1. Ketentuan Pembentukan :
a. Pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota bila dipandang perlu dapat dibentuk Dewan
Penasehat melalui Musyawarah pada setiap tingkatan organisasi.
b. Anggota Dewan Penasehat adalah mantan Ketua BATARA Wilayah, Daerah dan tokoh-
tokoh pengusaha.
c. Penetapan Dewan Penasehat dilakukan atas kesediaan yang bersangkutan untuk waktu
selama masa bakti Kepengurusan.
d. Orang yang sama dapat ditetapkan kembali sebagai Penasehat untuk masa bakti
berikutnya.
e. Dewan Penasehat dapat menyampaikan saran dan pendapat baik lisan maupun tertulis
kepada Kepengurusan.

2. Susunan Dewan Penasehat terdiri dari :


a. Seorang Ketua
b. Beberapa orang anggota

3. Fungsi Dewan Penasehat adalah :


a. Meningkatkan pengakuan kepengurusan
b. Mempertahankan keabsahan kepengurusan
c. Meningkatkan kemampuan kepengurusan
d. Dewan Penasehat dapat memberikan masukan-masukan kepada Dewan Pimpinan, baik
diminta maupun tidak diminta.

Pasal 21
Persyaratan dan Tata Cara Pemilihan Dewan Pertimbangan.

1. Yang dapat dipilih sebagai Ketua, Sekretaris dan Anggota Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan
Pertimbangan Wilayah dan Dewan Pertimbangan Daerah adalah Mantan Ketua Umum, Ketua
DPP, Wakil Ketua DPP, Sekretaris Umum dan Sekretaris yang menyelesaikan masa baktinya
selama 1 (satu) Periode Penuh.
2. Pemilihan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat, Ketua Dewan Pertimbangan Wilayah, Ketua
Dewan Pertimbangan Daerah dilakukan secara musyawarah mufakat didalam Musyawarah
Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Wilayah / Musyawarah Wilayah
Luar Biasa, Musyawarah Daerah / Musyawarah Daerah Luar Biasa.
3. Ketua Dewan Pertimbangan terpilih sekaligus menjadi anggota formatur yang akan membantu
Ketua Umum terpilih menyusun Kepengurusan.

BAB IV
MASA BAKTI

Pasal 22
Masa Bakti Kepengurusan

1. Masa bakti kepengurusan BATARA adalah 5 (lima) tahun untuk setiap satu masa bakti, dan
berakhir bersamaan pada saat terpilihnya kepengurusan yang baru oleh Musyawarah
Nasional, Provinsi atau Kabupaten/Kota sesuai tingkatannya.
2. Ketua Umum, Ketua Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan wilayah dan Ketua
Dewan Pimpinan Daerah, hanya dapat dijabat 2 (dua) kali berturut-turut oleh orang yang
sama. Apabila dikehendaki dan disetujui oleh peserta musyawarah dapat dipilih kembali hanya
untuk satu periode masa bhakti kepengurusan.
3. Anggota Pengurus lainnya dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya.

Pasal 23
Pergantian Antar Waktu Kepengurusan

1. Pergantian Antar Waktu dalam Dewan Pimpinan :


a. Apabila Ketua Umum, Ketua Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan
Ketua Dewan Pimpinan Daerah berhalangan tetap dan atau sesuatu sebab tidak dapat
menjalankan dan atau tidak dapat menyelesaikan kewajibannya sampai dengan masa
jabatan berakhir maka jabatan Ketua Umum digantikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat,
jabatan Ketua Dewan pimpinan Pusat digantikan oleh Wakil Ketua Dewan Pimpina Pusat,
jabatan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan jabatan Ketua Dewan Pimpinan Daerah
digantikan oleh Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah.
b. Apabila karena sesuatu sebab terjadi kelowongan dalam Keanggotaan Dewan Pimpinan
disemua tingkatan maka jabatan yang lowong tersebut digantikan oleh personil dari
anggota yang belum terwakili dalam kepengurusan.
c. Pergantian Antar Waktu sebagaimana huruf a dan b ditetapkan dalam rapat pleno Dewan
Pimpinan masing-masing tingkatan yang khusus diadakan untuk maksud tersebut.
d. Keputusan yang diambil Dewan Pimpinan sebagaimana tersebut dalam huruf a, b dan c
diberitahukan kepada Dewan Pimpinan setingkat lebih tinggi untuk diberikan pengesahan
dan pengukuhan.
e. Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak diajukan kepada Dewan Pimpinan setingkat lebih
tinggi ternyata belum diberikan pengesahan dan pengukuhan maka pimpinan hasil
pergantian antar waktu tersebut dinyatakan sah dan dapat menjalankan tugas, kewajiban
serta kewenangannya.
f. Khusus untuk jabatan Ketua Umum dan anggota Dewan Pimpinan Pusat ditetapkan dalam
rapat gabungan antara Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pertimbangan Nasional.

2. Pergantian Antar Waktu Dewan Pertimbangan :


a. Apabila Ketua Dewan Pertimbangan Nasional, Ketua Dewan Pertimbangan Provinsi dan
Ketua Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota berhalangan tetap dan atau sesuatu sebab
tidak dapat menjalankan dan atau tidak dapat menyelesaikan kewajibannya sampai dengan
masa jabatan berakhir maka jabatan Ketua Dewan Pertimbangan Nasional digantikan oleh
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Nasional, jabatan Ketua Dewan Pertimbangan Provinsi
dan jabatan Ketua Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota digantikan oleh Wakil Ketua
Dewan Pertimbangan Provinsi dan Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota.
b. Apabila karena sesuatu sebab terjadi kelowongan dalam Keanggotaan Dewan
Pertimbangan disemua tingkatan maka jabatan yang lowong tersebut digantikan oleh
personil dari perusahaan anggota yang belum terwakili dalam kepengurusan.
c. Pergantian Antar Waktu sebagai mana huruf a dan b ditetapkan dalam rapat pleno Dewan
Pertimbangan masing-masing tingkatan yang khusus diadakan untuk maksud tersebut.
d. Keputusan yang diambil Dewan Pertimbangan sebagaimana tersebut dalam huruf a, b dan
c diberitahukan kepada Dewan Pertimbangan setingkat lebih tinggi untuk diberikan
pengesahan dan pengukuhan.
e. Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak diajukan kepada Dewan Pertimbangan setingkat
lebih tinggi ternyata belum diberikan pengesahan dan pengukuhan maka pimpinan hasil
pergantian antar waktu tersebut dinyatakan sah dan dapat menjalankan tugas, kewajiban
serta kewenangannya.
f. Khusus untuk jabatan Ketua Pertimbangan dan anggota Dewan Pertimbangan Nasional
ditetapkan dalam rapat gabungan antara Dewan Pimpinan Nasional dan Dewan
Pertimbangan Nasional
3. Hal hal yang menyangkut proses dan ketentuan teknis pergantian antar waktu diatur dalam
peraturan organisasi (PO).

BAB V
HIRARKI PERTANGGUNGJAWABAN, KEABSAHAN, PENGUKUHAN KEPENGURUSAN DAN
PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Pasal 24
Hirarki Pertanggungjawaban

Hirarki Pertanggungjawaban :
1. Kepengurusan Pusat bertanggungjawab kepada Musyawarah Nasional.
2. Kepengurusan Wilayah bertanggungjawab kepada Musyawarah Provinsi.
3. Kepengurusan Daerah bertanggungjawab kepada Musyawarah Kabupaten/Kota.
4. Kepengurusan Cabang bertanggungjawab kepada Musyawarah Kecamatan.

Pasal 25
Hirarki Keabsahan

Hirarki Keabsahan :
1. Dewan Pimpinan Pusat memberikan keabsahan terhadap pelaksanaan Musyawarah Wilayah.
2. Dewan Pimpinan Wilayah memberikan Keabsahan terhadap pelaksanaan Musyawarah
Daerah.
3. Dewan Pimpinan Daerah memberikan Keabsahan terhadap pelaksanaan Musyawarah
Cabang.

Pasal 26
Hirarki Pengukuhan

Hirarki Pengukuhan :
1. Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa memberi pengukuhan terhadap
Kepengurusan tingkat Nasional.
2. Dewan Pimpinan Pusat memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan tingkat Provinsi.
3. Dewan Pimpinan Wilayah memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan tingkat
Kabupaten/Kota.
4. Dewan Pimpinan Daerah memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan tingkat
Kecamatan

Pasal 27
Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

2. Musyawarah Nasional dihadiri oleh :


a. Dewan Pendiri memiliki hak veto, hak bicara dan hak suara.
b. Dewan Pertimbangan Nasional dan Dewan Pimpinan Pusat yang mempunyai hak bicara.
c. Utusan Dewan Pimpinan Provinsi mempunyai hak bicara dan hak suara.
d. Anggota Luar Biasa yang terdaftar di Dewan Pimpinan Pusat mengacu kepada Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dimana tiap-tiap klasifikasi usaha memiliki 1 (satu)
hak bicara dan hak suara.
e. Anggota khusus yang mempunyai hak bicara.
f. Utusan Dewan Pimpinan Daerah sebagai peninjau dan mempunyai hak bicara.
g. Anggota Dewan Penasehat dan Wakil-wakil BATARA yang duduk dalam lembaga-lembaga
yang berunsurkan tripartit ketenagakerjaan dan badan kelengkapan organisasi tingkat
nasional sebagai peninjau dan mempunyai hak bicara.
h. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan mempunyai hak bicara.

3. Musyawarah Nasional mempunyai kewenangan untuk :


a. Menerima, mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggung-jawaban
Dewan Pimpinan Pusat.
b. Menetapkan Program Umum Organisasi.
c. Memilih Ketua Dewan Pertimbangan secara musyawarah mufakat
d. Memilih Ketua Umum secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua Formatur.
e. Memilih 3 (tiga) orang anggota formatur diantara peserta Musyawarah guna membantu
Ketua Umum terpilih bersama Ketua Dewan Pertimbangan terpilih menyusun
Kepengurusan Nasional secara lengkap dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
semenjak berakhirnya Musyawarah Nasional.

Pasal 28
Musyawarah Nasional Luar Biasa

1. Musyawarah Naslional Luar Biasa diadakan setiap waktu atas permintaan secara tertulis dari
paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Provinsi.
2. Pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa merujuk pada Pasal 22 dan Pasal 24
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 29
Sidang Musyawarah Nasional

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah dipimpin oleh
Dewan Pimpinan Pusat sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Nasional dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Setiap peserta dan peninjau Musyawarah Nasional harus membawa mandat dari Dewan
Pimpinan yang bersangkutan. Berdasarkan hasil rapat yang khusus untuk kegiatan
Musyawarah Nasional.
4. Dewan Pimpinan Wilayah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua) orang utusan
peserta yang masing-masing utusan peserta mempunyai hak 1 (satu) suara dan tidak bisa
diwakilkan.
5. Anggota Luar Biasa yang terdaftar di Dewan Pimpinan Pusat mengacu kepada Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dimana tiap-tiap klasifikasi usaha memiliki 1 (satu)
hak suara dan hak bicara.
6. Anggota Khusus yang terdaftar di Dewan Pimpinan Pusat mempunyai hak bicara.
7. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Nasional disiapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat
dan disahkan oleh Musyawarah Nasional.

Pasal 30
Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART BIMANTARA

1. Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART BATARA dipersiapkan dan


diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
2. Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART BATARA dihadiri oleh:
a. Dewan Pendiri yang memiliki hak veto, hak bicara dan hak suara masing – masing 1 (satu)
suara.
b. Kepengurusan Pusat yang mempunyai hak bicara dan hak suara masing-masing Dewan
Pertimbangan 3 (tiga) suara dan Dewan Pimpinan 9 (sembilan) suara.
c. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah mempunyai hak bicara dan hak suara sebanyak Dewan
Pimpinan Provinsi masing-masing 1 (satu) suara.

3. Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART BATARA mempunyai kewenangan untuk


menyempurnakan dan mengesahkan AD/ART BATARA

Pasal 31
Sidang Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART

1. Musyawarah Nasional Khusus dipimpin oleh 5 (lima) orang Pimpinan Musyawarah yang dipilih
dari dan oleh Peserta Musyawarah Nasional Khusus.
2. Setiap peserta Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART BATARA harus membawa
mandat dari Dewan Pimpinan Pusat untuk peserta utusan Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan
Pimpinan Wilayah untuk peserta utusan Dewan Pimpinan Wilayah.
3. Dewan Pimpinan Wilayah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 1 (satu) orang
utusan peserta yang mempunyai hak 1 (satu) suara.
4. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Nasional Khusus disiapkan oleh Dewan
Pimpinan Pusat dan disahkan oleh Musyawarah.

Pasal 32
Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :


a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Wilayah yang mempunyai hak bicara.
b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah yang mempunyai hak suara dan hak bicara.
c. Anggota Luar Biasa yang terdaftar di Dewan Pimpinan dimana tiap-tiap klasifikasi usaha
mempunyai 1 (satu) hak suara dan hak bicara.
d. Anggota khusus yang mempunyai hak bicara.
e. Utusan Dewan Pimpinan Pusat sebagai narasumber yang mempunyai hak memberikan
keabsahan Musyawarah Wilayah.
f. Anggota Dewan Penasehat dan wakil-wakil Geraknas yang duduk dalam lembaga-lembaga
tripartit ketenagakerjaan dan badan kelengkapan organisasi tingkat Provinsi sebagai
peninjau dan mempunyai hak bicara.
g. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Panitia Musyawarah Wilayah yang mempunyai hak
bicara.

2. Musyawarah Wilayah mempunyai kewenangan untuk :


a. Menerima, mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggungjawaban
Dewan Pimpinan Wilayah.
b. Menetapkan program-program BATARA Wilayah.
c. Memilih Ketua secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua Formatur.
d. Memilih 4 (empat) orang formatur diantara peserta Musyawarah guna membantu Ketua
terpilih menyusun Pengurus Harian Dewan Pimpinan Wilayah secara lengkap dalam waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan semenjak berakhirnya Musyawarah Wilayah.
e. Memilih Dewan Pimpinan Wilayah untuk masa bakti berikutnya.

3. Musyawarah Wilayah dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

Pasal 33
Musyawarah Wilayah Luar Biasa

1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu atas permintaan secara tertulis
dari paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah Dewan Pimpinan Daerah,.
2. Pelaksanaan Musyawarah Wilayah Luar Biasa mengacu pada Pasal 27 Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 34
Sidang Musyawarah Wilayah

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah dipimpin oleh
Dewan Pimpinan Wilayah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Setiap peserta dan peninjau Musyawarah Wilayah harus membawa mandat dari Dewan
Pimpinan Daerah.
4. Dewan Pimpinan Wilayah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua) orang utusan
peserta yang masing-masing utusan peserta mempunyai hak 1 (satu) suara dan tidak bisa
diwakilkan.
5. Anggota Luar Biasa yang terdaftar di Dewan Pimpinan Wilayah mempumyai 1 (satu) hak suara
dan hak bicara.
6. Anggota Khusus yang terdaftar di Dewan Pimpinan Wilayah mempunyai hak bicara.
7. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Wilayah disiapkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah
dan disahkan oleh Musyawarah Wilayah.
8. Pimpinan Musyawarah Luar Biasa Wilayah dipimpin sementara oleh utusan dari Dewan
Pimpinan Pusat.

Pasal 35
Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dihadiri oleh :


a. Dewan Pimpinan Daerah yang mempunyai hak bicara.
b. Utusan Anggota yang berada di wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan masing-
masing seorang sebagai peserta dan mempunyai hak suara dan hak bicara.
c. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah di daerah kerjanya sebagai nara sumber yang
mempunyai hak memberikan keabsahan Musyawarah Daerah.
d. Anggota Dewan Penasehat dan Wakil-wakil yang duduk dalam lembaga-lembaga tripartit
ketenagakerjaan dan badan kelengkapan organisasi tingkat Kabupaten/Kota sebagai
peninjau dan mempunyai hak bicara.
e. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Daerah yang mempunyai hak
bicara.

2. Musyawarah Daerah mempunyai kewenangan untuk :


a. Menerima,mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggungjawaban
Dewan Pimpinan Daerah
b. Menetapkan program-program GeraknasDaerah.
c. Memilih Ketua secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua Formatur.
d. Memilih 4 (empat) orang formatur diantara peserta Musyawarah guna membantu Ketua
terpilih menyusun Pengurus Harian Dewan Pimpinan Daerah yang selanjutnya Pengurus
Harian Daerah secara lengkap dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan semenjak
berakhirnya Musyawarah Daerah.
e. Memilih Dewan Pimpinan Daerah untuk masa bakti berikutnya.

3. Musyawarah Daerah dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah.

4. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu atas permintaan secara tertulis
dari paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Kabupaten/Kota.

Pasal 36
Sidang Musyawarah Kabupaten/Kota

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitive, maka musyawarah dipimpin oleh
Dewan Pimpinan Daerah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang musyawarah Daerah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Dalam pemungutan suara setiap peserta utusan Anggota mempunyai 1 (satu) suara.
4. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Daerah disiapkan oleh Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota dan disahkan oleh Musyawarah Kabupaten/Kota.

Pasal 37
Musyawarah Cabang

2. Musyawarah Daerah dihadiri oleh :


f. Dewan Pimpinan Cabang yang mempunyai hak bicara.
g. Utusan Anggota yang berada di wilayah Kecamatan yang bersangkutan masing-masing
seorang sebagai peserta dan mempunyai hak suara dan hak bicara.
h. Utusan Dewan Pimpinan Daerah di daerah kerjanya sebagai nara sumber yang
mempunyai hak memberikan keabsahan Musyawarah Cabang.
i. Anggota Dewan Penasehat dan Wakil-wakil yang duduk dalam lembaga-lembaga tripartit
ketenagakerjaan dan badan kelengkapan organisasi tingkat Kecamatan sebagai peninjau
dan mempunyai hak bicara.
j. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Cabang yang mempunyai hak
bicara.

3. Musyawarah Cabang mempunyai kewenangan untuk :


f. Menerima,mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggungjawaban
Dewan Pimpinan Cabang
g. Menetapkan program-program BATARA Cabang.
h. Memilih Ketua secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua Formatur.
i. Memilih 4 (empat) orang formatur diantara peserta Musyawarah guna membantu Ketua
terpilih menyusun Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang yang selanjutnya Pengurus
Harian Cabang secara lengkap dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan semenjak
berakhirnya Musyawarah Cabang.
j. Memilih Dewan Pimpinan Cabang untuk masa bakti berikutnya.

3. Musyawarah Cabang dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang.

4. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu atas permintaan secara tertulis
dari paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Kecamatan.

Pasal 38
Sidang Musyawarah Cabang

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitive, maka musyawarah dipimpin oleh
Dewan Pimpinan Daerah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang musyawarah Daerah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Dalam pemungutan suara setiap peserta utusan Anggota mempunyai 1 (satu) suara.
4. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Daerah disiapkan oleh Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota dan disahkan oleh Musyawarah Kabupaten/Kota.

.
BAB VI
PELAKSANAAN RAPAT KERJA

Pasal 39
Rapat Kerja Nasional

1. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) diadakan sekali dalam satu tahun, yang dipersiapkan serta
dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat.
2. RAKERNAS dihadiri oleh :
a. Dewan Pendiri, Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Pusat sebagai peserta.
b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayahdan Daerah sebagai peserta.
c. Anggota Luar Biasa sebagai peserta sesuai dengan tiap-tiap klasifikasi yang diwakilkan
oleh 1 (satu) orang peserta.
d. Anggota Khusus sebagai peninjau.
e. Utusan Lembaga yang berkoordinasi dengan Dewan Pimpinan Pusat
f. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Pusat.

3. Rapat Kerja Nasional merupakan forum koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan
Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan organisasi mengacu kepada amanat
Musyawarah Nasional dan menetapkan rencana pelaksanaan tahun selanjutnya atas Program
Umum Organisasi.

4. Rakernas dapat diawali oleh penyelenggaraan Kaukus Organisasi yang diikuti oleh Dewan
Pertimbangan Pusat dan Dewan Pimpinan Pusat serta Ketua-Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.

Pasal 40
Rapat Kerja Wilayah

1. Rapat Kerja Wilayah(Rakerwil) diadakan sekali dalam 1 (satu) tahun yang dipersiapkan dan
diselenggarakan serta dipimpin oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
2. Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh :
a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Wilayah sebagai peserta.
b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah sebagai peserta.
c. Anggota Luar Biasa sebagai peserta sesuai dengan tiap-tiap klasifikasi diwakilkan oleh 1
(satu) orang peserta.
d. Anggota Khusus sebagai peninjau.
e. Utusan Lembaga yang berkoordinasi dengan Dewan Pimpinan Wilayah.
f. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

3. Rapat Kerja Wilayah merupakan forum koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan
Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan organisasi mengacu kepada amanat
Musyawarah Wilayah dan menetapkan rencana pelaksanaan tahun selanjutnya atas Program
Organisasi.

4. Rakerwil dapat diawali oleh penyelenggaraan Kaukus Organisasi yang diikuti oleh pengurus
Dewan Pimpinan Wilayah dan Ketua-ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan Ketua-Ketua
Dewan Pimpinan Daerah

BAB VII
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 41
Kuorum dan Sahnya Persidangan

1. Musyawarah dan sidang-sidangnya adalah sah apabila dihadiri lebih dari ½ (seperdua)
ditambah 1 (satu) jumlah suara utusan/peserta yang hadir.
2. Bila kuorum sebagaimana tersebut dalam ayat 1 (satu) tidak tercapai, maka Musyawarah dan
sidang-sidangnya dapat ditunda paling lama 1 (satu) jam. Setelah penundaan tersebut
ternyata kuorum sebagaimana tersebut dalam ayat 1 (satu) masih tidak tercapai, Musyawarah
dan sidang-sidangnya sah untuk dilanjutkan dan mengambil keputusan bilamana dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah peserta yang mempunyai hak suara.
Pasal 42
Pengambilan Keputusan

1. Semua keputusan yang diambil diusahakan atas dasar hikmah kebijaksanaan dalam
musyawarah dan mufakat.
2. Bila dengan usaha musyawarah dan mufakat tidak tercapai keputusan, maka keputusan dapat
diambil berdasarkan suara terbanyak.
3. Apabila dengan pemungutan suara sampai dua kali ternyata jumlah suara sama banyak, maka
keputusan akhir ditetapkan oleh tim Ad Hoc yang ditetapkan khusus untuk itu.

BAB VIII
SANKSI DAN PEMBELAAN

Pasal 43
Sanksi Organisasi

1. Sanksi organisasi dapat berupa :


a. Peringatan tertulis.
b. Pemberhentian sementara.
c. Pemberhentian tetap.
2. Tindakan pemberhentian sementara dikenakan kepada mereka yang melalaikan
kewajibannya.
3. Tindakan pemberhentian sementara dilakukan setelah yang bersangkutan diberi peringatan
lisan, tertulis sebanyak 3 (tiga) kali masing-masing dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan.
4. Tindakan pemberhentian tetap dikenakan kepada mereka yang
a.Merusak nama baik organisasi dan
b.Menyalahgunakan nama atau hak milik organisasi.
5. Sanksi organisasi terhadap Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa maupun Anggota
Kehormatan, dilakukan atas dasar keputusan oleh dan dalam Rapat Dewan Pengurus.

Pasal 44
Sanksi terhadap Anggota Pengurus

1. Setiap anggota kepengurusan, baik anggota Dewan Pertimbangan maupun anggota Dewan
Pimpinan di semua tingkatan, dapat dikenai sanksi organisasi oleh Dewan Pimpinan yang
bersangkutan berdasarkan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan sampai pada bentuk
pemberhentian setelah terlebih dahulu di putuskan didalam Rapat Dewan Pimpinan dan
Dewan Pertimbangan yang bersangkutan, dengan tingkatan sanksi yang dilakukan secara
tertulis, sebagai berikut :
a. Teguran atau peringatan lisan.
b. Peringatan tertulis.
c. Pemberhentian sementara dari jabatan.
d. Pemberhentian tetap dari jabatan.
2. Sanksi organisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan apabila yang bersangkutan :
a. Secara sadar melanggar dan atau tidak mematuhi Anggaran Dasar dan atau Anggaran
Rumah Tangga.
b. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik organisasi.
c. Melanggar peraturan dan ketentuan organisasi.
d. Tidak memenuhi dan atau melalaikan kewajibannya sebagai anggota kepengurusan.
e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan organisasi.
3. Keputusan pemberhentian atau pemberhentian sementara dilakukan setelah kepada yang
bersangkutan diberikan peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut terlebih dahulu,terkecuali
untuk hal-hal yang bersifat luar biasa, melalui keputusan rapat Dewan Pimpinan yang
bersangkutan berdasarkan ;
a. Untuk anggota Dewan Pertimbangan oleh Keputusan Dewan Pertimbangan.
b. Untuk anggota Dewan Pengurus oleh Keputusan Dewan Pengurus.
4. Dalam masa pemberhentian atau pemberhentian sementara, anggota kepengurusan yang
bersangkutan kehilangan hak-hak dan jabatannya sebagai anggota kepengurusan.

Pasal 45
Pembelaan Diri

1. Anggota kepengurusan yang diberhentikan atau di berhentikan sementara berhak membela


diri atau naik banding berturut-turut pada jenjang tingkatan berikut :
a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan yang tingkatan nya lebih tinggi.
b. Rakerda yang bersangkutan.
c. Musda yang bersangkutan.
d. Rakerwil yang bersangkutan.
e. Muswil yang bersangkutan.
f. Rakenas.
g. Munas.
2. Mereka yang terkena sanksi organisasi sebagaimana dimuat dalam pasal 43 & 44 di atas
dapat membela diri dan dibela dimuka suatu Panitia yang dibentuk oleh Dewan Pimpinan
Daerah, Wilayah dan Pusat.
3. Keputusan Panitia dapat berisi saran pembatalan ataupun perubahan sanksi.
4. Keputusan Panitia disampaikan kepada Dewan Pimpinan secara tertulis untuk
dipertimbangkan oleh Dewan Pengurus.
5. Apabila setelah mempertimbangkan keputusan panitia, Dewan Pimpinan menyatakan yang
bersangkutan tidak bersalah, maka Dewan Pimpinan segera merehabilitir yang bersangkutan.
6. Dalam hal yang bersangkutan tidak puas terhadap keputusan Panitia dan atau keputusan
Dewan Pengurus, yang bersangkutan dapat menyampaikan persoalannya kepada Dewan
Pimpinan yang lebih tinggi kedudukannya.

7. Anggota kepengurusan yang kehilangan hak dan jabatannya karena terkena sanksi
pemberhentian atau pemberhentian sementara akan memperoleh pemulihan hak dan
jabatannya, setelah sanksi yang dikenakan di cabut atau di ubah oleh Kepengurusan yang
bersangkutan atau Kepengurusan yang tingkatannya lebih tinggi atau Rakerda / Musda /
Rakerwil / Muswil / Rakernas / Munas sebagaimana dimaksud ayat 5 (lima).

BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 46
Ketentuan Pembukuan dan Pertanggungjawaban
1. Pengurus memberikan laporan dan pertanggungjawaban keuangan dan perbendaharaan
kepada Musyawarah dan diwajibkan melakukan pencatatan dan pengurusan atas seluruh
kekayaan dan penggunaan keuangan organisasi selama masa jabatannya.
2. Tahun Buku dimulai pada tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun
berjalan, dan laporan keuangan yang telah di audit dikeluarkan paling lambat akhir bulan Juni
tahun berikutnya.
3. Dalam hal Musyawarah / Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan sebelum tutup Tahun Buku
maka Laporan Keuangan/Kekayaanorganisasi sesuai dengan tingkatannya dipertanggung
jawabkan sampai dengan akhir periode kepengurusan.

Pasal 47
Keuangan dan Kekayaan

1. Dewan Pimpinan Pusat, Wilayah dan Daerah, wajib menghimpun kekayaan organisasi sebagai
sarana kegiatan dan pelayanan, mengelola secara umum kekayaan dan keuangannya masing-
masing termasuk penetapan anggaran belanja.
2. Bendahara adalah pemegang kuasa atas pengelolaan kekayaan dan dana organisasi.

BAB X
SEKERETARIAT ORGANISASI

Pasal 48
Kelengkapan Sekretariat

1. Organisasi Geraknas dilengkapi dengan Sekretariat


2. Susunan personalia dan tata kerja Sekretariat ditetapkan Dewan Pimpinan .
3. Pengangkatan jabatan-jabatan dalam Sekretariat dan pemberhentiannya dilaksanakan oleh
persetujuan Dewan Pengurus.

BAB XI
ATURAN TAMBAHAN

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur oleh Dewan Pimpinan
Pusat dan Dewan Pimpinan Wilayah sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk Peraturan
Organisasi (PO) sepanjang peraturan tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.

BAB XII
ATURAN PERALIHAN

Ketentuan dari peraturan organisasi yang ada tetap dapat diberlakukan sepanjang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BERITA ACARA TIM PERUMUSAN ANGGARAN DASAR / ANGGARAN RUMAH TANGGA


BARISAN PELITA NUSANTARA (AD / ART BATARA) TAHUN 2018 Pada hari ini, Senin tanggal
02 April tahun 2018, bertempat di Jakarta, Tim Perumusan AD/ART BATARA tahun 2017 yang
terdiri dari :
Telah menyelesaikan tugasnya melakukan merumuskan AD/ART BATARA tahun 2018.

Naskah AD/ART BATARA ditandatangani bersama dan menjadi lampiran tidak terpisahkan dari
berita acara ini.

JAKARTA, 02 April 2018

1. ……………………………
2. ……………………………
3. …………………………….

Você também pode gostar