Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Polemik terkait perbedaan pandangan yang terjadi akhir-akhir ini masuk pada titik yang
mengkhawatirkan dimana berpotensi menciptakan disintegrasi bangsa. Perbedaan dari dua kubu
baik itu yang pro terhadap pemerintah serta mereka yang memilih menjadi oposisi membuat
masing-masing pihak berada dalam posisi yang berhadap-hadapan.
Kebuntuan komunikasi antara sesama anak bangsa terkoyak oleh dua pandangan yang saling
bertolak belakang sehingga menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Sementara hal yang lebih
penting terkait perkembangan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat menjadi
terlewatkan.
Tidak adanya pihak yang mencoba menjembatani perbedaan tersebut menjadi penyebab bangsa
ini kehilangan momentum terbaik untuk melakukan lompatan besar sebagai sebuah negara
bangsa.
Dimana ciri negara bangsa adalah negara yang terdiri dari berbagai macam perbedaan baik itu
suku Ras, Agama, kelompok namun memiliki sinergitas dalam persatuan sebagai suatu bangsa.
Apresiasi serta kritisi yang berlebihan membuat permasalahan urgen yang seharusnya segera
ditangani menjadi bias dimana energi para elit politik negeri dihabiskan untuk komunikasi yang
kontraproduktif dalam semangat kebersamaan membangun bangsa.
Diperlukan media netral dan acceptable yang menjembatani dua perbedaan masyarakat di level
akar rumput lewat gerakan menyuarakan aspirasi masyarakat yang terpinggirkan karena
kegaduhan tersebut.
Keprihatinan itulah yang mendorong lahirnya Barisan Pelita Nusantara dimana dalam
implementasinya akan bermitra dengan lembaga-lembaga mulai dari lembaga desa hingga
lembaga pemerintah, oposisi serta lembaga lain yang memiliki semangat yang sama dalam
pembangunan bangsa baik itu dalam sektor ekonomi, pangan, hukum, sosial, teknologi serta
politik.
Kerjasama kemitraan ini akan meliputi inventarisasi informasi terkait permasalahan yang terjadi di
masyarakat dan apresiasi sekaligus memvisualisasikannya dalam bentuk feature atau dokumenter
untuk memberikan gambaran yang nyata terhadap stakeholder pemegang kebijakan baik itu yang
berada di level eksekutif maupun legislatif.
Memberikan bantuan hukum bagi masyarakat yang hak-haknya belum terakomodir oleh pihak
penguasa maupun oposisi politik sehingga tercipta kedaulatan terhadap masyarakat sebagai
pemilik negeri.
Barisan Pelita Nusantara mendorong kebijakan pro rakyat mulai dari peraturan desa hingga level
legislasi tingkat Nasional ataupu dalam ranah mahkamah konstitusi demi melindungi hak-hak
rakyat semesta.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan dilandasi visi untuk mewujudkan organisasi yang
berkontribusi terhadap pembangunan bangsa lewat gerakan rakyat dari level akar rumput secara
Nasional.
Barisan Pelita Nusantara yang disingkat BATARA dibentuk pada tanggal 1 April 2018 di Jakarta.
Maka dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, ditetapkanlah Anggaran Barisan Pelita Nusantara
sebagai berikut :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Barisan Pelita Nusantara yang disingkat sebagai BATARA adalah organisasi sosial yang
bergerak menjembatani perbedaan pandangan yang ada di masyarakat sekaligus
menyuarakan aspirasi masyarakat yang tersekat birokrasi partisan ataupun kepentingan
kelompok atau golongan.
2. Menyuarakan aspirasi masyarakat lewat penggalangan informasi serta data yang valid terkait
problematikan yang ada di masyarakat sekaligus menjadi wadah mereka yang ingin
mengapresiasi kerja pemerintah sehingga BATARA dapat diterima semua pihak sebagai
gerakan murni masyarakat yang terpecah karena perbedaan pandangan politis.
6. Rapat adalah forum organisasi yang dilaksanakan secara berkala pada masing-masing
tingkatan organisasi.
7. BATARA Kecamatan adalah organisasi yng mempunyai daerah kerja di tingkat Kecamatan.
9. BATARA Provinsi adalah organisasi yang mempunyai daerah kerja di tingkat Provinsi dan
daerah-daerah lainnya yang kedudukannya disamakan dengan Provinsi.
10. BATARA Pusat adalah induk organisasi yang mempunyai daerah kerja meliputi seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Sektor yang menjadi ruang kerja BATARA antara lain menjembatani perbedaan pandangan
yang mengancam disintegrasi bangsa, mendorong kebijakan yang pro rakyat, menjembatani
aspirasi rakyat, mendokumentasikan dan memvisualkannya, advokasi hukum masyarakat
serta mendorong kebijakan yang membumi.
12. BIDANG adalah bagian tugas Dewan Pimpinan BATARA tingkat Pusat untuk Nasional
13. BIROadalah bagian tugas Dewan Pimpinan BATARA tingkat Wilayah untuk Provinsi.
14. DIVISI adalah bagian tugas Dewan Pimpinan BATARA tingkat Daerah untuk Kabupaten/Kota.
15. Kecamatan dan kelurahan yang secara khusus menangani masalah pada bagian yang
strategis dalam daerah kerja masing-masing.
16. Badan Kelengkapan Organisasi adalah dibentuk berdasarkan AD/ART BATARA dan atau
keputusan organisasi di setiap tingkatan dengan sebutan Tim, Badan dan atau lembaga atau
nama apapun yang serupa adalah organisasi internal BATARA dengan tujuan fungsi dan tugas
tertentu dalam rangka pengembangan aktifitas BATARA dan meningkatkan kompetensi baik di
tingkat Internasional, Nasional, Provinsi atau Kabupaten / Kota, Kecamatandan Kelurahan
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi.
17. Kepengurusan adalah perangkat organisasi yang dibentuk berdasarkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga pada setiap tingkatan yang terdiri dari Dewan Pertimbangan dan
Dewan Pimpinan.
18. BATARA diperkenankan untuk bekerjasama dengan pihak lain guna mencapai visi dan misi
yaitu membangun masyarakat yang berkeadilan.
BAB II
NAMA, BENTUK, SIFAT, WAKTU, DAERAH KERJA, SERTA TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 2
Nama
Perkumpulan ini bernama “Barisan Pelita Nusantara” disingkat BATARA, dalam bahasa Inggris
disebut “ cordon of lights (human life) the archipelago society ”.
Pasal 3
Bentuk dan Sifat
Barisan Pelita Nusantara berbentuk perkumpulan yang beranggotakan masyarakat, elit politik,
pemangku kebijakan dari tingkat desa hingga pusat, pengusaha dan atau perusahaan yang
berdomisili di Indonesia, bersifat demokratis, bebas, mandiri dan bertanggungjawab, yang
menangani berbagai kegiatan dalam peningkatan nilai kesejahteraan dalam arti yang luas.
Memfasilitasi aspirasi masyarakat dan menyampaikannya secara bertanggung jawab.
Pasal 4
Waktu
Barisan Pelita Nusantara, yang pada waktu didirikan tanggal 1 April 2018.
Pasal 5
Daerah Kerja dan Tempat Kedudukan
1. BATARA Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia mempunyai daerah kerja
di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, dan dapat membentuk perwakilan di negara
lain
2. BATARA Wilayah berkedudukan di Ibukota Provinsi yang bersangkutan atau di salah satu kota
pusat kegiatan ekonomi di Provinsi yang bersangkutan, yang mempunyai daerah kerja di
tingkat Provinsi
3. BATARA Daerah berkedudukan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan mempunyai daerah
kerja di tingkat Kabupaten/Kota.
4. BATARA Cabang berkedudukan di kecamatan yang bersangkutan mempunyai daerah kerja di
tingkat kecamatan.
5. BATARA Anak Cabang berkedudukan di Kelurahan yang bersangkutan mempunyai daerah
kerja di tingkat Kelurahan.
BAB III
VISI DAN MISI
Pasal 6
Visi
1. Membangkitkan semangat membangun bangsa dalam kerangka persatuan dan kesatuan yang
ber-Bhinneka.
2. Membangun Indonesia menjadi salah satu negara bangsa yang demokratis dan berkeadilan.
Pasal 7
Misi
1. Menyalurkan aspirasi masyarakat baik itu berupa apresiasi ataupun evaluasi terhadap kerja
pemerintah.
2. Menciptakan iklim politik yang kondusif yang dapat mendorong pembangunan bangsa.
3. Mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah yang membumi bagi seluruh kawasan negara
kesatuan Republik Indonesia.
4. Membangun kemitraan terhadap semua pihak yang memiliki komitmen yang sama dalam
membangun bangsa yang berkeadilan.
BAB IV
AZAS, LANDASAN, TUJUAN DAN USAHA
Pasal 8
Azas
Pasal 9
Landasan
Pasal 10
Tujuan
Barisan Pelita Nusantara bertujuan untuk :
1. Terciptanya iklim demokrasi yang sehat.
2. Terciptanya jembatan yang memediasi masyarakat yang berbeda pandangan serta asal
golongan.
3. Terciptanya tingkat sosial ekonomi yang berkeadilan.
4. Terciptanya hubungan kemitraan yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan kesetaraan.
Pasal 11
Usaha
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 12
Anggota
Pasal 13
Persyaratan Keanggotaan
Persyaratan Keanggotaan diatur lebih lanjut di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)
Pasal 14
Hak dan Kewajiban Anggota
1. Anggota biasa
a. Hak Anggota Biasa adalah :
a.1. Memilih dan dipilih untuk menjadi anggota Kepengurusan dan Badan
Kelengkapan organisasi.
a.2. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.
a.3. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
a.4. Mendapatkan pelayanan dari organisasi.
a.5. Membela diri terhadap sanksi organisasi.
3. Anggota Khusus
a. Hak Anggota Khusus adalah :
a.1. Dipilih untuk menjadi pengurus dan badan kelengkapan organisasi lainnya.
a.2. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.
a.3. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
a.4. Mendapatkan pelayanan khusus dari organisasi yang diatur tersendiri.
a.5. Membela diri dan pembelaan terhadap sanksi organisasi.
BAB VI
JENJANG DAN PENGURUSAN
Pasal 15
Jenjang
Jenjang Organisasi :
1. Organisasi di tingkat Nasional adalah BATARA Pusat.
2. Organisasi di tingkat Provinsi adalah BATARA Wilayah.
3. Organisasi di tingkat Kabupaten/Kota adalah BATARA Daerah.
4. Organisasi di tingkat kecamatan adalah BATARA Cabang
Pasal 16
Kepengurusan
Kepengurusan terdiri dari Dewan Pendiri, Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan :
1. Kepengurusan tingkat Nasional terdiri dari Dewan Pendiri, Dewan Pertimbangan Pusat dan
Dewan Pimpinan Pusat.
2. Kepengurusan tingkat Propinsi terdiri dari Dewan Pertimbangan Wilayah dan Dewan
Pimpinan Wilayah.
3. Kepengurusan tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari Dewan Pertimbangan Daerah dan Dewan
Pimpinan Daerah.
Pasal 17
Dewan Pendiri
1. Dewan Pendiri adalah semua orang yang dapat menjadi anggota BATARA dan turut serta
menandatangani deklarasi pendirian Geraknas.
2. Pimpinan Dewan Pendiri dipilih oleh anggota Dewan Pendiri.
3. Dewan Pendiri dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada MUNAS.
4. Hak Dewan Pendiri adalah memiliki hak veto dalam keputusan MUNAS, rapat Pleno tahunan,
Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar Biasa/Munassus.
5. Tugas dan wewenang Dewan Pendiri :
a. Memantau pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan
MUNAS dan Kinerja Dewan Pimpinan di tingkat Pusat.
b. Menilai dan mengusulkan penyempurnaan dan penelitian lebih lanjut atas laporan kerja,
keuangan dan pembendaharaan yang diajukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
c. Menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Dewan Pimpinan Pusat, baik diminta atau
tidak diminta mengenai hal-hal yang menyangkut ruang lingkup usaha anggota dan
pelaksanaan program serta tugas-tugas organisasi.
d. Menyampaikan pertimbangan dan saran sebagai bahan untuk menyusun rancangan
program organisasi kepada MUNAS.
e. Menyelenggarakan rapat gabungan Dewan Pendiri, Dewan Pertimbangan dan Dewan
Pimpinan untuk membahas dan mengambil keputusan tentang langkah dan/atau tindakan
yang perlu demi menjaga kinerja dan nama baik serta kehormatan organisasi.
6. Dewan Pendiri bekerja secara kolektif yang tata caranya di tetapkan oleh dan dalam rapat
pleno Dewan Pendiri.
7. Dewan Pendiri menyelenggarakan rapat Pleno tahunan sebelum diselenggarakan Rapat Kerja
Nasional, Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar Biasa/Munassus untuk
menyusun saran-saran dan masukan yang akan diajukan pada Rapat Kerja Nasional,
Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa/Munassus.
8. Rapat Dewan Pendiri serta rapat-rapat lain selain Rapat Pleno tahunan diselenggarakan
sewaktu-waktu diperlukan.
9. Rapat Pleno dan rapat-rapat Dewan Pendiri dinyatakan mencapai kourum dan sah jika dihadiri
lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota dan keputusan sah bisa mengikat jika disepakati
oleh suara terbanyak dari anggota yang hadir.
Pasal 18
Dewan Pertimbangan
1. Pada Tingkat Pusat, Wilayah dan Daerah dibentuk oleh Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan
Pertimbangan Wilayah dan Dewan Pertimbangan Daerah.
2. Dewan Pertimbangan Pusat adalah Perangkat organisasi BATARA Nasional yang terdiri dari
sejumlah anggota yang dipilih dan diangkat dalam MUNAS/MUNASLUB melalui pemilihan
sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
3. Dewan Pertimbangan Pusat dipimpin sekurang-kurangnya oleh seorang Ketua dan seorang
Sekretaris yang dipilih diantara anggota Dewan Pertimbangan Pusat.
4. Yang dapat dipilih menjadi Pimpinan Dewan Pertimbangan Pusat adalah mantan Ketua
Umum, Ketua Dewan Pimpinan Pusat dan Sekretaris Umum.
5. Yang dapat dipilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat adalah mantan Pengurus
Pusat dan Pengawas Dewan Pimpinan Pusat yang berjasa kepada organisasi.
6. Dewan Pertimbangan Pusat dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada
MUNAS.
7. Tugas dan wewenang Dewan Pertimbangan Pusat :
a. Memantau pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan
MUNAS dan Kinerja Dewan Pimpinan di tingkat Nasional.
b. Menilai dan mengusulkan penyempurnaan dan penelitian lebih lanjut atas laporan kerja,
keuangan dan pembendaharaan yang diajukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
c. Menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Dewan Pimpinan Pusat baik diminta atau
tidak diminta mengenai hal-hal yang menyangkut ruang lingkup usaha anggota dan
pelaksanaan program serta tugas-tugas organisasi.
d. Menyampaikan pertimbangan dan saran sebagai bahan untuk menyusun rancangan
program organisasi kepada MUNAS.
e. Menyelenggarakan rapat gabungan Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan untuk
membahas dan mengambil keputusan tentang langkah dan/atau tindakan yang perlu demi
menjaga kinerja dan nama baik serta kehormatan organisasi.
8. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagai mana dimaksud ayat 7, Dewan
Pertimbangan Pusat dapat membentuk komisi-komisi dari dan diantara anggota Dewan
Pertimbangan Pusat yang menjadi mitra kerja Dewan Pimpinan Pusat.
9. Dewan Pertimbangan Pusat bekerja secara kolektif yang tata caranya di tetapkan oleh dan
dalam rapat pleno Dewan Pertimbangan Pusat.
10. Dewan Pertimbangan Pusat menyelenggarakan rapat Pleno tahunan sebelum
diselenggarakan Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar
Biasa/Munassus untuk menyusun saran-saran dan masukan yang akan diajukan pada Rapat
Kerja dan Konsultasi Nasional, Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar
Biasa/Munassus.
11. Rapat Komisi Dewan Pertimbangan Pusat serta rapat-rapat lain selain Rapat Pleno tahunan
diselenggarakan sewaktu-waktu diperlukan.
12. Rapat Pleno dan rapat-rapat Dewan Pertimbangan Pusat dinyatakan mencapai kourum dan
sah jika dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota dan keputusan sah bisa mengikat
jika disepakati oleh suara terbanyak dari anggota yang hadir.
13. Ketentuan mengenai fungsi, tugas, struktur dan rapat-rapat Dewan Pertimbangan Wilayah dan
Daerah dengan Dewan Pertimbangan Pusat.
14. Persyaratan dan tata cara pemilihan Dewan Pertimbangan Pusat, Wilayah dan Daerah diatur
didalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
Pasal 18
Hak dan Kewajiban Dewan Pimpinan
1. Hak Dewan Pimpinan adalah mengelola organisasi sesuai dengan tingkat dan daerah kerja
masing-masing.
2. Kewajiban Dewan Pimpinan adalah melaksanakan tugas dan kegiatan serta mempertanggung
jawabkannya kepada anggota melalui Musyawarah.
3. Dewan Pimpinan berkewajiban mengindahkan pengarahan, petunjuk, pertimbangan, saran
dan nasehat dari Dewan Pertimbangan Geraknas
4. Pelaksanaan hak dan kewajiban sebagaimana ayat 1 (satu) dan 2 (dua) diatas, sesuai dengan
tingkat dan daerah kerja Dewan Pimpinan masing-masing.
Pasal 19
Dewan Pimpinan Pusat
Pasal 20
Dewan Pimpinan Wilayah
1. Pengurus ditingkat Provinsi adalah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW).
2. Dewan Pimpinan Wilayah adalah pimpinan tertinggi organisasi di tingkat Provinsi yang dipilih
oleh Musyawarah Wilayah.
3. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dicalonkan oleh pengurus tingkat Provinsi dan Peserta
Musyawarah Wilayah yang mempunyai hak suara.
4. Susunan, fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Wilayah diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).
Pasal 21
Dewan Pimpinan Daerah
Pasal 22
Dewan Pembina dan Dewan Penasehat
1. Pada tingkat Wilayah dan Daerah bila dianggap perlu dapat dibentuk Dewan Pembina dan
Dewan Penasehat
2. Ketentuan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan Pembina dan Dewan
Penasehat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
Pasal 23
Masa Bakti Kepengurusan
BAB VII
KEKUASAAN ORGANISASI
Pasal 24
BAB VIII
MUSYAWARAH
Pasal 25
Musyawarah Nasional, Musyawarah Wilayahi dan Musyawarah Daerah
Pasal 26
Musyawarah Luar Biasa
Pasal 27
Musyawarah Nasional Khusus
BAB IX
RAPAT KERJA
Pasal 28
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)
1. Rapat Kerja Nasional merupakan forum koordinasi antara Kepengurusan Pusat dengan
Kepengurusan Wilayah.
2. Rapat Kerja Wilayah merupakan forum koordinasi antara Kepengurusan Provinsi dengan
Kepengurusan Kabupaten/Kota.
3. Pada tingkat Daerah diselenggarakan Rapat Kerja yang dihadiri oleh kepengurusan kab/kota
dan Anggota
4. Pelaksanaan dan kewenangan Rapat Kerja Nasional (Rakernas), Rapat Kerja Wilayah
(Rakerwil) dan Rapat Kerja Daerah(Rakerda) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
BAB X
KORUM, KEPUTUSAN DAN SANKSI ORGANISASI
Pasal 29
Korum dan Keputusan
1. Musyawarah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah dari jumlah peserta yang
berhak hadir dan mempunyai hak suara
2. Pengambilan keputusan dalam sidang atau rapat-rapat organisasi adalah sah apabila disetujui
oleh lebih dari setengah dari jumlah utusan yang hadir dan mempunyai hak suara
3. Teknis pelaksanaan musyawarah selanjutnya diatur dalam Tata Tertib Musyawarah.
Pasal 30
Sanksi Organisasi
Sanksi Organisasi terhadap anggota dan sanksi terhadap anggota kepengurusan diatur didalam
Anggaran Rumah Tangga (ART).
BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 31
Pengelolaan Kekayaan Organisasi dan Pertanggungjawaban
BAB XII
SEKRETARIAT ORGANISASI
Pasal 32
Sekretariat
BAB XIII
PEMBUBARAN
Pasal 33
Ketentuan tentang Pembubaran
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 35
Penutup
Anggaran Dasar ini ditetapkan dan disahkan pada tanggal ………………….. dihadapan Wakil
Notaris ………………. dengan akte No. ……………… sebagai Barisan Pelita Nusantara yang
dibuat di hadapan Notaris …………….. dengan akte No. ……………… tertanggal, Jakarta
…………….. yang terdiri dari,(Ketua), (Wakil Ketua), (Sekretaris), (Anggota), (Anggota),
(Anggota), (Anggota), (Anggota), (Anggota), (Anggota), dan dinyatakan berlaku sejak ditetapkan.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB I
LAMBANG DAN ATRIBUT ORGANISASI
Pasal 1
Lambang
1. Lambang Organisasi BATARA dengan warna dasar bagian atas berwarna merah dan bagian
bawah berwarna putih, bertuliskan BARISAN PELITA NUSANTARA pada bagian atas
dengan BATARA dibagian bawah yang merupakan adalah singkatan dari Barisan Pelita
Nusantara yang sudah disepakati dan sebuah Perisai Pancasila dibagian tengah yang
menunjukkan kelima sila dari Pancasila yang ber-isi-kan sebagai berikut dibawah ini :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan tulisan berwarna hitam dan juga
adanya symbol Peta Indonesia keemasan melambangkan kekayaan budaya dan potensi
alam.:
logo
1. Bendera BATARA :
Berbahan kain warna putih yang berukuran 90 cm x 72 cm dengan berlogokan lambang
BATARA ditengah yang berdiameter 45 cm
2. Seragam BATARA :
*. Akan dijelaskan dalam pasal penambahan
3. Stempel BATARA :
Bersystem otomatis dengan 2 garis lingkaran yang bertuliskan BARISAN PELITA
NUSANTARA berwarna hitam ditengahnya dengan logo bintang berwarnakan merah, dan
dibawah nya terdapat gambar jabat tangan sebagai lambang “Kesepahaman”
7. Pin BATARA
Sesuai logo dengan berukuran 44 mm
BAB II
SYARAT DAN TATA CARA MENJADI ANGGOTA
Pasal 3
Syarat Menjadi Anggota
1. Anggota Biasa :
a. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan pempinan
Daerah.
b. Membayar uang pendaftaran sesuai ketentuan yang ditetapkan
3. Anggota Khusus :
a. Organisasi / Asosiasi Usaha Sektoral atau Usaha Sejenis yang dibentuk secara resmi dan
sah memiliki AD/ART serta memiliki anggota dan kepengurusan, aktif menjalankan
kegiatan sesuai maksud dan tujuan organisasi.
b. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan
Daerah sesuai dengan tempat, kedudukan dan statusnya.
c. Membayar pendaftaran sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Anggota Kehormatan :
a. Perseorangan yang dinilai mempunyai jasa luar biasa dalam membentuk,
mengembangkan, membina dan / atau memajukan Geraknas baik ditingkat PusatWilayah
maupun Daerah
b. Diusulkan oleh Dewan Pertimbangan, Dewan PimpinanPusat, Dewan Pimpinan Wilayah,
Dewan Pimpinan Daerah.
c. Menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi Anggota Kehormatan.
Pasal 4
Tata Cara Menjadi Anggota
1. Masyarakat yang akan menjadi Anggota Biasa BATARA mendaftar di Sekretariat Dewan
Perwakilan ditempat mereka berada.
2. Masyarakat yang mendaftar menjadi Anggota Biasa Geraknas, terlebih dahulu mengisi
formulir keanggotaan yang disediakan oleh Sekretariat Dewan Perwakilan yang bersangkutan.
3. Masyarakat mengembalikan formulir yang telah di-isi dengan baik dan benar kepada
Sekretariat Dewan Pimpinan BATARA yang bersangkutan, dengan disertai kelengkapan
sebagaimana disyaratkan.
4. Apabila dalam pengisian formulir persyaratan tersebut belum lengkap, maka BATARA
bersangkutan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerimanya wajib
mengembalikan kepada pemohon untuk dilakukan perbaikan seperlunya dan selanjutnya
diserahkan kembali ke sekretariat Dewan Pimpinan BATARA yang bersangkutan.
5. Masyarakat yang akan menjadi Anggota Luar Biasa BATARA mendaftar di Dewan Pimpinan
Pusat atau di Dewan Pimpinan Wilayah.
Pasal 5
Tanda Bukti Keanggotaan
1. Setiap anggota yang terdaftar akan diberikan kartu keanggotaan
2. Penomoran Keanggotaan BATARA menganut format khusus, di dalamnya memuat :
a. Identitas diri
b. Nomor Urut Anggota
c. Kode Provinsi
d. Kode Kabupaten/Kota
e. Bulan dan Tahun Pertama Kali Terdaftar
f. Kode barcode
Pasal 6
Masa Berlaku dan Berakhirnya Keanggotaan
Pasal 7
Uang Pendaftaran
Nilai uang Pendaftaran sebesar Rp 60.000,00 ( enam puluh ribu rupiah), yang akan dibagikan
kepada 5 (lima) tingkat kepengurusan ( DPP, DPW, DPD, DPC dan DPAC) dengan rincian
sejumlah Rp 12.000,00 (dua belas ribu rupiah) setiap tingkatan, yang akan difungsikan menjadi
Rp 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) sebagai biaya kas operasional, Rp 1.000,00 (seribu rupiah)
sebagai dana donasi social dan Rp 1.000,00 (seribu rupiah) sebagai dana pajak.
BAB III
KEPENGURUSAN
Pasal 8
Sifat Hubungan Struktur Kepengurusan
Sifat Hubungan antara Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah adalah :
1. Kemandirian daerah, artinya memberikan kewenangan bagi Pengurus Kabupaten/Kota
maupun Pengurus Provinsi untuk mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai visi dan
misi BATARA sebagaimana diatur dalam AD/ART.
2. Partisipatif, artinya hubungan yang memberikan ruang bagi keterlibatan segenap jajaran
BATARA dalam menentukan kebijakan yang menyangkut dirinya.
3. Koordinatif adalah pola hubungan yang terkomunikasikan dengan baik dan bersinergis.
4. Bertanggung jawab adalah pola hubungan yang tetap mengedepankan aturan-aturan
organisasi yang tertuang dalam AD/ART.
Pasal 9
Persyaratan Menjadi Pengurus
Syarat menjadi Pengurus :
1. Anggota Kepengurusan pada Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan
Pimpinan Daerah ialah mereka yang dipilih dalam musyawarah pada tingkat wilayahnya
masing masing.
2. Anggota BATARA hanya boleh diwakili oleh 1 (satu) orang untuk duduk dalam kepengurusan
BATARA
3. Pengurus pada Dewan Pimpinan disemua tingkatan tidak dibenarkan merangkap jabatan.
4. Para Anggota Kepengurusan BATARA harus memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut :
a. Warga Negara Republik Indonesia.
b. Masyarakat yang telah menjadi anggota BATARA
c. Mempunyai keahlian, kemampuan kepemimpinan dan integritas pribadi.
d. Bersedia mengabdikan diri, tenaga dan pikirannya untuk kepentingan organisasi serta mau
menandatangani pernyataan kesediaan.
e. Bagi semua pengurus disemua tingkatan dapat diberikan Kartu Tanda Pengurus, teknis
administrasi diatur dalam Peraturan Organisasi (PO)
Pasal 10
Sifat Pertanggungjawaban Kepengurusan
Dewan Pendiri, Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah, dan
Dewan Pimpinan Cabang bersifat kolektif - kolegial. Dalam arti semua kebijakan organisasi
ditentukan bersama, dilaksanakan dengan prinsip saling mengisi dan sesuai dengan ketentuan
pembidangan tugas serta dipertanggung jawabkan bersama.
Pasal 11
Kepengurusan Tingkat Pusat
Pasal 12
Kepengurusan Tingkat Wilayah
Pasal 14
Kepengurusan Tingkat Cabang
Pasal 15
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Pusat
4. Dewan Pimpinan Pusat bertanggung jawab kepada Musyarawah Nasional yang disampaikan
oleh Ketua Umum.
Pasal 16
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Wilayah
2. Tugas Dewan Pimpinan Wilayah dalam menjalankan tugas pokok yang ada di daerah Provinsi
adalah :
a. Membina dan meningkatkan peran serta Dewan Pimpinan BATARA Daerah.
b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi
dan organisasi lain yang terkait.
c. Menyediakan data yang lengkap dan komprehensif tentang kondisi dan situasi daerahnya
masing-masing yang relevan bagi investasi demi terciptanya lapangan kerja seluas-
luasnya.
d. Mengadakan kegiatan proaktif demi tumbuh kembangnya investasi di daerahnya masing-
masing baik bagi investasi yang sudah ada maupun bagi investasi yang perlu diciptakan.
4. Dewan Pimpinan Wilayah bertanggung jawab kepada musyarawah Wilayah (Muswil) yang
disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.
Pasal 17
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Daerah
1. 1.Fungsi Dewan Pimpinan Daerah :
a. Perencanaan program kerja dalam lingkup Kabupaten/Kota.
b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan berbagai kepentingan yang ada di Kabupaten/Kota
yang bersangkutan dengan Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Pusat.
c. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja skala
Kabupaten/Kota.
2. Tugas Dewan Pimpinan Daerah dalam menjalankan tugas pokok organisasi senantiasa :
a. Membina dan meningkatkan peran serta pengusaha anggota.
b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi
dan organisasi lain yang terkait.
c. Melayani dan meningkatkan peranan dari perusahaan – perusahaan anggota biasa
BATARA guna mendukung investasi di daerah Kabupaten/Kota masing - masing.
5. Dewan Pimpinan Daerah bertanggung jawab kepada musyarawah Daerah (Musda/kab) yang
disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah.
Pasal 18
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Cabang
3. Tugas Dewan Pimpinan Cabang dalam menjalankan tugas pokok organisasi senantiasa :
d. Membina dan meningkatkan peran serta pengusaha anggota.
e. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan instansi
dan organisasi lain yang terkait.
f. Melayani dan meningkatkan peranan dari perusahaan – perusahaan anggota biasa
BATARA guna mendukung investasi di daerah Kecamatan masing - masing.
7. Dewan Pimpinan Cabang bertanggung jawab kepada musyarawah Cabang (Muscab) yang
disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Cabang.
Pasal 19
Ketentuan Pembentukan dan Fungsi Dewan Pembina ditingkat Pusat dan Wilayah
1. Ketentuan Pembentukan :
a. Pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota bila dipandang perlu dapat dibentuk Dewan
Pembina melalui Musyawarah pada setiap tingkatan organisasi.
b. Anggota Dewan Pembina adalah para pejabat daerah ditingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
c. Penetapan Dewan Pembina dilakukan atas kesediaan yang bersangkutan untuk waktu
selama masa bakti Kepengurusan.
d. Orang yang sama dapat ditetapkan kembali sebagai Pembina untuk masa bakti berikutnya.
e. Dewan Pembina dapat menyampaikan saran dan pendapat baik lisan maupun tertulis
kepada Kepengurusan yang menyangkut pengembangan organisasi.
Pasal 20
Ketentuan Pembentukan dan Fungsi Dewan Penasehat ditingkat Wilayah dan Daerah
1. Ketentuan Pembentukan :
a. Pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota bila dipandang perlu dapat dibentuk Dewan
Penasehat melalui Musyawarah pada setiap tingkatan organisasi.
b. Anggota Dewan Penasehat adalah mantan Ketua BATARA Wilayah, Daerah dan tokoh-
tokoh pengusaha.
c. Penetapan Dewan Penasehat dilakukan atas kesediaan yang bersangkutan untuk waktu
selama masa bakti Kepengurusan.
d. Orang yang sama dapat ditetapkan kembali sebagai Penasehat untuk masa bakti
berikutnya.
e. Dewan Penasehat dapat menyampaikan saran dan pendapat baik lisan maupun tertulis
kepada Kepengurusan.
Pasal 21
Persyaratan dan Tata Cara Pemilihan Dewan Pertimbangan.
1. Yang dapat dipilih sebagai Ketua, Sekretaris dan Anggota Dewan Pertimbangan Pusat, Dewan
Pertimbangan Wilayah dan Dewan Pertimbangan Daerah adalah Mantan Ketua Umum, Ketua
DPP, Wakil Ketua DPP, Sekretaris Umum dan Sekretaris yang menyelesaikan masa baktinya
selama 1 (satu) Periode Penuh.
2. Pemilihan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat, Ketua Dewan Pertimbangan Wilayah, Ketua
Dewan Pertimbangan Daerah dilakukan secara musyawarah mufakat didalam Musyawarah
Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Wilayah / Musyawarah Wilayah
Luar Biasa, Musyawarah Daerah / Musyawarah Daerah Luar Biasa.
3. Ketua Dewan Pertimbangan terpilih sekaligus menjadi anggota formatur yang akan membantu
Ketua Umum terpilih menyusun Kepengurusan.
BAB IV
MASA BAKTI
Pasal 22
Masa Bakti Kepengurusan
1. Masa bakti kepengurusan BATARA adalah 5 (lima) tahun untuk setiap satu masa bakti, dan
berakhir bersamaan pada saat terpilihnya kepengurusan yang baru oleh Musyawarah
Nasional, Provinsi atau Kabupaten/Kota sesuai tingkatannya.
2. Ketua Umum, Ketua Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan wilayah dan Ketua
Dewan Pimpinan Daerah, hanya dapat dijabat 2 (dua) kali berturut-turut oleh orang yang
sama. Apabila dikehendaki dan disetujui oleh peserta musyawarah dapat dipilih kembali hanya
untuk satu periode masa bhakti kepengurusan.
3. Anggota Pengurus lainnya dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya.
Pasal 23
Pergantian Antar Waktu Kepengurusan
BAB V
HIRARKI PERTANGGUNGJAWABAN, KEABSAHAN, PENGUKUHAN KEPENGURUSAN DAN
PELAKSANAAN MUSYAWARAH
Pasal 24
Hirarki Pertanggungjawaban
Hirarki Pertanggungjawaban :
1. Kepengurusan Pusat bertanggungjawab kepada Musyawarah Nasional.
2. Kepengurusan Wilayah bertanggungjawab kepada Musyawarah Provinsi.
3. Kepengurusan Daerah bertanggungjawab kepada Musyawarah Kabupaten/Kota.
4. Kepengurusan Cabang bertanggungjawab kepada Musyawarah Kecamatan.
Pasal 25
Hirarki Keabsahan
Hirarki Keabsahan :
1. Dewan Pimpinan Pusat memberikan keabsahan terhadap pelaksanaan Musyawarah Wilayah.
2. Dewan Pimpinan Wilayah memberikan Keabsahan terhadap pelaksanaan Musyawarah
Daerah.
3. Dewan Pimpinan Daerah memberikan Keabsahan terhadap pelaksanaan Musyawarah
Cabang.
Pasal 26
Hirarki Pengukuhan
Hirarki Pengukuhan :
1. Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa memberi pengukuhan terhadap
Kepengurusan tingkat Nasional.
2. Dewan Pimpinan Pusat memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan tingkat Provinsi.
3. Dewan Pimpinan Wilayah memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan tingkat
Kabupaten/Kota.
4. Dewan Pimpinan Daerah memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan tingkat
Kecamatan
Pasal 27
Musyawarah Nasional
Pasal 28
Musyawarah Nasional Luar Biasa
1. Musyawarah Naslional Luar Biasa diadakan setiap waktu atas permintaan secara tertulis dari
paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Provinsi.
2. Pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa merujuk pada Pasal 22 dan Pasal 24
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 29
Sidang Musyawarah Nasional
1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah dipimpin oleh
Dewan Pimpinan Pusat sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Nasional dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Setiap peserta dan peninjau Musyawarah Nasional harus membawa mandat dari Dewan
Pimpinan yang bersangkutan. Berdasarkan hasil rapat yang khusus untuk kegiatan
Musyawarah Nasional.
4. Dewan Pimpinan Wilayah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua) orang utusan
peserta yang masing-masing utusan peserta mempunyai hak 1 (satu) suara dan tidak bisa
diwakilkan.
5. Anggota Luar Biasa yang terdaftar di Dewan Pimpinan Pusat mengacu kepada Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dimana tiap-tiap klasifikasi usaha memiliki 1 (satu)
hak suara dan hak bicara.
6. Anggota Khusus yang terdaftar di Dewan Pimpinan Pusat mempunyai hak bicara.
7. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Nasional disiapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat
dan disahkan oleh Musyawarah Nasional.
Pasal 30
Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART BIMANTARA
Pasal 31
Sidang Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART
1. Musyawarah Nasional Khusus dipimpin oleh 5 (lima) orang Pimpinan Musyawarah yang dipilih
dari dan oleh Peserta Musyawarah Nasional Khusus.
2. Setiap peserta Musyawarah Nasional Khusus Perubahan AD/ART BATARA harus membawa
mandat dari Dewan Pimpinan Pusat untuk peserta utusan Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan
Pimpinan Wilayah untuk peserta utusan Dewan Pimpinan Wilayah.
3. Dewan Pimpinan Wilayah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 1 (satu) orang
utusan peserta yang mempunyai hak 1 (satu) suara.
4. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Nasional Khusus disiapkan oleh Dewan
Pimpinan Pusat dan disahkan oleh Musyawarah.
Pasal 32
Musyawarah Wilayah
Pasal 33
Musyawarah Wilayah Luar Biasa
1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu atas permintaan secara tertulis
dari paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah Dewan Pimpinan Daerah,.
2. Pelaksanaan Musyawarah Wilayah Luar Biasa mengacu pada Pasal 27 Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 34
Sidang Musyawarah Wilayah
1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah dipimpin oleh
Dewan Pimpinan Wilayah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Setiap peserta dan peninjau Musyawarah Wilayah harus membawa mandat dari Dewan
Pimpinan Daerah.
4. Dewan Pimpinan Wilayah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua) orang utusan
peserta yang masing-masing utusan peserta mempunyai hak 1 (satu) suara dan tidak bisa
diwakilkan.
5. Anggota Luar Biasa yang terdaftar di Dewan Pimpinan Wilayah mempumyai 1 (satu) hak suara
dan hak bicara.
6. Anggota Khusus yang terdaftar di Dewan Pimpinan Wilayah mempunyai hak bicara.
7. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Wilayah disiapkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah
dan disahkan oleh Musyawarah Wilayah.
8. Pimpinan Musyawarah Luar Biasa Wilayah dipimpin sementara oleh utusan dari Dewan
Pimpinan Pusat.
Pasal 35
Musyawarah Daerah
4. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu atas permintaan secara tertulis
dari paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Kabupaten/Kota.
Pasal 36
Sidang Musyawarah Kabupaten/Kota
1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitive, maka musyawarah dipimpin oleh
Dewan Pimpinan Daerah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang musyawarah Daerah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Dalam pemungutan suara setiap peserta utusan Anggota mempunyai 1 (satu) suara.
4. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Daerah disiapkan oleh Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota dan disahkan oleh Musyawarah Kabupaten/Kota.
Pasal 37
Musyawarah Cabang
4. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu atas permintaan secara tertulis
dari paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Kecamatan.
Pasal 38
Sidang Musyawarah Cabang
1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitive, maka musyawarah dipimpin oleh
Dewan Pimpinan Daerah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang musyawarah Daerah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Dalam pemungutan suara setiap peserta utusan Anggota mempunyai 1 (satu) suara.
4. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Daerah disiapkan oleh Dewan Pimpinan
Kabupaten/Kota dan disahkan oleh Musyawarah Kabupaten/Kota.
.
BAB VI
PELAKSANAAN RAPAT KERJA
Pasal 39
Rapat Kerja Nasional
1. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) diadakan sekali dalam satu tahun, yang dipersiapkan serta
dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat.
2. RAKERNAS dihadiri oleh :
a. Dewan Pendiri, Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Pusat sebagai peserta.
b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayahdan Daerah sebagai peserta.
c. Anggota Luar Biasa sebagai peserta sesuai dengan tiap-tiap klasifikasi yang diwakilkan
oleh 1 (satu) orang peserta.
d. Anggota Khusus sebagai peninjau.
e. Utusan Lembaga yang berkoordinasi dengan Dewan Pimpinan Pusat
f. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Pusat.
3. Rapat Kerja Nasional merupakan forum koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan
Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan organisasi mengacu kepada amanat
Musyawarah Nasional dan menetapkan rencana pelaksanaan tahun selanjutnya atas Program
Umum Organisasi.
4. Rakernas dapat diawali oleh penyelenggaraan Kaukus Organisasi yang diikuti oleh Dewan
Pertimbangan Pusat dan Dewan Pimpinan Pusat serta Ketua-Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.
Pasal 40
Rapat Kerja Wilayah
1. Rapat Kerja Wilayah(Rakerwil) diadakan sekali dalam 1 (satu) tahun yang dipersiapkan dan
diselenggarakan serta dipimpin oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
2. Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh :
a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Wilayah sebagai peserta.
b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah sebagai peserta.
c. Anggota Luar Biasa sebagai peserta sesuai dengan tiap-tiap klasifikasi diwakilkan oleh 1
(satu) orang peserta.
d. Anggota Khusus sebagai peninjau.
e. Utusan Lembaga yang berkoordinasi dengan Dewan Pimpinan Wilayah.
f. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
3. Rapat Kerja Wilayah merupakan forum koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan
Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan organisasi mengacu kepada amanat
Musyawarah Wilayah dan menetapkan rencana pelaksanaan tahun selanjutnya atas Program
Organisasi.
4. Rakerwil dapat diawali oleh penyelenggaraan Kaukus Organisasi yang diikuti oleh pengurus
Dewan Pimpinan Wilayah dan Ketua-ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan Ketua-Ketua
Dewan Pimpinan Daerah
BAB VII
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 41
Kuorum dan Sahnya Persidangan
1. Musyawarah dan sidang-sidangnya adalah sah apabila dihadiri lebih dari ½ (seperdua)
ditambah 1 (satu) jumlah suara utusan/peserta yang hadir.
2. Bila kuorum sebagaimana tersebut dalam ayat 1 (satu) tidak tercapai, maka Musyawarah dan
sidang-sidangnya dapat ditunda paling lama 1 (satu) jam. Setelah penundaan tersebut
ternyata kuorum sebagaimana tersebut dalam ayat 1 (satu) masih tidak tercapai, Musyawarah
dan sidang-sidangnya sah untuk dilanjutkan dan mengambil keputusan bilamana dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah peserta yang mempunyai hak suara.
Pasal 42
Pengambilan Keputusan
1. Semua keputusan yang diambil diusahakan atas dasar hikmah kebijaksanaan dalam
musyawarah dan mufakat.
2. Bila dengan usaha musyawarah dan mufakat tidak tercapai keputusan, maka keputusan dapat
diambil berdasarkan suara terbanyak.
3. Apabila dengan pemungutan suara sampai dua kali ternyata jumlah suara sama banyak, maka
keputusan akhir ditetapkan oleh tim Ad Hoc yang ditetapkan khusus untuk itu.
BAB VIII
SANKSI DAN PEMBELAAN
Pasal 43
Sanksi Organisasi
Pasal 44
Sanksi terhadap Anggota Pengurus
1. Setiap anggota kepengurusan, baik anggota Dewan Pertimbangan maupun anggota Dewan
Pimpinan di semua tingkatan, dapat dikenai sanksi organisasi oleh Dewan Pimpinan yang
bersangkutan berdasarkan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan sampai pada bentuk
pemberhentian setelah terlebih dahulu di putuskan didalam Rapat Dewan Pimpinan dan
Dewan Pertimbangan yang bersangkutan, dengan tingkatan sanksi yang dilakukan secara
tertulis, sebagai berikut :
a. Teguran atau peringatan lisan.
b. Peringatan tertulis.
c. Pemberhentian sementara dari jabatan.
d. Pemberhentian tetap dari jabatan.
2. Sanksi organisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan apabila yang bersangkutan :
a. Secara sadar melanggar dan atau tidak mematuhi Anggaran Dasar dan atau Anggaran
Rumah Tangga.
b. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik organisasi.
c. Melanggar peraturan dan ketentuan organisasi.
d. Tidak memenuhi dan atau melalaikan kewajibannya sebagai anggota kepengurusan.
e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan organisasi.
3. Keputusan pemberhentian atau pemberhentian sementara dilakukan setelah kepada yang
bersangkutan diberikan peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut terlebih dahulu,terkecuali
untuk hal-hal yang bersifat luar biasa, melalui keputusan rapat Dewan Pimpinan yang
bersangkutan berdasarkan ;
a. Untuk anggota Dewan Pertimbangan oleh Keputusan Dewan Pertimbangan.
b. Untuk anggota Dewan Pengurus oleh Keputusan Dewan Pengurus.
4. Dalam masa pemberhentian atau pemberhentian sementara, anggota kepengurusan yang
bersangkutan kehilangan hak-hak dan jabatannya sebagai anggota kepengurusan.
Pasal 45
Pembelaan Diri
7. Anggota kepengurusan yang kehilangan hak dan jabatannya karena terkena sanksi
pemberhentian atau pemberhentian sementara akan memperoleh pemulihan hak dan
jabatannya, setelah sanksi yang dikenakan di cabut atau di ubah oleh Kepengurusan yang
bersangkutan atau Kepengurusan yang tingkatannya lebih tinggi atau Rakerda / Musda /
Rakerwil / Muswil / Rakernas / Munas sebagaimana dimaksud ayat 5 (lima).
BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 46
Ketentuan Pembukuan dan Pertanggungjawaban
1. Pengurus memberikan laporan dan pertanggungjawaban keuangan dan perbendaharaan
kepada Musyawarah dan diwajibkan melakukan pencatatan dan pengurusan atas seluruh
kekayaan dan penggunaan keuangan organisasi selama masa jabatannya.
2. Tahun Buku dimulai pada tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun
berjalan, dan laporan keuangan yang telah di audit dikeluarkan paling lambat akhir bulan Juni
tahun berikutnya.
3. Dalam hal Musyawarah / Musyawarah Luar Biasa dilaksanakan sebelum tutup Tahun Buku
maka Laporan Keuangan/Kekayaanorganisasi sesuai dengan tingkatannya dipertanggung
jawabkan sampai dengan akhir periode kepengurusan.
Pasal 47
Keuangan dan Kekayaan
1. Dewan Pimpinan Pusat, Wilayah dan Daerah, wajib menghimpun kekayaan organisasi sebagai
sarana kegiatan dan pelayanan, mengelola secara umum kekayaan dan keuangannya masing-
masing termasuk penetapan anggaran belanja.
2. Bendahara adalah pemegang kuasa atas pengelolaan kekayaan dan dana organisasi.
BAB X
SEKERETARIAT ORGANISASI
Pasal 48
Kelengkapan Sekretariat
BAB XI
ATURAN TAMBAHAN
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur oleh Dewan Pimpinan
Pusat dan Dewan Pimpinan Wilayah sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk Peraturan
Organisasi (PO) sepanjang peraturan tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
BAB XII
ATURAN PERALIHAN
Ketentuan dari peraturan organisasi yang ada tetap dapat diberlakukan sepanjang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Naskah AD/ART BATARA ditandatangani bersama dan menjadi lampiran tidak terpisahkan dari
berita acara ini.
1. ……………………………
2. ……………………………
3. …………………………….