Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tika Adilistya
Department of Clinical Pathology, Medical Staff, Dr Kanujoso Djatiwibowo
Hospital, Balikpapan, Indonesia
115
PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS INFILTRASI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT KE SISTEM SARAF
PUSAT
116
TIKA ADILISTYA
Patogenesis
Ditemukannya sel leukemik
pada dinding pembuluh darah
leptomeningeal oleh Dr. Fried pada
tahun 1926 mengarah pada hipotesis
bahwa sel-sel yang bersirkulasi
mengalir di pembuluh darah dan
menginvasi jaringan otak di sekitarnya.
Sel leukemik yang berada di dinding
vena pada leptomeninges superfisial
merupakan temuan histologik pertama
pada leukemia SSP. Dari gambaran
klinis yang dikaitkan dengan temuan
Gambar 1. Struktur meninges. otopsi, disimpulkan bahwa invasi
leptomeninges superfisial dapat terjadi
Membran arachnoid memiliki pada saat diagnosis leukemia
dua bagian yaitu: Superficial portion, ditegakkan, atau sesaat sesudahnya.
yang menutupi permukaan otak, dan Selama fase awal infiltrasi,
deep portion, yang mengelilingi hanya superficial portion dari
pembuluh darah otak dan membentuk leptomeninges yang terkena,
ruang perivaskular (Virchow-Robin). sedangkan deep portion sepanjang
Sebagian besar kanal CSS, termasuk pembuluh darah di dalam gray matter
sisterna besar, berlokasi di superficial dan white matter masih bebas dari sel
portion. Kanal-kanal tersebut tidak leukemik. Trabekula arachnoid masih
terlihat pada deep portion. Perbedaan intak dan CSS masih bersih dari sel
anatomis antara kedua bagian tersebut ganas. (Mastrangelo et al., 2012).
perlu dipahami dalam kaitannya Infiltrasi sel leukemik pada akhirnya
dengan terapi leukemia SSP, dimana akan menyebabkan destruksi pada
kanal-kanal CSS pada superficial portion trabekula yang diikuti terlepasnya sel
merupakan jalur utama pasase obat- leukemik ke CSS. Pada keadaan ini,
obat intratekal (Mastrangelo et al., diagnosis sitologik leukemia SSP
2012). dimungkinkan.
117
PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS INFILTRASI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT KE SISTEM SARAF
PUSAT
118
TIKA ADILISTYA
ensefalopati hipoperfusi ini. Defisit anak dan 20-30% dewasa dengan LLA.
neurologis, baik sementara Adanya kromosom Ph+ merupakan
maupun menetap, tergantung pada risiko tinggi terhadap keterlibatan SSP
faktor-faktor seperti durasi dan (Alvarez RH et al., 2008).
derajat hipoperfusi serta ada Pada saat diagnosis, pasien
tidaknya sirkulasi kolateral leukemia dengan keterlibatan SSP
setempat. cenderung telah mengalami
5. Destruksi membran pial-glial dan pembesaran limfonodi, massa
infiltrasi leukemik ke jaringan mediastinum, dan lokalisasi
neural secara langsung ekstramedular lainnya. Peningkatan
Penelitian postmortem aktivitas laktat dehidrogenase (LDH),
menunjukkan bahwa sel leukemik fosfatase alkali, asam urat, kadar ß2-
secara langsung menginfiltrasi mikroglobulin serum, dan tingginya
jaringan neural hanya apabila laju proliferasi sel leukemik
membran pial-glial telah berhubungan dengan tingginya risiko
terdestruksi. Terdapat hubungan berkembang menjadi leukemia SSP.
antara derajat keparahan leukemia Dari suatu analisis multivariat, LDH
arachnoid secara histopatologik merupakan prediktor terbaik risiko SSP
dengan jumlah relaps leukemia SSP pada LLA. Pasien dengan satu faktor
klinis sebelumnya. Pasien dengan risiko memiliki probabilitas sebesar
leukemia meningeal ekstensif 13% untuk menjadi leukemia SSP
biasanya telah mengalami tiga dalam waktu satu tahun, namun
sampai empat kali relaps dibanding apabila terdapat dua atau lebih faktor
pasien tanpa leukemia meningeal. risiko, probabilitasnya meningkat
menjadi lebih dari 20% (Del Principe
Faktor risiko MI et al., 2014 & Alvarez RH et al.,
Telah diidentifikasi beberapa 2008).
faktor risiko yang berhubungan dengan Di antara seluruh faktor risiko
keterlibatan SSP pada LLA. Secara tersebut, adanya sel blas pada CSS
epidemiologis, insidens leukemia SSP merupakan faktor risiko yang paling
lebih tinggi pada dewasa muda. krusial. Pasien dikatakan berisiko
Pasien LLA dengan mengalami relaps SSP apabila
imunofenotipe sel B matur, atau LLA- terdeteksi sel blas pada CSS yang
L3 berdasarkan klasifikasi FAB, diikuti jumlah sel leukosit CSS lebih
memiliki risiko tinggi mengalami dari 5 sel/µL. Di sisi lain dikatakan
keterlibatan SSP, dimana 12-42% pasien bahwa ditemukannya sel blas pada
telah mengalaminya pada saat CSS, tanpa memandang berapapun
terdiagnosis LLA. Pasien tersebut juga jumlah leukositnya, berhubungan
lebih berisiko mengalami relaps SSP, dengan peningkatan risiko relaps SSP.
yang terjadi pada 17-57% pasien. Berdasarkan hal tersebut, disusun
Imunofenotipe sel T juga berhubungan sebuah skor risiko yaitu: CNS1, tidak
dengan risiko tinggi mengalami ditemukan sel blas pada CSS; CNS2,
leukemia SSP (Alvarez RH et al., 2008). ditemukan sel blas pada CSS, jumlah
Translokasi t(9,22) (q34;q11.2), leukosit <5 sel/µL; dan CNS3, jumlah
yang merepresentasikan kromosom leukosit >5 sel/µL bersamaan dengan
Philadelphia (Ph+), terjadi pada 3-5% ditemukannya sel blas, atau tampak
119
PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS INFILTRASI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT KE SISTEM SARAF
PUSAT
120
TIKA ADILISTYA
121
PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS INFILTRASI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT KE SISTEM SARAF
PUSAT
122
TIKA ADILISTYA
123
PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS INFILTRASI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT KE SISTEM SARAF
PUSAT
124
TIKA ADILISTYA
125
PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS INFILTRASI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT KE SISTEM SARAF
PUSAT
126