Você está na página 1de 12

ALTERNATIF PERKUATAN TANAH PASIR MENGGUNAKAN LAPIS

ANYAMAN BAMBU DENGAN VARIASI LUAS DAN JUMLAH LAPIS

Harimurti, As’ad Munawir dan Dody Widodo


Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 147 Malang

ABSTRAK

Pengaruh penggunaan lapis anyaman bambu sebagai alternatif material perkuatan


tanah, terhadap nilai daya dukung batas pondasi dangkal pada tanah pasir dengan variasi
luas dan jumlah lapis ingin diketahui sehingga penggunaan lapis anyaman bambu dalam
luasan dan jumlah lapis yang tepat akan memberikan kontribusi perkuatan yang nyata pada
tanah.
Dari hasil analisis didapat bahwa penggunaan lapis anyaman bambu memberikan
pengaruh terhadap nilai daya dukung tanah pasir. Variasi luas dan jumlah lapis anyaman
bambu memberikan peningkatan pada kemampuan daya dukung batas tanah terhadap
beban dan juga peningkatan terhadap rasio daya dukung tanah, dimana konfigurasi yang
memberikan nilai tertinggi adalah 3 lapis luasan (80x80) cm2 dengan nilai rasio daya
dukung sebesar 3,83. Setelah mengetahui adanya peningkatan nilai daya dukung batas
maupun rasio daya dukung pada tanah dengan adanya material perkuatan anyaman bambu
dengan variasi luas dan jumlah lapis, perlu adanya penambahan variasi dan penelitian yang
lebih khusus mengenai anyaman bambu untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Kata Kunci : perkuatan tanah, lapis anyaman bambu, daya dukung tanah

PENDAHULUAN lapisan anyaman kulit bambu sebagai


Tanah yang terdapat di bawah perkuatan menyebabkan terjadinya
suatu pondasi harus dapat menahan peningkatan rasio daya dukung maksimal
konstruksi di atasnya tanpa adanya sebesar 3,07 untuk perkuatan tunggal, 3,5
kegagalan geser (shear failure) dan untuk perkuatan rangkap dua, dan 3,7
dengan penurunan (settlement) yang untuk perkuatan rangkap tiga. BCR
dapat ditoleransi untuk konstruksi maksimal terjadi pada konfigurasi
tersebut. Untuk mengurangi penurunan perkuatan pada jarak spasi antar
yang berlebihan pada tanah pasir disertai perkuatan sebesar 0,5 diameter pondasi.
upaya meningkatkan daya dukungnya, Dengan adanya data-data
maka perlu dilakukan usaha stabilisasi pendukung yang telah dijabarkan di atas,
terhadap tanah tersebut. Sebagai solusi maka dapat disimpulkan bahwa anyaman
untuk permasalahan tersebut, maka akan bambu dapat dipergunakan sebagai bahan
diteliti penggunaan anyaman bambu lapis perkuatan tanah sebagai alternatif
sebagai material stabilisasi atau pengganti dari bahan atau material
perkuatan pada tanah pasir. sintetis yang umum dipakai. Dan dengan
Penelitian tentang penggunaan digunakannya anyaman bambu sebagai
bambu sebagai alternatif material lapis lapis perkuatan pada tanah di bawah
perkuatan tanah telah dilakukan oleh pondasi, diharapkan dapat meningkatkan
Yusep Muslih Purwana (2002) dengan daya dukung batas yang diijinkan pada
model pondasi lingkaran. Hasil pengujian penurunan tertentu.
ini menunjukkan bahwa penempatan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 1


TINJAUAN PUSTAKA
Bambu anyaman bambu banyak digunakan
Bambu adalah material jenis kayu sebagai bahan konstruksi untuk dinding
yang dapat dipergunakan sebagai bahan dan langit-langit pada rumah sederhana.
konstruksi, baik sebagai bahan primer Lembaran gedek memiliki variasi dari
ataupun bahan sekunder. Guna bambu segi ukuran yaitu ukuran serat bambu
antara lain dapat dipergunakan sebagai pada gedek berkisar antara 2-3 cm.
bahan pembuat rumah tinggal tradisional Pemotongan serat bambu ini disesuaikan
dan jembatan sederhana serta dapat dengan lingkar atau keliling batang
dipergunakan pula sebagai bahan bambu serta ketebalan dari bambu bagian
pembantu untuk pelaksanaan suatu luar hingga bagian dalam.
konstruksi bangunan, misalnya sebagai Bambu yang diambil dan dibuat
perancah. Bambu mempunyai reaksi untuk serat pada anyaman bambu ini
yang hampir sama dengan material dipilih dari batang terluar hingga kurang
umum bangunan yang lain apabila lebih 2/3 ketebalan bambu. Untuk bambu
dibebani. Bila dibandingkan dengan bagian dalam tidak digunakan karena
bahan jenis kayu lainnya, bambu kondisinya yang rapuh dan mudah patah.
memiliki beberapa kelebihan diantaranya Bambu bagian luar menyediakan serat
batangnya kuat, ulet, lurus, rata dan terkuat dan bagian terluar ini tidak
keras. Dalam hal pelaksanaan konstruksi, mudah patah apabila dibengkok-
bambu juga mudah dibelah, dibentuk dan bengkokkan daripada bambu bagian
dikerjakan, serta ringan sehingga mudah dalam.
untuk diangkut. Pemilihan bentuk dari anyaman
bambu sangat dipengaruhi oleh jenis
Anyaman bambu (gedek) bambu yang digunakan dan kemudahan
Anyaman bambu merupakan bambu untuk dijadikan serat. Jenis
bahan hasil pengolahan bambu dalam anyaman ini dibedakan berdasarkan cara
bentuk jalinan dari pita-pita serat bambu menganyam. Beberapa jenis anyaman
(iratan bambu). Anyaman bambu atau bambu yang sering dijumpai ditunjukkan
gedek diperoleh dari bambu yang sudah oleh gambar berikut ini :
dibelah dan dianyam. Secara tradisional,

Gambar 1. Jenis-jenis anyaman bambu

Tanah Pasir kocokan air. Dengan mengamati ukuran


Tanah merupakan material hasil partikel yang paling dominan, tanah
pelapukan batuan yang terjadi secara dapat dipilah sebagai kerikil (gravel),
fisika maupun kimia. Tanah pada kondisi pasir (sand), lanau (silt), atau lempung
alam, terdiri dari campuran butiran- (clay). Beberapa organisasi keilmuan
butiran mineral dengan atau tanpa telah mengembangkan batasan-batasan
kandungan bahan organik. Butiran- ukuran golongan jenis tanah (soil-
butiran tersebut dapat dengan mudah separate-size limits), yang dapat
dipisahkan satu sama lain dengan ditunjukkan dalam tabel 1 :
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 2
Tabel 1. Batasan – batasan Ukuran Golongan Tanah
Ukuran butiran (mm)
Nama Golongan Kerikil Pasir Lanau Lempung
Massachusetts Institute of Technology
>2 2 – 0.06 0.06 – 0.002 < 0.002
(MIT)
U.S. Department of Agriculture (USDA) >2 2 – 0.05 0.05 – 0.002 < 0.002
American Association of State Highway
76.2 – 2 2 – 0.075 0.075 – 0.002 < 0.002
and Transportation Officials (AASHTO)
Unified Soil Classification System (U.S. Halus
Army Corps of Engineeer, U.S. Bureau 76.2 – 4.75 4.75-0.075 (lanau dan lempung)
of Reclamation) < 0.0075
Sumber : Braja M. Das, 1995 : 7

Dengan memperhatikan batasan geser tanah di bawah pondasi


yang ditunjukkan pada tabel di atas, dipengaruhi oleh besarnya beban dan
dapat diketahui bahwa tanah pasir ukuran pondasi. Jika beban cukup besar
mempunyai ukuran batas partikel 4.75 atau ukuran pondasi terlalu kecil, maka
mm sampai dengan 0.075 mm. Lambe tegangan geser yang terjadi dapat
(1951), menyatakan bahwa pasir melampaui kekuatan geser tanah yang
termasuk jenis tanah tak berkohesi bisa menyebabkan keruntuhan daya
(cohesionless soils), yaitu tanah dengan dukung dari pondasi.
gaya interaksi antar partikel butiran yang Berdasarkan pengujian model,
sangat kecil. Gaya kohesi yang tidak Vesic (1963) membagi mekanisme
permanen dapat terjadi apabila tanah keruntuhan pondasi menjadi tiga macam,
pasir tersebut lembab atau mengandung yaitu :
uap air, dimana tegangan permukaan air 1. Keruntuhan geser umum (general
dapat memberikan kohesi nyata yang shear failure)
akan menghilang bila pasir menjadi 2. Keruntuhan geser lokal (local shear
jenuh. failure)
3. Keruntuhan geser pons (punching
Model Keruntuhan Di Bawah Pondasi shear failure)
Kegagalan geser ( shear failure ) Berikut ini disajikan gambar model
pada tanah di bawah pondasi diusahakan keruntuhan di bawah pondasi untuk
untuk dihindari pada setiap perencanaan memperjelas pernyataan di atas :
suatu konstruksi. Besarnya tegangan

(a (b

(c
Gambar 2. Tipe keruntuhan pondasi serta tipe grafik hubungan beban dan penurunan yang menyebabkan
keruntuhan pondasi
(a.)Keruntuhan Geser Umum (b.) Keruntuhan Geser Lokal (c.) Keruntuhan Geser Pons

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 3


Daya Dukung Tanah 2. Kriteria penurunan
Daya dukung tanah secara garis Penurunan pondasi harus masih
besar dapat didefinisikan sebagai tahanan dalam batas-batas nilai yang
geser tanah untuk melawan penurunan ditoleransikan. Khususnya penurunan
akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang tidak seragam (differiential
yang dapat dikerahkan oleh tanah di settlement) harus tidak
sepanjang bidang gesernya (Hary mengakibatkan kerusakan pada
Christady H, 1996). Sedangkan daya struktur.
dukung ultimit (qult) didefinisikan sebagai Perhitungan daya dukung tanah
tekanan terkecil yang dapat pasir sangat bergantung pada
menyebabkan keruntuhan geser pada karakteristik kekuatan geser pasir yang
tanah pendukung tepat di bawah dan di parameternya dapat ditentukan dari hasil
sekeliling pondasi (R.F Craig, 1991). uji triaksial maupun hasil pengujian geser
Secara umum kriteria dalam perencanaan langsung. Dan parameter yang sangat
pondasi adalah : berpengaruh adalah φ dan c. Karena
1. Kriteria stabilitas tanah pasir merupakan tanah tak kohesif
Faktor keamanan terhadap (cohesionless soil) maka nilai c = 0,
keruntuhan akibat terlampauinya daya sedangkan batasan mengenai nilai φ
dukung harus dipenuhi. Dalam dapat dilihat pada tabel berikut :
perhitungan daya dukung, umumnya
digunakan angka 3.

Tabel 2. Rentang nilai φ untuk pasir


Jenis tanah φ (sudut geser)
Pasir lepas 27 – 35
Pasir sedang 30 – 40
Pasir padat 35 – 45
Lempung berpasir 34 – 48
Lempung 26 – 35

Penurunan Ada beberapa penyebab


Jika tanah mengalami pembebanan di terjadinya penurunan akibat pembebanan
atasnya maka tanah tersebut akan yang bekerja di atas tanah, yaitu:
mengalami regangan dan penurunan 1. Keruntuhan geser akibat
(settlement). Jumlah regangan sepanjang terlampauinya daya dukung tanah,
kedalaman lapisan merupakan penurunan hal ini akan menyebabkan
total tanahnya. Penurunan dapat terjadi penurunan sebagian (differential
disebabkan berubahnya susunan tanah, settlement) dan penurunan
relokasi partikel, deformasi partikel diseluruh bangunan.
tanah, keluarnya air atau udara dari 2. Kerusakan akibat defleksi yang
dalam pori, dan sebab-sebab lainnya. besar pada pondasinya. Kerusakan
Pada arah vertikal penurunan tersebut ini umumnya terjadi pada pondasi
disebut sebagai ∆H. Umumnya dalam.
penurunan tak seragam lebih 3. Distorsi geser pada tanah
membahayakan daripada penurunan pendukungnya (shear distorsion)
totalnya. dari tanah pendukungnya.
4. Turunnya tanah akibat perubahan
angka pori.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 4


Gambar 3. Contoh Kerusakan Bangunan Akibat Penurunan
Sumber : Hary Christady H, Teknik Pondasi 1, 2002

Secara umum, penurunan pada air sebagai akibat keluarnya air yang
tanah dapat dibagi dalam dua kelompok menempati pori-pori tanah.
besar, yaitu: Pertimbangan pertama dalam
1. Penurunan segera (immediate menghitung besarnya penurunan adalah
settlement), penyebaran tekanan pondasi ke tanah
Penurunan ini terjadi pada waktu dasar, hal ini sangat bergantung pada
beban diterapkan atau dalam suatu kekakuan pondasi dan sifat-sifat tanah.
jangka waktu sekitar 7 hari. Penurunan tekanan yang terjadi pada pertemuan
ini terjadi akibat dari deformasi elastis antara dasar pondasi dan tanah disebut
tanah kering, basah dan jenuh air tanpa tekanan sentuh (contact pressure) yang
adanya perubahan kadar air. berpengaruh terhadap distribusi momen
2. Penurunan konsolidasi (consolidation dan tegangan geser pondasi terhadap
settlement) tanah. dalam praktek jarang dijumpai
Penurunan jenis ini tergantung waktu pondasi yang benar-benar kaku, karena
dan berlangsung dalam beberapa bulan itu distribusi tekanan sentuh yang terjadi
sampai tahunan. Penurunan ini terjadi adalah antara pondasi kaku dan fleksibel
karena perubahan volume tanah jenuh sehingga dapat dianggap seragam bila
beban terbagi ratanya seragam.

METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian penurunan yang terjadi dari tanah pasir
Penelitian ini dilakukan dalam tersebut yang telah diperkuat dengan
dua tahapan, tahap pertama merupakan lapis anyaman bambu dengan variasi
penelitian yang dimaksudkan untuk jumlah dan luas lapis anyaman bambu,
mengetahui klasifikasi tanah pasir yang akibat pembebanan yang diberikan.
akan digunakan sebagai media penelitian
untuk dilakukan pengujian terhadap daya Rancangan Percobaan
dukungnya. Tahap kedua merupakan Variasi luas dan penempatan jumlah lapis
penelitian yang dimaksudkan untuk anyaman bambu tampak seperti pada
memperoleh nilai daya dukung dan nilai sketsa berikut :

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 5


Posisi A

B B B

0,5 B 0,5 B 0,5 B


0,5 B 0,5 B 1,5 B
0,5 B

97 97 97
Lapis 1 Lapis 2 Lapis 3

Posisi B

B B B

0,5 B 0,5 B 0,5 B


0,5 B 0,5 B 1,5 B
0,5 B

97 97 97

Lapis 1 Lapis 2 Lapis 3

Posisi C

B B B

0,5 B 0,5 B 0,5 B


0,5 B 0,5 B 1,5 B
0,5 B

97 97 97

Lapis 1 Lapis 2 Lapis 3

Gambar 4. : sketsa variasi luas dan jumlah lapis anyaman bambu yang digunakan dalam penelitian

Sehingga rancangan percobaan dapat ditabelkan sebagai berikut :


Tabel 3 Rancangan percobaan

Benda Uji Posisi Luas ( n x n ) cm2 Pengulangan

Tanpa lapis anyaman bambu - - 1x


A 60 x 60 1x
1 lapis anyaman bambu B 70 x 70 1x
C 80 x 80 1x
A 60 x 60 1x
2 lapis anyaman bambu B 70 x 70 1x
C 80 x 80 1x
A 60 x 60 1x
3 lapis anyaman bambu B 70 x 70 1x
C 80 x 80 1x
Total benda uji 10

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 6


Variabel bebas dalam penelitian sebelumnya bahwa pada kasus penelitian
ini adalah luas dan jumlah lapis anyaman yang dilakukan sebelumnya dengan
bambu. Sedangkan variabel tak bebas model pondasi lingkaran dengan lapis
adalah hasil pembebanan dan nilai perkuatan anyaman bambu, BCR
pembacaan dial gauge. Jarak antar maksimum terjadi pada konfigurasi jarak
lapisan ditetapkan sama, yaitu sebesar 0,5B serta pada penelitian menggunakan
0,5B dari bawah pondasi dan variasi lapis perkuatan dengan geogrid,
jumlah lapis ditetapkan sebanyak 3 lapis peningkatan BCR kurang berarti pada
dengan total jarak 1,5B, hal ini dilakukan kedalaman perkuatan melampaui 1,5B.
dikarenakan telah disinggung pada bab

PEMBAHASAN
Dengan memperhatikan hasil tanah pasir bergradasi buruk (Poor
percobaan di laboratorium yang telah Graded Sand), pasir berkerikil,
didapatkan dan melakukan analisa data- sedikit atau tanpa butiran halus.
data yang ada, maka dapat diperoleh 2. Pada pemeriksaan berat jenis tanah
penjelasan mengenai karakteristik tanah (Spesific Gravity Test), diperoleh
yang dipergunakan sebagai tanah dasar nilai Gs = 2,6615. Berdasarkan
dalam uji pembebanan, yaitu sebagai Joseph E. Bowles (1997:28), syarat
berikut : tanah pasir adalah mempunyai nilai
1. Dengan melakukan analisa saring, Gs antara 2,65-2,68; sehingga tanah
telah diperoleh diagram hubungan pasir uji dapat diklasifikasikan
antara nilai prosentase lolos saringan sebagai tanah pasir.
dengan ukuran butiran tanah. 3. Pada pengujian kuat geser langsung
Berdasarkan Sistem Klasifikasi (direct shear test) adalah perlu
Tanah Terpadu (Unified Soil adanya kekonstanan kondisi
Clasification System) [Casagrande kepadatan tanah sampel uji kuat geser
(1984)], sampel tanah yang telah diuji langsung dengan kepadatan tanah
dikategorikan sebagai tanah berbutir pada boks uji pembebanan. Untuk
kasar dengan alasan bahwa lebih dari mengatasi kendala tersebut, maka
50 % butiran tanahnya tertahan dilakukan pra-penelitian pemadatan
saringan No. 200 (0,075 mm) dan untuk menentukan nilai kepadatan
selain itu jumlah partikel-partikel tanah rencana (γt kontrol). Dari hasil uji
kasar yang lolos saringan No. 4 (4,75 kuat geser langsung yang telah
mm) lebih dari 50 %, yaitu 98,28 % dilakukan, diperoleh nilai sudut geser
dan 98,23 % sehingga tanah uji dapat (Ф) tanah dalam kisaran antara 32º -
digolongkan sebagai tanah pasir. 36º. Dengan memperhatikan diagram
Dalam hal prosentase butir halus, korelasi antara sudut geser tanah (Ф)
didapatkan nilai prosentase sebesar dengan kerapatan relatif (Dr) oleh
4,828 % dan 3,754 % (kurang dari 5 Head (1982:527), dengan nilai sudut
%), dan faktor lain adalah tanah tidak geser yang telah diketahui, diperoleh
memenuhi persyaratan nilai Cu nilai kerapatan relatif antara 30 % -
(4,545 dan 4,25) atau nilai Cc (0,9618 67 %, yang merupakan syarat tanah
dan 0,864) sebagai syarat tanah pasir pasir sedang (medium sand), sehingga
bergradasi baik (Well Graded Sand), sesuai dengan syarat tanah pasir yang
dimana nilai Cu > 6 dan Cc untuk diperlukan untuk penelitian.
kisaran 1 < Cc < 3. Dengan Dalam hal pengujian pembebanan pada
memperhatikan ulasan di atas, maka pondasi (loading test), yaitu pada kasus
tanah pasir uji merupakan golongan tanah pasir tanpa perkuatan, dari diagram
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 7
daya dukung vs penurunan diperoleh nilai Peningkatan nilai Bearing Capacity
daya dukung ultimate (qult) sebesar 3,76 Ratio pada variasi luas anyaman
kg/cm2. Nilai ini berbeda jauh dengan bambu dengan jumlah lapis yang sama
hasil perhitungan daya dukung secara Rasio daya dukung (bearing
analisis teoritis, dimana nilai hasil yang capacity ratio) merupakan perbandingan
diperoleh lebih kecil daripada hasil antara nilai daya dukung tanah yang
percobaan. Nilai yang berbeda antara 2 diperkuat (qu) dengan nilai daya dukung
perhitungan ini kemungkinan disebabkan tanah tanpa perkuatan (q0), yang dalam
antara lain karena tidak akuratnya alat penelitian ini dipergunakan sebagai tolok
pembacaan serta ketidak-telitian sang ukur keefektifan beberapa variasi yang
pembaca alat uji. Analisis teoritis yang dipakai dalam perkuatan. Dari hasil
dipergunakan adalah metode oleh percobaan serta analisa data yang telah
Terzaghi, Meyerhoff, Brinch Hansen dan dilakukan pada lapis anyaman bambu
Vesic, dimana dari keempat metode ini, yang dipergunakan sebagai material
Meyerhoff memberikan nilai yang lebih perkuatan tanah, dapat ditunjukkan
besar dikarenakan pengaruh nilai faktor bahwa penggunaan anyaman bambu
bentuk dari Meyerhoff yang lebih besar dapat meningkatkan nilai bearing
daripada ketiga metode yang lain. capacity ratio (BCR) tanah, yang akan
semakin naik jika luas anyaman
diperlebar atau diperbesar. Diagram yang
dapat mendukung pernyataan tersebut
adalah sebagai berikut :

Diagram Interaksi BCR vs Luas Anyaman Bambu

4,5

4,0

3,5
Bearing Capacity Ratio (BCR)

3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5
1 Lapis 2 Lapis 3 Lapis
0,0
3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000

Luas (cm2)

Gambar 5. Diagram Korelasi BCR vs Luas Anyaman Bambu dengan beberapa Jumlah Lapis

Untuk melihat secara lebih jelas beberapa jumlah lapis, ditunjukkan pada
peningkatan nilai BCR dengan adanya diagram batang di berikut ini :
pelebaran luas anyaman bambu pada

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 8


4,5
Luas (60x60) cm2
4,0 Luas (70x70) cm2
Luas (80x80) cm2
3,5

Bearing Capacity Ratio (BCR)


3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5

0,0
1 2 3
Jumlah Lapis

Gambar 6. Diagram Batang BCR vs Luas Anyaman Bambu dengan beberapa Jumlah Lapis

Tabel 4. Prosen Peningkatan BCR pada 1 Lapis Jumlah dengan Variasi Luas
Luas
Jumlah qult q0 BCR Prosen Peningkatan
Anyaman bambu
Lapis 2 (kg/cm2) (kg/cm2) (qult/q0) (%)
(cm )
Tanpa - - 3,76 1 -
1 Lapis (60 x 60) 5,61 - 1,49 49,00
24,00
1 Lapis (70 x 70) 6,51 - 1,73 73,00
46,00
1 Lapis (80 x 80) 8,22 - 2,19 119,00

Tabel 5. Prosen Peningkatan BCR pada 2 Lapis Jumlah dengan Variasi Luas
Luas
Jumlah qult q0 BCR Prosen Peningkatan
Anyaman bambu
Lapis 2 (kg/cm2) (kg/cm2) (qult/q0) (%)
(cm )
Tanpa - - 3,76 1 -
2 Lapis (60 x 60) 9,24 - 2,46 146,00
36,00
2 Lapis (70 x 70) 10,59 - 2,82 182,00
23,00
2 Lapis (80 x 80) 10,45 - 3,05 205,00

Tabel 6. Prosen Peningkatan BCR pada 3 Lapis Jumlah dengan Variasi Luas
Luas
Jumlah qult q0 BCR Prosen Peningkatan
Anyaman bambu
Lapis 2 (kg/cm2) (kg/cm2) (qult/q0) (%)
(cm )
Tanpa - - 3,76 1 -
3 Lapis (60 x 60) 11,56 - 3,07 207,00
38,00
3 Lapis (70 x 70) 12,96 - 3,45 245,00
38,00
3 Lapis (80 x 80) 14,40 - 3,83 283,00

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 9


Diagram Interaksi BCR vs Jumlah Lapis Perkuatan

4,5

4,0

3,5

Bearing Capacity Ratio (BCR)


3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5
Luas (60x60) cm2 Luas (70x70) cm2 Luas (80x80) cm2
0,0
0 1 2 3 4
Jumlah Lapis

Gambar 7. Diagram Korelasi BCR vs Jumlah Lapis Anyaman Bambu dengan Beberapa Luasan

Diagram berikut adalah diagram menampilkan dengan jelas sejauh mana


batang peningkatan nilai BCR pada peningkatan rasio daya dukung yang
variasi jumlah lapis dengan beberapa terjadi.
luasan yang ada, di mana bertujuan untuk

4,5
1 Lapis
4,0 2 Lapis
3 Lapis
3,5
Bearing Capacity Ratio (BCR)

3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5

0,0
3600 4900 6400
Luas Anyaman (cm2)

Gambar 8. Diagram Batang BCR vs Jumlah Lapis Anyaman Bambu dengan beberapa Luasan

Korelasi rasio lebar anyaman BCR tersebut dapat dilihat pada diagram
bambu dengan lebar pondasi korelasi antara BCR dengan variasi
terhadap nilai Bearing Capacity Ratio luasan dan variasi jumlah lapis anyaman
(BCR) bambu. Berikut ini akan disajikan
Aplikasi anyaman bambu dengan diagram korelasi antara rasio lebar
beberapa variasi sebagai material lapis anyaman bambu dan lebar pondasi
perkuatan tanah dapat meningkatkan dengan nilai BCR, yang juga
rasio kapasitas daya dukung batas tanah menunjukkan sejauh mana aplikasi
(BCR), dimana argumen ini didukung penggunaan anyaman bambu dapat
dengan hasil analisis yang telah dipergunakan untuk meningkatkan rasio
dilakukan sebelumnya. Peningkatan nilai daya dukung batas tanah.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 10


Tabel 7. Rasio Lebar Anyaman Bambu dan Lebar Pondasi terhadap nilai BCR
Lebar Anyaman Lebar Pondasi
1 Lapis 2 Lapis 3 Lapis
Bambu (L) (B)
cm cm L/B BCR L/B BCR L/B BCR
- 10 - - -
60 10 6 1,49 6 2,46 6 3,07
70 10 7 1,73 7 2,82 7 3,45
80 10 8 2,19 8 3,05 8 3,83

Diagram Interaksi BCR vs Rasio L/B

3,5
Bearing Capacity Ratio (BCR)

2,5

1,5

1
5 6 7 8 9
L/B

1 Lapis 2 Lapis 3 Lapis

Gambar 9. Diagram Korelasi antara rasio L/B dengan nilai BCR

Dari diagram yang ditunjukkan bahwa bahwa rasio L/B sebesar 8 sangat baik
nilai rasio daya dukung (BCR) cenderung jika diaplikasikan terhadap variasi 1 dan
untuk meningkat jika nilai rasio L/B 3 lapis karena memberikan peningkatan
semakin bertambah. Dengan melihat nilai BCR yang relatif besar.
hasil pada diagram juga dapat dilihat

KESIMPULAN
Dengan dilakukannya analisa data dan lapis jumlah anyaman bambu, nilai
pembahasan hasil pengujian pembebanan daya dukung semakin meningkat
pada masing-masing benda uji, penelitian seiring dengan bertambahnya variasi
ini mencapai beberapa kesimpulan, yaitu luas, sehingga sangat efektif untuk
sebagai berikut : dilakukan, dan pada kasus 2 dan 3
1. Anyaman bambu yang dipergunakan lapis jumlah anyaman bambu, nilai
sebagai alternatif material perkuatan daya dukung batas memang
tanah pasir dapat meningkatkan daya cenderung naik, tetapi dengan nilai
dukung batas (daya dukung ultimate) prosentase peningkatan yang kecil
yang terjadi. saat luasan diperlebar dari (70 x 70)
2. Variasi luas anyaman bambu yang cm2 menjadi (80 x 80) cm2, sehingga
dipakai sebagai material perkuatan masih dapat dikatakan cukup efektif
pondasi persegi menunjukkan bahwa untuk dilakukan.
dengan melakukan penambahan 3. Pada variasi jumlah lapis anyaman
luasan yang dipakai, akan cenderung bambu sebagai material perkuatan
meningkatkan nilai daya dukung tanah pasir, nilai daya dukung juga
batas pada tanah pasir. Pada kasus 1 cenderung untuk naik seiring dengan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 11


penambahan jumlah lapis perkuatan. jumlah lapis sangat efektif untuk
Peningkatan yang cukup besar terjadi dilakukan.
pada penambahan jumlah lapis dari 1 4. Konfigurasi yang paling baik pada
menjadi 2 lapis untuk kasus luasan penelitian ini adalah 3 lapis anyaman
(60 x 60) cm2 dan (70 x 70) cm2, bambu dengan luas (80 x 80) cm2, di
yaitu di antara kisaran 22 % - 27 %, mana memberikan nilai BCR yang
sedangkan untuk luasan (80 x 80) paling maksimum di antara
cm2 hanya meningkat 12,9 %. Pada konfigurasi variasi yang lain, yaitu
kasus penambahan jumlah lapis dari sebesar sebesar 3,83.
2 menjadi 3 lapis, peningkatan 5. Nilai BCR yang besar kemungkinan
cenderung lebih rendah tetapi masih disebabkan oleh faktor kekakuan
baik karena nilai qult masih naik yang cukup besar dari anyaman
untuk tiap variasi luasan, sehingga bambu.
dapat dinilai bahwa penambahan

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada pelaksanaan penelitian serta semua pihak
Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan atas dukungan dan partisipasinya selama
Sipil Fakultas Teknik Universitas penelitian
Brawijaya Malang sebagai tempat

DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Joseph E., (1997). Analisis dan Lambe, T. W., (1951). Soil Testing for
Desain Pondasi. Edisi Keempat, Engineers. New York : John
Jilid 1. Jakarta, Penerbit Erlangga. Wiley and Sons, Inc.
Coduto, Donald P., (1994). Foundation Sowers, George F., (1979). Introductory
Design (Principles and Soil Mechanics & Foundations :
Practices). New Jersey, Prentice- Geotechnical Engineering. Fourth
Hall, Inc. Edition. New York, Macmillan
Das, Braja M., (1988). Mekanika Tanah Publishing Co., Inc.
(Prinsip-prinsip Rekayasa Vesic, A.S., (1967). Ultimate Loads and
Geoteknis). Terjemahan oleh Settlements of Deep Foundation
Noor Endah dan Indrasurya B. on Sand, Lecture 6 dalam A.S.
Mochtar. Jilid 1. Jakarta, Penerbit Vesic (Ed.), Proc. of A
Erlangga. Symposium : Bearing Capacity
Das, Braja M., (1995). Mekanika Tanah and Settlement of Foundations.
(Prinsip-prinsip Rekayasa Duke University, Durham, North
Geoteknis). Terjemahan oleh Carolina. h. 53-68.
Noor Endah dan Indrasurya B. Vesic, A.S., (1975). Bearing Capacity of
Mochtar. Jilid 2. Jakarta, Penerbit Shallow Foundations, Bab 3
Erlangga. dalam H.G Winternkorn dan H-Y
Hardiyatmo, Hary Christady., (1996). Fang (Eds.), Foundation
Teknik Fondasi 1. Jakarta, Engineering Handbook. New
Penerbit PT. Gramedia Pustaka York : Van Nostrand Reinhold
Utama. co. h. 121-147.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 12

Você também pode gostar