Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAK
Kata Kunci : perkuatan tanah, lapis anyaman bambu, daya dukung tanah
(a (b
(c
Gambar 2. Tipe keruntuhan pondasi serta tipe grafik hubungan beban dan penurunan yang menyebabkan
keruntuhan pondasi
(a.)Keruntuhan Geser Umum (b.) Keruntuhan Geser Lokal (c.) Keruntuhan Geser Pons
Secara umum, penurunan pada air sebagai akibat keluarnya air yang
tanah dapat dibagi dalam dua kelompok menempati pori-pori tanah.
besar, yaitu: Pertimbangan pertama dalam
1. Penurunan segera (immediate menghitung besarnya penurunan adalah
settlement), penyebaran tekanan pondasi ke tanah
Penurunan ini terjadi pada waktu dasar, hal ini sangat bergantung pada
beban diterapkan atau dalam suatu kekakuan pondasi dan sifat-sifat tanah.
jangka waktu sekitar 7 hari. Penurunan tekanan yang terjadi pada pertemuan
ini terjadi akibat dari deformasi elastis antara dasar pondasi dan tanah disebut
tanah kering, basah dan jenuh air tanpa tekanan sentuh (contact pressure) yang
adanya perubahan kadar air. berpengaruh terhadap distribusi momen
2. Penurunan konsolidasi (consolidation dan tegangan geser pondasi terhadap
settlement) tanah. dalam praktek jarang dijumpai
Penurunan jenis ini tergantung waktu pondasi yang benar-benar kaku, karena
dan berlangsung dalam beberapa bulan itu distribusi tekanan sentuh yang terjadi
sampai tahunan. Penurunan ini terjadi adalah antara pondasi kaku dan fleksibel
karena perubahan volume tanah jenuh sehingga dapat dianggap seragam bila
beban terbagi ratanya seragam.
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian penurunan yang terjadi dari tanah pasir
Penelitian ini dilakukan dalam tersebut yang telah diperkuat dengan
dua tahapan, tahap pertama merupakan lapis anyaman bambu dengan variasi
penelitian yang dimaksudkan untuk jumlah dan luas lapis anyaman bambu,
mengetahui klasifikasi tanah pasir yang akibat pembebanan yang diberikan.
akan digunakan sebagai media penelitian
untuk dilakukan pengujian terhadap daya Rancangan Percobaan
dukungnya. Tahap kedua merupakan Variasi luas dan penempatan jumlah lapis
penelitian yang dimaksudkan untuk anyaman bambu tampak seperti pada
memperoleh nilai daya dukung dan nilai sketsa berikut :
B B B
97 97 97
Lapis 1 Lapis 2 Lapis 3
Posisi B
B B B
97 97 97
Posisi C
B B B
97 97 97
Gambar 4. : sketsa variasi luas dan jumlah lapis anyaman bambu yang digunakan dalam penelitian
PEMBAHASAN
Dengan memperhatikan hasil tanah pasir bergradasi buruk (Poor
percobaan di laboratorium yang telah Graded Sand), pasir berkerikil,
didapatkan dan melakukan analisa data- sedikit atau tanpa butiran halus.
data yang ada, maka dapat diperoleh 2. Pada pemeriksaan berat jenis tanah
penjelasan mengenai karakteristik tanah (Spesific Gravity Test), diperoleh
yang dipergunakan sebagai tanah dasar nilai Gs = 2,6615. Berdasarkan
dalam uji pembebanan, yaitu sebagai Joseph E. Bowles (1997:28), syarat
berikut : tanah pasir adalah mempunyai nilai
1. Dengan melakukan analisa saring, Gs antara 2,65-2,68; sehingga tanah
telah diperoleh diagram hubungan pasir uji dapat diklasifikasikan
antara nilai prosentase lolos saringan sebagai tanah pasir.
dengan ukuran butiran tanah. 3. Pada pengujian kuat geser langsung
Berdasarkan Sistem Klasifikasi (direct shear test) adalah perlu
Tanah Terpadu (Unified Soil adanya kekonstanan kondisi
Clasification System) [Casagrande kepadatan tanah sampel uji kuat geser
(1984)], sampel tanah yang telah diuji langsung dengan kepadatan tanah
dikategorikan sebagai tanah berbutir pada boks uji pembebanan. Untuk
kasar dengan alasan bahwa lebih dari mengatasi kendala tersebut, maka
50 % butiran tanahnya tertahan dilakukan pra-penelitian pemadatan
saringan No. 200 (0,075 mm) dan untuk menentukan nilai kepadatan
selain itu jumlah partikel-partikel tanah rencana (γt kontrol). Dari hasil uji
kasar yang lolos saringan No. 4 (4,75 kuat geser langsung yang telah
mm) lebih dari 50 %, yaitu 98,28 % dilakukan, diperoleh nilai sudut geser
dan 98,23 % sehingga tanah uji dapat (Ф) tanah dalam kisaran antara 32º -
digolongkan sebagai tanah pasir. 36º. Dengan memperhatikan diagram
Dalam hal prosentase butir halus, korelasi antara sudut geser tanah (Ф)
didapatkan nilai prosentase sebesar dengan kerapatan relatif (Dr) oleh
4,828 % dan 3,754 % (kurang dari 5 Head (1982:527), dengan nilai sudut
%), dan faktor lain adalah tanah tidak geser yang telah diketahui, diperoleh
memenuhi persyaratan nilai Cu nilai kerapatan relatif antara 30 % -
(4,545 dan 4,25) atau nilai Cc (0,9618 67 %, yang merupakan syarat tanah
dan 0,864) sebagai syarat tanah pasir pasir sedang (medium sand), sehingga
bergradasi baik (Well Graded Sand), sesuai dengan syarat tanah pasir yang
dimana nilai Cu > 6 dan Cc untuk diperlukan untuk penelitian.
kisaran 1 < Cc < 3. Dengan Dalam hal pengujian pembebanan pada
memperhatikan ulasan di atas, maka pondasi (loading test), yaitu pada kasus
tanah pasir uji merupakan golongan tanah pasir tanpa perkuatan, dari diagram
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 – 2007 ISSN 1978 – 5658 7
daya dukung vs penurunan diperoleh nilai Peningkatan nilai Bearing Capacity
daya dukung ultimate (qult) sebesar 3,76 Ratio pada variasi luas anyaman
kg/cm2. Nilai ini berbeda jauh dengan bambu dengan jumlah lapis yang sama
hasil perhitungan daya dukung secara Rasio daya dukung (bearing
analisis teoritis, dimana nilai hasil yang capacity ratio) merupakan perbandingan
diperoleh lebih kecil daripada hasil antara nilai daya dukung tanah yang
percobaan. Nilai yang berbeda antara 2 diperkuat (qu) dengan nilai daya dukung
perhitungan ini kemungkinan disebabkan tanah tanpa perkuatan (q0), yang dalam
antara lain karena tidak akuratnya alat penelitian ini dipergunakan sebagai tolok
pembacaan serta ketidak-telitian sang ukur keefektifan beberapa variasi yang
pembaca alat uji. Analisis teoritis yang dipakai dalam perkuatan. Dari hasil
dipergunakan adalah metode oleh percobaan serta analisa data yang telah
Terzaghi, Meyerhoff, Brinch Hansen dan dilakukan pada lapis anyaman bambu
Vesic, dimana dari keempat metode ini, yang dipergunakan sebagai material
Meyerhoff memberikan nilai yang lebih perkuatan tanah, dapat ditunjukkan
besar dikarenakan pengaruh nilai faktor bahwa penggunaan anyaman bambu
bentuk dari Meyerhoff yang lebih besar dapat meningkatkan nilai bearing
daripada ketiga metode yang lain. capacity ratio (BCR) tanah, yang akan
semakin naik jika luas anyaman
diperlebar atau diperbesar. Diagram yang
dapat mendukung pernyataan tersebut
adalah sebagai berikut :
4,5
4,0
3,5
Bearing Capacity Ratio (BCR)
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
1 Lapis 2 Lapis 3 Lapis
0,0
3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000
Luas (cm2)
Gambar 5. Diagram Korelasi BCR vs Luas Anyaman Bambu dengan beberapa Jumlah Lapis
Untuk melihat secara lebih jelas beberapa jumlah lapis, ditunjukkan pada
peningkatan nilai BCR dengan adanya diagram batang di berikut ini :
pelebaran luas anyaman bambu pada
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
1 2 3
Jumlah Lapis
Gambar 6. Diagram Batang BCR vs Luas Anyaman Bambu dengan beberapa Jumlah Lapis
Tabel 4. Prosen Peningkatan BCR pada 1 Lapis Jumlah dengan Variasi Luas
Luas
Jumlah qult q0 BCR Prosen Peningkatan
Anyaman bambu
Lapis 2 (kg/cm2) (kg/cm2) (qult/q0) (%)
(cm )
Tanpa - - 3,76 1 -
1 Lapis (60 x 60) 5,61 - 1,49 49,00
24,00
1 Lapis (70 x 70) 6,51 - 1,73 73,00
46,00
1 Lapis (80 x 80) 8,22 - 2,19 119,00
Tabel 5. Prosen Peningkatan BCR pada 2 Lapis Jumlah dengan Variasi Luas
Luas
Jumlah qult q0 BCR Prosen Peningkatan
Anyaman bambu
Lapis 2 (kg/cm2) (kg/cm2) (qult/q0) (%)
(cm )
Tanpa - - 3,76 1 -
2 Lapis (60 x 60) 9,24 - 2,46 146,00
36,00
2 Lapis (70 x 70) 10,59 - 2,82 182,00
23,00
2 Lapis (80 x 80) 10,45 - 3,05 205,00
Tabel 6. Prosen Peningkatan BCR pada 3 Lapis Jumlah dengan Variasi Luas
Luas
Jumlah qult q0 BCR Prosen Peningkatan
Anyaman bambu
Lapis 2 (kg/cm2) (kg/cm2) (qult/q0) (%)
(cm )
Tanpa - - 3,76 1 -
3 Lapis (60 x 60) 11,56 - 3,07 207,00
38,00
3 Lapis (70 x 70) 12,96 - 3,45 245,00
38,00
3 Lapis (80 x 80) 14,40 - 3,83 283,00
4,5
4,0
3,5
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
Luas (60x60) cm2 Luas (70x70) cm2 Luas (80x80) cm2
0,0
0 1 2 3 4
Jumlah Lapis
Gambar 7. Diagram Korelasi BCR vs Jumlah Lapis Anyaman Bambu dengan Beberapa Luasan
4,5
1 Lapis
4,0 2 Lapis
3 Lapis
3,5
Bearing Capacity Ratio (BCR)
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
3600 4900 6400
Luas Anyaman (cm2)
Gambar 8. Diagram Batang BCR vs Jumlah Lapis Anyaman Bambu dengan beberapa Luasan
Korelasi rasio lebar anyaman BCR tersebut dapat dilihat pada diagram
bambu dengan lebar pondasi korelasi antara BCR dengan variasi
terhadap nilai Bearing Capacity Ratio luasan dan variasi jumlah lapis anyaman
(BCR) bambu. Berikut ini akan disajikan
Aplikasi anyaman bambu dengan diagram korelasi antara rasio lebar
beberapa variasi sebagai material lapis anyaman bambu dan lebar pondasi
perkuatan tanah dapat meningkatkan dengan nilai BCR, yang juga
rasio kapasitas daya dukung batas tanah menunjukkan sejauh mana aplikasi
(BCR), dimana argumen ini didukung penggunaan anyaman bambu dapat
dengan hasil analisis yang telah dipergunakan untuk meningkatkan rasio
dilakukan sebelumnya. Peningkatan nilai daya dukung batas tanah.
3,5
Bearing Capacity Ratio (BCR)
2,5
1,5
1
5 6 7 8 9
L/B
Dari diagram yang ditunjukkan bahwa bahwa rasio L/B sebesar 8 sangat baik
nilai rasio daya dukung (BCR) cenderung jika diaplikasikan terhadap variasi 1 dan
untuk meningkat jika nilai rasio L/B 3 lapis karena memberikan peningkatan
semakin bertambah. Dengan melihat nilai BCR yang relatif besar.
hasil pada diagram juga dapat dilihat
KESIMPULAN
Dengan dilakukannya analisa data dan lapis jumlah anyaman bambu, nilai
pembahasan hasil pengujian pembebanan daya dukung semakin meningkat
pada masing-masing benda uji, penelitian seiring dengan bertambahnya variasi
ini mencapai beberapa kesimpulan, yaitu luas, sehingga sangat efektif untuk
sebagai berikut : dilakukan, dan pada kasus 2 dan 3
1. Anyaman bambu yang dipergunakan lapis jumlah anyaman bambu, nilai
sebagai alternatif material perkuatan daya dukung batas memang
tanah pasir dapat meningkatkan daya cenderung naik, tetapi dengan nilai
dukung batas (daya dukung ultimate) prosentase peningkatan yang kecil
yang terjadi. saat luasan diperlebar dari (70 x 70)
2. Variasi luas anyaman bambu yang cm2 menjadi (80 x 80) cm2, sehingga
dipakai sebagai material perkuatan masih dapat dikatakan cukup efektif
pondasi persegi menunjukkan bahwa untuk dilakukan.
dengan melakukan penambahan 3. Pada variasi jumlah lapis anyaman
luasan yang dipakai, akan cenderung bambu sebagai material perkuatan
meningkatkan nilai daya dukung tanah pasir, nilai daya dukung juga
batas pada tanah pasir. Pada kasus 1 cenderung untuk naik seiring dengan
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Joseph E., (1997). Analisis dan Lambe, T. W., (1951). Soil Testing for
Desain Pondasi. Edisi Keempat, Engineers. New York : John
Jilid 1. Jakarta, Penerbit Erlangga. Wiley and Sons, Inc.
Coduto, Donald P., (1994). Foundation Sowers, George F., (1979). Introductory
Design (Principles and Soil Mechanics & Foundations :
Practices). New Jersey, Prentice- Geotechnical Engineering. Fourth
Hall, Inc. Edition. New York, Macmillan
Das, Braja M., (1988). Mekanika Tanah Publishing Co., Inc.
(Prinsip-prinsip Rekayasa Vesic, A.S., (1967). Ultimate Loads and
Geoteknis). Terjemahan oleh Settlements of Deep Foundation
Noor Endah dan Indrasurya B. on Sand, Lecture 6 dalam A.S.
Mochtar. Jilid 1. Jakarta, Penerbit Vesic (Ed.), Proc. of A
Erlangga. Symposium : Bearing Capacity
Das, Braja M., (1995). Mekanika Tanah and Settlement of Foundations.
(Prinsip-prinsip Rekayasa Duke University, Durham, North
Geoteknis). Terjemahan oleh Carolina. h. 53-68.
Noor Endah dan Indrasurya B. Vesic, A.S., (1975). Bearing Capacity of
Mochtar. Jilid 2. Jakarta, Penerbit Shallow Foundations, Bab 3
Erlangga. dalam H.G Winternkorn dan H-Y
Hardiyatmo, Hary Christady., (1996). Fang (Eds.), Foundation
Teknik Fondasi 1. Jakarta, Engineering Handbook. New
Penerbit PT. Gramedia Pustaka York : Van Nostrand Reinhold
Utama. co. h. 121-147.