Você está na página 1de 4

Nama : Nabila Rahma Nur

Kelas : XI IPA 3

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillah, alhamdulillahi robil alamin wasolatu wassalamu
alal mursalin, wa ala alihi wa sobihi ajmain ama ba’du

Manusia tidak bisa hidup sendiri. Ia butuh teman untuk menjalani


dan memenuhi ragam kebutuhan hidup. Bahkan, teman adalah
personifikasi diri. Menurut para ahli, manusia selalu memilih teman yang
yang mirip dengannya dalam hal hobi, kecenderungan, pandangan,
pemikiran juga nasib.

Seseorang Muslim tidak boleh semaunya memilih teman.


Meskipun setiap Muslim diharuskan berteman dengan semua orang
karena Islam membenci permusuhan. Sebagai pedoman hidup, syariat
Islam memberi batasan-batasan yang jelas dalam soal pertemanan ini.
Salah satu alasannya adalah teman memiliki pengaruh yang besar
sekali.

Pentingnya memilih teman tersirat dalam sebuah sabda


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah
seseorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan
Tirmidzi).
Rasulullah dengan hadits tersebut mengingatkan agar kita cermat
dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak
teman kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani.
Sebaliknya, jika ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar
ajaran agama, pelaku dosa-dosa besar dan ahli maksiat, lebih-lebih
berteman dengan orang-orang kafir dan munafik maka kita harus
menjauhinya.

Kriteria utama dan pertama orang yang harus dijadikan teman


adalah orang beriman dan orang-orang saleh. Selain karena sesama
mukmin memang bersaudara, juga karena orang beriman dengan
benar melahirkan dalam dirinya perilaku yang baik (akhlaqul karimah)
dan kita akan termotivasi melakukan hal yang sama. Beberapa ulama
generasi salaf menyarankan kepada kita untuk : “Bersahabatlah
dengan orang-orang yang keadaannya bisa menunjukkan kamu ke
jalan Allah”. Orang kafir yang tidak memusuhiIslam atau mau hidup
berdampingan dengan umat Islam (kafir dzzimmy) layak juga menjadi
teman. Sedangkan kafir yang memusuhi Islam harus diperangi (kafir
harby).

Dalam prespektif Islam, pertemanan yang baik adalah


pertemanan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah. Pertemanan
yang dijalin karena Allah adalah pertemanan yang dijalin untuk
mendapatkan ridha Allah, saling mengingatkan soal kebenaran dan
kesabaaran, teman beramal shaleh, saling bantu demi ketaatan pada
Allah dan kebaikan lainnya. Pertemanan semacam itulah yang akan
melahirkan rasa saling mengasihi dan membantu, bahkan
persaudaraan itu tetap akan berlanjut di Akhirat. Ia berusaha
membantu diberbagai cara, mempunyai rasa simpatik baik di dalam
suka maupun duka, serta memperkenalkan kita pada hal-hal yang
berguna.

Teman yang baik adalah teman yang membahagiakan dan


dapat memberi semangat. Paling tidak, saat bertemu dengan teman
hendaknya selalu dalam keadaan wajah yang berseri-seri dan
menyungging senyum.
“Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya
dengan menjumpai saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR.
Muslim dan Tarmidzi).

Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan


berdasarkan permintaan atau keinginan teman. Prinsip menolong
teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan,
menjelaskan kebenaran, termasuk di dalamnya adalah amar ma’ruf
nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.

Seorang teman yang baik selalu mengingatkan agar temannya


tidak terjerumus pada perbuatan dosa atau hal yang merugikan
dirinya dan orang lain. Allah SWT memerintahkan kita untuk saling
tolong dalam kebaikan dan takwa (ta’awanu ‘alal birri wat-taqwa)
bukan saling dukung dalam perbuatan dosa dan permusuhan (wala
ta’awanu ‘alal itsmi wal ‘udwan).

Bumbu pertemanan adalah berbaik sangka kepada sesama


teman (husnuzhan) yaitu selalu berfikir positif dan memaknai setiap
sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang
baik, tidak ditafsirkan negatif.
“Jauhilah oleh kalian berburuk sangka karena buruk sangka
adalah pembicaraan yang paling dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Seseorang biasanya menyampaikan rahasianya kepada teman


terdekat atau yang dapat dipercayai. Teman yang membeberkan
rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat.
Berkhianat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang
munafik. Inilah yang harus kita hindari karena dimurkai oleh Allah.

“Barangsiapa yang mengambi setan menjadi temannya, maka


setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” (QS. Al Mujaadilah
[58]: 14-15)
Seseorang bisa tergelincir berteman dengan setan dalam arti
yang sesungguhnya. Dengan sadar ia menjadikan setan sebagai
pelindung, penolong, pendamping serta pemberi kekuatan sehingga
dipandang hebat oleh orang lain. Berteman dengan setan bisa pula
dalam bentuk lain, yaitu bergaul dengan orang-orang yang gemar
memperturutkan hawa nafsu, rajin bermaksiat serta lalai dari
mengingat Allah. Akibatnya, mereka sangat jauh dari pertolongan
Allah.

Ibnu Atha’illah dalam kitab Hikam berkata: “Berkawan dengan


orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya jauh lebih
baik daripada berkawan dengan orang ‘alim yang selalu
memperturutkan hawa nafsunya”.

Idealnya kita berteman dengan orang-orang yang kualitasnya


jauh lebih baik daripada diri kita, sehingga kita tidak merasa paling
pintar dan paling shaleh. Justru kita akan merasa paling kurang. Saat
berteman dengan orang-orang yang berkualitas, biasanya kita akan
terangsang dan termotivasi untuk belajar dan mengejar
ketertinggalan. Karena itu ada yang mengatakan, kalau kita ingin
menjadi ulama maka bergaulah dengan ulama, kalau kita ingin
menjadi pedagang maka bergaulah dengan pedagang, kalau kita
ingin menjadi seniman maka bergaulah dengan seniman.

Kualitas teman adalah iman dan takwanya. Abu Daud dan


Turmudzi memperjelas kriteria seorang sahabat seperti diriwayatkan
dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan orang
mukmin yang bertaqwa.”.
“Sesungguhnya perumpaan teman yang baik (shaleh) dan
teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan penip
api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan
minyak wanginya itu atau engkau membeli darinya atau engkau
hanya akan mencium aroa harumnya itu. Sedangkan peniup api
tukang besi, mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan
mencium darinya bau yang tidak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Waspadai teman palsu, yakni teman yang sesungguhnya tidak


layak dijadikan teman. Yaitu mereka yang mengajak berkawan untuk
tujuan menipu, mereka yang hanya manis di mulut saja, mereka yang
memuji-muji dan penjilat serta mereka yang mendorong ke jalan
kehancuran atau kemaksiatan.

Jadi, salah satu jalan untuk menjaga keimanan dan


mempertahankan akidah adalah dengan selalu bergaul bersama
orang-orang yang shaleh dan memilih lingkungan pergaulan yang
baik. Oleh karena itu dalam memilih teman dan lingkungan, kita harus
selektif yakni memilih orang-orang yang shaleh meskipun di mata
manusia mereka bukanlah orang yang terpandang. Tetapi di sisi Allah
mereka mempunyai kedudukan yang tinggi. Mereka itulah yang
hendaknya kita jadikan teman sejati agar efek samping yang kita
dapatkan adalah kebaikan. Jangan sampai kita memilih teman dan
lingkungan yang tidak baik, karena lambat laun dikhwatirkan kita akan
tertular atau paling tidak ikut terkena getahnya.

Demikianlah yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan


bermanfaat untuk kita semua.
Aamiin, aamiin ya robal alamin
Afwan wa minkum, yang benar datangnya dari Allah dan yang
salah datangnya dari diri saya pribadi.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Allah Subhanallahu wa ta’ala

Você também pode gostar