Você está na página 1de 19

The Differences between

Rainwater and Pure Water


ORIGIN AND METHODS, COMPONENTS, AND IMPACTS

Fadel Muhammad L/03011281419116 | Groundwater Engineering | March 2017


CIVIL ENGINEERING DEPARTMENT
ENGINEERING FACULTY
SRIWIJAYA UNIVERSITY
Table of Content:

A. Rainwater:
 Introduction: definition of rain, definition of rainwater,
definition of rainwater harvesting
 Origin: hydrology cycle, methods of rainwater harvesting in
common way
 Components: components of rainwater
 Impacts: impacts of utilizing rainwater immediately in short
and long term: consuming and household needs

B. Pure Water:
 Introduction: definition of water, definition of pure,
purified, and distilled water
 Origin: method of purifying water: reverse osmosis
(membrane technology), deionization, and distillation.
 Components: components of allowable TDS in Water by
several associations, table of tolerable contained
components in several countries
 Impacts: impacts of consuming pure water in a short and
long term.

PAGE 1
A. Rainwater
A.1 Introduction

Hujan adalah air berbentuk tetesan yang terkondensasi dari vaporasi air di
atmosfer dan kemudian terpresipitasi—menjadi cukup berat untuk bisa jatuh oleh
gravitasi. Hujan merupakan komponen yang utama dalam siklus hidrologi dan berperan
sebagai sumber dari air segar di muka bumi. Hujan dapat menjadi hal yang sangat
berguna untuk banyak ekosistem alami maupun buatan yang terdapat di muka bumi,
contohnya saja pembangkit listrik tenaga air dan irigasi lahan perkebunan.

Air hujan sering dianggap sebagai bentuk yang paling murni dari seluruh jenis air
yang terdapat di bumi. Evaporasi dari sebuah mata air oleh matahari mengakibatkan
garam dan bahan-bahan kontaminan lainnya tertinggal dari proses evaporasi itu
tersebut. Meskipun demikian, air hujan tetaplah tidak begitu murni tepat ketika ia
mencapai permukaan bumi (setelah terpersipitasi). Hujan turun melalui atmosfer di
mana lapisan tersebut banyak partikel dan bahan-bahan kontaminan lainnya yang ikut
masuk ke dalam partikel air hujan itu sendiri. Bahan-bahan kontaminan tersebut dapat
merubah kemurnian dari air hujan tersebut pada saat jatuh ke permukaan bumi.

Pemanenan air hujan (Rainwater Harvesting) adalah kegiatan menampung air


hujan secara local dan menyimpannya melalui berbagai teknologi, untuk penggunaan
masa depan untuk emmenuhi tuntunan konsumsi manusia atau kegiatan manusia.
Definisi yang lain pemanenan air hujan (rainwater harvesting) adalah pengumpulan,
penyimpanan, dan pendistribusian air hujan dari atap, untuk penggunaan di dalm dan
di luar rumah maupun bisnis. Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 12 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat : Pemanfaatan air huan adalah serangkaian kegiatan
mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan ai hujan ke dalam tanah.
Sedangkan pada pasal 3 disebutkan abhwa kolam pengumpul air hujan adalah kolam
atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atas
bangunan (rumah, gedung perkantoran, atau industry) yang disalurkan melalui talang.

A.2 Origin and Methods

A.2.1 Hydrology Cycle

Siklus air atau siklus hidrologi adalah siklus yang secara terus meneruns terjadi
di mana air berevaporasi, berubah menjadi uap dan perlahan menjadi awan, jatuh ke
bumi sebagai hujan, sebagian masuk ke tanah dan sebagian menjadi limpasan lalu
masuk ke mata air lagi, lalu berevaporasi lagi. SIklus ini terjadi secara menerus tanpa

PAGE 2
akhir di mana air hanya merubah bentuknya ssaja dari bentuk solid, luquid, dan gas lalu
kembali lagi.

Credit: https://www.ssec.wisc.edu/media/march2011.html

Presipitasi mengakibatkan adanya limpasan yang berjalan sepanjang permukaan


tanah dan berusaha menuju ke mata iar terdekat seperti danau dan sungai. Namun
perkolasi juga dapat terjadi ketika adanya celah dari tanah yang mengakibatkan air
masuk ke dalam dan mengisi akuifer dalam tanah tersebut. Wilayah ini memiliki tingkat
presipitasi yang tinggi dan koefisien limpasan yang cukup ekcil. Wilayah-wilayah
tersebut jgua biasanya berada di dekat laut atau sumber mata air yang cukup luas yang
memiliki nilai evaporasi yang tinggi. Untuk wilayah yang memiliki nilai presipitasi yang
rendah biasanya terdapat pada daerah yang jauh dari sumber mata air seperti
pegunungan di mana ketika awan mendekati pegunungan, suhu cenderung rendah,
presipitasi yang terjadi tidak sempurna yang mengakibatkan awan menjatuhkan
butiran-butiran air yang masih membeku, biasnaya dinamakan salju atau es.

A.2.1 Rainwater Harvesting

A.2.1.1 Rainwater Harvesting by Roof

Sebuah sistem pemanenan air hujan terdiri dari tiga elemen dasar, yaitu areka
koleksi, sistem alat angkut, dan fasilitaws penyimpanan. Tempat penampungan dalam
banyak kasus adalah atap rumah atau bangunan. Luas efektif atap dan bahan yang
digunkana dalam membangun atap mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas
air. Sebuah sistem pengangkutan biasanya terdiri dari talang atau pipa yang
memberikan air huja n yang jatuh di atas atap untuk tangki air atau kapal penyimpanan

PAGE 3
air. Baik drainpipes dan eprmukaan atap harus terbuat dari bahan kimia lembam seperti
kayu, plastic, aluminium, atau fiberglass untuk emnghindari efek buruk pada kualitas
air.

Credit:http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirTanahBuatan/Bab6-PemanenanAirHujan.pdf

Air akhirnya disimpan dalam tangki penyimpanan atau tadah yang juga harus
terbuat dari bahan inert. Beton bertulang, fiberglass, atau stainless steel adalah bahan
yang cocok. Tangki penyimpanan dibangun sebagai bagian dari bangunan, atau
mungkin dibangun sebagai untik terpisah letaknya yang agak jauh dari gedung. Salah
satu contoh sistem pemanenan dalam dilihat pada gambar di atas.

Ada berbagai teknik penerapan pemanenan air hujan yang dapat dipilih
disesuaikan dengan kondisi setempat. Penampungan air hujan (PAH) merupakan
wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atas abngunan
(rumah, gedung perkantoran, atau industrsi) yang disalurkan melalui talang. PAH sudah
banyak dipakai masyarakat secara tradisional sebagai cadangan air bersih. PAH dapat
diletakkan di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah atau pun di
bawah bangunan rumah, disesuaikan dengan ketersediaan lahan.

PAH yang diletakkan di atas permukaan tanah mempunyai keuntung seperti


mudah dalam mengambil/memanfaatkan airnya (pengalirannya dapat menggunakan
metode gravitasi) dan perwatannya yang mudah dan murah dan volume penampungan
air hujan disesuaikan dengan lluas atap serta curah hujan setempat. Di beberapa tempat
di Indonesia di mana sumber daya air tawarnya terbatas, misalnya wilayah pesisir serta

PAGE 4
pulau kecil, penampungan atau pemanenan air hujan merupakan hal yang sudah
biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat setempat.

Credit:http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirTanahBuatan/Bab6-PemanenanAirHujan.pdf

A.2.1.2 Rainwater Harvesting and Infiltration Well

Air hujan yang jatuh pada atap rumah dapat dimanfaatkan untuk keperluan
sehari-hari dengan terlebih dahulu ditampung dalma pemanenan air hujan (PAH) dan
dilakukan proses pengolahan secara sederhana. Jika PAH sudah penuh, air dialirkan ke
dalam sumur resapan. Air yang tidak tertampung dalam pemanenan akan diresapkan

Credit:http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirTanahBuatan/Bab6-PemanenanAirHujan.pdf

PAGE 5
pada sumur resapan biasa, dengan volume yang disesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Air yang sudah tertampung ke dalam tangki PAH dapat dimanfaatkan sebagai
air bersih yang dapat digunakan keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK). Untuk itu
dilengkapi dengan pompa sedot, filter multimedia, dan panel kontrol. Panel kontrol
berfungsi untuk mengatur operasional pompa, memberikan tanda kepada operator
apakah tangki PAH ada air atau kosong.

A.3 Components

Sifat kualitas air hujan adalah bersifat lunak karena tidak mengandung larutan
garam dan zat-zat mineral. Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih. Air hujan
dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH3,
CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang bercampur
dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain).

Air hujan pada dasarnya ialah air murni atau H2O tanpa tambahan mineral, garam,
dan lainnya. Air hujan menjadi ‘terkontaminasi’ ketika tercampur dengan zat-zat di
udara dan material yang menampungnya, sehingga pengolahannya cenderung lebih
sederhana daripada air sungai. Pengolahan air hujan bervariasi bergantung
jenis/karakteristik airnya. Pengolahan yang biasa dilakukan ialah secara fisik (dengan
filtrasi) dan kimia (desinfeksi, penambahan kaporit, tawas) (World Health
Organization, 2006). Jika diperkirakan hujan bersifat asam (acid rain), maka bisa
dilakukan pengendalian pH (derajat keasaman) dengan penambahan material basa
sehingga menjadi netral (sesuai standar).

Kualitas dan komponen air hujan itu sendiri bervariasi tergantung dari sumber mata
air hujan tersebut berasal serta kondisi kualitas udara tempat hujan tersebut jatuh.
Namun pada saat utilasi air hujan di mana air tersebut telah dipanen, dianjurkan
melakukan pengolahan air hujan tersebut menjadi air baku terlebih dahulu dan apabila
ketika ingin dikonsumsi maka sebaiknya diolah lagi. Berikut adalah grafik kualitas air
serta kandungan udara:

PAGE 6
Credit: https://www.quora.com/Is-pure-rainwater-safe-enough-to-drink

A.4 Impacts

Air hujan yang baik ialah air yang belum terkontaminasi oleh zat kontaminan
yang ada di bumi maupun atmosfer. Penggunaan air hujan baik dalam hal mencuci
maupun konsumsi diperlukan adanya penjernihan ulang karena ternyata air hujan
masih mengandung zat-zat yang tidak bisa diterima oleh tubuh baik di luar maupun di
dalam.

Kadar bakteri dan zat yang asam dalam air dapat merusak jaringan epidermis pada
tubuh ketika terkena secara langsung baik dalam jangka waktu pendek maupun lama.
Dalam jangka pendek kulit bisa saja hanya merasa lengket dan gatal-gatal, namun
jangka panjang bisa saja terjadi perusakan kulit secara permanen akibat zat kimia dan
bakteri yang masuk ke dalam jaringan epidermis dan menyebar ke dalam jaringan-
jaringan yang lain. Ketika tubuh bagian luar terserang penyakit, tubuh bagian dalam
yang ikut mengonsumsi air hujan tanpa diolah pun akan turun terkena dampaknya.
Sakit perut karena adanya zat ayng dianggap ebracun oleh tubuh akan menyiksa para
pengonsumsi.

Ketika banyaknya dampak negatif pada manusia ketika mengonsumsi air hujan,
mengapa tidak pada organisme lain? Sistem pertahanan tubuh manusia yang telah
dianggap lengkap pun masih kalah dengan organisme lain (hewan, tumbuhan) karena
adanya evolusi pada sistem pertahanan manusia yang cenderung mengikuti zaman dan
tidak adaptif terhadap lingkungan yang alami atau disebut juga liar. Adanya perubahan
ini yang membuat manusia cenderung lebih lemah jika bersentuhan langsung terhadap
alam liar.

Namun juga disebutkan bahwa mengonsumsi air hujan secara jangka pendek
tidaklah merusak tubuh karena air hujan yang merupakan hasil dari olahan bumi yang

PAGE 7
sangat alami terjadi (siklus hidrologi) yang juga dibantu oleh matahari untuk
pengevaporasiannya maka air hujan masih layak untuk dipakai. Tetapi dalam jangka
panjang, kandungan kontaminan yang tergolong sangat kecil di dalam air hujan akan
terakumulasi dengan sendirinya karena tubuh manusia yang tidak bisa mengolah zat
anorganik di dalam tubuh.

B. Pure Water

B.1 Introduction

Air murni ialah air yang susunan unsur kimianya hanyalah H2O saja tanpa
adanya zat-zat organik maupun anorganik lainnya. Namun pada kenyataannya tidak ada
bentuk air yang sangat murni di bumi ini. Maka dibuatlah suatu satuan atau tes yang
digunakan sebagai parameter dalam menentukan banyaknya zat terlarut dalam suatu
air, baik organic mauppun anorganik, atau bisa juga sebagai petunjuk kemurnian suatu
air yaitu TDS (Totally Dissolved Solids).

B.2 Origin and Methods

B.2.1 Membrane Technology

Teknik pemisahan dengan membran umumnya berdasarkan ukuran partikel dan


berat molekul. Teknologi membran memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan proses lain yaitu, pemisahan dapat dilakukan secara kontinu, konsumsi energi
umumnya relatif lebih rendah, proses membran dapat digabungkan dengan proses
pemisahan lainnya (hybrid processing), pemisahan dapat dilakukan dalam kondisi yang
mudah diciptakan. Berikut jenis-jenis proses pemisahan dengan membran:

B.2.1.1 Mikrofiltrasi (MF)

Mikrofiltrasi merupakan pemisahan partikel berukuran mikron atau


semimikron. Membran mikrofiltrasi berukuran 0.1-1.0 mikron. Bentuknya lazim berupa
cartridge gunanya untuk menghilangkan partikel dari air yang berukuran 0.04-100
mikron, asalkan kandungan total padatan terlarut tidak melebihi 100 ppm. Filtrasi
cartridge merupakan filtrasi mutlak, artinya partikel padat akan tertahan, terkadang
cartridge yang berbentuk silinder itu dapat dibersihkan. Cartridge tersebut diletakkan
dalam wadah tertentu (housing). Bahan cartridge beragam diantaranya berasal dari
katun, wool, rayon, selulosa, fiberglass, polipropilena, akrilik, nilon, asbes, ester-ester
selulosa, serta polimer hidrokarbon terfluorinasi.

Keuntungan mikrofiltrasi diantaranya mampu menghilangkan semua partikel


dan mikroorganisme yang lebih besar dari ukuran pori dan perawatan yang dibutuhkan
minimal. Sementara kerugiannya tidak mampu menghilangkan senyawa anorganik
terlarut, senyawa kimia, pirogen, dan semua koloid. Selain itu mikrofiltrasi tidak dapat
diregenerasi. Mikrofiltrasi tidak berbeda secara fundamental dengan reverse osmosis,
ultrafiltrasi ataupun nanofiltrasi kecuali dalam hal ukuran partikel yang
dihilangkannya.

PAGE 8
B.2.1.2 Ultrafiltrasi (UF)

Membran ultrafiltrasi adalah teknik pemisahan dengan menggunakan membran


untuk menghilangkan zat terlarut dengan bobot molekul (BM) tinggi, aneka koloid,
mikroba sampai padatan tersuspensi dari air lautan. Membran semipermeabel dipakai
untuk memisahkan makromolekul dari larutan. Proses pemisahan menggunakan
membran ultrafiltrasi biasanya digunakan di bidang industri dan penelitian untuk
penjernihan air karena ukuran yang dapat diolah adalah air pekat yang mengandung
makromolekul yang memiliki berat atom sekitar 103-106 Da (1 Da = 0,000714 gram).
Pengolahan menggunakan ultrafiltrasi pada umumnya menggunakan membran
berukuran 0.001 mikron – 0.01 mikron. Membran ultrafiltrasi berfungsi sebagai
saringan molekul. Ultrafiltrasi memisahkan molekul terlarut berdasarkan ukuran
dengan melewatkan larutan tersebut pada filter. Ultrafiltrasi merupakan membran
permeabel kasar, tipis, dan selektif yang mampu menahan makromolekul seperti
koloid, mikroorganisme, dan pirogen. Molekul yang lebih kecil seperti pelarut dan
kontaminan terionisasi dapat melewati membran UF sebagai filtrat. Keuntungan
ultrafiltrasi secara efektif mampu menghilangkan sebagian besar partikel, pirogen,
mikroorganisme, dan koloid dengan ukuran tertentu. Selain itu, mampu menghasilkan
air kualitas tinggi dengan hanya sedikit energi. Berikut proses filtrasi pada proses
ultrafiltrasi.

B.2.1.3 Nanofiltrasi (NF)

Nanofiltrasi adalah proses pemisahan jika ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi tidak


dapat mengolah air seperti yang diharapkan. Nanofiltrasi dapat menghasilkan proses
pemisahan yang sangat terjangkau secara ekonomis namun belum dapat mengolah
mineral terlarut, warna dan salinasi air sehingga air hasil olahan (permeate) masih
mungkin mengandung ion monovalen dan larutan dengan pencemar yang memiliki
berat molekul rendah seperti alkohol. Pengolahan menggunakan nanofiltrasi
umumnya menggunakan membran berukuran 0.0001–0.001 mikron.

Proses nanofiltrasi merejeksi kesadahan, menghilangkan bakteri dan virus,


menghilangkan warna yang disebabkan oleh senyawa organik tanpa menghasilkan zat
kimia berbahaya seperti hidrokarbon terklorinasi. Nanofiltrasi cocok bagi air dengan
total padatan terlarut yang rendah, dilunakkan dan dihilangkan senyawa organiknya.
Formulasi dasarnya mirip reverse osmosis tetapi mekanisme operasionalnya mirip
ultrafiltrasi. Jadi, nanofiltrasi merupakan gabungan antara reverse osmosis dan
ultrafiltrasi.

B.2.1.4 Reverse Osmosis (RO)

Reverse osmosis adalah proses pengolahan yang membutuhkan tekanan relatif


tinggi, walaupun pada beberapa kasus dapat digunakan dalam tekanan rendah, hemat
energi, menghasilkan air olahan yang dapat menyaring zat dengan molekul terkecil
sekalipun yang tidak dapat diolah oleh proses mikrofiltrasi, ultrafiltrasi dan
nanofiltrasi. Reverse osmosis didasarkan pada prinsip osmosis. Dalam osmosis,
membran semipermeabel memisahkan dua larutan dengan jumlah kandungan zat
terlarut yang berbeda, dengan kata lain kedua larutan tersebut memiliki konsentrasi

PAGE 9
yang berbeda. Membran semipermeabel melewatkan air dan senyawa lain berbobot
molekul rendah dan menahan senyawa dengan bobot molekul tinggi seperti senyawa-
senyawa organik dan kompleks logam. Adanya tekanan menyebabkan air melewati
membran dari larutan konsentrasi rendah (encer) ke larutan dengan konsentrasi yang
lebih tinggi (pekat) seperti terlihat pada gambar tekanan tersebut dinamakan tekanan
osmosis.

Credit: https://hydro.co.id/knowledge/teknologi-pengolahan-air/

Air memiliki kecenderungan untuk bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi


sampai diperoleh konsentrasi yang sama, hal ini diilustrasikan pada Gambar di bawah.

Credit: https://hydro.co.id/knowledge/teknologi-pengolahan-air/

PAGE 10
Dalam reverse osmosis (RO), tekanan diberikan pada larutan yang lebih pekat,
besarnya tekanan tergantung perbedaan konsentrasi antara kedua larutan, tekanan
tersebut harus dapat melampaui tekanan osmosis (gambar di bawah)

Credit: https://hydro.co.id/knowledge/teknologi-pengolahan-air/

Air yang telah ditreatment dengan RO mampu menghasilkan 10-35 galon per
hari. Jumlah tersebut tergantung pada beberapa faktor, diantaranya tipe dan kondisi
membran, kondisi operasi (seperti laju alir dan tekanan) dan kualitas air baku (seperti
konsentrasi kontaminan, suhu, dan pH). Hasil pengukuran RO dapat dinyatakan
sebagai % Recovery dan % Rejeksi. Persen recovery menunjukkan bagian air yang
melewati RO dan keluar sebagai air bersih (air yang telah ditreatment), sedangkan
persen rejeksi menunjukkan bagian air yang melewati RO dan keluar sebagai air
buangan (wastewater).

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑟𝑒𝑎𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡


%𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = × 100
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑖𝑟 𝐵𝑎𝑘𝑢

Sistem RO dalam rumah tangga didesain dengan menghasilkan % Recovery 20-


30%, hal ini berarti 100 galon/hari air baku dapat menghasilkan 20-30 galon/hari air
yang telah ditreatment dan 80 galon/hari air buangan (wastewater). Apabila laju alir
wastewater lambat, kemungkinan % Recovery tinggi, demikian pula sebaliknya. Persen
rejeksi menyatakan persentase kontaminan yang tidak melewati membran. Persen
rejeksi dapat menunjukkan kualitas air yang dihasilkan, misalnya air baku
mengandung nitrat 40 mg/l dengan % Rejeksi 85%, hal ini berarti terdapat 0.85 x 40 =
34 mg/l nitrat dalam wastewater dan meninggalkan hanya 6 mg/l nitrat dalam air hasil
treatment.

Komponen unit RO terdiri atas strainer, pompa booster, filter cartridge, dan
membran RO. Strainer berfungsi untuk menghilangkan padatan terlarut berukuran
besar dari air baku, hal ini bertujuan untuk melindungi pompa booster. Pompa booster
berfungsi untuk meningkatkan tekanan dari air baku, tekanannya berkisar antara 150-
800 psi. filter Cartridge digunakan untuk menghilangkan partikel-partikel dari air baku
yang dapat mengotori unit RO, ukuran pori filter berkisar antara 1-5 mikron. Material

PAGE 11
membran yang umum digunakan adalah poliamida aromatik, selulosa asetat (SA),
polieteramida, polieteramina, polieterurea, polifelilena oksida, polifenilena
bibenzimidazol. Membran PA digunakan pada tipe bentuk spiral membentuk
komposit film tipis atau poliamida thin-film composit (TFC). TFC lebih mahal, serta
memiliki kekuatan dan durabilitas (daya tahan) yang lebih baik dibandingkan SA.

Sebelum mesuk unit RO, air baku melewati pretreatment, diantaranya:

 Pengaturan pH: Apabila pH air baku berada di luar kisaran pH membrane


 Pemisahan minyak dan lemak: Digunakan untuk air baku yang mengandung
minyak atau lemak.
 Desinfektan: Air baku sebaiknya ditambahkan desinfektan untuk mencegah bakteri
dari kerusakan dan pengotoran membran. UV biasanya digunakan untuk
menghilangkan klorin.
 Pengaturan suhu: Apabila suhu air baku lebih besar dibandingkan suhu
membran, heat exchanger atau alat lain dapat digunakan untuk
mendinginkan air baku dan mencegah kerusakan membran.

credit: https://hydro.co.id/knowledge/teknologi-pengolahan-air/

Sistem RO sangat baik digunakan untuk air yang memiliki kontaminan anorganik
terlarut, terutama air yang mengandung nitrat yang berasal dari limbah pertanian.

B.2.2 Ion Exchange

Ion merupakan atom atau molekul yang bermuatan, dapat bermuatan positif
maupun negatif. Secara umum metode pertukaran ion terdiri atas softening dan
deionisasi. Softening utamanya digunakan sebagai metode pretreatment untuk
mereduksi air sadah sebelum memasuki proses reverse osmosis (RO).

B.2.2.1 Softening

PAGE 12
Air tanah melarutkan bebatuan dan melepaskan mineral-mineral salah satunya
ion kalsium dan magnesium. Keberadaan kalsium dan magnesium ini dapat
menyebabkan air bersifat sadah atau lebih dikenal dengan istilah hardwater. Mineral-
mineral tersebut dapat menurunkan kualitas air, terlihat dari sifat fisiknya yang
nampak keruh dan berbau. Kalsium dan magnesium terdapat dalam bentuk CaCO3 dan
MgCO3, kedua garam tersebut dapat dihilangkan dengan pemanasan namun
membutuhkan energi yang besar. Agen pembersih yang biasa digunakan untuk
mencuci pakaian pun tidak mampu menghilangkan kotoran dan kuman apabila
menggunakan air sadah, bahkan membuat pakaian menjadi kusam. Selain itu, mineral-
mineral tersebut dapat meninggalkan kerak putih pada kamar mandi.

Kesadahan air atau water hardness dapat dihilangkan dengan metode


pertukaran ion.. Water hardness dapat dinyatakan dalam grain per gallon (gpg) dan
part per million (ppm) atau miligram per liter (mg/L). 1 gpg sama dengan 17 ppm
(mg/L).

Water softener diklasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu:

1. Manual: Operator menutup dan membuka kran untuk mengontrol frekuensi, tingkat
dan waktu regenerasi.

2. Semi-automatic: Operator hanya mengawali siklus regeneasi, tombol ditekan saat


softener perlu untuk diregenerasi, kemudian unit akan mengontrol dan melengkapi
proses regenerasi.

3. Automatic: Softener dilengkapi pengatur waktu yang secara otomatis akan


mengawali siklusregenerasi dan setiap tahapan dalam proses tersebut. Operator
hanya perlu mengatur waktu dan menambahkan garam sesuai kebutuhan.
Regenerasi umumnya dilakukan saat penggunaan air sedikit, yaitu sekitar jam 4 pagi
atau tengah malam. Tipe softener ini paling polular digunakan.

4. Demand Initiated Regeneration (DIR): Semua operasi diawali secara otomatis


tergantung respon penggunaan air dan permintaan akan proses softening. Sistem
DIR secara umum mempunyai dua tanki softening dan satu tanki larutan pencuci
(brine solution). Pada saat sedang berlangsung proses softening pada satu tanki,
akan berlangsung proses regenerasi pada tanki lainnya.

5. Off-site regeneration: Penggunaan tanki softening secara fisik diganti dengan tanki
regenerasi.

B2.2.2 Deionisasi

Deionisasi merupakan suatu metode dimana aliran air akan melewati 2 material
pertukaran ion dalam hal ini resin sehingga dapat menghilangkan semua kandungan
garam. Deionisasi menukar baik ion H+ (kation) maupun ion OH- (anion). Resin
penukar kation terbuat dari stirena dan divinil benzena yang mengandung gugus asam
sulfonat yang akan menukarkan setiap ion H+ untuk berbagai kation seperti Na+ Ca2+
dan Al3+. Demikian halnya dengan resin penukar anion, terbuat dari stirena dan
mengandung gugus ammonium kuarterner yang akan menukar setiap ion OH- dengan

PAGE 13
berbagai anion seperti Cl-. Ion hidrogen dari unit penukar kation dan ion hidroksil dari
unit penukar anion akan membentuk air murni.

Ada beberapa tipe untuk proses deionisasi yaitu, untuk unit multiple dan unit
single. Unit multiple mempunyai sepasang tangki untuk penukar kation dan penukar
anion. Sementara unit single hanya memiliki satu tangki, penukar anion dan kation
dicampurkan dalam satu tempat. Material penukar ion (resin penukar ion) tersebut
harus diregenerasi sehingga dapat digunakan kembali untuk proses purifikasi air.

Deionisasi dapat menjadi komponen penting dalam sistem purifikasi air secara
total ketika dikombinasikan dengan metode lain seperti RO dan adsorpsi karbon.
Deionisasi mampu menghilangkan kontaminan berupa ion-ion secara efektif tetapi
tidak mampu menghilangkan senyawa-senyawa organik maupun mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat menyerang resin karena resin dapat menyediakan media untuk
pertumbuhan bakteri dan generasi pirogen. Secara garis besar, keuntungan deionisasi
menghilangkan senyawa anorganik secara efektif, mampu diregenerasi, modal awal
relatif murah. Namun terdapat beberapa kerugian dari deionisasi yaitu, tidak dapat
menghilangkan partikel-partikel kecil, pirogen atau bakteri dan biaya operasionalnya
relatif mahal.

B.2.3 Destilasi

Destilasi merupakan metode tertua untuk treatment air, metode ini efektif
untuk mereduksi berbagai kontaminan. Destilasi dapat menghilangkan lebih banyak
kontaminan dalam air, senyawa yang dapat dihilangkan meliputi natrium, senyawa
penyebab kesadahan seperti kalsium dan magnesium, senyawa padatan terlarut lain
seperti besi, mangan, fluorida, dan nitrat. Destilasi dapat menonaktifkan
mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan protozoa. Selain itu, destilasi juga dapat
menghilangkan berbagai senyawa organik dan logam berat seperti timbal, klorin,
kloramin, dan radionukleotida. Kendala yang dihadapi, destilasi dapat menghilangkan
kandungan oksigen sehingga apabila terdapat logam-logam kelumit akan
menyebabkan air berasa. Alat destilasi pun memiliki keterbatasan yaitu, tidak mampu
menghilangkan secara sempurna kontaminan berupa pestisida, pelarut volatil, serta
senyawa organik volatil (VOCs) seperti benzena dan toluene.

PAGE 14
Destilasi bekerja dengan prinsip penguapan dan kondensasi. Elemen pemanas
listrik (1000-1500 watt) memanaskan air yang belum ditreatment sehingga dihasilkan
uap. Uap akan memasuki bagian pendingin dan dikondensasikan menjadi air destilat
dalam kondensor, kemudian dialirkan ke kontainer penyimpanan. Beberapa alat
destilasi menggunakan udara untuk mendinginkan uap, bahkan ada pula yang
menggunakan aliran air untuk mendinginkan uap. Air yang terkumpul dalam
kontainer telah bebas dari kontaminan, lebih dari 99.5% kontaminan dapat
dihilangkan dengan destilasi. Sementara air yang berada dalam chamber pemanasan
yang masih mengandung kontaminan dengan konsentrasi tinggi dikeluarkan melalui
suatu saluran dalam chamber (drain). Kontaminan seperti senyawa anorganik dan
senyawa organik nonvolatil tidak diuapkan tetapi meninggalkan unit chamber melalui
saluran belakang. Gambar 11 merupakan tipe alat destilasi.

Credit: https://hydro.co.id/knowledge/teknologi-pengolahan-air/

Model alat destilasi didesain untuk kemudahan pembersihan dan


direkomendasikan pula untuk sistem aliran otomatis. Secara umum, alat destilasi
terbuat dari stainless steel, aluminium, dan material plastik. Material-material ini tidak
memiliki kecenderungan untuk menyerap kontaminan dari air dan mudah untuk
dibersihkan. Alat destilasi sebaiknya disimpan dalam kondisi sanitary untuk mencegah
kontaminan datang kembali. Kontainer juga sebaiknya terbuat dari gelas atau stainless
steel.

Ada 2 tipe dasar alat destilasi: Batch distiller, dilakukan secara manual, air
dituang langsung ke chamber pemanas. Unit mulai dinyalakan dan air dipanaskan
sampai mendidih. Pada saat air dalam chamber pemanas semua menguap, unit akan
dimatikan. Air destilat disimpan dalam kontainer untuk kebutuhan rumah tangga. Unit
batch distiller mampu menghasilkan 3-10 galon per hari

PAGE 15
Berdasarkan uraian diatas, keuntungan alat destilasi dapat menghilangkan
99.5% kontaminan yang meliputi bakteri, berbagai jenis logam, mineral, dan padatan
terlarut lainnya. Sementara itu kerugian dari penggunaan alat destilasi biaya
operasionalnya paling mahal dibandingkan sistem treatment air lainnya.

B.3 Components

Sesuai regulasi dari Enviromental Protection Agency (EPA) USA, menyarankan


bahwa kadar maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500mg/liter (500
ppm). Kini banyak sumber-sumber air yang mendekati ambang batas ini. Saat angka
penunjukan TDS mencapai 1000mg/L maka sangat dianjurkan untuk tidak dikonsumsi
manusia. Dengan angka TDS yang tinggi maka perlu ditindaklanjuti, dan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Umumnya, tingginya angka TDS disebabkan oleh kandungan
potassium, khlorida, dan sodium yang terlarut di dalam air. Ion-ion ini memiliki efek
jangka pendek (short-term effect), tapi ion-ion yang bersifat toxic (seperti timah arsenic,
kadmium, nitrat dan banyak lainnya) banyak juga yang terlarut di dalam air. Berikut
kandungan TDS air minum yang direkomendasikan dari berbagai sumber lain yaitu:

1. Depkes RI melalui Permenkes 907/Menkes/SK/VII/2002: TDS < 1000 ppm/liter

2. Standar Nasional Indonesia (SNI) no. 01-3553-2006: TDS < 500 ppm/liter

3. World health Organization (WHO) : TDS < 100 ppm/liter

Berikut juga disertakan table parameter kualitas air minum yang disarankan oleh
beberapa badan internasional:

World
Parameter European United
Health China
Union States
Organization
1,2-dichloroethane “ 3.0 μg/l 5 μg/l “
Acrylamide “ 0.10 μg/l “ “
Antimony ns 5.0 μg/l 6.0 μg/l “
Arsenic 10μg/l 10 μg/l 10μg/l 50μg/l
Barium 700μg/l ns 2 mg/L “
Benzene 10μg/l 1.0 μg/l 5 μg/l “
0.0028
Benzo(a)pyrene “ 0.010 μg/l 0.2 μg/l
μg/l
Boron 2.4mg/l 1.0 mg/L “ “
Bromate “ 10 μg/l 10 μg/l “
Cadmium 3 μg/l 5 μg/l 5 μg/l 5 μg/l
50 μg/l
Chromium 50μg/l 50 μg/l 0.1 mg/L
(Cr6)
Copper “ 2.0 mg/l TT 1 mg/l
Cyanide “ 50 μg/l 0.2 mg/L 50 μg/l
Epichlorohydrin “ 0.10 μg/l “ “
Fluoride 1.5 mg/l 1.5 mg/l 4 mg/l 1 mg/l

PAGE 16
Lead “ 10 μg/l 15 μg/l 10 μg/l
0.05
Mercury 6 μg/l 1 μg/l 2 μg/l
μg/l
Nickel “ 20 μg/l “ “
10 mg/L 10 mg/L
Nitrate 50 mg/l 50 mg/l
(as N) (as N)
1 mg/L
Nitrite “ 0.50 mg/l “
(as N)
Pesticides
“ 0.10 μg/ l “ “
(individual)
Pesticides —
“ 0.50 μg/l “ “
Total
Polycyclic
aromatic “ 0.10 μg/ “ “
hydrocarbons l
Selenium 40 μg/l 10 μg/l 50 μg/l 10 μg/l
Tetrachloroethene
and 40μg/l 10 μg/l “ “
Trichloroethene
Credit: https://en.wikipedia.org/wiki/Drinking_water_quality_standards#cite_note-8

B.4 Impacts

Air dengan angka TDS rendah merupakan air yang sangat baik untuk
dikonsumsi oleh manusia karena sedikitnya kandungan zat-zat kontaminan yang
terdapat di dalamnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa banyak cara yang dapat
dipiliih untuk menentukan air apa yang layak untuk dikonsumsi. Mulai dari memilih
sumber dari air tersebtu berasal, air dari mata air pegunungan alami yang diolah secara
baik maka akan menghasilkan kualitas air yang mendekati murni. Bentuk kemasan juga
ikut menentukan, sebagai contoh air minum dalam kemasan. Air yang disimpan dalam
botol gelas akan lebih baik kondisinya dibandingkan dalam plastik karena sifat plastic
yang mudah untuk terputuskan rantai unsur kimianya yang dapat saja larut dalam air.
Untuk air yang diolah sendiri, sebaiknya melakukan salah satu dari banyak cara untuk
memurnikan air yang didapat oleh rumah itu sendiri, baik dari pipa langsung, tangki
penampung air hujan, maupun sumur.

Mengonsumsi air murni sangat dianjurkan karena sangat sedikit kandungan


anorganik yang terlarut di dalamnya di mana zat tersebut tidak dapat dicerna oleh
tubuh kita. Dengan satuan yang kecil (ppm) maka dalam jangka pendek tidak akan
terasa akibatnya. Namun mengonsumsi air yang angka TDSnya tinggi dalam ajngka
panjang akan menimbulkan berbagai penyakit dalam tubuh yang bisa saja kronis akibat
penumpukan zat anorganik.

PAGE 17
References:

 http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirTanahBuatan/Bab6-
PemanenanAirHujan.pdf
 https://www.quora.com/profile/James-P-McMahon
 https://www.quora.com/Is-pure-rainwater-safe-enough-to-drink
 https://hydro.co.id/knowledge/teknologi-pengolahan-air/
 https://en.wikiversity.org/wiki/Rainwater_harvesting/Groundwater_recharg
e/Wells,_shafts,_and_boreholes
 https://www.reference.com/science/purest-form-water-e05eba8c37cf7092#
 https://airreverseosmosis.wordpress.com/2008/12/30/total-dissolved-solids/
 https://www.ssec.wisc.edu/media/march2011.html

PAGE 18

Você também pode gostar