Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak organisasi pelayanan kesehatan yang disediakan oleh


pemerintah di Indonesia. Organisasi pelayanan kesehatan tersebut
diantaranya yaitu puskesmas, rumah sakit pemerintah dan balai-balai
kesehatan. Selain itu juga ada dari pihak swasta yang menyediakan
pelayanan kesehatan seperti klinik, praktek dokter swasta, rumah sakit
bersalin dan lain-lain. Dari berbagai macam pelayanan kesehatan banyak
yang masih membuat masyarakat tidak puas dikarenakan lamanya
pelayanan kesehatan yang diberikan, mahalnya biaya, kurang lengkapnya
fasilitas yang tersedia dan lain-lain (Maharani, 2009).

Tuntutan kualitas menjadi prioritas di Indonesia khususnya dalam


pelayanan di rumah sakit terutama di kota besar. Rumah sakit tidak cukup
bila hanya menawarkan pelayanan dengan konsep asal “selamat” tetapi
perlu menawarkan hasil maksimal berupa pelayanan yang berdasarkan
kepuasan dengan standar profesi yang tinggi. Rumah sakit tidak hanya
berfungsi untuk kegiatan mengobati, tetapi merupakan tempat untuk
meningkatkan status kesehatan individu, sehingga kualitas kesehatan dan
hidup manusia Indonesia meningkat pula. Lebih jauh dikatakan bahwa
rumah sakit merupakan salah satu tatanan pemberi jasa layanan kesehatan
yang semakin berkembang dan jika dilihat jumlahnya semakin meningkat
dari tahun ke tahun (Hafizurrachman, 2009).

Dalam era keterbukaan batas geografi, hambatan yang dihadapi


adalah munculnya pesaing baru yakni berdirinya rumah sakit yang bukan
hanya berasal dari tingkat local maupun nasional saja, tetapi berasal dari
tingkat internasional. Oleh karena itu, diharapkan rumah sakit yang telah
berdiri dan beroperasi di saat ini harus mempersiapkan diri untuk membina
organisasinya terutama sumber daya dan sistem manajerial agar mampu
menciptakan jasa pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas bagi
pelanggannya (Hafizurrachman, 2009).

Ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di


Indonesia menjadi pemacu organisasi pelayanan kesehatan terutama
rumah sakit untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pelayanannya. Maka dari itu berbagai macam alat (tools) telah digunakan
oleh organisasi pelayanan kesehatan untuk memperbaiki kualitas
pelayanan seperti Gugus Kendali Mutu (GKM), Total Quality
Management (TQM), akreditasi, dan Sistem Manajemen Mutu (SMM)
ISO 9000.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya ilmiah ini yaitu untuk mengidentifikasi
sertifikasi rumah sakit dengan standar ISO: 9000
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengertian dan seri ISO: 9000
b. Untuk mengidentifikasi prinsip acuan dan kerangka kerja pada
ISO: 9000
c. Untuk mengidentifikasi model proses yang terdapat pada klausul
klausul ISO: 9000
d. Untuk mengidentifikasi manfaat implementasi ISO: 9000 di
rumah sakit
e. Untuk mengidentifikasi hambatan penerapan ISO: 9000 di rumah
sakit
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dan Seri yang terdapat dalam ISO: 9000


ISO 9000 merupakan suatu SMM (Sistem Manajemen Mutu ) yang
bersifat global dan diakui internasional serta dapat diterapkan di berbagai
jenis organisasi. ISO berasal dari kata Yunani yang artinya ”sama” seperti
pada istilah ”isobar” yang berarti ”tekanan yang sama” atau ”isoterm”
yang berarti ”temperatur yang sama”. ISO 9000 adalah nama generik yang
dikeluarkan pada tahun 1987 oleh organisasi internasional untuk
standarisasi di Genewa, Switzerland (Suardi, 2004). ISO bukanlah suatu
standar produk karena dalam ISO 9000 adalah standar SMM dan bukanlah
berisi persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu produk atau
jasa sehingga tidak dapat untuk menginspeksi suatu produk terhadap
standar-standar produk. Namun pada SMM ISO 9000, fokus kepada
pelanggan dalam arti memperhatikan harapan atau kepuasan pelanggan
adalah salah satu prinsipnya (Gasperz, 2003).
Seri ISO 9000 telah mengalami beberapa kali perubahan. ISO
9000:1994 (tahun 1994) berganti menjadi seri ISO 9001:2000 (tahun
2000) dan pada tahun 2008 telah direvisi menjadi ISO 9001:2008. Seri
ISO 9000:1994 dikelompokkan menjadi ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003
dan ISO 9004.
Menurut Suardi (2004), masing-masing pengelompokan tersebut
merupakan model sistem mutu yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
1. ISO 9001:1994 adalah model sistem mutu untuk desain,
pengembangan, produksi, pengantaran jasa, instalasi dan purna jual;
2. ISO 9002:1994 adalah model sistem mutu untuk pengembangan,
produksi, pengantaraan jasa, instalasi dan purna jual;
3. ISO 9003:1994 adalah model sistem mutu untuk pengujian dan
inspeksi akhir,
4. ISO 9004:1994 adalah pedoman penerapan SMM.
Tahun 2000 terjadi penggabungan ISO 9001, ISO 9002 dan ISO
9004 edisi tahun 1994 menjadi ISO 9001:2000. ISO 9001:2000 berisi
empat persyaratan yaitu tanggung jawab manajemen, manajemen sumber
daya, manajemen proses dan pengukuran, dan analisis peningkatan
(Suardi, 2004).
Sedangkan menurut Sulistijo (2005) ISO merupakan anonim dari
International Organization for Standardization yang bertanggungjawab
menghimpun standarisasi di dunia.
Badan ISO memiliki komite teknik yang bertanggungjawab
terhadap pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 . ISO
9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen
kualitas. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan
rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen
kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan
memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat
merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang
dikontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari produk-
produk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu,
sebagaimana ditentukan oleh organisasi (Vincent, 2006).
Jangka waktu dari implementasi awal sampai dengan sertifikasi di
rumah sakit di Indonesia yaitu kurang dari 3 bulan (6,25%), 3 bulan
sampai 7 bulan (56,25%), 7 bulan sampai 1 tahun (25%), dan lebih dari 1
tahun (12,5%). Jangka waktu tersebut tergantung dari kesiapan masing-
masing organisasi.
Selanjutnya setelah audit sertifikasi dan terdapat temuan, maka
organisasi diberi kesempatan untuk memperbaiki. Setelah organisasi
dinyatakan layak mendapatkan sertifikasi ISO 9000, maka organisasi akan
terus dinilai dengan adanya audit surveilans setiap 6 bulan sekali oleh
lembaga sertifikasi. Audit surveilans ini dilaksanakan secara terus menerus
selama tiga tahun sesuai dengan jangka waktu berlakunya sertifikasi ISO
9000 habis (Suardi, 2004).
B. Prinsip Acuan dalam Kerangka Kerja ISO: 9000

Berdasarkan Hafizurrachman (2009) dalam ISO 9001:2000


terdapat delapan prinsip sistem manajemen mutu yang dijadikan sebagai
acuan kerangka kerja yang membimbing organisasi menuju peningkatan
kualitas kerja. Kedelapan prinsip tersebut adalah :

1. Fokus Pelanggan
Pelanggan merupakan bagian yang sangat penting bagi organisasi, oleh
sebab itu manajemen organisasi harus benar-benar memahami,
memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini yang akan datang bahkan
melebihi harapan pelanggan.
2. Kepemimpinan
Pemimpin sangat penting dalam menciptakan kesatuan arah dan tujuan
organisasi, menciptakan dan mempertahankan lingkungan lingkungan
internal sehingga personel terlibat secara penuh untuk mencapai tujuan
organisasi.
3. Keterlibatan Personel
Keterlibatan personel secara penuh pada semua tingkatan organisasi
sangat penting sehingga kemampuan personel dapat digunakan untuk
kepentingan organisasi.
4. Pendekatan Proses
Pendekatan proses sangat penting untuk mencapai hasil yang
diinginkan agar lebih efisien dengan mengelola aktivitas dan sumber
daya yang berkaitan sebagai suatu proses. Proses merupakan integrasi
yang berurutan dari personel, material, metode, mesin dan peralatan
dalam lingkungan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai
tambah bagi pelanggan.
5. Pendekatan Sistem terhadap Manajemen
Identifikasi, pemahaman dan pengelolaan proses yang saling berkaitan
sebagai suatu sistem yang mendukung efektivitas dan efisiensi
organisasi dalam mencapai tujuannya.
6. Peningkatan Berkesinambungan
Peningkatan kesinambungan akan meningkatkan kinerja organisasi
secara keseluruhan dan harus menjadi komitmen perusahaan.
Peningkatan berkesinambungan merupakan proses berkesinambungan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi dalam
memenuhi kebijakan dalam mencapai tujuan organisasi.
7. Pendekatan Faktual dalam Pengambilan Keputusan
Keputusan yang efektif harus berdasarkan keputusan analisis data dan
informasi yang faktual, sehingga masalah mutu dapat diselesaikan
secara efektif dan efisien. Keputusan yang diambil harus ditujukan
untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi
sistem manajemen mutu.
8. Hubungan Pemasok yang Saling Menguntungkan
Organisasi dan pemasoknya saling bergantung dan berhubungan saling
menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam
menciptakan nilai tambah bagi pelanggan.

C. Model Proses yang terdapat pada Klausul - Klausul ISO: 9000


Menurut Gasperz (2003), lima bagian utama model proses yang
menjabarkan sistem manajemen organisasi yang terdapat pada klausul-
klausul ISO 9000 yaitu:
1. Klausul empat yaitu Sistem Manajemen Mutu
a. Persyaratan Umum
Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan,
menerapkan dan memelihara suatu sistem manajemen mutu dan
secara berkesinambungan meningkatkan keefektifannya yang
sesuai dengan persyaratan Standar Internasional ini.
Organisasi harus :
1) Mengidentifikasi proses yang diperlukan untuk sistem
manajemen mutu dan penerapannya di seluruh organisasi
2) Menentukan urutan dan interaksi dari proses-proses tersebut
3) Menentukan kriteria dan metode yang diperlukan untuk
memastikan baik pelaksanaan dan pengendalian proses
tersebut efektif.
4) Memastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang
diperlukan untuk mendukung operasi dan pemantauan proses
tersebut
5) Memantau, mengukur dan menganalisa proses tersebut, dan
6) Menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang telah direncanakan, dan secara berkesinambungan
meningkatkan proses tersebut.
Proses-proses ini harus dikelola oleh organisasi sesuai
dengan persyaratan Standard Internasional. Jika suatu organisasi
memilih untuk memberikan kepada sumber luar suatu proses yang
mempengaruhi kesesuaian produk terhadap persyaratan,
organisasi harus memastikan adanya pengendalian atas proses-
proses seperti itu. Pengendalian dari proses-proses seperti diatas
harus diidentifikasi dalam sistem manajemen mutu.
b. Persyaratan Dokumentasi
 Umum
Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu harus mencakup :
1) pernyataan terdokumentasi dari kebijakan mutu dan
sasaran mutu
2) pedoman mutu
3) prosedur terdokumentasi yang disyaratkan oleh Standar
Internasional ini
4) dokumen yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
memastikan keefektifan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian dari proses-proses tersebut; dan
5) catatan mutu yang dipersyaratkan oleh Standar
Internasional
 Pedoman mutu
Organisasi harus menyusun dan memelihara suatu pedoman
mutu yang mencakup :
1) ruang lingkup sistem manajemen mutu, termasuk detil
dari dan pembenaran untuk setiap pengecualian
2) prosedur terdokumentasi yang ditetapkan untuk sistem
manajemen mutu atau mengacu padanya, dan
3) suatu gambaran dari interaksi antar proses dalam sistem
manajemen mutu
 Pengendalian dokumen
Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh sistem
manajemen mutu harus dikendalikan. Suatu prosedur
terdokumentasi harus dibuat untuk menentukan pengendalian
yang diperlukan :
1) Untuk menyetujui dokumen akan kecukupannya
sebelum diedarkan
2) Untuk meninjau dan memuktahirkan seperlunya dan
menyetujui ulang dokumen.
3) Untuk memastikan bahwa perubahan dan status revisi
terakhir dari dokumen dapat teridentifikasi.
4) Untuk memastikan bahwa versi relevan dari dokemen
yang berlaku tersedia di tempat pemakaiannya.
5) Untuk memastikan bahwa dokumen tetap dapat dibaca
dan mudah diidentifikasi
6) Untuk memastikan bahwa dokumen dari luar
teridentifikasi dan pendistribusiannya dikendalikan; dan
7) Untuk mencegah penggunaan yang tidak diinginkan
terhadap dokumen kadaluwarsa, dan memberikan
identifikasi yang memadai padanya jika disimpan untuk
sasaran tertentu.
 Pengendalian catatan
Catatan harus ditetapkan dan dipelihara untuk
memberikan bukti kesesuaian pada persyaratan dan
keefektifan pelaksanaan dari sistem manajemen mutu.
Catatan haruslah tetap dapat dibaca, mudah diidentifikasi dan
diambil.
2. Klausul lima yaitu tanggung jawab manajemen
a. Komitmen Manajemen
Manajamen puncak harus memberikan bukti dari komitmennya
untuk pengembangan dan penerapan sistem manajemen mutu dan
secara berkesinambungan meningkatkan keefektifitasnya dengan
cara :
1) mengkomunikasikan kepada organisasi tentang pentingnya
memenuhi persyaratan pelanggan serta undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
2) menetapkan kebijakan mutu
3) memastikan bahwa sasaran mutu ditetapkan
4) menyelenggarakan tinjauan manajemen
5) memastikan tersedianya sumber daya
b. Fokus terhadap pelanggan
Manajemen puncak harus memastikan bahwa persyaratan
pelanggan ditentukan dan dipenuhi dengan tujuan untuk
peningkatan kepuasan pelanggan.
c. Kebijakan mutu
Manajemen puncak harus memastikan bahwa kebijakan mutu :
1) sesuai dengan sasaran organisasi
2) mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan dan secara
berkesinambungan meningkatkan keefektifan manajemen
mutu
3) menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau
ulang sasaran mutu
4) dikomunikasikan dan dipahami dalam organisasi, dan
5) ditinjau untuk kesesuaian yang berlanjut.
d. Perencanaan
 Sasaran mutu
 Perencanaan sistem manajemen mutu
Manajemen puncak harus memastikan bahwa :
1) perencanaan sistem manajemen mutu dilaksanakan dalam
usaha memenuhi persyaratan yang diberikan dan juga
sasaran mutu, dan
2) keterpaduan sistem manajemen mutu dipelihara ketika
perubahan pada sistem manajemen mutu direncanakan
dan diterapkan.
e. Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
 Tanggung jawab dan wewenang
 Wakil manajemen
Manajemen puncak harus menunjuk seorang anggota
manajemen, yang diluar tanggung jawab yang lain, harus
memiliki tanggung jawab dan wewenang yang didalamnya.
 Komunikasi internal
f. Tinjauan manajemen
 Umum
Tinjauan ini harus mencakup penilaian peluang untuk
perbaikan dan kebutuhan akan perubahan sistem manajemen
mutu, mencakup kebijakan mutu dan sasaran mutu.
 Masukan tinjauan
Masukan untuk tinjauan manajemen harus meliputi
informasi:
1) hasil audit
2) umpan balik pelanggan
3) kinerja proses dan kesesuaian produk
4) status tindakan pencegahan dan koreksi
5) tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya
6) perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen
mutu, dan
7) rekomendasi untuk perbaikan
 Keluaran tinjauan
Keluaran dari tinjauan manajemen harus mencakup
keputusan dan tindakan apapun
3. Klausul enam yaitu sumber daya
a. Penyediaan sumber daya
b. Sumber daya manusia
 Umum
Personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi
mutu produk harus memiliki kompetensi berdasarkan
pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman yang
sesuai.
 Kompetensi, kesadaran dan pelatihan
c. Prasarana
Organisasi (rumah sakit) harus menentukan, menyediakan
dan memelihara prasarana yang diperlukan untuk mencapai
kesesuaian terhadap persyaratan produk. Prasarana mencakup,
dimana berlaku :
1) gedung, ruang kerja, dan kelengkapan terkait,
2) peralatan proses (baik perangkat keras dan lunak), dan
3) jasa pendukung (seperti transportasi atau komunikasi)
d. Lingkungan kerja
Organisasi harus menentukan dan mengatur lingkungan kerja
yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan
produk.
4. Klausul tujuh yaitu realisasi produk
a. Perencanaan realisasi produk
b. Proses yang berkaitan dengan pelanggan
 Penentuan persyaratan yang berhubungan dengan produk
 Tinjauan persyaratan yang berkaitan dengan produk
 Komunikasi dengan pelanggan
c. Perancangan dan pengembangan
d. Pembelian
 Proses pembelian
 Informasi pembelian
 Verifikasi terhadap produk yang dibeli
e. Produksi dan penyediaan jasa
 Pengendalian produksi dan penyediaan jasa
 Validasi proses untuk produksi dan penyediaan jasa
 Identifikasi dan mampu telusur
 Kepemilikan pelanggan
 Pemeliharaan produk
f. Pengendalian sarana pemantauan dan pengukuran
5. Klausul delapan yaitu analisis pengukuran dan peningkatan
a. Umum
Rumah sakit harus merencanakan dan menerapkan proses-
proses pemantauan, pengukuran, analisa dan perbaikan yang
diperlukan untuk:
1) untuk menyatakan kesesuaian produk
2) untuk memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu dan
3) untuk secara berkesinambungan meningkatkan keefektifan
sistem manajemen mutu
Ini harus mencakup penentuan metode yang dapat
diterapkan, termasuk teknik statistik dan jangkauan
penggunaannya.
b. Pemantauan dan Pengukuran
 Kepuasan pelanggan
 Audit internal
 Pemantauan dan pengukuran proses
 Pemantauan dan pengukuran produk
c. Pengendalian produk yang Tidak Sesuai
Organisasi harus memastikan bahwa produk yang tidak
sesuai dengan persyaratan produk diidentifikasi dan dikendalikan
untuk mencegah penggunaan atau pengiriman yang tidak
diinginkan.
d. Analisa data
Organisasi harus menentukan, mengumpulkan dan
menganalisa data yang sesuai untuk menyatakan kesesuaian dan
keefektifan sistem manajemen mutu dan untuk mengevaluasi
dimana peningkatan berkesinambungan terhadap keefektifan
sistem manajemen mutu dapat dilakukan. Analisa data harus
memberikan informasi yang berhubungan dengan :
1) kepuasan pelanggan
2) kesesuaian dengan persyaratan produk
3) karakteristik dan kecenderungan proses dan produk termasuk
peluang untuk tindakan pencegahan, dan
4) pemasok
e. Peningkatan
 Peningkatan berkesinambungan
 Tindakan perbaikan
 Tindakan pencegahan

D. Manfaat Implementasi ISO: 9000


Banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan penerapan ISO 9000
di organisasi pelayanan kesehatan terutama rumah sakit. Menurut Gasperz
(2003), Staines (2000) dan Rissanen (2000), manfaat implementasi ISO
9000 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
2. Meningkatkan image perusahaan serta daya saing dalam memasuki
pasar global
3. Menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem mutu oleh
pelanggan karena operasi internal menjadi lebih baik
4. Menjamin peningkatan mutu secara terus menerus
5. Mampu untuk melacak jejak atau menelusuri
6. Sistem pengendalian yang konsisten dan menjamin adanya
pemeriksaan ulang secara keseluruhan
7. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan
manajer rumah sakit melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi
yang terdefinisi secara baik;
8. Terjadi perubahan positif adalah hal kultur mutu dari anggota rumah
sakit, karena manajemen dan karyawan terdorong untuk
mempertahankan sertifikat ISO 9001:2000 hanya berlaku 3 tahun.

E. Hambatan Implementasi ISO: 9000


Menurut Suardi (2004) keadaaan yang sering menjadi hambatan
suatu organisasi dalam menerapakan SMM ISO 9000 adalah kurangnya
komitmen, kurangnya sumber daya, kurangnya partisipasi, keterbatasan
waktu, kurangnya pemahaman, kurangnya pemantauan dan pembatasan
oleh eksternal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
ISO (International Organization for Standardization) merupakan
merupakan suatu SMM (Sistem Manajemen Mutu ) yang bersifat global
dan diakui internasional serta dapat diterapkan di berbagai jenis organisasi
salah satunya rumah sakit yang bertanggungjawab menghimpun
standarisasi di dunia. Organisasi pelayanan kesehatan terutama rumah
sakit yang menggunakan sertifikasi ISO salah satunya adalah untuk
memberikan kepuasan terhadap pelanggan (pasien, keluarga pasien,
masyarakat dan lain-lain). Banyak manfaat yang di dapat dalam penerapan
ISO di rumah sakit meskipun terdapat hambatan yang harus dilalui agar
rumah sakit dapat memberikan mutu pelayanan yang terus meningkat.

B. Saran
Masih banyak rumah sakit bahkan organisasi pelayanan kesehatan
di Indonesia yang masih perlu untuk meningkatkan mutu pelayanannya
demi kepuasan pelanggan dengan taraf internasional. Maka dari itu demi
kelancaran dan keberhasilan dalam menerapkan ISO di rumah sakit
hendaknya seluruh karyawan dari atasan hingga bawahan ikut terlibat di
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, V. 2003. ISO 9001: 2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama

Hafizurrachman. Q-Hospital. Diunduh dari http://www.esnips.com/doc/573244ae-


be5c-4bc5-aefc-3f59977e2145 Posted 27 Juli 2009. (diakses pada tanggal
12 September 2013 )

Maharani, C. 2007. Evaluasi Continous Quality Improvement (CQI) di Rumah


Sakit yang Mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 di
Indonesia. Tesis. Yogyakarta: Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta

Suardi, R. 2004. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000: Penerapannya Untuk


Mencapai TQM. Jakarta: Penerbit PPM www.beritajakarta.com (diakses
tanggal 12 September 2013 )

Sulistijo Sidarto Mulyo, dkk. 2005. Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO
9001:2000 . Jakarta. PT. Elex Media Komputindo.

Vincent Gaspersz. 2006. ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement.


Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
MAKALAH

Akreditasi Rumah Sakit dengan Sertifikasi ISO

Disususun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Koordinator: Agus Santoso, S.Kp, M.Kep

Oleh:

Intan Herdini Devi 22020110141015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Você também pode gostar